Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kanker laring merupakan keganasan yang terjadi pada sel skuamosa laring. Keganasan
dilaring bukanlah hal yang jarang ditemukan dan masih merupakan masalah, karena
penanggulannnya mencakup berbagai segi. Sebagai gambaran perbandingan, diluar negeri
karsinoma laring menempati urutan pertama dalam urutan keganasan dibidang THT,
sedangkan di RS Cipto Mangunkusuma Jakarta karsinoma laring menduduki urutan ketiga
setelah karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal.
Menurt data statistik WHO tahun 1961 yang meliputi 35 negara seperti dikutip oleh
Batsakis tahun 1979 rata-rata 1,2 orang /100000 penduduk meninggal oleh karsinoma
laring.
Penyebab karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Pengumpulan data yang
dilakukan di RSCM menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang
yang tidak merokok, sedangkan risiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai
dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap, kanker laring mewakilil dari 1 % yang
mewaklili kasus kanker dan terjadi sekitar 8 kali lebih sering pada laki-laki dibanding
wanita dan paling sering pada individu dengan usia 50-70 tahun.
Setiap tahun di Amerika Serikat sekitar 11 sampai 600 kasus baru ditemukan dari 4030
individu menderita kanker laring akan mati. (American Canser Society 995).
Beberapa karsinogen : tembakau (berasap atau tidak), alkkohol dan efek kombinasinya,
pemajanan terhadap asbestos, gas mustab, kayu, kulit, dan logam.
Faktor penunjang lainnya : berteriak keras, laringitis kronis, defisiensi nutrisi
(riboflavin), dan predisposisi.
2. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Setelah penyusunan laporan ini Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Keperawatan
yang aman dan efektif sesuai dengan standar keperawatan dan etika keperawatan pada
klien usia dewasa yang mengalami masalah kesehatan pada Sisitem Pernafasan.
Tujuan khusus :
Setelah penyusunan Asuhan Keperawatan Ini diharapkan mahasiswa mampu :
a. Mengkaji data data secara holistik yang didapatkan melalui wawancara, pemeriksaan
fisik, catatan medis dan keperawatan, yang digunakan dilahan praktek.

b. Membedakan data data patologis dan data-data normal.


c. Mengelompokan data-data patololgis dan data-data normal.
d. Merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan pengkajian.
e. Menentukan rencana keperawatan berdasarkan prioritas masalah dan diagnosa.
f. Mengimplementasikan rencana keperawatan
g. Mengevaluasi Asuhan Keperawatan yang diberikan.
3. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang kami gunakan dalam penyusunan laporan ini adalah
metode studi kasus, studi dokumentasi, dan studi pustaka dengan menggunakan proses
keperawatan yang meliputi wawancara, observasi langsung dan observasi tidak
langsung.
4. Sisitematika Penulisan
BAB I

: PENDAHULUAN
1. Latar belakang masalah
2. Tujuan Penulisan
3. Metode Penulisan
4. Sisitematika Penulisan

BAB II

: TINJAUAN TEORI
1. Pengertian karsinoma Laring
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem dan Organ
3. Patofisiologi karsinoma Laring
4. Penyebab karsinoma Laring
5. Tanda dan Gejala karsinoma Laring
6. Menejemen Medik karsinoma Laring
7. Proses Keperawatan karsinoma Laring

BAB III

: TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi

BAB IV

: KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
2. Saran

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. PENGERTIAN
a.

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan


pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak

b.

normal, cepat, dan tidak terkendali.


Carcinoma adalah pertumbuhan ganas yang berasal dari
sel epitel atau pertumbuhan jaringan yang abnormal (Kamus Keperawatan Edisi 17 Sre
Itichlitt).

c.

Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang


dihubungkan oleh otot dan mengandung pita suara. Laring terletak didepan bagian
terendah faring yang memisahkannya dari kolumna vertebra, berjalan dari faring

sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trachea dibawahnya.


d.
Ca. laring adalah adanya pertumbuhan ganas dijaringan
epitel yang menggangu jaringan suara yang terletak diantara larynx atau di ujung
prixsimal trachea. (Kamus Kedokteran . Dr. Heidra T. Kaksman). Kanker laring adalah
keganasan yang terjadi pada sel skuamosa laring ( Boeis, 1997).
e.
Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang
meliputi bagian supraglotik, glotis, dan subglotis. (Suddart and Brunner).
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Anatomi dan Fisiologi Sistem pernafasan
Pernafasasn (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO 2.
sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi.
Fungsi pernafasan

Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah seluruh tubuh (sel selnya)
untuk mengadakan pembakaran.

Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sias adari pembakaran ,


kemudian di abewa oleh garah ke paru paru untuk dibuang

Menghangatkan dan melembabkan udara

Organ organ pernafasan


Saluran pernafasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, broncus, broncheolus dan
alveolus.Saluran pernafasan dari hidung sampai bronchiolus dilapisi oleh membrane
mukosa yang bersilia.Ketika udara masuk kdalam rongga hidung disaring, dihangatkan dan
dilembabkan, Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri
dari epitel torax bertinglat, bersilia da bersel goblet.( lihat gambar A).

Hidung

Bekerja sebagai saluran udara pernafasan

Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu bulu hidung

Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa

Membunuh kuman kuman yang masuk, bersama samaudara pernafasan oleh lekosit
yang terdapat dalam selaput lender (mukosa atau hidung).

Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasr tengkorak sampai persambungannya
dengan esophagus pada ketinggian kartilago krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung
(nasofaring), dibelakang mulut (orofaring), dan dibelakang laring (laringofaring )fungsi
faring adalah Mengalirkan udara dari hidung ke laring.
Laring
Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan mengan
dung pita suara. Laring terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya dari
kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk
kedalam trachea dibawahnya.
Trakea
Trakea disokong oleh cicncin tulang rawan yang berbentuk sepeti sepatu kuda yang
panjangnya kurang lebih 5 inchi/9 cm.

Bronchus
Bronchus utama kiri dan kanan tidak simetris ( lihat gambar).Bronchus kanan lebih pendek
dan lebih lebar dan merupalkan kelanjutan dari trakea yang arahnya lebih vertical
.Sebaliknya , bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari
trakea dengan sudut yang lebih tajam.
Alveolus
Merupakan inti dari fungsi pernafasan ,karena pada alveolus terjadi pertukaran oksigen
dengan kapiler darah.
Fisiologi pernafasan :
4 proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmonary :
1. Ventilasi pulmonal atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan
udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru.
3. Distribusi arus udara dan arus darah sesemikian sehingga jumlah tepat dari setiap udara
dapat mencapai semua bagian tubuh
4. Difusi gas yang menembusi membrane pemisah alveoli dan kapiler. CO 2 lebih nudah
berdifusi dari pada O2.
Anatomi dan Fisiologi Laring
Laring atau organ suara adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan antara
faring dan trakea. Laring juga sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :

Epiglotis : Daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan.

Glotis : Ostium antara pita suara dalam laring.

Kartilago tiroid : Kartilago terbesar pada trakea, sebagian darai kartilago ini
memebentuk jakun ( Adam s Apple).

Kartilago krikoid : satu satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring ( terletak
di baewah kartilago tiroid).

Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid.

