HIPERTENSI URGENCY
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam
jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, jantung
dan otak, bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang
memadai (Kemenkes RI, 2013).
Krisis hipertensi merupakan salah satu kegawatan di bidang
kardiovaskuler yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara
akut dan sering berhubungan dengan gejala sistemik yang merupakan
konsekuensi dari peningkatan darah tersebut, oleh karena itu diperlukan
penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa.
Hipertensi krisis dibagi menjadi dua terminologi peningkatan darah
secara akut, yaitu :
1. Hipertensi emergency (darurat) adalah : peningkatan tekanan sistolik
>180mmHg atau diastolic >120mmHg secara mendadak, disertai
kerusakan organ target dan harus ditanggulangi sesegera mungkin
dalam waktu 1 jam dengan pemberian obat antihipertensi intravena.
2. Hipertensi Urgensi (mendesak) adalah : peningkatan tekanan darah
seperti pada hipertensi emergency namun tanpa disertai kerusakan
organ target. Pada keadaan ini tekanan darah harus segera
diturunkan dalam 24 jam dengan pemberian obat antihipertensi oral.
(Nugraha & Arif, 2013).
Beberapa istilah yang berkaitan dengan krisis hipertensi, antara lain :
1. Hipertensi refrakter
Peningkatan tekanan darah >200/110 mmHg, walaupun telah
diberikan pengobatan yang efektif (triple drug) pada penderita.
2. Hipertensi akselerasi
Peningkatan tekanan darah diastolic >120 mmHg disertai dengan
kelainan funduskopi. Bila tidak diobati dapat berlanjut ke fase
maligna.
3. Hipertensi maligna
Penderita hipertensi akselerasi dengan tekanan darah diastolic >120-
130 mmHg dan kelainan funduskopi disertai papil edema,
peningkatan tekanan intracranial, kerusakan yang cepat dari
vascular, gagal ginjal akut ataupun kematian bila penderita tidak
mendapat pengobatan. Hipertensi maligna biasanya terjadi pada
penderita dengan riwayat hipertensi esensial atau sekunder dan
jarang pada penderita yang sebelumnya mempunyai tekanan darah
normal.
4. Hipertensi ensefalopati
Kenaikan tekanan darah dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan
sakit kepala yang hebat, penurunan kesadaran dan dapat menjadi
reversible bila tekanan darah tersebut diturunkan.
2. ANATOMI FISIOLOGI
3. PATOFISIOLOGI
Faktor penyebab hipertensi umumnya terdapat perubahan pada
vascular, berupa disfungsi endotel, remodeling dan arterial stiffness,
namun penyebab hipertensi urgency masih belum diketahui, diduga
karena terjadinya peningkatan tekanan darah secara cepat dan mendadak
disertai peningkatan resistensi vaskular yang menimbulkan jejas endotel
dan nekrosis fibrinoid arteriol yang kemudian berdampak pada
kerusakan alveolar, deposisi platelet, fibrin dan kerusakan fungsi
autoregulasi.
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetil
kolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya nor-epinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai ketakutan dan kecemasan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
A. TEST DIAGNOSTIK
a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang
perfusi / fungsi ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan
disfungsi ginjal dan ada DM.
e. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
f. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.
g. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti :
Batu ginjal, perbaikan ginjal.
h. Poto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area
katup, pembesaran jantung.
B. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan Umum
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua
jenis penatalaksanaan, yaitu sebagai berikut:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan
aktivitas renin dalam plasma dan kadar adosteron dalam
plasma.
2) Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan
kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau
berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau
minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulkan intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan
hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker,
golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi
renin angitensin.
Penatalaksanaan penurunan tekanan darah pada pasien dengan
hipertensi urgensi tidak membutuhkan obat-obatan parenteral tetapi
dengan pemberian obat-obatan oral aksi cepat dapat memberi
manfaat untuk menurunkan tekanan darah dalam 24 jam awal (MAP
dapat diturunkan tidak lebih dari 25%). Pada fase awal tekanan
darah dapat turun sampai 160/110 mmHg. Penggunaan obat-obatan
antihipertensi parenteral maupun oral bukan tanpa resiko dalam
menurunkan tekanan darah, karena dapat menimbulkan efek
akumulasi seperti hipotensi saat pasien pulang ke rumah.
Optimalisasi penggunaan kombinai obat oral merupakan pilihan
terapi untuk pasien dengan hipertensi urgensi.
C. RENCANA KEPERAWATAN .
1. Gangguan perfusi kejaringan sistemik b.d peningkatan tahanan
pembuluh darah perifer.
Tujuan : perfusi jaringan sistemik adekuat
Kriteria :
- tekanan darah dan nadi
berkurang sampai dengan normal
- pasien tampak rileks
- kulit hangat dan warna kulit
normal
- nadi perifer teraba
- waktu capilery refill < 3 detik
- pengeluaran urine diatas 30
cc/jam
INTERVENSI RASIONAL
-
2. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d
- peningkatan afterload
vasokontriksi
- ischemia miocard
- hipertrophi/ragiditas
ventrikuler
Tujuan : cardiac output tetap optimal
Kriteria :
- Klien berpartisipasi dalam
aktifitas yang menurunkan tekanan darah dan beban jantung.
- Mempertahankan tekanan
darah dalam rentang yang dapat ditoleransi
- Memperlihatkan irama dan
frekuensi jantung stabil dalam rentang normal klien.
INTERVENSI RASIONAL
7. Pertahankan pembatasan
aktivitas, bantu klien 7. Menurunkan stress dan
melakukan aktivitas ketegangan yang mempengaruhi
perawatan diri sesuai tekanan darah dan perjalanan
kebutuhan. penyakit hipertensi.
INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI RASIONAL