Anggota Kelompok:
20200910170040 Aditria Suryaningrat
20200910170041 Dea Alvionita
20200910170042 Diana Novalia
20200910170043 Dona Sandra
20200910170044 Dwi Januardianti
20200910170045 Dwita Puji Lestari
20200910170046 Galuh Susilo Inti Rufana Dewi
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Askep CA Paru dan Prosedural Suction” ini tepat waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bapak Erwan Setiyono. MN, pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Askep
CA Paru dan Prosedural Suction. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Erwan Setiyono. MN, selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Adapun pun kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karen itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah yang kami buat ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker Paru biasanya terjadi di dalam dinding epitelium cabang bronkial, selain
itu kanker paru juga dapat menyebabkan mucus yang berlebihan dan secret yang
tertahan. Sekret merupakan bahan yang dikeluarkan dari paru, bronchus, dan
trachea melalui mulut. Produksi sekret yang berlebih dimana dapat menghambat
aliran udara dari hidung masuk ke paru-paru. Peningkatan produksi sekret ini
mengakibatkan ketidakmampuan dalam mengeluarkan sekresi atau obstruksi dari
saluran pernafasan untuk mempertahankan jalan nafas maka diagnosa
keperawatan yang muncul ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Herdman, 2012).
Sekret yang terproduksi tersebut harus di suction untuk mempertaankan jalan
nafas pasien. Suction merupakan suatu cara untuk mengeluarkan sekret dari
saluran nafas dengan menggunakan kateter yang dimasukkan melalui hidung atau
rongga mulut ke dalam pharyng atau trachea.
Tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana asuhan
keperawatan pada penyakit kanker paru dan pemberian tindakan suction pada
penderitanya.
II.1.1 Klasifikasi
Ada dua subtipe utama kanker paru-paru yaitu Small-Cell Lung Carcinoma
(SCLC) dan Non-Small-Cell Lung Carcinoma (NSCLC), masingmasing
mencakup 15% dan 85% dari semua kanker paru-paru (Zappa & Mousa, 2016).
II.1.2 Stadium
Stadium pada kanker paru-paru ditentukan oleh lokasi dari sel kanker, ukuran
dari sel kanker dan apakah sel kankernya telah menyebar dari tempat asal sel
ini. Stadium pada kanker memainkan peran penting pada pengobatan karena
bisa membantu dokter menentukan pengobatan yang sesuai untuk mengobati
penyakit, memperpanjang hidup pasien atau memperbaiki kualitas kehidupan .
Stadium 2B: Sel kanker sedikit lebih besar dan sudah menyebar sampai
kelenjar getah bening di sekitar daerah paru-paru yang terkena sel
kanker atau sel kanker sudah menyebar ke daerah lain seperti dinding
dada.
o Stadium 3:
Stadium 3A: Sel kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening yang
jauh dari area yang terkena sel kanker atau sel kanker ditemukan di
kelenjar getah bening dekat area yang terkena sel kanker dan sudah
menyebar ke daerah lain seperti dinding dada atau di tengah dada.
Stadium 3B: Sel kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di sisi
lain dari dada atau ke kelenjar getah bening di atas tulang
selangka atau ada lebih dari satu tumor di paru-paru atau kanker sudah
berkembang di area lain dari bagian dada, seperti di hati,
esofagus atau terdapat cairan berisikan sel kanker yang mengelilingi paru-
paru.
Stadium 4: Sel kanker sudah menyebar ke bagian tubuh yang lain seperti
hati, tulang, dan otak.
II.1.3 Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain
seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain
a) Perokok Aktif
Menurut Van Houtte, perokok aktif merupakan faktor yang berperan paling
penting, yaitu 85% dari seluruh kasus (Price & Wilson, 2006). Rokok
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi
dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi
oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya
kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Kang et al., 2013)
b) Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif,
atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang
tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap
asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Price &
Wilson, 2006)
c) Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat
kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan
dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini
lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi
yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi.
Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial
ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat
pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi.
Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada
asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Price, 2010).
d) Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,
nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker
paru. Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira
sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik
akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut
juga merokok (Amin, 2010).
e) Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena
kanker paru (Amin, 2010). 6. Genetik Terdapat bukti bahwa anggota keluarga
pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian
sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada
protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul
dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan
onkogen (termasuk juga gen- gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen
penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2) (Price, 2010). 7. Penyakit
paru Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik
juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru
obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker
paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).
Faktor risiko kanker paru menurut Amin (2010) antara lain :
Laki-laki
Usia lebih dari 40 tahun
Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)
Radon dan asbes
Lingkungan industri tertentu
Zat kimia, seperti arsenic
Beberapa zat kimia organic
Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
Polusi udara
Kekurangan vitamin A dan C
II.2.1 Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Keletihan
Ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas biasa
Dispnea saat aktivitas
b. Sirkulasi
Pembengkakan ekstremitas
Frekuensi jantung cepat
c. Integritas Ego
Perasaan takut terhadap hasil pembedahan
Penyangkalan keparahan kondisi dan kemungkinan keganasan
d. Eliminasi
Diare intermiten, hal ini terjadi karena ketidakseimbangan hormonal
kanker paru sel kecil (small cell lung cancer)
Peningkatan frekuensi dan jumlah urine, hal ini terjadi karena
ketidakseimbangan hormonal (Tumor epidermoid)
e. Makanan/Cairan
Penurunan berat badan
Nafsu makan buruk
Penurunan asupan makanan
Kesulitan menelan
Rasa haus dan peningkatan asupan cairan
f. Nyeri/Ketidaknyamanan
Nyeri dada, biasanya tidak terjadi pada stadium awal dan tidak selalu
ada pada stadium lanjut
Nyeri bahu atau lengan terutama dengan karsinoma sel besar atau
adenokarsinoma
Nyeri tulang dan sendi, biasanya terjadi karena erosi kartilago sekunder
akibat peningkatan hormon pertumbuhan (Karsinoma sel besar atau
Adenokarsinoma)
Nyeri abdomen intermiten
g. Pernapasan
Riwayat merokok: pajanan okupasional terhadap polutan, debu industri
(Asbes, oksida besi, batu bara dan material radioaktif)
Batuk ringan atau perubahan pola batuk yang biasa dan produksi
sputum
Sesak napas
Suara serak atau berubah, seperti ada paralisis pita suara
h. Keamanan
Mungkin terjadi demam dengan karsinoma sel besar atau
adenokarsinoma
Memar dan perubahan warna kulit karena ketidakseimbangan hormonal
(SCLC)
i. Seksualitas
Ginekomastia, karena perubahan hormonal neoplastik (karsinoma sel
besar)
Amenore dan impotensi karena ketidakseimbangan hormonal (SCLC)
2.2.3 Diagnosa
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
berlebihan
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen yang menimbulkan cidera
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
e. Defisiensi pengetahuan
II.2.3 Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
hasil
1. Gangguan pertukaran gas Tujuan: Pertukaran 1. Observasi
berhubungan dengan gas dalam rentan penggunaan otot
ketidakseimbangan normal. bantu napas
ventilasi-perfusi Kriteria Hasil: 2. Auskultasi paru
Menunjukkan untuk mengetahui
perbaikan gerakan udara dan
ventilasi suara napas yang
Gas darah abnormal
arteri dalam 3. Periksa
rentang kegelisahan dan
normal tingkat kesadaran
Terbebas dari 4. Kaji respon klien
terhadap aktivitas
gejala gawat
napas
2. Ketidakefektifan bersihan Tujuan: Kepatenan 1. Auskultasi dada
jalan napas berhubungan jalan napas untuk
dengan mukus berlebihan Kriteria hasil: mengetahui
Menunjukkan karakter suara
jalan napas napas dan adanya
paten sekresi
Sekresi 2. Bantu klien dan
cairan mudah berikan instruksi
dikeluarkan latihan napas
Suara napas dalam yang
bersih efektif
3. Observasi jumlah
dan karakter
sputum
4. Lakukan suction
jika batuk lemah
atau suara napas
tidak bersih
dengan upaya
batuk
5. Anjurkan asupan
peroral, minimal
2.500ml/hari
6. Kaji nyeri dan
ketidaknyamanan
3. Nyeri akut berhubungan Tujuan: Intensitas 1. Kaji nyeri
dengan agen yang nyeri berkurang 2. Catat
menimbulkan cidera Kriteria Hasil: kemungkinan
Melaporkan penyebab nyeri
nyeri yang bersifat
berkurang psikologis dan
Tampak patofisiologis
rileks dan 3. Berikan instruksi
waktu untuk melakukan
istirahat tarik napas dalam
cukup 4. Evaluasi
keefektifan
pengendalian
nyeri
II.2.4 Implementasi
Pada saat implementasi perawat harus melaksanakan rencana keperawatan yang di
lihat dari diagnosa keperawatan. Di mana perawat membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi yang diberikan
sesuai dengan rencana keperawatan untuk memahami tindakan keperawatan yang
sesuai dengan rencana dalam format pengkajian sesuai kaidah yang berlaku
(Siregar, 2019)
2.2.5 Evaluasi
Hasil yang di harapkan dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Ca paru antara lain:
1. Kondisi pasien menunjukkan adanya perbaikan ventilasi, gas darah arteri
dalam rentang normal dan terbebas dari gejala gawat napas.
2. Kondisi pasien menunjukkan jalan napas yang paten, sekresi cairan mudah
dikeluarkan dan suara napas bersih.
3. Pasien menyatakan nyeri berkurang dan tampak rileks serta waktu istirahat
cukup.
II.3 Suction
g. Tissue / pengalas.
j. Stetoskop
Prosedur 1. Pelaksanaan
a. Kaji status hemodinamik pasien sebelum tindakan.
b. Jelaskan prosedur dan tujuan kepada pasien dan
keluarga
c. Dekatkan alat – alat ke tempat tidur pasien.
d. Lakukan kebersihan tangan
e. Atur posisi pasien semi fowler ( bila memungkinkan ).
f. Lakukan kebersihan tangan.
g. Hidupkan mesin penghisap, set tekanan sesuai
kebutuhan (Bayi: 60 – 100 mmH2O, Anak : 100 –
120 mmH2O, Dewasa : 120 – 200 mmH2O )
h. Buka bungkus kateter bagian ujung proximal
i. Sambungkan kateter penghisap ke selang
penghisap, pertahankan kesterilan
j. Pasang sarung tangan steril pada tangan kanan.
k. Lepaskan seluruh plastik pembungkus kateter
suction.
l. Basahi kateter penghisap dengan aquades steril.
m. Lepaskan tubing ventilator dari endotracheal tube.
n. Lakukan hipervertilasi selama 3 menit dengan
menggunakan ambu bag oleh penolong. Masukkan
kateter melalui endotracheal tube kira – kira 8 – 10
cm, kemudian tarik kateter 1 – 2 cm. Selanjutnya
lakukan penghisapan lendir dengan cara menarik
kateter penghisap sambil memutar kearah luar (lama
penghisapan < 10 detik).
o. Bilas kateter dengan aquades steril.
p. Lakukan hipervertilasi selama 3 menit dengan
menggunakan ambu bag.
Kesimpulan
Kanker merupakan salah satu penyakit ganas yang mematikan dan salah satu
penyebab kematian di seluruh dunia (“Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Yang Cenderung Menjadi Epidemi Dan
Pandemi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan,” 2007). Kanker terjadi dari perubahan
sel yang mengalami pertumbuhan tidak normal dan tidak terkontrol. Selsel yang
menyebar ini kemudian akan tumbuh berkembang di tempat baru, yang akhirnya
membentuk sekumpulan sel tumor ganas atau kanker (What Is Cancer?, 2014)
Kanker paru merupakan penyebab kanker yang paling umum di seluruh dunia. Di
Amerika Serikat, kanker paru adalah kanker kedua yang paling umum pada
wanita.
Kanker paru menjadi kanker yang paling sering terjadi baik tingkat populasi
maupun rumah sakit. Di Indonesia sendiri berdasarkan data registrasi kanker
berbasis populasi di Jakarta pada tahun 2005, kanker paru menempati urutan
pertama dari seluruh kasus kanker yang terjadi pada laki-laki, sedangkan pada
perempuan, kanker paru merupakan kanker tertinggi keempat (Ramadhaniah et
al., 2016). Menurut (Doenges et al., 2019) Pada tahun 2009, orang meninggal
karena kanker paru sebanyak 158-081 di Amerika Serikat, sedangkan Sebanyak
1,37 juta orang meninggal diseluruh dunia. Selain itu juga kanker paru memiliki
angka mortalitas tertinggi di negara industry, yang sesuai dengan kcenderungan
terhadap paparan asap rokok, dan ketika angka mortalitas pada pria lebih tinggi
dari wanita, angka mortalitas kanker paru pada wanita di Amerika Serikat adalah
yang paling tinggi di dunia.
Kanker paru-paru adalah suatu kondisi dimana sel-sel tumbuh secara tidak
terkendali di dalam paru-paru. Sel-sel ini tidak dapat berfungsi seperti sel paru-
paru yang sehat dan ketika tumbuh sel-sel ini dapat membentuk tumor dan
mengganggu fungsi paru-paru(IMAN, 2018). Kanker terjadi apabila sel normal
mengalami perubahan genetik secara abnormal menjadi sel kanker. Kanker paru
berawal dari perubahan genetic pada sel di dalam paru-paru, tepatnya berawal dari
sel yang berada didalam saluran udara paru-paru. Menurut (Doenges et al., 2019)
kanker paru biasanya terjadi di dalam dinding epitelium cabang bronkial, pajanan
terhadap karsinogen lingkungan dan okupasional serta kerentanan individu
terhadap karsinogen ini diduga meningkatkan risiko terjadinya kanker paru.
Merokok terus menerus menjadi penyebab utama kanker pareu, yang
menyebabkan 90% kasus. Asap tembakau mengandung lebih dari 40 agen
larsinogenik yang diketahui bertanggung jawab atas mutasi DNA. Bahaya
ukopasional, termasuk pajanan terhadap abses dan radon, menyebabkan 10%-15%
kasus.
Kanker paru dapat menimbulkan berbagai gejala klinis dan sindrom yang cukup
beragam, tergantung dari iokasi, ukuran, substansi yang dikeluarkan oleh tumor
dan metastasis ke organ yang dikenai.
Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang ditemui pada
penderita kanker paru adalah Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat, dahak
berdarah, berubah warna dan makin banyak, napas sesak dan pendek-pendek,
sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas, kehilangan
selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
Terdapat tiga bentuk pencegahan Ca Paru dapat dilakukan yaitu dengan
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Kemoterapi, pembedahan dan
radioterapi merupakan tindakan yang dapat dilakukan sebagai bentuk
pengendalian dari Ca. Paru
DAFTAR PUSTAKA
Davidson, A., Veillard, A.-S., Tognela, A., Chan, M., Hughes, B., Boyer, M.,
Briscoe, K., Begbie, S., Abdi, E., & Crombie, C. (2015). A phase III
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2019). Nursing care plans:
Guidelines for individualizing client care across the life span. FA Davis.
Tips/Queue/Pedoman-Diagnosis-Penatalaksanaan-Di-Indonesia. Html.
Kang, J., Kim, E., Kim, W., Seong, K. M., Youn, H., Kim, J. W., Kim, J., &
Kerr, D. J., Haller, D. G., van de Velde, C. J., & Baumann, M. (2016). Oxford
textbook of oncology. Oxford University Press.
Kemenkes RI. 2019. Ini Jenis Kanker Terbanyak Pada Pria Dan Wanita. Diakses
pada http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/ini-jenis-kanker-
terbanyak-pada-pria-dan-wanita
Ramadhaniah, F., Mulawarman, A., Suzanna, E., & Andalucia, L. R. (2016).
Gambaran kanker paru karsinoma bukan sel kecil dengan efusi pleura. J
Research Cancer UK. (2014, December 16). What is cancer? Cancer Research
UK. https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/what-is-cancer
Zappa, C., & Mousa, S. A. (2016). Non-small cell lung cancer: Current treatment