Anda di halaman 1dari 9

KLASIFIKASI TUMOR

Tumor ialah suatu penyakit yang berbentuk benjolan. Tumor mwmpunyai spektrum yang
sangat luas yang dapat dibagi menjadi 3 kategori ialah:
1. NEOPLASMA
Neoplasma adalah penyakit pertumbuhan sel. Neoplasma terdiri dari sel sel yang baru
yang mempunyai bentuk, sifat dan kinetika yang berbeda dari sel normal. Pertumbuhannya
liar, autonom yang terlepas kendali pertumbuhan normalnya. Neoplasma mempunyai
spektrum yang sangat luas, dari neoplasma ganas dengan derajat keganasan yang sangat
tinggi yang tumbuh sangat cepat dan fatal sampai neoplasma jinak dengan pertumbuhan yang
sngat pelan dan terbatas yang tidak mengganggu.
Menurut ICD 10 WHO 1992 neoplasma dibagi menjadi empat:
a. Neoplasma ganas
Neoplasma ganas ialah neoplasma yang klinis atau patologis suatu neoplasma
ganas, yang telah menunjukan infiltrasi atau invasi menembus membran basal ke
jaringan organ sekitarnya. Neoplasma ganas juga disebut sebagi kanker.
Ada kriteria-kriteria tertentu baik klinis maupun patologis untuk mengatakan
neoplasma itu ganas atau jinak. Jika kriteria klinik ganas tidak dipenuhi tidak
dapat dikatakan suatu neoplasma secara klinik ganas. Demikian juga kriteria
patologi ganas juga penentu diagnosis neoplasma ganas serta data penunjang
seperti epidemiologis atau biologis yang menyokong membedakan apakah
neoplasma ganas atau jinak.
b. Neoplasma in situ
Neoplasma ganas yang sel sel nya masih terbatas letaknya intra epitelial, intra
duktural atau intralobuler, belum menembus membran basalis dalam
perjalanannya neoplasma in situ menjadi neoplasma yan invasif. Contoh :
Penyakit Paget in situ mammae
c. Neoplasma jinak
Neoplasma secara klinis maupun patologis bersifat jinak yang juga perlu didukung
dengan data epidemiologis dan biologis.
d. Neoplasma sifat tidak tentu atau tidak tahu
Neoplasma yang pada waktu itu klinis dan patologis kelihatannya sebagai
neoplasma jinak atau tidak sepenuhnya memenuhi kriteria tumor jinak ataupun
ganas, terdapat pada organ tertentu saja, yang dalam perjalanannya ada yang dapat
berubah menjadi neoplasma ganas. Tidak ada parameter yang dapat dipakai untuk
menentukan neoplasma itu ganas atau jinak, kecuali perjalanan penyakit. Data
epidemiologi dapat membantu, tetapi tidak memastikan. Contoh : tumor kanndung
seni, transitional cell papiloma
2. TUMOR PRA-GANAS
Tumor pra-ganas ialah tumor jinak atau tumor non neoplasma yang dalam
perjalanannya dapat berubah menjadi tumor ganas sehingga perlu adanya prevensi terjadinya
kanker. Pada saat ini lesi pra-ganas bukan ganas secara langsung tetapi kalau dibiarkan
sewaku-waktu dapat berubah menjadi ganas. Waktunya sendiri tidak dapat dipastikan bisa
cepat atau lambat atau bahkan sampai pasien meninggal tumor tersebut belum menjadi ganas.
Adanya perubahan menjadi ganas diketahui karena lesi yang telah lama ada dalam beberapa
waktu mengalami perubahan seperti membesar, timbul ulkus dan lain-lain untuk
memastikannya dengan pemeriksaan patologi. Contohnya polip lambung, ulcus venriculi
3. TUMOR NON NEOPLASMA (tumor like lession)
Tumor yang sel-selnya bukan sel neoplasma tetapi sel tubuh normal yang mengalami
perubahan. Tumor non-neoplastik itu dapat ditemukan dalam bermacam-macam penyakit,
seperti:
a. Kiste
Suatu tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur.
Kiste ada 2 macam, yaitu:
1) Kiste neoplasma
2) Kiste non neoplasma
Pada kiste neoplasma dinding kiste terdiri dari sel-sel neoplasma. Umumnya kiste
neoplasma itu terjadi karena adanya lisis atau nekrose dari sel neoplasma. Pada
kiste non neoplasma dinding sebelah dalam dilapisi sel-sel epitel dan atau jaringan
ikat. Kiste tersebut terjadi karena adanya obstruksi saluran keluar kelenjar,
sehingga produksi kelenjar menumpuk di belakang tempat obstruksi membentuk
suatu kantong abnormal atau karena produksi cairan oleh lapisan synovium yang
berlebihan.
b. Penyakit infeksi
Tumor pada radang disebabkan adanya
1) Infiltrasi sel radang
2) Vasodilatasi dan hiperemia
3) Edema
4) Abses
Contoh limfadenitis coli tuberkulosa
c. Hipertrofi, hiperplasia, displasia
1) Hipertrofi
Tumor atau pembesaran organ karena besar sel-selnya bertambah, sedang
jumlah sel-selnya tetap dan susunan sel-selnya normal.
