3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor pada medulla di otak. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuran preganglion melepaskan asetikolin yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana akan melepaskan noreepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Pada saat bersamaan dimana sistem
saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi, medulla
adrenal mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriktor mengakibatkan penurunan
aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan reaksi natrium dan air oleh
tubulus ginjal menyebabkan peningkatan volume intravaskular. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Patofisiologi Hipertensi
Saraf Simpatis
Renin
Angiotensinogen (Hati)
Angiotensin I (di paru-paru)
A CE (Angiotensin Converting Enzym)
Angiotensin II
Rangsang saraf Vasokonstriksi Aldosteron
pusat halus
ADH Retensi Na
(antidiuretik hormon)
Overvolume TD Over volume
5. Manajemen Medik
Tujuan pengobatan hipertensi adalah menurunkan mobiditas dan mortalitas dengan
menimalnya atau tanpa efek samping, bila mungkin tekanan darah bisa dipertahankan
sistol 140 mmHg dan diastole 90 mmHg.
a. Perubahan non farmakologi
- Perubahan cara hidup
- Mengurangi asupan garam dan lemak
- Mengurangi asupan alcohol
- Berhenti merokok
- Mengurangi berat badan bagi penderita obesitas
- Meningkatkan aktivitas fisik
- Olah raga teratur
- Menghindari ketegangan
- Istirahat cukup
- Berdoa
b. Pengobatan farmakologi
- Diuretik
- Beta bloker
- Kalsium antagonis
- Ace inhibitor
- Alpa-adrenergic bloking agen
b. Pemeriksaan fisik
Dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi. Seperti pengkajian
pada BB, TB, mata, JVP, paru (irama pernapasan, frekuensi, jenis suara napas,
adanya ronchi), jantung (mengukur tekanan darah, denyut nadi, suara bunyi jantung),
abdomen (peristaltik usus), ekstremitas (refleks, edema).
Pemeriksaan jantung dan aorta
1) Atrium kanan
Paling jauh disisi kanan (2 cm disebelah kanan tepi sternum, setinggi sendi kosto-
sternalis ke 3-6).
2) Ventrikel kanan
Menempati sebagian besar dari proyeksi jantung pada permukaan dada. Batas
bawah adalah garis yang menghubungkan sendi kostosternalis ke 6 dengan apeks
jantung.
3) Ventrikel kiri
Tidak begitu tampak dari depan. Daerah tepi kiri atas 1,5 cm merupakan daerah
ventrikel kiri. batas kiri jantung merupakan garis yang menghubungkan apeks
jantung dengan sendi kosto sternalis ke 2 sebelah kiri.
4) Atrium kiri
Letaknya paling posterior, tak terlihat dari depan kecuali sebagian kecil saja yang
terletak di belakang kostosternalis kiri ke 2.
5) Inspeksi
Menentukan :
a) Bentuk prekordium
(1) Normal kedua belah dada simetris
(2) Bila cekung/cembung sesisi berarti ada penyakit jantung/paru
sesisi
(3) Cekung
Pada perikarditis menahun, fibrosis/atelektasis paru, skoliosis,
kifoskoliosis, akibat beban yang menekan dinding dada (pemahat, tukang
kayu, dan lain-lain).
(4) Cembung/menonjol
Pada pembesaran jantung, efusi perikard, efusi pleura, tumor paru, tumor
mediastinum, skoliosis atau kifoskoliosis. Penonjolan akibat efusi
pleura/perikard merupakan penonjolan daerah inter kostalis. Penonjolan
akibat kelainan jantung menahun/bawaan merupakan penonjolan iga.
b) Denyut pada apeks jantung
Pada umumnya denyut jantung tampak di daerah apeks. Pemeriksaan
dilakukan sambil penderita berbaring atau duduk dengan sedikit
membungkuk.
(1) Normal dewasa
Terletak di ruang sela iga ke 4 kiri 2-3 cm dari garis mid klavikularis.
Daerah yang berdenyut seluas kuku ibu jari.
(2) Normal anak
Terletak di ruang sela iga ke 4 kiri. Bila denyut jantung berada di belakang
tulang iga payudara besar, dinding toraks tebal, emfisema, efusi perikard
maka denyut tersebut tak tampak.
Gerakan trakhea :
Anatomi trakhea berhubungan dengan arkus aorta, karenanya trakhea perlu
diperiksa. Pada aneurisma aorta denyutnya akan menjalar ke trakhea, dan
denyutan ini dapat diraba.
Cara : Pemeriksa berdiri di belakang penderita dan kedua jari telunjuk diletakan
pada trakhea sedikit di bawah krikoid. Kemudian larings dan trakhea diangkat ke
atas oleh kedua telunjuk itu. Jika ada aneurisma aorta, tiap kali jantung berdenyut
terasa oleh kedua jari telunjuk bahwa trakhea dan larings tertarik ke bawah.
3) Perkusi
Peranannya menurun sesudah pada foto rontgen toraks. Tetapi tetap bermanfaat
pada efusi perikard dan anuerisma aorta, dimana daerah redup jantung melebar.
Daerah redup jantung mengecil pada emfisema.
