Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER PARU DAN


PROSEDURAL SUCTION

Anggota Kelompok:
20200910170040 Aditria Suryaningrat
20200910170041 Dea Alvionita
20200910170042 Diana Novalia
20200910170043 Dona Sandra
20200910170044 Dwi Januardianti
20200910170045 Dwita Puji Lestari
20200910170046 Galuh Susilo Inti Rufana Dewi

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Askep CA Paru dan Prosedural Suction” ini tepat waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bapak Erwan Setiyono. MN, pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Askep
CA Paru dan Prosedural Suction. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Erwan Setiyono. MN, selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Adapun pun kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karen itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah yang kami buat ini.

Jakarta, 25 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kanker merupakan salah satu penyakit ganas yang mematikan dan salah satu
penyebab kematian di seluruh dunia (“Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Yang Cenderung Menjadi Epidemi Dan
Pandemi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan,” 2007). Kanker terjadi dari perubahan
sel yang mengalami pertumbuhan tidak normal dan tidak terkontrol. Selsel yang
menyebar ini kemudian akan tumbuh berkembang di tempat baru, yang akhirnya
membentuk sekumpulan sel tumor ganas atau kanker (What Is Cancer?, 2014)
Kanker paru merupakan penyebab kanker yang paling umum di seluruh dunia. Di
Amerika Serikat, kanker paru adalah kanker kedua yang paling umum pada
wanita.
Kanker paru menjadi kanker yang paling sering terjadi baik tingkat populasi
maupun rumah sakit. Di Indonesia sendiri berdasarkan data registrasi kanker
berbasis populasi di Jakarta pada tahun 2005, kanker paru menempati urutan
pertama dari seluruh kasus kanker yang terjadi pada laki-laki, sedangkan pada
perempuan, kanker paru merupakan kanker tertinggi keempat (Ramadhaniah et
al., 2016). Menurut (Doenges et al., 2019) Pada tahun 2009, orang meninggal
karena kanker paru sebanyak 158-081 di Amerika Serikat, sedangkan Sebanyak
1,37 juta orang meninggal diseluruh dunia. Selain itu juga kanker paru memiliki
angka mortalitas tertinggi di negara industry, yang sesuai dengan kcenderungan
terhadap paparan asap rokok, dan ketika angka mortalitas pada pria lebih tinggi
dari wanita, angka mortalitas kanker paru pada wanita di Amerika Serikat adalah
yang paling tinggi di dunia.
Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi kanker di Indonesia menunjukkan adanya
peningkatan dari 1,4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000
penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker itu tersebut tidak hanya dilihat dari
satu sisi peningkatan saja, tapi di sisi lain justru pelayanan kesehatan juga lebih
meningkat. Angka kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki laki adalah kanker
paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per
100.000 penduduk (kemenkes RI, 2019).

Kanker Paru biasanya terjadi di dalam dinding epitelium cabang bronkial, selain
itu kanker paru juga dapat menyebabkan mucus yang berlebihan dan secret yang
tertahan. Sekret merupakan bahan yang dikeluarkan dari paru, bronchus, dan
trachea melalui mulut. Produksi sekret yang berlebih dimana dapat menghambat
aliran udara dari hidung masuk ke paru-paru. Peningkatan produksi sekret ini
mengakibatkan ketidakmampuan dalam mengeluarkan sekresi atau obstruksi dari
saluran pernafasan untuk mempertahankan jalan nafas maka diagnosa
keperawatan yang muncul ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Herdman, 2012).
Sekret yang terproduksi tersebut harus di suction untuk mempertaankan jalan
nafas pasien. Suction merupakan suatu cara untuk mengeluarkan sekret dari
saluran nafas dengan menggunakan kateter yang dimasukkan melalui hidung atau
rongga mulut ke dalam pharyng atau trachea.
Tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana asuhan
keperawatan pada penyakit kanker paru dan pemberian tindakan suction pada
penderitanya.