Pita Suara : Ligamen yang dikontrol oleh otot yang menghasilkan bunyi suara, pita
suara melekat pada lumen laring.
Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara .Diantara pita suara terdapat

ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam trakea dan dinamakan glottis. Glotis
merupakan pemisah antara saluran pernafasan bagian atas dan bawah .Meskipun laring
terutama dianggap berhubungan dengan fonasi, tetapi fungsinya sebagai organ pelindung

jauh lebih penting. Pada waktu menelan gerakan laring ke atas,penutupan glottis, dan
fungsi seerti laring pada aditus laring dari epiglottis yang berbentuk daun, berperan untuk
engarahkan makanan dan cairan mauk ke dalam esophagus, namun jika benda asing bisa
masuk melampaui glottis, maka laring yang mempnyai fungsi batuk akan membantu
menghalau benda dan secret keluar dari saluran pernapasan bagian bawah.
Stuktur penyangga Laring
Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang yaitu tulang hyoid dan beberapa
tulang rawan.
1.

Tulang hyoid
a. Tulang hioid merupakan tulang yang berbentuk seperti huruf U. Terletak di
antara laring dan mandibula. Hioid berfungsi sebagai tempat melekatnya beberapa
otot mulut dan lidah. Jumlah tulang hioid hanya 1 pada setiap manusia.
b. Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus longus dibagian belakang dan
prosesus brevis bagian depan.
c. Tulang hioid dapat dipalpasi atau diraba di leher depan dan lewat mulut pada
dinding faring lateral. Pada permukaan atas tulang hioid dihubungkan dengan lidah,
mandibula dan tengkorak oleh tendon dan otot-otot. Sewaktu menelan kontraksi
otot-otot ini akan menyebabkan laring tertarik keatas, sedangkan bila laring diam,
maka otot-otot ini bekerja untuk membuka mulut dan menggerakan lidah.

2.

Tulang rawan (kartilago)


Tulang rawan yang menyusun laring adalah : kartilago epiglotis, kartilago tiroid,
kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago kuneiformis dan
kartilago tritisea.

a. Kartilago krikoid (Cartilago cricoidea)


Merupakan kartilago yang berbentuk cincin utuh, terletak di belakang kartilago
tiroid dan merupakan tulang rawan paling bawah dari laring. Kartilago ini
mempunyai arcus anterior yang sempit dan lamina posterior yang lebar. Pada
bagian lateral nya ada facies articularis sirkular yang akan bersendi dengan cornu
inferior kartilago tiroid. Sedangkan di bagian atasnya terdapat facies articularis
yang akan bersendi dengan basis kartilago aritenoid. Di setiap sisi tulang rawan
krikoid melekat ligamentum krikoaritenoid, otot krikoaritenoid lateral dan di bagian
belakang melekat otot krikoaritenoid posterior.
b. Kartilago tiroid (Cartilago thyroidea)
Kartilago tiroid dihubungkan dengan

kartilago krikoid oleh ligamentum

krikotyroid. Merupakan tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari dua lamina
yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke arah belakang. Kartilago tiroid
terletak di bagian proksimal kelenjar tiroid, biasanya di sebut dengan jakun.
Biasanya berukuran lebih besar dan lebih menonjol pada laki-laki akibat hormon
yang di ekskresi saat pubertas.
c. Kartilago epiglotis
Epiglotis atau kartilago epiglotis adalah katub kartilago elastis yang merupakan
lipatan tulang rawan berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah
yang melekat pada tepian anterior kartilago tiroid. Kartilago ini merupakan
kartilago yang paling atas pada laring, yang keseluruhannya di lapisi oleh membran
mukosa. Epiglotis adalah tulang rawan yang berfungsi sebagai katup pada pita
suara (laring) dan tabung udara (trakea), yang akan menutup selama proses menelan
berlangsung. Pada saat menelan, epiglotis secara otomatis menutupi mulut laring
yaitu menutup dan mengangkat jakun keatas untuk mencegah masuknya makanan
dan cairan, sehingga tidak mengganggu pernapasan kita karena masuknya makanan
atau cairan tersebut. Epiglotis akan terus terbuka ketika kita bernapas.
d. Kartilago aritenoid (Cartilago arytenoidea)
Merupakan Kartilago kecil yang terdiri dari dua buah dan berbentuk pyramid
yang terletak di belakang dari laring pada pinggir atas lamina kartilago krikoid.
Kartilago aritenoid membentuk persendian dengan kartilgo krikoid disebut

artikulasi krikoaritenoid, sehingga dapat terjadi gerakan meluncur dari medial ke


lateral dan rotasi. Kartilago aritenoid bertanggung jawab terutama untuk membuka
dan menutupnya laring.
e. Kartilago kornikulata (Cartilago corniculata)
Kartilago kornikulata melekat pada bagian ujung kartilago aritenoid dan
kartilago ini berjumlah dua buah (sepasang). Dua buah kartilago ini bersendi
dengan apex cartilaginis arytenoidea dan merupakan tempat lekat plica
aryepiglottica sehingga menyebabkan pinggir atas plica aryepiglottica dextra et
sinistra agak meninggi.
f. Kartilago kuneiformis (Cartilago cuneiformis)
Merupakan kartilago kecil yang berjumlah sepasang dan berbentuk batang yang
terdapat di dalam plica aryepiglottica yang berfungsi untuk menyokong plica
tersebut. Kartilago ini berlokasi di lateral dan superior dari kartilago kornikulata
yaitu di dalam plica aryepiglottica dan merupakan potongan memanjang dari
kartilago elastis kecil berwarna kuning.

Proses Pembentukan Suara


Terbentuknya suara merupakan hasil kerja sama antara rongga mulut, rongga hidung,
laring, lidah dan bibir.Pada pita suara palsu tidak terdapat otot, oleh karena itu pita suara ini
tidakadapat bergetra, hanya antara kedua pita suara tadi dimasuki oleh aliran udara maka
kartilago tiroid dan kartilago aritenoid diputar, akibatnya pita suara daoat menjadi kencang
dan mengendor, dengan demikian sela udara menjadi sempit dan menjadi luas. Pergerakan
ini dibantu pula oleh otot- otot laring, udara yang dari paru paru dihembuskan dan
menggetarkan pita suara, getran ini diteruskan melalui udara yang keluar masuk. Perbedaan
suara seseorang tergantung pada tebal dan panjangnya pita suara. Pita suara pria lebih
panjang dan tebal dari pada pita suara wanita.
3. ETIOLOGI
Penyebab kanker laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli bahwa
perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang orang dengan resiko tinggi
terhadap terjadinya kanker laring. Penelitian epidemiologic menggambarkan beberapa hal

yang diduga menyebabkan terjadinya kanker laring yang kuat ialah rokok , alkohol, dan
oleh sinar radioaktif.
4.

KLASIFIKASI
Tumor Ganas Laring
1. Glotis
Tis Karsinoma insitu
a. T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih
baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
b. T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat
bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility).
c. T3 Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir.
d. T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari
laring.
2. Subglotis
Tis karsinoma insitu
a. T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis
b. T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah
terfiksir.
c. T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
d. T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring
atau dua-duanya.
3. Metastasis Jauh (M)
a. Mx Tidak terdapat/ terdeteksi
b. M0 Tidak ada metastasis jauh
c. M1 Terdapat metastasis jauh.
4. Stadium
a. ST1 T1 N0 M0
Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih
baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior. Tumor
terbatas pada daerah subglotis. Tidak ada metastasis jauh
b. ST II T2 N0 M0
Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat
bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility). Tumor sudah meluas ke pita, pita
suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir. Tidak ada metastasis jauh
c. STIII T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0
Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir. Tidak ada metastasis jauh
d. STIV T4 N0/N1 M0
Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari
laring. Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring
atau dua-duanya
e. T1/T2/T3/T4 N2/N3
f. T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M1

5. TANDA DAN GEJALA

Suara serak dalah hal pertama yang akan tampak pada pasien dengan kanker pada
daerah glotis karena tumor mengganggu kerja pita suara selama berbicara .Suara
mungkin parau yang puncaknya suara rendah.