4) Auskultasi
Waktu kedua atrium kontraksi darah dialirkan ke dua ventrikel, di sebelah kanan
melewati katup trikuspid, sedang disebelah kiri melewati katup mitral. Kemudian
kedua ventrikel berkontraksi dan darah dipindahkan dari ventrikel kanan ke a.
pulmonalis, sedang dari ventrikel kiri ke aorta. Permulaan kontraksi ventrikel
(sistolik) terjadi waktu katup mitral dan trikuspid menutup, dimana kedua katup
ini terbuka selama atrium berkontraksi. Permulaan relaksasi ventrikel (diastol)
terjadi waktu katup aorta dan pumonal menutup, yang selama ventrikel
berkontraksi tetap terbuka.
Arteri karotis berdenyut segera setelah sistolik ventrikel, kemudian disusul oleh
denyutan a. radialis. jadi hendaknya denyut a. karoris yang dijadikan pegangan
untuk menentukan sistolik ventrikel.
a) Katup pulmonal
Persambungan iga-3 kiri dengan sternum
b) Katup aorta
Pada sternum, lebih rendah dan lebih medial daripada katup pulmonal.
c) Katup mitral
Pada sternum, dekat batas atas sendi antara iga-4 dengan sternum
d) Katup trikuspid
Pada sternum (arah menyilang sternum), sesuai garis penghubung proyeksi
katup mitral dengan sendi antara sternum dengan iga kanan ke-5.
Bila ada kelainan jantung proyeksi katup berpindah, misalnya stenosis mitral
maka katup mitral bergerak ke kiri bawah.
Proyeksi katup bukan menunjukan tempat bunyi jantung yang terdengar
paling keras, meskipun bunyi-bunyi jantung dibangkitkan di sekitar katup-katup
jantung.
Bunyi jantung dibangkitkan oleh katup :
(1) Mitral – paling jelas terdengar di apeks
(2) Trikuspid – di sternum dekat sendi sternum sela iga 5 kanan
(3) Aorta – pada sendi antara sternum sela iga 2 kanan/apeks
(4) Pulmonal – pada sela iga 2 kiri dekat tepi sternum
Menurut (Heni Rokhaeni, SMIP. CCRN dkk. 2001 : 116).
c. Pemeriksaan Diagnosa
Urinalisa terutama untuk deteksi adanya darah, protein, gula.
Darah perifer lengkap
Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol
total)
Kolesterol HDL, LDL, trigliserida, asam urat
EKG kemungkinan ada pembesaran ventrikel kiri, pembesaran atrium
kiri, adanya penyakit jantung koroner atau aritmia)
Foto rontgen kemungkinan ditemukan pembesaran jantung,
vaskularisasi atau aorta yang lebar
Echokardiogram tampak penebalan dinding ventrikel kiri, mungkin
juga terjadi dilatasi dan gangguan fungsi
Ultrasonografi pembuluh darah besar
Ultrasonografi ginjal bila diduga adanya kelainan
Sumber : Arief Mansjoer, dkk, (2001 ; 518)
7. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data tersebut dengan konsep, teori dan
prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan
dan keperawatan klien (Drs. Nasrul Effendy, 1995 ; 24)
3 Bantu pasien untuk mengidentifikasi stresor Pengenalan terhadap stresor adalah langkah pertama
spesifik dan kemungkinan strategi untuk dalam mengubah respons terhadap stresor.
mengatasinya.
4 Libatkan pasien dalam perencanaan Keterlibatan memberikan pasien perasaan kontrol diri
perawatan dan beri dorongan partisipasi yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping,
maksimun dalam rencana pengobatan. dan dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen
terapeutik.
NO INTERVENSI RASIONAL
1 2 3
1 Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar. Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena
Termasuk orang terdekat. perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati
mempengaruhi minatpasien/orang terdekat untuk
mempelajari penyakit, kemajuan, dan prognosis. Bila
pasien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan
pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan
dipertahankan.
2 Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Memberikan dasar untuk pemahaman tentang
Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya peningkatan TD dan mengklarifikasi istilah medis yang
pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan sering digunakan. Pemahaman bahwa TD tinggi dapat
otak. terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan
pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa
sehat.
3 Hindari mengatakan TD “normal” dan Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang
gunakan istilah “terkontrol dengtan baik” kehidupan, maka dengan penyampaian ide “terkontrol”
saat menggambarkan TD pasien dalam akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk
batas yang diinginkan. melanjutkan pengobatan/medikasi.
4 Bantu pasien dalam mengidentifikasi Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan
faktor-faktor resiko kardiovaskuler yang dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler
dapat diubah, misalnya obesitas, diet tinggi serta ginjal.
lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup
monoton, merokok, dan minum alkohol
(lebih dari 60cc/hari dengan teratur), pola
hidup penuh stres.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal. 2000. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta : PT. Gramedia.
Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC.
Engram, Barbara. 1998. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif, et all. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius.
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba
Medika.
Price, Sylvia Anderson and Lorraine M, Wilson. 1995. Patofisiologi. Edisi IV. EGC. Jakarta.