I.2 Tujuan Penulisan


a) Untuk mengetahui lebih dalam tentang penyakit CA Paru
b) Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan CA Paru
c) Untuk mengetahui procedural suction
d) Untuk mengetahui indikasi procedural suction

I.3 Manfaat Penulisan


a) Bagi penulis, memberikan gambaran mengenai kanker paru secara umum
dan terperinci
b) Bagi mahasiswa, di manfaatkan dan digunakan oleh teman-teman sebagai
bahan referensi terkait masalah Ca paru dan penerapannya pada bidang
ilmu Kesehatan, selain itu juga dapat bermanfaat sebagai bahan referensi
untuk penelitian lebih lanjut
c) Pihak umum, sebagai bahan bacaan, sumber informasi dan referensi terkait
masalah penyakit ca paru
BAB II
TINJAUAN TEORI

II.1 Kanker Paru


Kanker paru-paru adalah suatu kondisi dimana sel-sel tumbuh secara tidak
terkendali di dalam paru-paru. Sel-sel ini tidak dapat berfungsi seperti sel paru-
paru yang sehat dan ketika tumbuh sel-sel ini dapat membentuk tumor dan
mengganggu fungsi paru-paru(IMAN, 2018). Kanker terjadi apabila sel normal
mengalami perubahan genetik secara abnormal menjadi sel kanker. Kanker paru
berawal dari perubahan genetic pada sel di dalam paru-paru, tepatnya berawal dari
sel yang berada didalam saluran udara paru-paru. Menurut (Doenges et al., 2019)
kanker paru biasanya terjadi di dalam dinding epitelium cabang bronkial, pajanan
terhadap karsinogen lingkungan dan okupasional serta kerentanan individu
terhadap karsinogen ini diduga meningkatkan risiko terjadinya kanker paru.
Merokok terus menerus menjadi penyebab utama kanker pareu, yang
menyebabkan 90% kasus. Asap tembakau mengandung lebih dari 40 agen
larsinogenik yang diketahui bertanggung jawab atas mutasi DNA. Bahaya
ukopasional, termasuk pajanan terhadap abses dan radon, menyebabkan 10%-15%
kasus.

II.1.1 Klasifikasi
Ada dua subtipe utama kanker paru-paru yaitu Small-Cell Lung Carcinoma
(SCLC) dan Non-Small-Cell Lung Carcinoma (NSCLC), masingmasing
mencakup 15% dan 85% dari semua kanker paru-paru (Zappa & Mousa, 2016).

II.1.1.1 Small Cell Lung Carsinoma (SLC)


Small-cell lung cancer atau yang di sebut kanker paru jenis karsinoma sel kecil
(KPKSK) mencakup sekitar 20% dari semua kanker paru-paru. SCLC memiliki
sifat yang sanagat agresif dan dianggap sebagai penyakit “sistemik” saat
didiagnosis. Kanker paru jenis ini berkembang dalam waktu 3-5 tahun dan meiliki
waktu 30 hari untuk menggandakan dirinya. SCLC timbul dari sel neuroendokrin
dan dapat mengeluarkan berbagai macam polipeptida. Beberapa dari polipeptida
ini memiliki sifat umpan balik otomatin yang dapat menginduksi pertumbuhan
tumor lebih lanjut. SLSC juga sering di asosiasikan dengan beberapa sindrom
neoplastik. B. Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC).

II.1.1.2 Non Small Cell Lung Carsinoma (NSLC)


Non-Small Cell Lung Cancer atau kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil
(KPKBSK) mencakup sekitar 80% dari semua kanker paru-paru. KPKBSK
terbagi menjadi 3 kategori berdasarkan histologinya, yaitu: (Davidson et al., 2015)
a) Adenokarsinoma:
Mencakup sekiranya 40% dari kanker paru dan lebih banyak pasien wanita.
Pertumbuhan adenokarsinoma biasanya lambat dan perlu waktu 15 tahun
unntuk tumbuh dengan waktu untuk menggandakan diri lebih dari 200 hari.
Adenokarsinoma muncul dari sel mucus didalam epitel pada bronkus. (Abdi,
2014)
b) Karsinoma sel skuamosa:
lebih jarang ditemukan dan mencakup sekiranya 25% dari kanker paru.
Karsinoma ini lebih agresif dari pada adenokarsinoma dan membutuhkan 8
tahun untuk berkembang. Biasanya karsinoma sel skuamosa dapat
menyebabkan obstruksi pada bronkus yang menyebabkan infeksi. (Abdi, 2014)
3.
c) Karsinoma sel besar:
karsinoma yang paling jarang ditemukan, hanya mencakup 10% dari kanker
paru. Karsinoma ini metastase lebih cepat dan memiliki prognosis yang lebih
buruk. (Abdi, 2014)