2) Hiperplasia
Tumor atau pembesaran organ karena jumlah sel-selnya bertambah, sedang
besar sel-selnya tetap dan susunan sel-selnya normal.
3) Displasia
Tumor atau pembesaran organ karena besar dan jumla sel-selnya bertambah
besar, disertai dengan susunan sel-selnya abnormal.
Contoh hipertofia prostat
d. Penyakit endokrin atau metabolisme
Struma adalah pembesaran kelenjar thyroid tanpa memandang apa sebabnya,
tetapi konotasinya menunjukan kearah penyakit thyroid. Tumor thyroid juga berati
pembesaran kelenjar thyroid hanya konotasinya lebih menunjukan kearah
neoplasma thyroid.
e. Penyakit sirkulasi
Beberapa penyakit sirkulasi berbentuk tumor, seperti:
1) Aneurysma aorta
2) Lethal midline granuloma
3) Wegner’s granulomatosis
f. Penyakit kulit
Beberapa penyakit kulit berbentuk tumor, seperti:
1) Abses
2) Atheroma
3) Kiste epidermoid
4) Keratocanthoma
g. Kelainan bawaan
Beberapa kelainan bawaan berbentuk tumor, seperti:
1) Meningoencephalocele
2) Kiste ginjal kongenital
3) Neurofibromatosis ( I Dewa Gede, 2000)
DAFTAR PUSTAKA
Sukardja, I. D. G. 2000. Onkologi Klinik Ed. 2. Surabaya: Airlangga University Press

TUMOR FILOIDES
Tumor filoides merupakan sebuah tipe neoplasma jaringan ikat yang timbul dari
stroma intralobular mammae. Ditandai dengan pembesaran yang cepat massa mobile, dengan
konsistensi keras serta asimetris. Secara histologis tampak seperti celah stroma seperti daun
yang dibatasi oleh sel-sel epitel. Tumor ini dibagi menjadi jinak, borderline, dan ganas
ETIOLOGI
Etiologi tumor filoides tidak diketahui. Tumor filoides secara nyata berhubungan
dengan fibroadenoma dalam beberapa kasus, karena pasien dapat memiliki kedua lesi dan
gambaran histologis kedua lesi mungkin terlihat pada tumor yang sama. Namun, apakah
tumor filoides berkembang dari fibroadenoma atau keduanya berkembang bersama-sama,
atau apakah tumor filoides dapat muncul de novo, tidaklah jelas. Noguchi dan kolega telah
mempelajari pertanyaan ini dengan analisis klonal dalam tiga kasus dimana fibroadenoma
dan tumor filoides diperoleh berurutan dari pasien yang sama. Pada masing-masing kasus,
kedua tumor monoklonal dan memperlihatkan alel inaktif yang sama. Mereka menyatakan
bahwa tumor filoides memiliki asal yang sama dengan fibroadenoma, fibroadenoma tertentu
dapat berkembang menjadi tumor filoides (Jong, 2004).
Studi menarik oleh Yamashita dkk, mengamati immunoreactive endothelin 1 (irET-1),
yaitu contoh dimana ilmu pengetahuan modern menjelaskan mekanisme yang akan dengan
pasti menjelaskan kedua fungsi normal mammae dan patologinya, serta memungkinkan
pergeseran dalam penekanan dari model studi rodentia ke studi manusia. Level irET-1
jaringan diukur dengan ekstrak dari 4 tumor filoides dan 14 fibroadenoma. Immunoreactive
endothelin 1 dapat dibuktikan dalam semua kasus, namun levelnya jauh lebih tinggi pada
tumor filoides dibandingkan pada fibroadenoma. Endothelin 1 (ET-1) pada prinsipnya
merupakan vasokonstriktor kuat, namun juga memiliki banyak fungsi lainnya. Ia
menyebabkan stimulasi lemah DNA fibroblas mammae, namun dapat digabungkan
dengan insulin-like growth factor 1 (IGF-1) untuk menciptakan stimulasi kuat. ET-1 tidak
terdapat pada sel epitel mammae normal, namun reseptor ET-1 spesifik terdapat pada
permukaan sel stroma normal. Reseptor ET-1 dijumpai pada permukaan sel dari sel-sel
stroma tumor filoides namun sel-sel immunoreactive ditemukan dalam sel-sel epitel tapi
bukan sel-sel stroma, memberi kesan bahwa ET-1 disintesis oleh sel epitel tumor filoides.
