ASUHAN KEPERAWATAN
KANKER PARU dan ISPA
Puji Syukur kepada ALLAH SWT atas berkat dan rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kanker Paru
dan ISPA”. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Makalah ini tidak terlepas dari bantuan media massa, literature buku dan
kerjasama kelompok kami. Makalah ini kami susun berdasarkan materi yang kami
dapat dari media massa dan literature buku.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi pembaca
yang membutuhkan. Makalah ini tentunya terdapat kekurangan maupun kesalahan
, untuk itu kritik dan saran serta masukan dari teman-teman sangat kami nantikan.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
TINJAUAN TEORITIS
1. Merokok
Merupakan penyebab utama Ca paru. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh
batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti
ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok
ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah
meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok
dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan
dalam terdari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan,
menimbulkan tumor.
2. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di
Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 %
meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif
dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
3. Zat-zat yang terhirup ditempat kerja .
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil
nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah
hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan
asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden. Contoh
: radon, nikel, radiasi dan arsen.
4. Polusi Udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih
tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah
diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer
di kota. Contoh: Polusi udara, pemaparan gas RT, asap kendaraan/
pembakaran (Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker
paru, yakni
a) Proton oncogen.
b) Tumor suppressor gene.
c) Gene encoding enzyme.
Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor
dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor
dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS)
sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau
neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati
secara alamiah- programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus
ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel
kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian
kanker merupakan penyakit genetik yang pada permulaan terbatas pada
sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.
C. Gejala
1. Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat
2. Dahak berdarah berubah warna dan makin banyak
3. Nafas sesak ( pendek )
4. Sakit kepala , nyeri dada , bahu dan bagian punggung
5. Kelelahan yang parah
D. Klasifikasi
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru
(1977) :
1. Karsinoma Bronkogenik.
a) Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan
epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka
panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral
sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor
jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar
langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan
mediastinum.
E. Manifestasi Klinis
1. Gejala Awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh
obstruksi bronkus
2. Gejala Umum
Menurut Price (1995), gejala umum pada klien dengan Ca paru antara
lain yaitu:
a) Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor.
Batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai
titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam
berespon terhadap infeksi sekunder .
b) Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor
yang mengalami ulserasi
c) Anoreksia, lelah , berkurangnya berat badan
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi
b) Bronkhografi.
2. Laboratorium.
3. Histopatologi.
a) Bronkoskopi.
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %. c) Torakoskopi.
c) Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening
yang terlibat.
e) Torakotomi.
4. Pencitraan
I. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a) Kuratif.
b) Paliatif.
1. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak
terkena kanker.
a. Toraktomi eksplorasi.
d. Resesi segmental.
e. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau
penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan
dari permukaan paru paru berbentuk baji (potongan es).
f. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris.
2. Radiasi
3. Kemoterapi.
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat: Kelemahan, ketidakmampuan,
mempertahankan kebiasaan rutin, dispnoe karena aktivitas ,
kelesuan biasanya tahap lanjut.
3. Intervensi Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
dapat dihubungkan :
Kriteria hasil :
Intervensi :
b. Nyeri
Dapat dihubungkan :
Kriteria hasil :
Intervensi :
2. Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi
tambahan, misalnya krekels, mengi.
Rasional : Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada
pada area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam
area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane
alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau
penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta
tumor.
Dapat dihubungkan :
a) Kurang informasi.
b) Kesalahan interpretasi informasi.
c) Kurang mengingat.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur.
Bakteripenyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus,
pnemokokus,hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus
penyebabnya antara laingolongan mikovirus, adenovirus, koronavirus,
pikornavirus, mikoplasma,herpesvirus.Bakteri dan virus yang paling sering
menjadi penyebab ISPA diantaranyabakteri stafilokokus dan streptokokus
serta virus influenza yang di udara bebasakan masuk dan menempel pada
saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
D. Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomia.
a. Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)
Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek,
otitismedia, faringitis.
b. Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPbA)
Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring
sampaidengan alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran nafas,
sepertiepiglotitis, laringitis, laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis,
pneumonia.
E. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding
dada kedalam (chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
F. Manifestasi klinis
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam,
adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu
saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali
tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).
( sumber : http://nursingbegin.com/askep-ispa-anak/ )
1. Tanda-tanda klinis
a) Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas
lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
b) Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
c) Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
2. Tanda-tanda
a) Hypoxemia
b) Hypercapnia dan
c) Acydosis (metabolik dan atau respiratorik).