Nyeri dan rasa terbakar saat minum air hangat atau minum jus jerik adalah tanda dini
kanker subglotis atau supra glottis.

Teraba massa di belakang leher.

Batuk yang kadang kadang dengan reak yang bercampur darah dikarenakan adanya
ulserai pada tumor tersebut.

Disfagia, kesulitan bernafas dan nafas bau merupakan gejala tahap lanjut.

Pembesaran nodus limfa servikal, penurunan berat badan dan status kelelahan umum
dan nyeri yang menjalar ke telinga dapat terjadi bersama metastase.

6.

PATOFISIOLOGI

WOC

Faktor predisposisi
(alkohol, rokok, radiasi)

Proliferasi sel laring

Diferensiasi buruk sel laring

Ketidakefektifan
bersihan jalan
Infeksi selsel
Mengiritasi
nafas
mukosa
laring

CA Laring

Plica Vocalis

Metastase supraglotik

Obstruksi lumen
oesophagus

Menekan/
mengiritasi
serabut saraf

Obstruksi jalan
Nafas
Sesak nafas

Suara parau
Nyeri tekan

Disfagia progresif

Suara parau

Intake kurang

BB turun

Ketidakefektifa
n pola nafas

Afonia
Gangguan rasa
nyaman: nyeri

Hambatan
komunikasi verbal
Risiko Infeksi

Ketidakseimbangan
Nutrisi kurang dari
kebutuhan

7.

KOMPLIKASI
Berdasarkan pada data pengkajian. potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk
1. Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)
2. Hemoragi
3. Infeksi

8.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Laringoskop
Untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor.
b. Foto thoraks
Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru.
c. CT-Scan

Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah
pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.
d. Biopsi laring
Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik yang terbanyak
adalah karsinoma sel skuamosa
e. Pemeriksaan hematologi yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel- sel tumor pada
peredaran darah dengan sendi mental dan setri fugis darah
f. Laringografi yaitu dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah
dan nodul limfe

9. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignansi.
Pengobatan pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan. Pemeriksaan gigi dilakukan
untuk menyingkirkan setiap penyakit mulut. Semua masalah yang berkaitan dengan gigi
diatasi, jika mungkin sebelum dilakukan pembedahan. Jika pembedahan akan dilakukan,
tim yang terdiri atas multidisiplin ilmu mengevaluasi kebutuhan pasien dan keluarga untuk
mengembangkan suatu rencana keperawatan yang berhasil.
a. Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang
hanya mengalami 1 pita suara yang ssakit dan normalnya dapat digerakan (bergerak
saat fonasi), selain itu pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa
mungkin mengalami kondritis (inflamasi cartilage) atau stenosis. Terapi radiasi juga
dapat digunakan secara praoperatif untuk mengurangi ukuran tumor.
b. Operasi : laringektomi
1. Laringektomi Parsial (laringofisura-tirotomi )
Dilakukan pada kanker area glottis tahap dini ketika hanya 1 pita suara yang
terkena. Tindakan ini mempunyai kesembuhan sangat tinggi. Dalam operasi ini 1 pita
suara diangkat dan semua struktur lainnya tetap utuh. Suara pasien kemungkinan
akan menjadi parau. Jalan nafas tetap utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki
kesulitan menelan.
2. Laringektomi Supraglotis ( horizontal )
Laringektomi supra glottis digunakan dalam penatalaksanaan tumor supraglotis.
Tulang hyoid, glottis, dan pita suara palsu diangkat. Pita suara, kartilago krikoid dan
trachea tetap utuh. Selama operasi, dilakukan diseksi leher radikal pada tempat yang
sakit. Selang trakheostomi dipasang dalam trachea sampai jalan nafas glottis pulih.

Selang trakheostomi ini biasanya diangkat setelah beberapa hari dan stoma dibiarkan
menutup. Nutrisi diberikan melalui selang nasogastrik sampai terdapat penyembuhan
dan tidak ada lagi bahaya aspirasi.
Pascaoperatif, klien kemungkinan akan mengalami disfagia selama 2 minggu
pertama.
Keuntungan utama dari operasi ini adalah bahwa suara akan kembali pulih seperti
biasa, masalah utama adalah kanker tersebut akan kambuh. Karenanya pasien harus
dengan sangat cermat dipilih untuk menjalani tindakan ini.
3. Laringektomi Hemivertikal
Laringektomi hemivertikal dilakukan jika tumor meluas diluar pita suara, tetapi
perluasan tersebut kurang dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis.
Dalam prosedur ini kartilago tiroid laring dipisahkan dalam garis tengah leher dan
bagian pita suara (1 pita suara sejati 1 pita suara palsu) dengan pertumbuhan tumor
diangkat. Pasien akan mempunyai selang trakheostomi dan selang nasogastrik
setelah operasi. Beberapa perubahan dapat terjadi pada kualitas suara (sakit
tenggorok) dan proyeksi. Jalan nafas dan fungsi menelan tetap utuh. Pasien beresiko
mengalami aspirasi pascaoperasi.
4. Laringektomi Total
Laringektomi total dilakuukan ketika kanker meluas dipita suara. Lebih jauh
ketulang hyoid, epoglotis, kartilago krikoid, dan 2 atau 3 cincin trachea diangkat.
Lidah, dinding faringela dan trachea ditinggalkan. Banyak ahli bedah yang
menganjurkan dilakukannya diseksi leher pada sisi yang sama dengan lesi bahkan
jika tidak teraba nodus limpe sekalipun. Rasional untuk tindakan ini adalah metastase
kenodus limfe servikal sering terjadi. Masalahnya akan lebih rumit jika lesi mengenai
struktur garis tengah atau kedua pita suara.
Dengan atau tampa diseksi leher, laringektomi total memerlukan stoma tracheal
permanent. Stoma ini mencegah aspirasi makanan dan cairan kedalam saluran
pernafasan bawah, karena laring yang memberikan perlindungan spingter tidak ada
lagi. Pasien tidak akan mempunyai suara lagi tetapi fungsi menelan akan normal.
Laringektomi total mengubah cara dimana aliran udara digunakan untuk bernafas dan
berbicara.

Sebagai patokan dapat dikatakan stadium 1 dikirim untuk mendapatkan radiasi,


staium 2 dan 3 dikirim untuk dilakukan operasi, stadium 4 dilakukan operasi dengan
rekontruksi, bila masih memungkinkan atau dikirim untuk radiasi.
Jenis pembedahan adalah laringektomi totalis ataupun parsial, tergantung lokasi dan
penjalaran tumor, serta dilakukan juga diseksi leher radikal bila terdapat penjalaran ke
kelenjar limfaa leher. Di bagian THT RSCM tersering dilakukan laringektomi totalis,
karena beberapa pertimbangan, sedangkan laringektomi parsial jarang dilakukan, karena
tehnik sulit umtuk menentukan batas tumor.