Dengan demikian hal tersebut menjelaskan kemungkinan mekanisme parakrin pada stimulasi
pertumbuhan stroma cepat yang selalu terlihat bersama tumor filoides (Jong, 2004).
Hal yang penting adalah bahwa tumor filoides tidak seharusnya dibingungkan dengan
sarkoma murni (tanpa elemen epitel sama sekali), untuk memiliki tingkat lebih besar pada
keganasan dan gumpalan keduanya sama-sama bisa mengaburkan sifat jinak dasar
kebanyakan tumor filoides. Imunositokemistri dan mikroskop elektron memperlihatkan
bahwa sel stroma pada kedua tumor filoides jinak dan ganas merupakan campuran dari
fibroblas dan miofibroblas. Teknik-teknik ini memperjelas perbedaan leiomiosarkoma dan
mioepitelioma, dari tumor filoides yang menunjukkan reaksi yang sama sekali berbeda (Jong,
2004).
PATOFISIOLOGI
Tumor ini bisa berasal dari fibroadenoma selular yang telah ada dan sekarang telah
mengandung satu atau lebih komponen asal mesenkim. Diferensiasi dari fibroadenoma
didasarkan atas lebih besarnya derajat selularitas stroma, pleomorfisme selular, inti
hiperkromatik dan gambaran mitosis dalam jumlah yang bermakna. Protrusio khas massa
polopoid stroma hiperplastik ke dalam kanalikuli yang tertekan menghasilkan penampilan
seperti daun yang menggambarkan istilah filoides.
GAMBARAN KLINIS
Tumor filoides merupakan neoplasma non-epitelial mammae yang paling sering
terjadi, meskipun hanya mewakili 1% dari tumor mammae. Tumor ini memiliki tekstur halus,
berbatas tegas dan biasanya bergerak secara bebas. Tumor ini adalah tumor yang relatif besar,
dengan ukuran rata-rata 5 cm. Namun, lesi yang > 30 cm pernah dilaporkan. Kebanyakan
tumor tumbuh dengan cepat menjadi ukuran besar sebelum pasien datang, namun tumor-
tumor tidak menetap dalam arti karsinoma besar. Hal ini disebabkan mereka khususnya tidak
invasif; besarnya tumor dapat menempati sebagian besar mammae, atau seluruhnya, dan
menimbulkan tekanan ulserasi di kulit, namun masih memperlihatkan sejumlah mobilitas
pada dinding dada. Meskipun tumor jinak tidak bermetastase, namun mereka memiliki
kecenderungan untuk tumbuh secara agresif dan rekuren secara lokal. Mirip dengan sarkoma,
tumor maligna bermetastase secara hematogen. Ciri-ciri tumor filoides maligna adalah
sebagai berikut:
1. Tumor maligna berulang terlihat lebih agresif dibandingkan tumor asal
2. Paru merupakan tempat metastase yang paling sering, diikuti oleh tulang, jantung,
dan hati
3. Gejala untuk keterlibatan metastatik dapat timbul mulai dari sesegera, beberapa
bulan sampai paling lambat 12 tahun setelah terapi awal
4. Kebanyakan pasien dengan metastase meninggal dalam 3 tahun dari terapi awal.
5. Tidak terdapat pengobatan untuk metastase sistemik yang terjadi
6. Kasarnya 30% pasien dengan tumor filoides maligna meninggal karena penyakit ini
DASAR DIAGNOSIS
1. Anamnesa
a. Pasien khususnya datang dengan massa di mammae yang keras, bergerak, dan
berbatas jelas dan tidak nyeri.
b. Sebuah massa kecil dapat dengan cepat berkembang ukurannya dalam
beberapa minggu sebelum pasien mencari perhatian medis
c. Tumor jarang melibatkan kompleks puting-areola atau meng-ulserasi kulit
d. Pasien dengan metastase bisa muncul dengan gejala seperti dispnoe,
kelelahan, dan nyeri tulang
2. Pemeriksaan fisik (Salah satu skrining / screening yang penting)
a. Didapatkan adanya massa mammae yang keras, mobile, dan batasnya jelas

b. Secara tidak diketahui, tumor mammae cenderung melibatkan mammae


sinistra lebih sering dibandingkan mammae dekstra
c. Diatas kulit mungkin terlihat tampilan licin dan cukup translusen untuk
memperlihatkan vena mammae yang mendasarinya
d. Temuan fisik (misal, adanya massa mobile dengan batas tegas) mirip dengan
yang ada pada fibroadenoma
e. Tumor filoides umumnya bermanifestasi sebagai massa lebih besar dan
memperlihatkan pertumbuhan yang cepat
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada penanda tumor hematologik atau uji darah lainnya yang bisa
digunakan untuk mendiagnosa tumor filoides .
b. Pemeriksaan Radiologi
 Pada mammogram, tumor filoides akan memiliki tepi yang berbatas
jelas dan radioopak. Baik mammogram ataupun ultrasonografi (USG)
mammae dapat membedakan secara jelas antara fibroadenoma dan
filoides jinak atau tumor ganas. Jenis tumor mammae ini biasanya
tidak ditemukan di dekat mikro kalsifikasi.