II.1.2 Stadium
Stadium pada kanker paru-paru ditentukan oleh lokasi dari sel kanker, ukuran
dari sel kanker dan apakah sel kankernya telah menyebar dari tempat asal sel
ini. Stadium pada kanker memainkan peran penting pada pengobatan karena
bisa membantu dokter menentukan pengobatan yang sesuai untuk mengobati
penyakit, memperpanjang hidup pasien atau memperbaiki kualitas kehidupan .

 Stadium pada kanker paru-paru sel kecil


o Stadium terbatas – Sel kanker hanya terdapat di daerah paru-paru.
o Stadium luas – Sel kanker sudah menyebar ke bagian tubuh yang lain.
 Stadium pada kanker paru-paru bukan sel kecil
o Stadium 1: Sel kanker hanya ditemukan di daerah paru-paru. Sel kanker
tidak ditemukan di kelenjar getah bening dan tidak menyebar ke organ
lain.
o Stadium 2:
Stadium 2A: Ukuran sel kanker kecil dan ditemukan di sekitar kelenjar
getah bening.

Stadium 2B: Sel kanker sedikit lebih besar dan sudah menyebar sampai
kelenjar getah bening di sekitar daerah paru-paru yang terkena sel
kanker atau sel kanker sudah menyebar ke daerah lain seperti dinding
dada.

o Stadium 3:
 Stadium 3A: Sel kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening yang
jauh dari area yang terkena sel kanker atau sel kanker ditemukan di
kelenjar getah bening dekat area yang terkena sel kanker dan sudah
menyebar ke daerah lain seperti dinding dada atau di tengah dada.
 Stadium 3B: Sel kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di sisi
lain dari dada atau ke kelenjar getah bening di atas tulang
selangka atau ada lebih dari satu tumor di paru-paru atau kanker sudah
berkembang di area lain dari bagian dada, seperti di hati,
esofagus atau terdapat cairan berisikan sel kanker yang mengelilingi paru-
paru.
 Stadium 4: Sel kanker sudah menyebar ke bagian tubuh yang lain seperti
hati, tulang, dan otak.

II.1.3 Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain
seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain
a) Perokok Aktif
Menurut Van Houtte, perokok aktif merupakan faktor yang berperan paling
penting, yaitu 85% dari seluruh kasus (Price & Wilson, 2006). Rokok
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi
dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi
oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya
kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Kang et al., 2013)
b) Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif,
atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang
tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap
asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Price &
Wilson, 2006)
c) Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat
kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan
dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini
lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi
yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi.
Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial
ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat
pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi.
Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada
asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Price, 2010).
d) Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,
nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker
paru. Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira
sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik
akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut
juga merokok (Amin, 2010).
e) Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena
kanker paru (Amin, 2010). 6. Genetik Terdapat bukti bahwa anggota keluarga
pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian
sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada
protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul
dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan
onkogen (termasuk juga gen- gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen
penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2) (Price, 2010). 7. Penyakit
paru Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik
juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru
obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker
paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).
Faktor risiko kanker paru menurut Amin (2010) antara lain :
 Laki-laki
 Usia lebih dari 40 tahun
 Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
 Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)
 Radon dan asbes
 Lingkungan industri tertentu
 Zat kimia, seperti arsenic
 Beberapa zat kimia organic
 Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
 Polusi udara
 Kekurangan vitamin A dan C