10. PROSES KEPERAWATAN


PENGKAJIAN
1. Anamnesa
Pada anamnesa biasanya didapatkan keluahan suara paru yang diderita sudah
cukup lama, tidak bersifat hilang timbul meskipun sudah diobati dan bertendens
semakin lama semakin berat. Klien juga kadang mengleuh sakitsakit tenggorok,
disfagia atau nyeri dan rasa terbakar dalam tenggorok.
Penderita kebanyakan adalah seorang perokok berat yang juga kadang-kadang
adalah seseorang yang banyak memakai suara berlebihan dan salah ( vocal abuse ),
peminum alcohol atau seorang yang sering /pernah terpapar sinar rasioaktif,
misalnya pernah diradiasi didaerah yang lain. Pada anamnesa juga kadang kadang

didapatkan hemoptisis yang bisa tersamar bersamaan dengan adanya TBC paru ,
sebab banyak penderita menjelang tua dan dari social ekonomi lemah.
2. Pemeriksaan Fisik
Yang pertama sering didapatkan tidak ada tanda yang khas dari luar, terutama
pada stadium dini/permulaan, tetapi bila tumor sudah menjalar kekelenjar limpe
leher, terlihat perubahan kontur leher dan hilangnya krepitasi kartilago laring. Pada
saat dipalpasi mungkin erdapat pembengkakan. Perawat melihat sifat dari
pembedahan sehingga dapat merencnakan asuhan yang sesuai. Kaji kemampuan
pasien untuk mendengar, melihat, membaca dan menulis. Kerusakan visual dan
buta huruf fungsional dapat menimbulkan masalah tambahan dengan komunikasi
dan

membutuhkan

pendekatan

kreatif

untuk

memastikan

pasien

dapat

mengkomunikasikan semua kebutuhannya.


3. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan untuk melihat kedalam laring dapat dilakukan dengan cara
langsung maupun tak langsung dengan menggunakan laringoskopi untuk menilai
lokasi tumor, penyebaran tumor yang terlihat dan kemudian melakukan biopsy.
Laringoskopi tidak langsung dilakukan untuk mengevaluasi secara visual keluasan
tumor. Uji diagnostic, termasuk sinar X jaringan lunak, tomogram, serogram,
pemeriksaan kontras, dan pencitraan resonansi magnetic (M R I) dilakukan sebagai
bagian dari pemeriksaan diagnostic untuk menentukan keluasan pertumbuhan
tumor. Bagaimanapun, pemeriksaan laringoskopi langsung dibawah anastesi u
mum, adalah metode primer untuk mengevaluasi laring.
Mobilitas pita suara dikaji, jika gerakan normalnya terbatas maka pertumbuhan
tumor mungkin sudah mengenai otot, jaringan lain dan bahkan jlan nafas.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pada semua data pengkajian , diagnosa keperawatan utama pasien dapat
mencakup yang berikut :
i.

Defisit pengetahuan tentang prospembedahan dan perjalanan pasca


operatif

ii.

Ansietaas yang berhubungan dengan diagnosisi kanker dan pembedahan


yang akan dijalani

iii.

Ketidak efektifan bersiahan jalan nafas berhubungan dengan perubahan


dalam jalan nafas

iv.

Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan pengangkatan


laring dan terhadap edema

v.

Perubahan nutrisi : Kurang darai kebutuhatubuh, yang berhubungan


dengan kesulitan menelan

vi.

Gangguan citra tubuh, konsep diri, harga diri yang berhubungan dengan
operai leher mayor

vii.

Defisit perwatan diri yang berhubungan dengan perawatan pasca


operatif

viii.

Potensial

ketidakpatuhan

terhadap

program

rehabilitatif

dan

penatalaksanaan pemeliharan di rumah


Masalah kolaboratif / potensial komplikasi
Berdasarkan data pengkajian , potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk ;
1. Distres pernafasan ( hipoksia, obstruksi jalan nafas, edem atrakea)
2. Hemoragi
3. Infeksi
PERENCANAAN
1. Tujuan
o

Tujuan utama untuk pasien dapat mencakup

pencapaian tingkat pengetahuan yang cukup ,

reduksi ansietas,

pemeliharaan patensi jalan nafas (Pasien mampu untuk mengatasi sekresinya


sendiri),

perbaikan komunikasi dengan mneggunakan metode alternative,

pencapaian tingkat nutrisi dan hidrasi yang optimal ,

perbaikin citra tubuh dan harga diri ,

patuh terhadap program rehabilitasi,

penatalaksanaan pemeliharan di rumah

dan pencegahan komplikasi.

2. Intervensi
Intervensi Keperawatan Pra operatif

Penyuluhan :
Jika dilakukan laringektomi komplit, pasien harus mengetahui bahwa suaranya
akan hilang, tetapi palatihan khusus akan memberikan suatau cara untuk

melakukan percakapan yang cukup normal.Namun kemampuan untuk


bernyanyi , tertawa atau bersiul akan hilang.Sampai tiba waktunya pelatihan ini
pasien harus mengetahua bahwa komunikasi masih memungkinkan melalui
lampu pemanggil dan dengan tulisan.
Menurunkan ansietas dan depresi

ix.

berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaa dan


berbagi persepsi

x.

jawab pertanyaan seringkas dan selengkap mungkin

xi.

datangkan orang yang pernah menjalani laringektomi selama pra and


pasca operasi yang dapat membantu untuk menyampaikan bahwa ada oarngorang

yang dapat

dan mau membantu pasien dan rehabbilitasi yang

berhasil merupakan hal yang tidak mustahi.


Intrvensi pasca operatif

Mempertahankan jalan nafas yang paten


1. posisikan pasien dalam posisi fowler/ fowler setelah pemulihan dari
ansestesi
2. amati pasien terhadap kegelisahan pernafasan labored, aprehensi, dan
peningkatan frekuensi nadi. Rasional : tanda-tanda ini menunjukan masalah
pernafasan atau sirkulasi
3. ambulasi dini jika dianjurkan. Rasional : mencegah atelektasis dan pulmoni
4. jika dilakukan laringektomi total, perawatan untuk selanng ini sama dengan
perawatan untukj selang trakheostomi. Bersihkan stoma setiap hari dengan
larutan salin atau larutan lain yang diresepkan, oleskan salep antibiotic yang
mungkin diresepkan dsekitar stoma dan garis jahitan
5. Amati drainase ukur dan catat. Jika drainase kurang dari 50-60 mml/hari,
dokter biasanya melepaskan drain
6. Lepaskan selang laringektomi jika stoma telah sembuh dengan baik,
biasanya dalam 3-6 minggu setelah pembedahan
7. Ajarkan pasien cara membersihkan dan mengganti selang laringektomi
8. Ajarkan bagaimana cara membersihkan sekresi jalan nafas

Meningkatkan komunikasi dan rehabilitasi bicara


1. Berikan penyuluhan pada pasien dan keluarga tentang bentuk alternative
komunikasi meliputi : magic slet, bel pemanggil
2. Anjurkan klien untuk bicara melalui esophagus (trakheoesofagal pungtur )

Meningkatkan nutrisi yang adekuat


1. Pada pascaoperatif pasien tidak diizinkan makan dan minum selama 10-14
hari
2. Berikan nutrisi dan hidrasi yang cukup melalui intravena, NGT, dan nutrisi
parenteral total.
3. Bila pasien telah siap untuk makan peroral, jelaskan pada pasien bahwa
cairan kental seperti ensure dan gelatin akan digunakan pertama kali karena
cairan ini mudah ditelan.
4. Instruksikan pasien untuk menghindari makanan yang manis. Rasional :
makanan yang dapat meningkatkan saliva dan menekan nafsu makan
5. Berikan makanan padat sesuai toleransi pasien
6. instruksikan pasien untuk membilas mulut dengan cairan hangat atau mouth
wash dan menyikat gigi dengan tratur.

Peningkatan nutrisi
1.

Lakukan pendekatan yang positif saat merawat pasien yaitu dengan


memperhatikan perawatan diri meliputi perawatan selang balutan dan
drain yang tepasang setelah pembedahan

2.

Motivasi klien untuk mengekspresikan setiap perasaan negative tentang


perubahan yang disebabkan oleh pembedahan

3.

