Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Merujuk dari Kamus Umum bahasa Indonesia mengenai pengertian
anak secara etimologis diartikan dengan manusia yang masih kecil ataupun
manusia yang belum dewasa. Secara umum apa yang dimaksud dengan anak
adalah keturunan atau generasi sebagai suatu hasil dari hubungan kelamin
atau persetubuhan (sexual intercoss) antara seorang laki-laki dengan seorang
perempuan baik dalam ikatan perkawinan maupun diluar perkawinan.
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan
masa perteumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1), usia
bermain/toddler 1-3 tahun), pra sekolah (3-6 tahun), usia sekolah (6-11 tahun)
hingga remaja (11-18 tahun).
Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Dalam
usia ini anak umumnya mengikuti program anak (3Tahun-5tahun) dan
kelompok bermain (Usia 3 Tahun), sedangkan pada usia 4-6tahun biasanya
mereka mengikuti program Taman Kanak-Kanak, Patmonedowo (2008:19).
Menurut Noorlaila (2010:22), dalam perkembangan anak ada beberapa
tahapan yaitu:
1) sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensories dan daya
pikir yang sudah mulai dapat “menyerap” pengalaman-pengalaman melalui
sensorinya, usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai memiliki
kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahsanya.
2) masa usia 2-4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan
dengan baik, untuk berjalan maupun untuk banyakbergerak yang semi rutin
dan yang rutin, berminat pada benda-benda kecil, dan mulai menyadari
adanya urutan waktu (pagi, siang, sore, malam).
Tidak jarang dan tidak sedikit anak terkadang mengalami beberapa
penyakit yang mengaharuskan anak tersebut mendapatkan terapi infus dalam
proses penyembuhan penyakitnya, seperti anak yang mengalami diare dan
thypoid. Tapi pada faktanya sering terjadi beebrapa msalah dari tindakan
terapi infus pada anak. Seperti Phlebitis dan Nyeri.
Terdapat bermacam–macam prosedur yang dilakukan pada anak yang
dirawat di rumah sakit. Salah satunya adalah tindakan pemasangan infus.
Terapi infus merupakan tindakan yang paling sering dilakukan pada pasien
yang menajalani rawat inap sebagai jalur terapi intravena (IV). Pemberian
obat, cairan, dan pemberian produk darah atau sampling darah (Alexander,
Corigan. Gorski, Hankins &Perucca, 2010).
Alat infus adalah salah satu peralatan medis yang paling banyak
digunakan. Dalam dunia kedokteran dan keperawatan infus merupakan alat
yang paling sering digunakan, sekitar 90% pasien di rumah sakit menerima
berbagai pengobatan melalui infus. Adanya prosedur pemasangan infus atau
penusukan vena dalam pemasangan infus dapat menimbulkan rasa nyeri pada
anak (Mariyam, 2013).
Pemberian cairan melalui infus adalah pemberian cairan yang
diberikan pada pasien yang mengalami pengeluran cairan atau nutrisi yang
berat. Tindakan ini membutuhkan kesterilan mengingat langsung
berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian cairan melalui infus dengan
memasukkan kedalam vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan
(vena sefalika basal ikadan median akubiti), pada tungkai (vena safena) atau
vena yang ada dikepala, seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anak-
anak).
Anak berbeda dengan orang dewasa yang memiliki kemampuan verbal
dan mengungkapkan rasa nyeri secara tepat. Pemberi asuhan dan penyedia
perawatan kesehatan mengalami kesulitan mengenali nyeri pada anak, hal
tersebut disebabkan karena sulitnya mengkaji pengalaman nyeri yang
kompleks dan minimnya sumber penelitian terkait dengan strategi peredaan
nyeri pada anak.
Nyeri merupakan sumber utama distres bagi anak dan keluarga mereka
dan juga penyedia perawatan kesehatan (Kyle & Carman, 2012). Dalam
prosedur pemasangan infus atau terapi intravena. Ada perbedaan respon anak
saat mengalami nyeri. Jika nyeri pada anak tidak dikelola dengan baik maka
dapat menyebabkan konsekuensi fisik dan emosi serius, seperti peningkatan
oksigen dan perubahan dalam metabolisme konsumsi oksigen dan perubahan
dalam metabolisme glukosa darah.
Salah satu metode untuk menanggulangi nyeri adalah manajemen
nyeri dengan cara nonfarmakologi yang dapat dilakukan dengan metode
distraksi. Metode distraksi menggunakan music berupa radio-tape, tape
recorder. Tehnik distraksi yang paling efektif dan yang dapat memberi
pengaruh paling baik dalam jangka waktu yang singkat yaitu musi, dapat
menurunkan nyeri fisiologis, dan stress. Selain itu, hal ini juga dapat
menurunkan kecemasan dengan mengalihkan perhartian seseorang dari nyeri.
Musik merupakan kumpulan suara yang disusun sehingga
menghasilkan irama atau lagu yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat
menghasilkan irama. Musik juga dapat menjadi obat terapi jiwa pada pasien.
Terapi musik adalah keaahlian menggunakan music atau elemn musik oleh
seorang terapis untuk meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan
kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual. Dalam kedokteran, terapi
music disebut sebagai terpai pelengkap (Complementary Medicine), Potter
juga mendefinisikan terapi music sebagai teknik yang digunakan untuk
penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu.
Selain itu terapi musik juga merupakan salah satu tindakan mandiri
perawat dalam manajemen nyeri, berbagai penelitian menunjukkan bahwa
jenis musik yang efektif dalam manajemen nyeri adalah musik. Hal ini
dikarenkan musik memiliki tempo yang berkisar antara 60-80 beats per menit
selaras dengan detak jantung manusia (Suherman, 2010).
Berdasarkan data mengenai penuruan tingkat nyeri pada anak
prasekolah yang menjalani penusukan intravena untuk pemasangan infus
melalui terapi musik, penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut apakah
terapi musik ini berefektif pada penurunan tingkat nyeri anak yang menajalani
penusukan intravena untuk pemasangan infus.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka
rumusan masalah dengan penurunan tingkat nyeri pada anak pra sekolah yang
menjalani penusukan intravena untuk pemsangan infus melalui terapi musik di
RSUD Cianjur.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penurunan tingkat nyeri pada anak pra sekolah yang
menjalani penusukan intravena untuk pemsangan infus melalui terapi
musik di RSUD Cianjur.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengakajian pada anak yang menjalani penusukan
intravena untuk pemasangan infus
b. Menetapkan diagnose keperawatan pada anak yang menjalani
penusukan intravena untuk pemasangan infus
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada yang menjalani
penusukan intravena untuk pemasangan infus
d. Melakukan tindakan pada anak yang menjalani penusukan intravena
untuk pemasangan infus dengan terapi musik
e. Melakukan evaluasi pada anak yang menjalani penusukan intravena
untuk pemasangan infus dengan terapi musik
f. Menganalisis hubungan terapi musik dengan penurunan tingkat nyeri
pada anak prasekolah yang menjalani penusukan intravena untuk
pemesangan infus dengan terapi music

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis

Anda mungkin juga menyukai