Rokhaeni, Heni. 2001. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Bidang Pendidikan
Pelatihan Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita.
Nama Mahasiswa :
NIM :
Tanggal Pengkajian : 22-04-2021
Ruangan :
Diagnosa Medis : Hipertensi
I. Identitas
A. Nama : Tn. N
B. Umur : 63 tahun
C. Alamat : Kp. Ranca pinang Rt01/Rw16, kel. Mct timur, kec.
rangkasbitung
D. Pendidikan : SD
E. Tanggal masuk panti:
F. Jenis Kelamin : Laki-Laki
G. Suku : Sunda
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Menikah
Klien
Laki laki
Perempuan
Tinggal serumah
V. Pengkajian persistem ( jelaskan kondisi klien lanjut usia sesuai system di bawah
meliputi pernyataan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya )
a.Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
2) GCS : E : 4, M : 6, V : 5
1) BMI : BB(63kg)
(TB(160) x TB(160))
Klasifikasi nilai :
a) Kurang : < 18.5
b) Normal : 18.5 – 24.9
c) Berlebih : 25 – 29.9
d) Obesitas : > 30
c. Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : bersih
b) Kerontokan rambut : Tidak/
c) Keluhan : tidak
d) Jika ya, jelaskan : kepala klien bersih tetapi rontok, keluhan
klien merasa pusing
2) Mata
a) Konjungtiva : tidak
b) Sklera : tidak
c) Stabismus : tidak
d) Penglihatan : tidak
e) Peradangan : tidak
f) Katarak : ya/tidak
g) Penggunaan kacamata : ya/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya , jelaskan :
3) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Penciuman : terganggu/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya , jelaskan : tidak ada masalah
4) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Mukosa : kering/lembab
c) Peradangan : ya/tidak
d) Gigi : karies/tidak , ompong/tidak
e) Radang gusi : ya/tidak
f) Kesulitan mengunyah : ya/tidak
g) Keluhan lain : ya/tidak
Jika ya , jelaskan : tidak ada masalah
h) Telinga :bersih/tidak
a) Kebersihan : bersih/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Pendengaran : terganggu/tidak
d) Jika ya , jelaskan : pendengaran agak sedikit terganggu
5) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : baik/tidak
b) JVD(Jugularis Vena Distensi) : ya/tidak
c) Kaku kuduk : ya/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya , jelaskan : tidak ada masalah
6) Dada
a) Bentuk dada : normal chest/ barrel chest/ pigeon chest
b) Payudara : ya/tidak
c) Retraksi dinding dada : ya/tidak
d) Suara nafas : vesikuler/tidak
e) Wheezing : ya/tidak
f) Ronchi : ya/tidak
g) Suara jantung tambahan : ada/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya , jelaskan : tidak ada masalah
……………………………………………………………………………………………………
7) Abdomen
a) Bentuk : distended/flat/lainnya
b) Nyeri takan : ya/tidak
c) Kembung : ya/tidak
d) Supel : ya/tidak
e) Bising Usus : ada/tidak , frekuensi : 15x/menit
f) Massa : ya/tidak , regio
g) Keluhan : ya/tidak
Jika ya , jelaskan : tidak ada masalah
8) Genetalia
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Frekuensi BAK : 5x/hari
c) Frekuensi BAB : 1hari sekali
d) Haemoroid : ya/tidak
e) Hernia : ya/tidak
f) Keluhan : ya/tidak
g) Jika ya , jelaskan : tidak ada masalah
9) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) :
Ket : 5555 5555
1 = Lumpuh
2 = Ada Kontraksi 5555 5555
3 = Melawan gravitasi dengan sokongan
4 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
5 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
6 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
10) Integumen
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Warna : pucat/tidak
c) Kelembapan : kering/lembab
d) Lesi/Luka : ya/tidak
e) Perubahan tekstur : ya/tidak
f) Gangguan pada kulit : ya/tidak
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : ...........................................................................
………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………….
Keterangan : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain
Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan
fungsi, meskipun ia anggap mampu.
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 - 129 : Ketergantungan sebagian
c. < 65 : Total Care
0
Score =
Interprestasi :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam) :
Orientasi.
Registrasi.
Perhatian.
Kalkulasi.
Mengingat kembali.
Bahasa.
NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA
KOGNITIF MAKSIMAL KLIEN
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
(Sekarang) Tahun 2020
Musim kemarau
Tanggal 22
Hari senin
Bulan juni
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada ?
(Sekarang Negara indonesia
ada dimana) Propinsi banten
Kota tangerang
PSTW ……..
Ruangan ............
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 benda (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
benda. Masing-masing benda
mendapatkan nilai 1.
Kursi
Meja
Kertas
Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga tadi. (Untuk disebutkan)
Total :……….
Interprestasi hasil :
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat
Keterangan :
2. Analisa Data
B. PERENCANAAN KEPERAWATAN
( Meliputi Tindakan Keperawatan Independen dan Iterdependen )
No Hari/Tgl/Jam Evaluasi Hasil ( SOAP ) ( Mengacu Pada Tujuan ) Paraf dan Nama
D Jelas
K