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah:
tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan
tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa
minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume
yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam
dan dingin.
H. Patofisiologi
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar,
bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka
penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara
dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita
maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara
dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang
sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung
unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab.
Walaupun saluran pernapasan atas (akut) secara langsung terpajan
lingkungan, namun infeksi relatif jarang terjadi berkembang menjadi infeksi
saluran pernapasan bawah yang mengenai bronchus dan alveoli.
Terdapat beberapa mekanisme protektif di sepanjang saluran pernapasan
untuk mencegah infeksi, refleksi batuk mengeluarkan benda asing dan
mikroorganisme, dan membuang mucus yang tertimbun, terdapat lapisan
mukosilialis yang terdiri dari sel-sel dan berlokasi dari bronchus ke atas yang
menghasilkan mucus dan sel-sel silia yang melapisi sel-sel penghasil mucus.
Silia bergerak dengan ritmis untuk mendorong mucus, dan semua
mikroorganisme yang terperangkap di dalam mucus, ke atas nasofaring tempat
mucus tersebut dapat dikeluarkan melalui hidung, atau ditelan. Proses kompleks
ini kadang-kadang disebut sebagai system Eksalator mukolisiaris.
Apabila dapat lolos dari mekanisme pertahanan tersebut dan mengkoloni
saluran napas atas, maka mikroorganisme akan dihadang oleh lapisan pertahanan
yang ketiga yang penting (system imum) untuk mencegah mikroorganisme
tersebut sampai di saluran napas bawah.
Respons ini diperantarai oleh limfosit, tetapi juga melibatkan sel-sel darah
putih lainnya misalnya makrofag, neutrofil, dan sel mast yang tertarik ke daerah
tempat proses peradangan berlangsung. Apabila terjadi gangguan mekanisme
pertahanan di bidang pernapasan, atau mikroorganismenya sangat virulen, maka
dapat timbul infeksi saluran pernapasan bawah.
I. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium:
Pada pemeriksaan ditemukan gambaran sebagai berikut:
a. Hb menurun, nilai normal L: 13-16gr%, P: 12-14gr%
b. Leukosit meningkat, nilain normal 500-1000/mm3
c. Eritrosit menurun, nilai normal 4,5-5,5 juta/mm3
d.Urine biasanya lebih tua, mungkin terdapat albuminuria karena suhu tubuh
meningkat.
J. Penatalaksanaan
1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang
adekuat,pemberian multivitamin dll.
2. Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
- Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
- Menurut WHO :
Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol,Amoksisillin,
Ampisillin,PenisillinProkain,Pnemoniaberat:Benzilpenicillin,klorampeni
kol,kloksasilin,gentamisin.
- Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.
K. Komplikasi
SPA ( saluran pernafasan akut sebenarnya merupakan self limited disease
yangsembuh sendiri dalam 5 ± 6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain,
tetapi penyakit ISPAyang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang
baik dapat menimbulkan penyakitseperti : semusitis paranosal, penutuban
tuba eustachii, lanyingitis, tracheitis, bronchtis, dan brhonco pneumonia dan
berlanjut pada kematian karena danya sepsis yang meluas.( Whaley and
Wong, 2000 ).
2.4. Konsep Teoritis Keperawatan ISPA
1. Pengkajian
Pengkajian Riwayat kesehatan:
- Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan).
- Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa).
- Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit
sepertiyang dialaminya sekarang).
- Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang
pernahmengalami sakit seperti penyakit klien).
- Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien).
3. Pemeriksaan fisik :
Difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan:
a. Inspeksi :
- Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
- Tonsil tampak kemerahan dan edema
4. Pemeriksaan Penunjang :
1) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
2) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia.
3) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.
3) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan: nyeri berkurang/terkontrol
Kriteria hasil : Nyeri berkurang skala 1-2
4) Risiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder
(adanya infeksi penekanan imun).
Tujuan: tidak terjadi penularan, tidak terjadi komplikasi
Meminimalisir penularan infeksi lewat udara
Kriteria hasil : Anggota keluarga tidak ada yang tertular ISPA
3. Intervensi
Intervensi 1:
a.Observasi tanda-tanda vital
b. Anjurkan klien/keluarga untuk kompres pada kepala/aksila
c. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat
menyerap keringat seperti pakaian dari bahan katun.
d. Atur sirkulasi udara
e. Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hari
f. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama fase febris penyakit.
g. Kolaborasi dengan dokter:
- Dalam pemberian terapi, obat antimikrobial
- Antipiretika
Rasionalisasi:
a. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukanperkembangan
perawatan selanjutnya.