Dengarkan dan dukung setiap keluahan yang diungkapkan oleh pasien dan
keluarga

4.

Rujukan pada kelompok pendukung (jika ada) rasional : dapat


membantupasien dan keluarga dalam menghadapi perubahan hidup

EVALUASI
xii.

Mendapatkan tingkat pengetahuan yang memadai :

Mengungkapkan

pengertian

tentang

prosedur

pembedahan

melakukan perawatan diri secara adekuat


xiii.

Menunjukan penurunan ansietas dan depresi :


1. Mengekspresikan adanya harapan ,
2. Bertemu dengan seseworang yang memiliki masalah serupa.

dan

xiv.

Mempertahankan jalan nafas yang bersih dan dapat mengatasi sekresi


sendiri

Memperagakan tehnik yang tepat dan praktis yang mencakup


pembersiahan dan penanganan selang laringektomi

xv.

Mendapatkan tehnik komunikasi yang efektif

Menggunakan lat batu untuk komunikasi ( magic slate, bel pemanggil,


papan gambar,bahasa isarat, membaca gerak bibir, bantuan komputer)

xvi.

Mempertahankan nutrisi yang seimbang dan adekuat.

xvii.

Menunujukan perbaikan citra diri


1. Mengekspresikan perasan dan kekawatiran
2. Ikut serta dalam perawatan diri dan pembuatan keputusan
3. Menerima informasi tentang kelompok pendukung

xviii.

Patuh terhadapa program rehabilitasi dan perawatan di rumah


1. Mempraktikan terapi wicara yang dianjurkan
2. Memperagakan metode yang tepat dalam merawat stoma dan selang
laringektomi ( Jika terpasang)
3. Mengungkapkan pengertian tentang gejala yang membutuhkan perhatian
medis
4. Menyebutkan tindakan keamanan yang harus dilakukan dalam keadaan
darurat

xix.

Menunjukan tidak terjadi komplikasi :


1. Tanda vital( tekanan darah , suhu tubuh, frekuensi adi dan pernafasan)
normal
2. Tidak terdapat kemerahan
3. Nyeri tekan atau drainase purulen pada tempat pembedahan
4. Menunjukan jalan nafas yang paten dan pernafasan yang sesuai tidak
terdapat perdarahan dari tempat operasi dan perdarahan minimal drai
drain.

BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan data
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama

: Tn.U

Umur

: 53 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki - laki

Status marital

: Kawin

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Pegawai Koperasi

Agama

: Islam

Suku Bangsa

: Sunda

Tanggal masuk RS

: 1 September 2015

Tanggal Pengkajiaan : 4 September 2015


No Medrec

: 04090466

Diagnosa Medis

: Suspect Carsinoma Laring + Post Tracheostomi

Alamat

: Kampung Sukasari Rt 03 / 03 Kecamatan Tegal Munjul,


Purwakarta

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama

: Tn.U

Umur

: 53 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki - laki

Pekerjaan

: Pegawai Koperasi

Alamat

: Kampung Sukasari Rt 03 / 03 Kecamatan Tegal Munjul,

Purwakarta
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Sejak 3 bulan yang lalu klien mengeluh sesak nafas yang dirasakan
bertambaha berat disertai dengan suara sakit. Klien bisa makan dan minum
termasuk memakan makanan padat, keluhan disertai batuk, klien juga
mengeluh ada benjolan di leher sebelah kirinya 5 hari yang lalu klien
berobat ke POLI THT RS B, dan dilakukan tracheostomi untuk
memudahkan bernafas. Klien dinyatakan tumor laring dan dianjurkan
dirawat. Klien dibawa ke RS A pada tanggal 1 September 2015 dan
dinyatakan Suspect Carsinoma Laring dengan post Tracheostomi.
2) Keluhan utama saat dikaji
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 4 September 2015 pukul 08.00
klien mengeluh batuk disertai secret berwarna putih dan encer. Batuk
dirasakan ketika tenggorokannya terasa gatal dan banyak secret, batuk

berhenti bila dilakukan suctioning, batuk tidak dapat dikontrol dan hilang
timbul.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kurang lebih 1 tahun yang lalu klien mengatakan sering batuk batuk dan
radang tenggorokan, walaupun sudah berobat ke Dokter radang tenggorokan
klien tidak sembuh, walaupun sembuh tapi timbul lagi, klien merokok dari usia
20 tahun, 1 hari rata-rata menghabiskan 1 bungkus rokok, baru berhenti 3 bulan
yang lalu.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan klien dan keluarganya, tidak ada yang mempunyai penyakit
yang serupa dengan klien. Tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti
DM, jantung, hipertensi, asma, tidak ada yang sedang atau pernah menderita
penyakit infeksi.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada pernapasan cuping
hidung, tidak ada cyanosis, tidak ada secret pada hidung, tidak ada deviasi
septum, pada leher terpasang tracheostomi, balutan tracheostomi kotor,
terdapat secret yang kering pada kasa balutan. Terdapat benjolan pada leher
sebelah kiri, pada saat diraba mempunyai ukuran lebih kurang sebesar
kelereng, benjolan teraba keras dan sulit digerakan. Pergerakan dada simetris,
tidak ada deviasi trakea, tidak ada retraksi interkostalis,. Suara nafas stridor.
Pada saat diperkusi suara paru terdengar resonan, frekuensi nafas 22 x/menit
b. Sistem Cardiovaskuler
Konjungtiva berwarna merah muda, tidak ada peningkatan JVP, akral teraba
hangat tidak ada cyanosis pada ujung-ujung ekstrimitas, tidak terdapat
clubbing finger, CRT kembali dalam 3 detik, tidak ada pembesaran KGB,
KGB kiri sulit diraba karena ada masa. Bunyi jantung murni dan regular, point
of maksimal impuls antara ICS 4 dan 5 Mid klavikula kiri. Nadi 84 x/ menit
tekanan darah 100/70 mmHg.
c. Sistem Pencernaan
Sklera putih, mata tidak cekung, bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab,
tidak terdapat iritasi pada rongga mulut, gigi lengka, tidak terpasang gigi
palsu, tidak terdapat caries, warna gigi kuning kecoklatan, bentuk lidah

simetris. Abdomen tampak cekung pada saat klien terlentang, bising usus 8-12
x/menit, pada saat diperkusi terdengar timpani, pada saat dipalpasi tidak ada
nyeri tekan dan nyeri lepas, klien mengeluh tidak ada nafsu makan, berat
badan sebelum sakit 53 kg sedangkan saat sakit 49 kg. Klien mengatakan
pada tanggal 1 September 2015 BAB 10x dengan konsistensi cair, sedangkan
pada saat dikaji tanggal 4 September 2015 pada jam 10.00 klien BAB sudah
3 kali dengan konsistensi cair.
d. Sistem Perkemihan
Tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada nyeri tekan. Pada saat diraba blass
teraba kosong, klien dapat BAK kekamar mandi klien mengatakan tidak ada
keluhan saat BAK
e. SistemMuskuloskeletal
Bentuk tulang sesuai dengan struktur, tidak ada pembengkakan pada sendi,
tidak ada kontraktur, reflek bisep ++/++, reflek trisep ++/++, reflek patella +
+/++ reflek babinski --/--ekstrimitas atas dan bawah dapat digerakan secara
bebas kekuatan otot 5 5
f. SistemIntegumen
Kulit kepala tampak bersih, rambut tidak lengket, distribusi rambut merata,
tidak mudah dicabut. Kuku tangan dan kaki pendek dan bersih, badan segar
dan bersih, suhu 36,5

0.

