DISUSUN OLEH:
ERNI SUSANTI
NIM. 1908008
1. Fungsi Jantung
3. Pembuluh darah
Pembuluh darah merupakan jalan bagi darah yang mengalir dari
jantung menuju ke jaringan tubuh, atau sebaliknya. Pembuluh darah dapat
dibagi menjadi tiga macam, yaitu pembuluh nadi, pembuluh vena, dan
pembuluh kapiler.
1. Pembuluh nadi
Pembuluh nadi atau pembuluh arteri ialah pembuluh darah yang
membawa darah dari jantung menuju kapiler. Arteri vertebrata dilapisi
endotel dan mempunyai dinding yang relatif tebal yang mengandung
jaringan ikat elastis dan otot polos. Kelenturannya membantu
mempertahankan tekanan darah diantara denyut jantung.
Arteri yang lebih kecil (disebut arteriola) memiliki dinding berotot
yang menyesuaikan diameternya untuk meningkatkan atau
menurunkan aliran darah ke daerah tertentu. Arteri cenderung terletak
agak lebih dalam di jaringan badan. Dinding arteri besar (aorta) yang
keluar dari jantung banyak mengandung jaringan ikat. Kekuatan tiap
sistol ventrikel mendorong darah ke dalam arteri dan melebarkannya
agar dapat menampung darah tersebut. Pada waktu diastol, kelenturan
dinding bagian pertama arteri tersebut membantu mendorong darah ke
bagian arteri yang menjadi lebar. Elastisitas arteri yang besar itu
mengubah arus darah menjadi mantap dan tenang.
Peregangan dan kontraksi arteri yang terjadi bergantian dengan sangat
cepat menuju perifer (7,5 m per detik) yang dapat dirasakan sebagai
denyut nadi. Setelah arteri mencapai jaringan, arteri akan bercabang-
cabang. Pada tiap cabang rongga saluran menjadi makin sempit, tetapi
jumlah luas penampang makin besar sehingga kecepatan arus darah
berkurang dan tekanannya menurun.
2. Pembuluh vena
Pembuluh vena atau pembuluh balik ialah pembuluh darah yang
membawa darah ke arah jantung. Pembuluh vena terdiri atas tiga
lapisan, seperti pembuluh arteri. Dari lapisan dalam ke arah luar adalah
endotel, jaringan elastik dan otot polos, serta jaringan ikat fibrosa.
Pada sepanjang pembuluh vena, terdapat katup-katup yang mencegah
darah kembali ke jaringan tubuh. Pembuluh vena terletak lebih ke
permukaan pada jaringan tubuh daripada pembuluh arteri. Pada
manusia dan mamalia, selain pembuluh darah vena dari jaringan tubuh
yang kembali ke jantung, ada pula vena yang sebelum kembali ke
jantung singgah dahulu ke suatu alat tubuh, misalnya darah dari usus
sebelum ke jantung singgah dulu ke hati. Peredaran darah ini disebut
sistem vena porta.
3. Pembuluh kapiler
Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan berpindah dari darah
ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah
dari jaringan ke dalam darah. Pembuluh kapiler ialah pembuluh darah
kecil yang mempunyai diameter kira-kira sebesar sel darah merah,
yaitu 7,5 μm. Meskipun diameter sebuah kapiler sangat kecil, jumlah
kapiler yang timbul dari sebuah arteriol cukup besar sehingga total
daerah sayatan melintang yang tersedia untuk aliran darah meningkat.
Pada orang dewasa kira-kira ada 90.000 km kapiler. Dinding kapiler
terdiri atas satu lapis sel epitel yang permiabel daripada membran
plasma sel. Oksigen, glukosa, asam amino, berbagai ion dan zat lain
yang diperlukan secara mudah dapat berdifusi melalui dinding kapiler
ke dalam cairan interstitium mengikuti gradien konsentrasinya.
Sebaliknya, karbondioksida, limbah nitrogen, dan hasil sampingan
metabolisme lain dapat dengan mudah berdifusi ke dalam darah. Dari
kapiler, darah mengalir ke dalam venula lalu ke dalam vena, yang akan
membawa darah kembali ke jantung. Vena memiliki dinding yang
tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar daripada arteri; sehingga
vena mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi dengan
kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan.
Pembuluh darah yang masuk ke jantung :
1. Vena Cava
Masuk ke atrium kanan dari seluruh tubuh
Vena cava superior dan inferior
Kaya CO2
2. Vena Pulmonalis
Masuk ke atrium kiri dari paru-paru
Kaya O2
Pembuluh darah yang keluar dari jantung :
1. Aorta
Keluar dari ventrikel kiri menuju seluruh tubuh
Kaya O2
2. Arteri Pulmonalis
Keluar dari ventrikel kanan ke paru-paru
Kaya CO2
POTENSIAL MEMBRAN
Setiap membran sel mempunyai potensial membran yang terjadi karena
perbedaan konsentrasi ion di sitoplasma dengan interstitial dan berubah bila ada
aliran ion melintasi membrane. Potensial membran istirahat didefinisikan sebagai
perbedaan potensial listrik (voltase) pada membran sel eksitabel selama kondisi
istirahat. Potensial membran istirahat sel tubuh berada dalam rentang +5 sampai -
100 mV. Pada sebagian besar sel, potensial membran istirahat berada dalam
kondisi terpolarisasi dengan nilai negatif, yang berarti bagian intrasel lebih negatif
dari bagian ekstrasel. Sel pacemaker jantung mempunyai potensial membran
istirahat -60 mV sedangkan sel otot jantung -90 mV.
PERIODE REFRAKTORI
Karakteristik sel eksitabel adalah ketika sel teraktivasi maka terdapat
periode dimana potensial aksi yang berikutnya tidak dapat dibentuk. Interval
waktu saat sel tidak dapat dire-eksitasi disebut periode refraktori. Periode
refraktori dibagi menjadi dua yaitu periode refraktori absolut dan periode
refraktori relatif. Hal ini disebabkan karena selama depolarisasi kanal Na menjadi
inaktif. Agar kanal Na menjadi konduktif lagi maka dibutuhkan suatu periode
recoveri dari inaktif menjadi aktif, yang diinisiasi oleh repolarisasi.
Pada periode refraktori absolute sel tidak dapat dieksitasi berapapun
amplitudo gelombang impuls yang datang sedangkan pada periode refraktori
relatif sel masih dapat tereksitasi namun memerlukan arus yang lebih tinggi dari
normal.
Periode refraktori sel jantung relative lebih panjang dibandingkan sel
eksitabel lain misalnya neuron dan sel skelet. Sel jantung tidak dapat diaktivasi
kembali bila belum relaksasi dari kontraksi sebelumnya dan hal ini mencegah
terjadinya kontraksi tetanik sel otot jantung
Aaronson, Phillip I., and Ward, Jeremy PT., 2010, At a Glance Sistem
Kardiovaskular 3th ed, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Alwi, Idrus., 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid III,Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Kaul P, Ezekowitz JA, Armstrong PW, et al., 2013, Incidence of heart failure and
mortality after acute coronary syndromes. Am Heart J. 2013;165:379-85.
Kusuma, D., Hanif, M., 2004, Patofisiologis Penyakit Jantung Koroner, Buku Ajar
Kardiologi, Editor Rilantono, L. S., Baraas, F., Karo, S. K., Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.