II.1.4 Manifestasi Klinis


a) Tanda & Gejala
Gejala yang berkaitan dengan pertumbuhan tumor langsung, seperti batuk,
hemoptisis, nyeri dada dan sesak napas/stridor. Batuk merupakan gejala
tersering (60- 70%) pada kanker paru. Adapun juga gejala yang biasa terjadi
pada kanker paru, yaitu:
• Berat badan berkurang
• Nafsu makan hilang
• Teraba massa pada pangkal leher
• Cepat lelah
• Demam
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan ini mencakup tampilan umum penderita kanker paru yang
menurun secara abnormal terutama pada pemeriksaan fisik paru. Tumor paru
yang berukuran kecil dan terletak di perifer dapat memberikan gambaran yang
normal pada pemeriksaan. Dengan pemeriksaan ini juga bisa di dapatkan
benjolan superficial pada leher, ketiak atau dinding dada, tanda pembesaran
hepar dan tanda asites, dan nyeri ketok tulang. Tanda-tanda vital lainnya adalah
edema pada wajah dan lengan kanan atas disertai peningkatan vena jugularin
dan tampak venektasi di dada. Pemeriksaan ini juga dapat memberikan
informasi untuk menentukan stage penyakit (Indonesia, 2003).
c) Pemeriksaan radiologis
Salah satu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menentukan lokasi
tumor primer dan metastasis, serta dibutuhkan untuk menentukan stadium
penyakit berdasarkan system TNM. Pemeriksaan radiologis yang dibutuhkan
sebagai berikut:
• Foto toraks AP/lateral
• CT-Scan toraks
• MRI (magnetic resonance imaging) Untuk menentukan letak ,
ukuran dan metastasis sebagai berikut:
• Bone scan
• Bone survey
• USG abdomen 8
• Brain-CT D. Pemeriksaan khusus
• Bronkoskopi
• Endobrachial ultrasound (EBUS)
• Sitologi sputum
• Thoracentesis
• Biopsy transtorakal
• Fine needle aspiration (FNA) biopsy (bila di perlukan)
• Torakoskopi
• Pemeriksaan fungsi paru
d) Tumor marker
Petanda tumor atau yang disebut biomarker ini bias dapat membantu para
klinisi untuk memperkirakan jumlah tumor yang aktif di dalam pasien baik
sebagai tambahan atau tes sensitive terhadap tingkat penyakit dengan deteksi
radiologis (Kerr et al., 2016).

II.1.5 Tata Laksana


a) Small cell lung cancer Pengobatan untuk kanker paru jenis karsinoma sel kecil
biasanya tergantung dari derajat dari kanker tersebut. Pengobatan untuk kanker
paru jenis karsinoma sel kecil biasanya menggunakan radioterapy dan
kemoterapi. Pembedahan jarang di lakukan pada kanker paru jenis ini, karena
penyebaran kanker paru ini sudah terlalu jauh. Obat kemoterapi yang biasa
digunakan adalah kombinasi dari etoposide dan cisplatin atau carboplatin untuk
stadium terbatas. Untuk stadium lanjut di tambahkan dengan kombinasi
irinotecan. (Cherath L., 2015) 11
b) Non-small cell lung cancer Pada umumnya penatalaksanaan NSCLC
ditentukan berdasarkan stadiumnya
Stadiu
Pengobatan
m
0 Observasi
IA Pembedahan saja
IB
IIA
Pembedahan dilanjutkan
IIB dengan kemoterapi adjuvan
IIIA
IIA
IV IV Kemoterapi paliatif
1) Pembedahan Pembedahan reseksi paru merupakan tindakan terbaik untuk
pasien dengan kanker paru yang terbatas pada lesi primer selama masih
memiliki fungsi cadangan paru yang baik. Pasien ini berada di dalam
stadium IA, IB, IIA dan IIB. Untuk pasien yang berada pada stadium IIIA
dilakukan pembedahan reseksi di kombinasikan dengan kemoterapi atau
radioterapi. (Kerr D., 2016)
Jenis pembedahan yang dilakukan tergantung dari seberapa parah paruparu
yang terkena kanker. Ada 3 jenis prosedur pembedahan yang dapat di
lakukan, yaitu:
• Wedge resection
• Lobektomi
• Pneumotomi (Cherath L, 2015)
2) Radioterapi Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau
paliatif. Pada terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi
neoadjuvan untuk NSCLC stadium IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi
saja tidak jarang menjadi alternatif terapi kuratif.
Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah :
 Hb > 10 g%
 Trombosit > 100.000/mm3
 Leukosit > 3000/dl
Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000 - 6000 cGy,
dengan cara pemberian 200 cGy/x, 5 hari perminggu. (PDPI, 2003) III.
3) Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat utama
harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan (performance status)
harus lebih dan 60 menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala WHO.
Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat antikanker
dalam kombinasi regimen kemoterapi.
Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen
kemoterapi adalah:
 Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
 Respons obyektif satu obat antikanker s 15%
 Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO 13
 Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 sikius pada
penilaian terjadi tumor progresif.
Regimen untuk KPKBSK adalah :
 Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
 PE (sisplatin atau karboplatin + etoposid)
 Paklitaksel + sisplatin atau karboplatin
 Gemsitabin + sisplatin atau karboplatin
 Dosetaksel + sisplatin atau karboplatin
Syarat standar yang harus dipenuhi sebelum kemoterapi:
 Tampilan > 70-80, pada penderita dengan PS < 70 atau usia lanjut,
dapat diberikan obat antikanker dengan regimen tertentu dan/atau jadual
tertentu.
 Hb > 10 g%, pada penderita anemia ringan tanpa perdarahan akut,
meski Hb < 10 g% tidak perlu tranfusi darah segera, cukup diberi terapi
sesuai dengan penyebab anemia.
 Granulosit > 1500/mm3
 Trombosit > 100.000/mm3
 Fungsi hati baik
 Fungsi ginjal baik (creatinin clearance lebih dari 70 ml/menit)
Dosis obat anti-kanker dapat di hitung berdasarkan ketentuan
farmakologik masing-masing. (PDPI, 2003) 14 2.1.5.