Turgor kulit baik, bila dicubit kembali dalam waktu

waktu 3 detik.
g. Sistem Endokrin
Kelenjar tiroid tidak dapat dipalpasi karena terpasang trakheostomi, klien
tidak ada keluhan polipagi, polidipsi dan poliuri.
h. Sistem Persarafan
1.

Tes Fungsi Cerebral


Tingkat Kesadaran
Kualitas : compos mentis klien

dapat berespon dengan tepat

terhadap stimulus yang diberikan melalui suara, taktil dan visual


Kuantitas ; GCS 15 E = 5, M = 6, V= 4
Status mental
Orientasi klien terhadap orang waktu dan tempat baik terbukti
dengan klien mampu menjawab dimana dia berada, kapan masuk RS
dan siapa yang menemaninya.

Daya ingat : klien mampu menjawab kapan terakhir kali dia merokok
2.

Tes Fungsi kranial


N I ( olfaktorius )
Klien dapat membedakan bau kayu putih dan kopi
N II ( optikus)
Klien dapat membaca papan nama perawat dalam jarak kurang lebih 30
cm denga mengunakan kaca mata
N III,IV,VI (okulomotoris, trokhealis, abdusen )
Respon cahaya terhadap pupil + Bola mata dapat digerakan kesegala
arah , tidak terdapat nistagmus atau diplopia
N V (trigeminus )
Mata klien berkedip pada saat pilinan kapas diusapkan pada kelopak
mata, klien merasakan sentuhan saat kapas diusapkan kemaksila dengan
mata tertutup
N VII ( Fasialis )
Klien dapat membedakan rasa manis dan asin, klien dapat mengerutkan
dahi, wajah klien tampak simetris saat klien tersenyum.
N VIII (auditorius )
Kien dapat menjawab pertanyaan perawat dengan baik tanpa harus
diulang
N IX, X ( glosofaringeus, vagus )
Uvula bergetar simetris saat kien mengatakan Ah, reflek menelan
bagus,
N XI (asesorius )
Klien dapat menoleh kekanan dan kekiri
N XII ( hipoglosus )
Lidah klien dapat digerakan secara bebas kesegala arah

3.

Fungsi Motorik
Tidak terdapat kontraktur pada ekstrimitas atas dan bawah, tonus otot
cukup baik untukmenahan gravitasi, reflek bisep ++/++, reflek trisep ++/
++, reflek patella ++/++ reflek babinski --/--

4.

Fungsi Sensorik
Klien dapat membedakan sensai tumpul dan tajam.

4. Pola Aktivitas Sehari-hari


NO
AKTIVITAS
1
Nutrisi

SEBELUM SAKIT

SETELAH SAKIT

a. Makan
Frekuensi

2 x/hari

3x/hari

Nafsu makan

Baik, 1 porsi habis

kurang, klien tidak suka diit yang


diberikan, habis porsi

Jenis

Nasi,lauk pauk, sayuran

bubur, sayur, lauk-pauk

Air putih dan air the

Air putih dan air teh

7-8 gelas/hari

5-6 gelas

Frekuensi

1 x/hari

3 x/hari

Konsistensi

Lembek

cair

Warna

Kuning

Kuning

3-4 x/hari

3-4x/hari

Warna
Istirahat tidur

Kuning jernih

Kunng jernih

a. Siang

Tidak/jarang tidur siang

Jam 13.00-15.00

b. Malam
Personal hygine

21.00-05.00

20.00-05.00

a. Mandi

2 x/ hari

2x/hari diseka

b. Keramas

3x / minggu

baru 1 x

c. Gosok gigi
Aktivitas

2 x / hari
Klien bekerja di koperasi

2x/hari
Klien dapat beraktivitas dengan

b. Minum
Jenis
2

Jumlah
Eliminasi
a. BAB

b. BAK
Frekuensi
3

sedikit bantuan

5. Data Psikologis
a. Status Emosi
Klien tampak tenang, ekspresi wajah ceria
b. Konsep Diri
1) Gambaran Diri

Klien mengatakan bahwa dirinya tidak malu dengan benjolan disebelah kiri
lehernya karena itu merupakan suatu penyakit yang akan ditangani oleh
tenaga kesehatan yang lebih ahli.
2) Identitas Diri
Klien adalah seorang dari 4 orang anak. Klien bekerja di koprasi didaerah
tempat tinggalnya.
3) Peran
Klien berperan sebagai seorang suami dari satu orang istri dan sebagai
kepala keluarga yang bertugas untuk mencari nafkah untuk diri dan
keluarganya.
4) Ideal Diri
Klien berharap penyakitnya cepat sembuh dan segera dioperasi dan berharap
ingin cepat pulang agar dapat melakukan kegiatannya seperti biasanya.
5) Harga Diri
Klien sadar sebagai manusia biasa klien memiliki banyak kekurangan dan
sadar bahwa semuanya ini merupakan cobaan dari tuhan
c. Gaya komunukasi
Pada waktu diajak berkomunikasi Klien mennjawab dengan spontan dengan
menggunakan bahasa non verbal ( mengangguk, menggerakan bibir)
d. Pola Interaksi
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain, tim kesehatan dengan menggunakan
bahasa non verbal( bahasa tubuh dan tulisan )
e. Koping
Menurut klien jika jika ada masalah kien suka menceritakan pada istrinya dan
merasa lega setelah bercerita dengan istrinya
6. Data Sosial
Klien bekerja sebagai pegawai koperasi sehigga sering berinteraksi dengan banyak
orang beritu juga ketika klien sakit dan dirawat di RS klien rajin berinteraksi
dengan keluarga dank lien lainnya.
7. Data Spiritual
Klien beragama isalam, dalam kondisinya sekarang ibadah solat klien tergangu.
Klien meyakini sakitnya adalah cobaan dari Alloh. Sebagai manusia biasa klien
hanya bisa berusaha dan berdoa
8. Data Penunjang

Pemeriksaan labolatorium tanggal 4 September 2015


Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Kimia klinik
Albumin

Hasil

Nilai normal

Satuan

13,6
13.200
42
246.000

13-18
3,8-10 rb
40-52
150.000-440.000

gr/dl
/mm 3
%
/mm 3

3,3

3,5-5

Labolatorium tanggal 8 September 2015


Hematology
LED
Kimia klinik
SGOT (Lk)
SGPT
Ureum
Kreatinin
Glukosa puasa
Glukosa 2 jam pp
Natrium
Kalium
Urin
Urin rutin
BJ
PH
Protein
Glukosa urin
Bilirubin
Urobilinogen
Nitrit
Keton
Eri
Leuko
Epitel
Ca oksalat
Terapi

25/46

0-10

27
33
36
0,7
71
114
133
3,7

s.d37
s.d 40
15-50
0,6-11
70-110
< 140
135-145
3,6-5,5

U/L 37 0C
U/L 37 0C
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
MEq/L
MEq/L

1,025
6,5
Neg
Neg
Neg
Normal
Neg
Neg
Neg
2-3
2-3
Pos

1,01-1,025
4,8-7,5
Neg
Neg

Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl

Neg
Neg
<1
<6

/lpb
/lpb
/lpk

Analgesik 3x1
New Diatab diminum setiap kali klien BAB
Clindamycin 300 mg 3x1

Hasil biopsi tanggal 11 September 2015

B. Analisa Data
NO
1

DATA
DS
Klien mengeluh batuk
disertai secret
berwarna putih dan
encer. Batuk dirasakan
ketika
tenggorokannya terasa
gatal dan banyak
secret, batuk berhenti
bila dilakukan
suctioning, batuk
tidak dapat dikontrol
dan hilang timbul.
DO
Klien terpasang kanul
trakheostomi sejak di
RS B pada tanggal 26
Austus 2015
Frekuensi nafas 22
x/mnt
Klien tampak sering
batuk disertai secret
putih dan encer
Terdapat
benjolan
pada leher sebelah kiri