 Magnetic Resonance Imaging (MRI) mammae dapat membantu
tindakan operasi dalam pengangkatan jaringan tumor filoides. Sebuah
studi di Italia yang membandingkan mammogram, USG dan MRI
mammae dari tumor filoides melaporkan bahwa MRI memberikan
gambaran yang paling akurat dan ini membantu ahli bedah tumor
dalam menjalankan rencana operasi mereka. Bahkan jika tumor itu
cukup dekat dengan otot-otot dinding dada, MRI bisa memberikan
gambaran yang lebih baik dari tumor filoides daripada mammogram
atau USG (Jong, 2004).
c. Biopsi
Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) untuk pemeriksaan sitologi biasanya
tidak memadai untuk diagnosis tumor filoides. Biopsi jarum lebih dapat
dipercaya, namun masih bisa terdapat kesalahan pengambilan sampel dan
kesulitan dalam membedakan lesi dari sebuah fibroadenoma.
Biopsi mammae eksisi terbuka untuk lesi lebih kecil atau biopsi insisional
untuk lesi lebih besar adalah metode pasti untuk mendiagnosis tumor filoides.
Sel-sel dari biopsi jarum dapat diuji di laboratorium tapi jarang memberikan
diagnosis yang jelas, karena sel-sel dapat menyerupai karsinoma dan
fibroadenoma. Pada Biopsi bedah akan menghasilkan potongan jaringan yang
akan memberikan sampel sel lebih baik dan akan menghasilkan diagnosa yang
tepat untuk sebuah tumor filoides (Jong, 2004)
d. Temuan histopatologi
Semua tumor filoides mengandung komponen stroma yang dapat bervariasi
dalam tampilan histologis dari satu lesi ke lesi lainnya. Umumnya, tumor
filoides jinak memperlihatkan peningkatan jumlah mencolok pada fibroblas
fusiformis reguler dalam stroma. Adakalanya, sel-sel sangat anaplastik
dengan perubahan miksoid yang diamati. Atipia seluler tingkat tinggi, dengan
peningkatan selularitas stroma dan peningkatan jumlah mitosis, hampir selalu
diamati pada bentuk maligna cystosarcoma phylloides. Secara ultra-struktural,
pada tumor filoides bentuk jinak dan ganas, nukleolus dapat mengungkapkan
nukleolonema yang bertautan kasar dan sisterna berlimpah dalam retikulum
endoplasma
PENATALAKSANAAN
Usia penting dalam manajemen lesi-lesi ini. Dibawah umur 20, semuanya harus
diterapi dengan enukleasi, karena mereka hampir selalu bersifat jinak.
Sitologi aspirasi dapat memberi kesan diagnosis tumor filoides namun histologi yang
lebih tepat pada biopsi jarum inti dibutuhkan sebelum merencanakan pengobatan. Berbeda
pada pasien yang lebih tua. Eksisi lokal luas sebagai pendekatan primer pada penanganan
tumor filoides jinak. Data yang dimiliki yaitu angka rekurensi lokal sebesar 28% diantara 43
pasien yang ditangani dengan eksisi lokal, dengan follow-up minimal 10 tahun. Namun hanya
3 dari rekurensi tersebut yang membutuhkan mastektomi sekunder, dan tak satupun yang
meninggal akibat tumor ini. (Schwartz, 2000).
Jelas bahwa eksisi yang tidak tuntas merupakan penentu utama rekurensi pada lesi
jinak dan menengah. Ada dua alasan utama yang mungkin, yaitu: kegagalan untuk
mendiagnosis kemungkinan tumor filoides dan kegagalan untuk menentukan teknik operasi.
(Schwartz, 2000).
Eksisi makroskopik komplit, dengan usulan batas 1 cm, dapat dipastikan adalah
teknik yang tepat. Untuk lesi besar dan lesi rekuren, pembersihan yang baik pasti melibatkan
mastektomi mendekati-total dan mastektomi sederhana dengan rekonstruksi. Terdapat
beberapa bukti meningkatnya insiden karsinoma mammae yang berhubungan dengan pasien
dengan tumor filoides dan hal ini merupakan alasan untuk follow-up jangka panjang yang
teliti terhadap pasien-pasien yang demikian (Schwartz, 2000).
DAFTAR PUSTAKA
Jong de wim. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.2004. Jakarta : EGC. Halaman 391-393
Schwartz. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. 2000. Jakarta : EGC. Halaman 233

Anda mungkin juga menyukai