II.2 Asuhan Keperawatan

II.2.1 Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
 Keletihan
 Ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas biasa
 Dispnea saat aktivitas
b. Sirkulasi
 Pembengkakan ekstremitas
 Frekuensi jantung cepat
c. Integritas Ego
 Perasaan takut terhadap hasil pembedahan
 Penyangkalan keparahan kondisi dan kemungkinan keganasan
d. Eliminasi
 Diare intermiten, hal ini terjadi karena ketidakseimbangan hormonal
kanker paru sel kecil (small cell lung cancer)
 Peningkatan frekuensi dan jumlah urine, hal ini terjadi karena
ketidakseimbangan hormonal (Tumor epidermoid)
e. Makanan/Cairan
 Penurunan berat badan
 Nafsu makan buruk
 Penurunan asupan makanan
 Kesulitan menelan
 Rasa haus dan peningkatan asupan cairan
f. Nyeri/Ketidaknyamanan
 Nyeri dada, biasanya tidak terjadi pada stadium awal dan tidak selalu
ada pada stadium lanjut
 Nyeri bahu atau lengan terutama dengan karsinoma sel besar atau
adenokarsinoma
 Nyeri tulang dan sendi, biasanya terjadi karena erosi kartilago sekunder
akibat peningkatan hormon pertumbuhan (Karsinoma sel besar atau
Adenokarsinoma)
 Nyeri abdomen intermiten
g. Pernapasan
 Riwayat merokok: pajanan okupasional terhadap polutan, debu industri
(Asbes, oksida besi, batu bara dan material radioaktif)
 Batuk ringan atau perubahan pola batuk yang biasa dan produksi
sputum
 Sesak napas
 Suara serak atau berubah, seperti ada paralisis pita suara
h. Keamanan
 Mungkin terjadi demam dengan karsinoma sel besar atau
adenokarsinoma
 Memar dan perubahan warna kulit karena ketidakseimbangan hormonal
(SCLC)
i. Seksualitas
 Ginekomastia, karena perubahan hormonal neoplastik (karsinoma sel
besar)
 Amenore dan impotensi karena ketidakseimbangan hormonal (SCLC)

II.2.2 Pemeriksaan Diagnostik


a. Antigen karsinoembrionik
b. Kadar Parathyroid hormone protein related
c. Limfosit
d. Sinar-x dada, posteroanterior dan lateral
e. CT toraks
f. Pemindaian tomografi emisi positron (positron emission tomography,
PET)
g. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
h. Pemeriksaan fungsi paru: Total lung capacity, kapasitas residu fungsional
dan volume residual
i. Biopsi