KEMUNGKINAN PEYEBAB
DAN DAMPAK
Suspek Ca Laring
Tindakan medis (trakheostomi)
Canul trachea merupakan benda
asing bagi tubuh
Merangsang sel goblet
Mengeluarkan secret berlebihan
Secret terakumulasi dijalan nafas
termasuk dilubang trakheostomi
Ventilasi terganggu

MASALAH
Gangguan
oksigenasi : ventilasi

DS : DO :
Klien berkomunikasi
dengan menggunakan
bahasa
tubuh
(menggerakan bibir,
tangan, dan anggukan
kepala )
Klien terpasang kanul
trakheostomi sejak di
RS B pada tanggal 26
September 2015

Tindakan trakheostomi

Gangguan
komuniksai verbal

Klien bernafas melalui stoma


Plika vokal suara tidak berkontrasi
Suara tidak keluar
Klien tidak dapat berkomunikasi
secara verbal

Suspek Ca Laring
Asupan Nutrisi
DS:
kurang dari
Klien mengeluh nafsu
kebutuhan
makan berkurang
Adanya
proses
pertumbuhan
kanker
Klien
mengatakan
makan habis porsi
Klien
tidak
suka
memakan bubur/ diit
Menyebabkan penurunan enzim
yang diberikan
pencernaan,
abnormalitas dalam
DO :
Makanan habis metabolisme glukosa dan trigliserid
porsi
Klien tampak kurang
Stimulus sekresi enzim dan hormone
nafsu makanan
gastrin
BB sebelum sakit 53
kg
BB setelah sakit 49 kg Merangsang sekresi asam lambung
Albumin 3,3 ( n : 3,55)
Stimulus reseptor volume lambung
berkepanjangan yang menunjukan
perasaan kenyang
Penurunan nafsu makan
Intake nutrisi kurang
Invasi mikroorganisme kedalam

Resiko

Perluasan

tubuh
DS :
Klien
mengatakan
perban
trakheostominya
belum diganti
DO :
Tampak adanya stoma
trakheostomi
Balutan tracheostomi
kotor
Terdapat secret yang
kering pada kasa
balutan
leukosit : 13.200 /mm3
( N 3,8-10 rb )

Masuk melalui aliran darah secara


sistemik
Terjadinya peningkatan leukosit
sebagai kompensasi tubuh untuk
memfagosit kuman yang masuk
Jika tubuh tidak mampu melawan
kuman yangmasuk
Terjadi perluasan infeksi

Diare
5

DS :
klien
mengatakan
BAB sudah 3 kali
dengan konsistensi
encer

Cairan dan elektrolit dikeluarkan


melebihi batas normal
Terjadi dehidrasi

DO:
Turgor

kulit

baik,

bila dicubit kembali


dalam waktu waktu 3
detik.
Natrium 133 meq/l
(135-145)
BJ plasma 1,025 (N
1,010-1,025)mg/dl
Mata tidak cekung
Selaput
mukosa
basah
Urin normal

Infeksi

Resiko
terjadinya
gangguan
keseimbangan cairan
dan elektrolit

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


NO
1

DIAGNOSA KEPERAWATAN

DITEMUKAN
TANGGAL PARAF
Ganguan oksigenasi : ventilasi b.d 4-09-2015
Kel 5
akumulasi secret dijalan nafas

Gangguan komunikasi verbal b.d 4-09-2015

Kel 5

plika vokal suara tidak berkontraksi


3

Asupan

nutrisi

kurang

dari 4-09-2015

Kel 5

kebutuhan b.d penurunan nafsu


makan
4

Resiko

gangguan

keseimbangan 4-09-2015

Kel 5

cairan dan elektrolit b.d diare


5

Resiko terjadinya perluasan infeksi 4-09-2015


s.d invasi mikroorganisme

Kel 5

DIPECAHKAN
TANGGAL PARAF

IV. IMPLEMENTASI
NO TANGGAL/JAM
1 4 September
2015

4 September
2015

NO DP
DP 1

IMPLEMENTASI,EVALUASI
1. Mengobservasi pernafasan klien : tanda
dan gejala distress pernafasan
2. Menganjurkan klien dengan posisi
fowler
3. Menganjurkan klien dan keluarga untuk
melakukan penghisapan bila klien batuk
4. Mengauskultasi bunyi nafas sebelum dan
sesudah penghisapan
Evaluasi
1. Tidak ada tanda dan gejala distress
pernafasan : tidak ada retrasksi muskulo
ICS dan penggunaan otot-otot Bantu
pernafasan tidak ada PCH, tidak ada
sianosis, fekuensi nafas 20 x/menit
2. Posisi klien duduk dan terlihat
pernafasan klien maksimal
3. Klien melakukan penghisapan pada saat
batuk secara mandiri atapun oleh
keluarga
4. Bunyi nafas stridor sebelum di suction,
setelah di suction bunyi nafas bersih

DP 2

1. Memebrikan pilihan cara komunikasi


yaitu dengan mengunakan kertas dan
pensil dan bahas tubuh
2. Membantu komunikasi dengan latihan
untuk meningkatkan kekuatan, rentang
gerak, koordinasi dan kekuatan otot lidah

PARAF

3. Memberikan waktu yang cukup untuk


berkomunikasi
4. Memberikan sentuhan yang terapeutik
saat berkomunikasi dengan klien
Evaluasi
1. Klien mau berkomunikasi dengan
menggunakan kertas, pensil dan bahasa
tubuh
2. Klien tetap berkomunikasi dengan
menggunakan bibirnya walaupun tidak
mengeluarkan suara
3. Klien berusaha untuk menjawab tiap
pertanyaan
4. Klien tampak lebih nyaman ketika
diberikan sentuhan teraputik
3

4 September
2015

DP 3

1.

Menganjurkan kien untuk menghindari


pandangan dalam makanan, bau-bauan
yang tidak menyenangkan didalam
lingkungan selama waktu makan
2. Menyarankan
klien
untuk
mengkonsumsi makanan yang disukai
dan mengandung TKTP
3. Menganjurkan klien untuk banyak
minum 10 gelas perhari
4. Membatasi cairan ketika makan
5. Menciptakan lingkungan yang rileks
dan tenang selama waktu makan
6. Menganjurkan klien untuk makan
sedikit demi sedikit tapi sering
7. Menganjurkan klien untuk menjaga
kebersihan mulut
Evaluasi
1. Klien menghindarai pandangan yang
tidak menyenangkan ketika makan:
menghindari melihat secret orang lain
yang batuk
2. Klien mau makan nasi yang asalnya
diberi bubur, dengan makan habis
porsi
3. Klien mengatakan akan banyak minum
minimal 2 aqua besar
4. Klien menghindari banyak minum
ketika makan
5. Lingkungan sekitar kjlien tampak bersih
dan rapih
6. Klien makan sedikit demi sedikit tapi
sering
7. Klien menggosok gigi tiap kali sesudah
makan

4 September
2015

DP 4

1. Menginspeksi daerah sekitar stoma


terhadap tanda-tanda infeksi
2. Menggunakan teknik aseptic dalam
perawatan luka
3. Menggunakan alat-alat sterile dalam
perawatan trakheostomi
4. Melakukan perawatan trakheostomi bila
kotot
5. Mecuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan
Evaluasi:
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Alat-alat yang digunakan steril
3. Menggunakan prinsip steril dalam
perawatan steril : 2 pinset untuk 1 orang
4. Balutan tracheostomi bersih, tidak ada
secret yang mongering yang menempel
dikasa.