Intervensi 2:
a. Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari.
b. Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
c. Tingkatkan tirah baring
d. Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet sesuai
kebutuhan klien.
Rasionalisasi:
a. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB
dan evaluasi keadekuat rencana nutrisi.
b. Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total.
c. Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih, dan
menyenangkan.
d. Untuk mengurangi kebutuhan metabolik.
e. Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi
ataukebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal.
Intervensi 3:
a. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10 ), factor
yang memperburuk atau meredakan nyeri, lokasi, lama, dan
karakteristiknya.
b. Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahan
kimia, asap rokkok, dan mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila
suara serak.
c. Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat.
d. Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, &
analgesik)
Rasionalisasi:
a. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang
berhubunganmerupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih
intervensi yangcocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang
diberikan.
b. Mengurangi bertambahberatnya penyakit.
Intervensi 4:
a. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
b. Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.
c. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin.
d. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usia 2
tahun,lansia, dan penderita penyakit kronis. Konsumsi vitamin C,
A danmineral seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh
menurun/asupanmakanan berkurang.
e. Kolaborasi pemberian obat sesuai hasil kultur
Rasionalisasi:
a. Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius.
b. Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan dan memperbaiki
pertahanan klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
c. Mencegah penyebaran patogen melalui cairan.
d. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan
tahanan terhadap infeksi.
e. Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan
kultur dan sensitifitas atau diberikan secara profilaktik karena
risiko tinggi.
4. Implementasi Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
1. Mengukur tanda tanda vital
2. Mengompres kepala atau aksila dingan mengunakan air dingin
3. Memerikan penjelasan kepada klien tentang manfaat mengunakan
pakaian berbahan tipis
4. Memberikan obat penurun panas sesuai dengan dosis dan tepat waktu
b. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia
1. Membantu jenis dan makanan yang dimakan klien
2. Membuat catatan makanan harian
3. Monitor lingkungan selama klien makan.
4. Monitor intake nutrisi
c. Nyeri akut b.d inflamasi pada membrane mukosa faring dan tonsil
1. Tingkatkan istirahat
2. Berikan informasi tentang nyeri kepada keluarga anak ,seperti
penyebab nyeri berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
ketidak nyamanan dari prosedur
3. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama
kali.
d. Resiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder
1. Membatasi pengunjung
2. Mempertahankan teknik isolasi
3. Memperbanyak istirahat
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999)
adalah :
1. Suhu tubuh pasien dalam rentang normal antara 36 -37,5 C.
2. Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
3. Nyeri hilang atau terkontrol.
4. Tidak terjadi komplikasi pada klien.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan :
ISPA adalah radang akut saluranpernafasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia
tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. Didapat beberapa faktor
resiko ISPA pada penderita yaitu :
1) faktor agen;
2) faktor manusia, yang terdiri dari faktor umur, jenis kelamin, dan status gizi;
3) lingkungan, yang terdiri dari faktor kelembaban udara,suhu ruangan, ventilasi,
penggunaan anti nyamuk, bahanbakar untuk memasak, dan keberadaan
perokok.
Gejala yang dirasakan penderita yaitu nafsu makan menurun,pasien merasa lesu,
demam, disertai batuk dan pilek selama 5 hari, sakit tenggorokan dan terdapat
tonsilitis dan faringitis akut setelah di periksa dokter
2. Kanker Paru
1. Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker
pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih
besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker
payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita.
2. Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen
lingkungan, terutama asap rokok.
4. Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang ditemui
pada penderita kanker paru adalah Batuk yang terus menerus atau menjadi
hebat, dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak, napas sesak dan
pendek-pendek, sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak
jelas, kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang
jelas.
Saran :
1. Hindarilah faktor resiko yang dapat meningkatkankejadian ISPA pada ,
kecuali faktor resiko yang tidak dapat diubah seperti umur dan jenis kelamin.
2. Membiasakan hidup sehat dan menjaga kebersihan perseorangan dan
lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Danusantoso Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran
Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Sudoyo Aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta
Tim CancerHelps. 2010. Stop Kanker “KANKER BUKAN LAGI VONIS MATI”
Panduan Deteksi Dini dan Pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker.
Jakarta. Penerbit AgroMedia Pustaka.