2.2.3 Diagnosa
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
berlebihan
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen yang menimbulkan cidera
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
e. Defisiensi pengetahuan

II.2.3 Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
hasil
1. Gangguan pertukaran gas Tujuan: Pertukaran 1. Observasi
berhubungan dengan gas dalam rentan penggunaan otot
ketidakseimbangan normal. bantu napas
ventilasi-perfusi Kriteria Hasil: 2. Auskultasi paru
 Menunjukkan untuk mengetahui
perbaikan gerakan udara dan
ventilasi suara napas yang
 Gas darah abnormal
arteri dalam 3. Periksa
rentang kegelisahan dan
normal tingkat kesadaran
 Terbebas dari 4. Kaji respon klien
terhadap aktivitas
gejala gawat
napas
2. Ketidakefektifan bersihan Tujuan: Kepatenan 1. Auskultasi dada
jalan napas berhubungan jalan napas untuk
dengan mukus berlebihan Kriteria hasil: mengetahui
 Menunjukkan karakter suara
jalan napas napas dan adanya
paten sekresi
 Sekresi 2. Bantu klien dan
cairan mudah berikan instruksi
dikeluarkan latihan napas
 Suara napas dalam yang
bersih efektif
3. Observasi jumlah
dan karakter
sputum
4. Lakukan suction
jika batuk lemah
atau suara napas
tidak bersih
dengan upaya
batuk
5. Anjurkan asupan
peroral, minimal
2.500ml/hari
6. Kaji nyeri dan
ketidaknyamanan
3. Nyeri akut berhubungan Tujuan: Intensitas 1. Kaji nyeri
dengan agen yang nyeri berkurang 2. Catat
menimbulkan cidera Kriteria Hasil: kemungkinan
 Melaporkan penyebab nyeri
nyeri yang bersifat
berkurang psikologis dan
 Tampak patofisiologis
rileks dan 3. Berikan instruksi
waktu untuk melakukan
istirahat tarik napas dalam
cukup 4. Evaluasi
keefektifan
pengendalian
nyeri

II.2.4 Implementasi
Pada saat implementasi perawat harus melaksanakan rencana keperawatan yang di
lihat dari diagnosa keperawatan. Di mana perawat membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi yang diberikan
sesuai dengan rencana keperawatan untuk memahami tindakan keperawatan yang
sesuai dengan rencana dalam format pengkajian sesuai kaidah yang berlaku
(Siregar, 2019)

2.2.5 Evaluasi
Hasil yang di harapkan dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Ca paru antara lain:
1. Kondisi pasien menunjukkan adanya perbaikan ventilasi, gas darah arteri
dalam rentang normal dan terbebas dari gejala gawat napas.
2. Kondisi pasien menunjukkan jalan napas yang paten, sekresi cairan mudah
dikeluarkan dan suara napas bersih.
3. Pasien menyatakan nyeri berkurang dan tampak rileks serta waktu istirahat
cukup.

II.3 Suction

SPO PENGHISAPAN LENDIR MELALUI ENDOTRAKHEAL TUBE (ETT)

Pengertian Penghisapan lendir melalui endotrakheal adalah tindakan


mengambil sekret melalui endotrakheal tube
Tujuan 1. Untuk mempertahankan jalan nafas yang efektif.
2. Untuk pengambilan sputum kultur melalui ETT
Prosedur 1. Persiapan Alat:
a. Sumber penghisap lendir.
b. Penampung sekret.
c. Slang penghisap lendir.
d. Suction set steril
e. Kateter sesuai ukuran.
f. Sarung tangan steril.

g. Tissue / pengalas.

h. Ambu bag + sumber Oksigen

i. Bengkok dan tempat sampah

j. Stetoskop

Prosedur 1. Pelaksanaan
a. Kaji status hemodinamik pasien sebelum tindakan.
b. Jelaskan prosedur dan tujuan kepada pasien dan
keluarga
c. Dekatkan alat – alat ke tempat tidur pasien.
d. Lakukan kebersihan tangan
e. Atur posisi pasien semi fowler ( bila memungkinkan ).
f. Lakukan kebersihan tangan.
g. Hidupkan mesin penghisap, set tekanan sesuai
kebutuhan (Bayi: 60 – 100 mmH2O, Anak : 100 –
120 mmH2O, Dewasa : 120 – 200 mmH2O )
h. Buka bungkus kateter bagian ujung proximal
i. Sambungkan kateter penghisap ke selang
penghisap, pertahankan kesterilan
j. Pasang sarung tangan steril pada tangan kanan.
k. Lepaskan seluruh plastik pembungkus kateter
suction.
l. Basahi kateter penghisap dengan aquades steril.
m. Lepaskan tubing ventilator dari endotracheal tube.
n. Lakukan hipervertilasi selama 3 menit dengan
menggunakan ambu bag oleh penolong. Masukkan
kateter melalui endotracheal tube kira – kira 8 – 10
cm, kemudian tarik kateter 1 – 2 cm. Selanjutnya
lakukan penghisapan lendir dengan cara menarik
kateter penghisap sambil memutar kearah luar (lama
penghisapan < 10 detik).
o. Bilas kateter dengan aquades steril.
p. Lakukan hipervertilasi selama 3 menit dengan
menggunakan ambu bag.

q. Lakukan observasi kondisi pasien selama dan


setelah tindakan.
r. Ulangi langkah penghisapan lendir sampai jalan
nafas bersih.
s. Matikan mesin penghisap.
t. Jelaskan kepada pasien tindakan sudah selesai
u. Bersihkan alat – alat.
v. Lakukan kebersihan tangan
w. Observasi respon pasien
Dokumentasikan semua prosedur
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Kanker merupakan salah satu penyakit ganas yang mematikan dan salah satu
penyebab kematian di seluruh dunia (“Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Yang Cenderung Menjadi Epidemi Dan
Pandemi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan,” 2007). Kanker terjadi dari perubahan
sel yang mengalami pertumbuhan tidak normal dan tidak terkontrol. Selsel yang
menyebar ini kemudian akan tumbuh berkembang di tempat baru, yang akhirnya
membentuk sekumpulan sel tumor ganas atau kanker (What Is Cancer?, 2014)
Kanker paru merupakan penyebab kanker yang paling umum di seluruh dunia. Di
Amerika Serikat, kanker paru adalah kanker kedua yang paling umum pada
wanita.
Kanker paru menjadi kanker yang paling sering terjadi baik tingkat populasi
maupun rumah sakit. Di Indonesia sendiri berdasarkan data registrasi kanker
berbasis populasi di Jakarta pada tahun 2005, kanker paru menempati urutan
pertama dari seluruh kasus kanker yang terjadi pada laki-laki, sedangkan pada
perempuan, kanker paru merupakan kanker tertinggi keempat (Ramadhaniah et
al., 2016). Menurut (Doenges et al., 2019) Pada tahun 2009, orang meninggal
karena kanker paru sebanyak 158-081 di Amerika Serikat, sedangkan Sebanyak
1,37 juta orang meninggal diseluruh dunia. Selain itu juga kanker paru memiliki
angka mortalitas tertinggi di negara industry, yang sesuai dengan kcenderungan
terhadap paparan asap rokok, dan ketika angka mortalitas pada pria lebih tinggi
dari wanita, angka mortalitas kanker paru pada wanita di Amerika Serikat adalah
yang paling tinggi di dunia.
Kanker paru-paru adalah suatu kondisi dimana sel-sel tumbuh secara tidak
terkendali di dalam paru-paru. Sel-sel ini tidak dapat berfungsi seperti sel paru-
paru yang sehat dan ketika tumbuh sel-sel ini dapat membentuk tumor dan
mengganggu fungsi paru-paru(IMAN, 2018). Kanker terjadi apabila sel normal
mengalami perubahan genetik secara abnormal menjadi sel kanker. Kanker paru
berawal dari perubahan genetic pada sel di dalam paru-paru, tepatnya berawal dari
sel yang berada didalam saluran udara paru-paru. Menurut (Doenges et al., 2019)
kanker paru biasanya terjadi di dalam dinding epitelium cabang bronkial, pajanan
terhadap karsinogen lingkungan dan okupasional serta kerentanan individu
terhadap karsinogen ini diduga meningkatkan risiko terjadinya kanker paru.
Merokok terus menerus menjadi penyebab utama kanker pareu, yang
menyebabkan 90% kasus. Asap tembakau mengandung lebih dari 40 agen
larsinogenik yang diketahui bertanggung jawab atas mutasi DNA. Bahaya
ukopasional, termasuk pajanan terhadap abses dan radon, menyebabkan 10%-15%
kasus.
Kanker paru dapat menimbulkan berbagai gejala klinis dan sindrom yang cukup
beragam, tergantung dari iokasi, ukuran, substansi yang dikeluarkan oleh tumor
dan metastasis ke organ yang dikenai.
Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang ditemui pada
penderita kanker paru adalah Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat, dahak
berdarah, berubah warna dan makin banyak, napas sesak dan pendek-pendek,
sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas, kehilangan
selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
Terdapat tiga bentuk pencegahan Ca Paru dapat dilakukan yaitu dengan
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Kemoterapi, pembedahan dan
radioterapi merupakan tindakan yang dapat dilakukan sebagai bentuk
pengendalian dari Ca. Paru
DAFTAR PUSTAKA

Davidson, A., Veillard, A.-S., Tognela, A., Chan, M., Hughes, B., Boyer, M.,

Briscoe, K., Begbie, S., Abdi, E., & Crombie, C. (2015). A phase III

randomized trial of adding topical nitroglycerin to first-line chemotherapy

for advanced nonsmall-cell lung cancer: The Australasian lung cancer

trials group NITRO trial. Annals of Oncology, 26(11), 2280–2286.

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2019). Nursing care plans:

Guidelines for individualizing client care across the life span. FA Davis.

IMAN, A. Z. (2018). ANALISIS DOSIS PENGOBATAN KANKER PANKREAS

DENGAN BORON NEUTRON CAPTURE THERAPY (BNCT)

MENGGUNAKAN PROGRAM PARTICLE AND HEAVY ION

TRANSPORT CODE (PHITS).

Indonesia, P. D. P. (2003). Pneumonia komuniti: Pedoman diagnosis &

penatalaksanaan di Indonesia. Diakses Dari Https://Adoc.

Tips/Queue/Pedoman-Diagnosis-Penatalaksanaan-Di-Indonesia. Html.

Kang, J., Kim, E., Kim, W., Seong, K. M., Youn, H., Kim, J. W., Kim, J., &

Youn, B. (2013). Rhamnetin and cirsiliol induce radiosensitization and

inhibition of epithelial-mesenchymal transition (EMT) by miR-34a-

mediated suppression of Notch-1 expression in non-small cell lung cancer

cell lines. Journal of Biological Chemistry, 288(38), 27343–27357.

Kerr, D. J., Haller, D. G., van de Velde, C. J., & Baumann, M. (2016). Oxford
textbook of oncology. Oxford University Press.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses

penyakit. Jakarta: Egc, 4(2), 1127–1128.

Kemenkes RI. 2019. Ini Jenis Kanker Terbanyak Pada Pria Dan Wanita. Diakses
pada http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/ini-jenis-kanker-
terbanyak-pada-pria-dan-wanita
Ramadhaniah, F., Mulawarman, A., Suzanna, E., & Andalucia, L. R. (2016).

Gambaran kanker paru karsinoma bukan sel kecil dengan efusi pleura. J

Respir Indo, 36, 60–66.

Research Cancer UK. (2014, December 16). What is cancer? Cancer Research

UK. https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/what-is-cancer

Siregar, A. D. (2019). Serangkaian Proses Implementasi Keperawatan Kepada


Pasien Demi Mencapai Asuhan Keperawatan yang Tepat.
https://doi.org/10.31227/osf.io/wa92j
World Health Organization. (2007). Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran

Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di

fasilitas pelayanan kesehatan. Pedoman Interim WHO, 12.

Zappa, C., & Mousa, S. A. (2016). Non-small cell lung cancer: Current treatment

and future advances. Translational Lung Cancer Research, 5(3), 288.

Anda mungkin juga menyukai