4 September
2015

DP 5

1. Menginformasikan kepada klien dan


keluarga akibat jika suctioning tidak
sesuai ketentuan
2. Memberikan informasi baqgaimana
suctioning sesuai dengan prosedur
3. Melakukan suctioning dalam waktu 10
detik atau 5-10 detik
4. Memasukan ujung kateter kedalam air
steril atau cairan rubrikan sebelum
suctioning
5. Melakukan suctioning dengan teknik
steril
Evaluasi :
1. Klien dan keluarga mengerti bagaimana
akibat jika suctioning tidak sesuai tidak
sesuai dengan ketentuan yaitu bisa
menyebabkan iritasi mukosa trakea dan
tubuh kekurangan oksigen.
2. Klien memahami bagaimana suctioning
yang sesuai dengan prosedur
3. Klien dan keluarhga mampu melakukan
suctioning yang sesuai prosedur

5 September
2015

DP 1

1. Mengobservasi pernafasan klien : tanda


dan gejala distress pernafasan
2. Mengauskultasi bunyi nafas sebelum dan
sesudah penghisapan
Evaluasi :
1. Tidak ada tanda gejala distress
pernapasan,
frekuensi
napas
20
kali/menit
2. Bunyi nafas stidor

5 September
2015

DP 2

1. Memebrikan pilihan cara komunikasi


yaitu dengan mengunakan kertas dan
pensil dan bahas tubuh
2. Memberikan waktu yang cukup untuk
berkomunikasi
3. Memberikan sentuhan yang terapeutik
saat berkomunikasi dengan klien
Evaluasi :
1. Klien
berkomunokasi
dengan
menggunakan bahasa tubuh
2. Klien menjawab pertanyaan dengan
spontan
3. Klien tidak keberatan disentuh oleh
perawat saat berkomunikasi

5 September
2015

DP 4

1. Menginspeksi daerah sekitar stoma


terhadap tanda-tanda infeksi
2. Menggunakan teknik septik aseptic
dalam perawatan luka
3. Menggunakan alat-alat sterile dalam
perawatan trakheostomi
4. Melakukan perawatan trakheostomi bila
kotot
5. Mecuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan
Evaluasi ;
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Alat-alat yang digunakan steril
3. Menggunakan prinsip steril dalam
perawatan steril : 2 pinset untuk 1 orang
4. Balutan tracheostomi bersih, tidak ada
secret yang mongering yang menempel
dikasa.

CATATAN PERKEMBANGAN
NO TANGGAL/JAM NO DP
CATATAN PERKEMBANGAN
1. 5 September
DP Baru S :
2015
- Klien mengatakan belum diseka
07.30
- Klien mengatan belum mandi karena
dingin dan disekanya nanti saja
- Klien mengatakan belum gosok gigi
O:
- Tanpak klien kusut dan tidak rapih
- Tercium bau
- Rambut klien tidak teratur
A:
- Kurangnya pemenuhan personal hygiene
s.d kurangnya motivasi
P:
1. Jelaskan pada klien pentingnya mandi
pagi
2. Seka klien dengan menggunakan air
hangat
3. Anjurkan klien untuk menggosok gigi
4. Fasilitasi klien untuk merpaikan dirinya
I:
1. Menjelaskan pada klien pentingnya
mandi pagi
2. Menyeka klien dengan menggunakan air
hangat
3. Menganjurkan klien untuk menggosok
gigi
4. Memfasilitasi klien untuk merpaikan

PARAF

dirinya
E:
1. Klien mengerti tentang pentingnya mandi
pagi
2. tampak bersih segar dan nyaman
Tercium wangi
3. klien tampak rapi
DP 1
2

5 September
2015
13.30

S:
- Klien mengatakan tidak ada sesak
- Batuk berkurang
- Klien mengatakan dengan posisi duduk
bernafas lebih maksimal
O:
- Bunyi nafas stridor
- Sekret putuh dan encer
- R = 20 x/menit
A:
- Masalah teratasi
DP 2

5 September
2015

S:
-

Klien mengungkapkan lebih enak


komunokasi dengan bahas tubuh kecuali
kalau orang lain masih tidak mengerti
baru ditulis

O:
-

Tampak klien berkomunikasi dengan


bahasa tubuh, isyarat kadang dengan
tulisan

A:
-

Masalah teratasi

DP 3
4

5 September
2015
13.45

S:
-

Klien mengatakan nafsu


meningkat bila makan nasi

makannya

O:
-

Makan habis 1\2 porsi

A:
-

Masalah teratasi

Dp 4
5

3 Des 2004
13.50

S:O:
-

A:

TTV : TD : 100/70 mmHg


N : 84x/menit
R: 20x/menit
S : 36,7 0
tidak ada anda-tanda infeksi
Balutan trakheostomi bersih dan tidak ada
secret yang menempel

3 Des 2004
13.55

Masalah teratasi

DP 5
S:
-

klien dan keluarga mengatakan faham


bagaimana teknik suctioning yang sesuai
dengan prosedur

O:
-

klien dan keluarga mendemonstrasikan


suctioning sesuai dengan prosedur
tidak ada iritasi pada mukosa trachea

A:
-

masalah tratasi

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kanker laring merupakan keganasan yang terjadi pada laring. Penyebab kanker laring
belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok dan peminum
alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan resiko tinggi terhadap terjadinya kanker
laring. Penelitian epidemiologi menggambarkan beberapa hala yang diduga menyebabkan
kanker laring yang kuat yaitu rokok, alkohol dan oleh sinar radioaktif. Terbanyak
didapatkan pada klien berusia 50-60 th.
Penatalaksanaan keganassan dilaring tanpa memperhatikan bidang rehabilitasi
belumlah lengkap. Pengobatan untuk konisi ini bervariasi sejalan dnegan keluasan
malognansi. Pengobatan pilihan termasuk pembedahan dan terapi radiasi. Yang terpenting
penanggulangan pada karsinoma laring adalah diagnosis dini dan pengobatan atau tindakan
yang tepat dan kuratif karena tumor masih terisolasi dan dapat diangkat secara radikal.
Tujuan utama yaitu mengerluarkan bagian laring yang terkena tumor dengan
memperhatikan fungsi respirasi, fungsi fonasi serta fungsi spingter laring.

1.

SARAN
a. Penulis sudah mampu mengkaji data data secara holistik yang didapatkan melalui
wawancara, pemeriksaan fisik, catatan medis dan keperawatan, yang digunakan dilahan
praktek.
b. Penulis sudah mampu membedakan data data patologis dan data-data normal.
c. Penulis sudah mampu mengelompokan data-data patololgis dan data-data normal.
d. Penulis sudah mampu merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan pengkajian.
e. Penulis sudah mampu menentukan rencana keperawatan berdasarkan prioritas masalah
dan diagnosa.
f. Penulis sudah mampu mengimplementasikan rencana keperawatan
g. Penulis sudah mampu mengevaluasi Asuhan Keperawatan yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta :
EGC
Erfansah. (2010). Asuhan Keperawatan Kanker Laring.
Adams, Boies Higler. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddart. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 1. Jakarta : EGC.
Pearce, Evelyn C. 1979. anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit edis 4. Jakarta
: EGC.
Soepardi, Efiaty Assyad dkk. Telinga Hidung Tenggorok edisi 3. Jakarta. Balai Penerbit
FKUI.
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk siswa Perawat edisi 2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai