Anda di halaman 1dari 8

1.

CARA MENENTUKAN WAKTU KEMATIAN

TANDA PASTI KEMATIAN :


• Livor Mortis (Lebam Mayat)
Bercak merah keunguan pada tubuh mayat yang diakibatkan terkumpulnya eritrosit pada bagian
terbawah tubuh.
Timeline: mulai tampak 20-30 menit pasca mati (makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi
lengkap).
Menetap dalam 8-12 jam  disebabkan tertimbunnya sell RBC sehingga sulit berpindah lai dan
kekakuan otot pembuluh ikut mempersulit perpindahan. Sebelum periode ini lebam mayat masih
hilang dengan penekanan serta dapat berpindah bila posisi mayat dipindah.

• Rigor Mortis (Kaku Mayat)


Suatu perubahan fisiokemika lpada sel otot akibat kekurangan oksigen.
Timeline : mulai tampak 2 jam pasca mati  lengkap dalam 12 jam pasca mati  lalu dipertahankan
selama 12 jam (susah dilakukan pada 12-24 jam)  lalu menghilang (mudah dilakukan 24-36 jam)

• Algor Mortis (Penurunan Suhu Tubuh)


Proses pemindahan panas dari suatu benda ke benda yang lebih dingin, melalui radiasi, konduksi,
evaporasi, dan konveksi.
Timeline : Kecepatan penurunan suhu (lebih cepat pada) dipengaruhi oleh suhu keliling (rendah),
aliran dan kelembaban udara (rendah), bentuk tubuh (kurus), posisi tubuh (terlentang), pakaian (tipis).

• Dekomposisi / Putrefaksi (Pembusukan)


Proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis: pelunakan dan
pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan
sel pasca mati .
Timeline : dimulai sekitar 24 jam post-mortem berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah (area
caecum). warna kehijauan ini disebabkan oleh terbentuknya sulf-met-hemoglobin. Warna hijau ini
kemudian akan menyebar ke seluruh perut dan dada, dan bau busukpun mulai tercium. Pembuluh
darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan berwarna hijau kehitaman. Selanjutnya kulit ari
akan terkelupas atau membentuk gelembung berisi cairan kemerahan berbau busuk.
Larva lalat akan ditemukan setelah pembentukan gas pembusukan, sekitar 36-48 jam post-mortem.
Kumpulan telur dapat ditemukan di alis mata, sudut mata, lubang hidung, dan diantara bibir. Telur
lalat akan menetas dalam waktu 24 jam. Identifikasi spesies lalat dan pengukuran panjang larva dapat
digunakan untuk memperkirakan saat kematian, dengan asumsi lalat biasanya secepatnnya
meletakkan telur setelah seseorang meninggal dunia.
Siklus hidup : Telur (menetas dalam waktu 1 hari)  instar 1 (1 hari, 2-5 mm)  instar 2 (1 hari, 6-
14 mm)  instar 3 (2 hari, 15-20 mm)  pre pupa (4 hari)  pupa (10 hari)  lalat
PERKIRAAN SAAT KEMATIAN
Terdapat beberapa perubahan lain yang dapat digunakan untuk memperkirakan saat mati.
• Perubahan pada mata
Pada mata yang terkena udara yang kering, sklera akan berwarna kecoklatan dan dalam beberapa jam
akan terbentuk taches noires sclerotiques (segitiga dengan dasar di tepi kornea). Kornea akan
mengalami kekeruhan yang dimulai kira-kira sejak 6 jam post-mortem.
• Perubahan pada rambut
Cara ini hanya dapat digunakan bagi pria yang mempunyai kebiasaan mencukur kumis atau
jenggotnya dan diketahui saat terakir mencukur dengan berasumsi kecepatan tumbuh rambut rata-rata
adalah 0.4mm/hari.
• Perubahan pada kuku
Hal ini dapat digunakan untuk memperkiraan saat kematian apabila dapat mengetahui saat terakhir
yang bersangkutan memotong kuku dengan asumsi pertumbuhan kuku sekitar 0.1mm/hari.
• Perubahan dalam cairan serebrospinal
Kadar nitrogen asam amino <14mg% menunjukkan kematian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen
nonprotein <80mg% menunnjukkan kematian belum 24 jam. Kadar kreatin <5mg% dan 10mg%
masing-masing menunjukkan kematian belum mencapai 10 jam dan 30 jam.
• Perubahan pada cairan vitreus
Terjadi peningkatan kadar kalium yang cukup akurat untuk memperkirakan saat kematian antara 24-
100 jam post-mortem.
• Reaksi supravital
Reaksi supravital adalah reaksi jaringan tubuh sesaat post-mortem klinis yang masih sama seperti
reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup. Beberapa uji dapat dilakukan terhadap mayat yang
masih segar, missal rangsang listrik masih dapat menimbulkan kontraks otot mayat hingga 90-120
menit post-mortem dan mengakibatkan sekresi kelenjar keringat sampai 60-90 menit post-mortem.
Sedangkan trauma masih dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1 jam post-mortem.
2. BILA MENEMUKAN BAYI DALAM KEADAAN MATI, INFORMASI
YANG PERLU DICARI CARA MENDAPATKAN INFORMASI
• Lahir hidup atau mati?
TERSEBUT
penting karena kalau lahir mati bukan infanticide,
a. Tanda bayi lahir hidup ialah dada sudah mengembang dan diafragma turun sampai sela iga.
Secara pemeriksaan makroskopik, paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian
kandung jantung, berwarna merah muda tidak merata dengan pleura tegang, gambaran mozaik
dan marmer, konsistensi seperti spons, teraba derik udara, serta uji apung paru positif. Secara
pemeriksaan mikroskopik, paru tampak alveoli mengembang sempurna dengan atau tanpa
emfisema obstruktif serta tidak terlihat adanya projection. Pada saluran cerna tampak udara
pada foto rontgen atau adanya makanan di lambung.
b. Tanda bayi lahir mati adalah adanya tanda-tanda maserasi, yaitu pembusukan intrauterin yang
terjadi setelah 8-10 hari in-utero, vesikel dan bula berisi cairan kemerahan (kematian in-utero
3-4 hari), epidermis berwarna putih dan berkeriput, bau “tengik”, perlunakan tubuh, dada
terlihat mendatar, sendi,lengan dan tungkai lunak, paru-paru berwarna kelabu ungu, padat,
tidak teraba derik udara, serta uji apung paru negatif.

• Umur Bayi?
Penentuan umur janin,

rumus De Haas1 :
o Untuk 5 bulan pertama, panjang kepala-tumit (cm) = kuadrat umur gestasi (bulan)
o Usia selanjutnya = umur gestasi (bulan) x 5.

Bayi yang viable ialah bayi yang dapat hidup di luar kandungan lepas dari ibunya. Bayi disebut
viable (dapat hidup di luar kandungan) jika umur kehamilan >28 minggu, berat >1000g, lingkar
kepala >32 cm, panjang badan(kepala-tumit) >35 cm, dan tidak ada cacat bawaan fatal. Apabila
bayi dilahirkan non-viable maka bayi memiliki kemungkinan besar untuk mati dikarenakan
komplikasi atau kondisi alamiah dan bukan karena pembunuhan.
Penentuan umur bayi ekstrauterin :
 Udara dalam saluran cerna: o Dalam lambung-duodenum: hidup beberapa saat o Usus halus:
1-2 jam o Usus besar: 5-6 jam o Rektum: hidup > 12 jam atau dengan tanda lainnya
 Mekonium: keluar semua 24 jam setelah lahir
 Hilangnya eritrosit berinti: 24 jam
 Deposit asam urat di ginjal: hari ke-2 hingga 4
 Perubahan tali pusat: apabila dipotong maka koagulasi terjadi dalam 2 jam, mengering dalam
24 jam, dan mengalami penyembuhan dalam 10-12 hari
 Perubahan sirkulasi darah (obliterasi arteri vena umbilicus 3-4 hari, duktus venosus 3- 4
minggu, foramen ovale menutup 3 minggu-1 bulan) .

• Ada tidaknya tanda perawatan?


Melihat keberadaan tanda perawatan antara lain pemotongan dan perawatan tali pusat,
pembersihan lemak bayi dan bekas darah, serta adanya pakaian atau penutup tubuh bayi,
• Sebab Kematian?
a. Sebab alami dapat berupa bayi yang non-viable atau prematur, cacat bawaan yang fatal, dan
lain-lain.
b. Sebab kematian accidental dapat berupa salah satunya oleh distosia, kematian ibu, tercekik tali
pusat, partus presipitatus ataupun trauma lahir. Pada kasus trauma lahir, akan tampak tanda
kekerasan seperti kaput suksadeneum (edema pada kulit kepala bagian dalam berwarna
kemerahan), sefal hematom (perdarahan di antara periosteum dan permukaan luar tulang atap
tengkorak yang tidak melewati sutura tulang tengkorak), fraktur tulang tengkorak, dan
perdarahan intracranial.
c. Kematian yang disebabkan pembunuhan dapat berupa perlakuan ibu yang melukai anak
ataupun perlakuan ibu yang menelantarkan anak. Pada kasus pembunuhan, cara yang
digunakan antara lain menimbulkan asfiksia (pembengkapan, penjeratan, pencekekikan,
penenggelaman), kekerasan tumpul (ada tanda patah atau retak tulang tengkorak), senjata
tajam, membakar, racun, dan sebagainya.

Untuk mengetahui penyebab kematian perlu diperhatikan tanda-tanda mati lemas (sianosis, bintik-
bintik perdarahan pada jaringan longgar, lebam mayar yang lebih gelap dan luas, busa halus dari
lubang hidung/ mulut, tanda bendungan alat dalam), keadaan mulut dan sekitar (lecet, memar,
benda asing, luka tusuk, sayat), keadaan leher dan sekitarnya (luka lecet, jejas jeratan), atau
adanya tanda-tanda terendam (telapak keriput dan pucat, kulit berbintil-bintil, dan benda asing di
trakea). Penentuan sebab kematian harus berhati-hati pada kasus yang diduga trauma lahir yang
penampakannya mirip dengan kekerasan pada kepala. Adanya perdarahan dan edema pada kulit
(kaput suksadenum), perdarahan subperiosteal (sefal hematom), molase, perdarahan dan robekan
pada faks serebri merupakan tanda trauma lahir yang tidak dapat dipersalahkan kejadiannya pada
si ibu.

PEMERIKSAAN MAYAT BAYI


1. Pemeriksaan Luar
• Bayi cukup bulan,prematur atau nonviable
• Kulit, apakah sudah dibersihkan sebelumnya, keadaan verniks kaseosa, warna, berkeriput atau
tidak.
• Mulut, apakah terdapat benda asing yang menyumbat
• Tali pusat, apakah sudah terputus atau masih melekat pada uri. Bila terputus periksa apakah
terpotong rata atau tidak (dengan memasukkan ujung potongan ke dalam air), apakah sudah
terikat dan diberi obat antiseptik, adakah tanda-tanda kekerasan pada tali pusat, hematom atau
Wharton’s Jelly berpindah tempat, apakah terputusnya dekat uri atau pusat bayi
• Kepala, apakah terdapat kaput suksedaneum, molase tulang tengkorak
• Tanda kekerasan, perhatikan tanda pembekapan di sekitar mulut dan hidung serta memar pada
mukosa bibir dan pipi, tanda pencekikan atau jerat pada leher,memar atau lecet pada tengkuk
dan lain-lain
2. Pemeriksaan Dalam
• Leher, apakah ada tanda-tanda penekanan, resapan darah pada kulit sebelah dalam atau benda
asing dalam jalan nafas
• Mulut, apakah terdapat benda asing dan robekan pada palatum mole
• Rongga dada, uji apung paru
• Tanda asfiksia, yaitu Tardieu’s spot pada permukaan paru, jantung, timus, dan epiglotis
• Tulang belakang, apakah terdapat tanda kekerasan dan kelainan kongenital
• Pusat penulangan pada femur, tibia, kalkaneus, talus, dan kuboid
• Kepala
3. ANDA ADALAH SEORANG DOKTER DI PUSKESMAS. SUATU HARI
ADA SEORANG LAKI-LAKI BERUSIA 24 TAHUN DATANG DAN
MENGELUH BAHWA DIA MERUPAKAN KORBAN PEMUKULAN
SEKITAR 1 JAM YANG LALU. DIA MENGALAMI LUKA-LUKA YANG
TERDIRI ATAS LUKA TERBUKA, LUKA LECET DAN LUKA MEMAR.
ANDA MEMERIKSA DAN MERAWAT LUKA-LUKA KORBAN
TERSEBUT. KEESOKAN HARINYA POLISI DATANG MEMBAWA SURAT
PERMINTAAN VISUM DAN MEMINTA UNTUK DIBUATKAN LAPORAN
VISUM UNTUK KORBAN TERSEBUT DI ATAS. SEBAGAI DOKTER
PEMERIKSA, APA YANG ANDA LAKUKAN? APAKAH ADA MASALAH
DENGAN Dalam PERMINTAAN TERSEBUT?
praktik sehari-hari, korban BILA
perlukaan akan ADA,
langsung APAbaru
ke dokter MASALAHNYA
kemudian dilaporkan
ke penyidik. Hal tersebut membawa kemungkinan bahwa surat permintaan visum et repertum korban
DAN APA SOLUSINYA? APA DASAR PERATURAN YANG ANDA PAKAI
luka akan datang terlambat dibandingkan dengan pemeriksaan korbannya. Sepanjang keterlambatan
UNTUK
tersebut MENJELASKAN
masih cukup beralasan dan PERMASALAHAN DAN SOLUSI
dapat diterima maka keterlambatan TERSEBUT?
itu tidak boleh dianggap sebagai
hambatan pembuatan VeR.
Adanya keharusan membuat VeR perlukaan tidak berarti bahwa korban tersebut, dalam hal ini
adalah pasien, untuk tidak dapat menolak sesuatu pemeriksaan. Korban hidup adalah pasien juga
sehingga mempunyai hak sebagai pasien. Apabila pemeriksaan tersebut sebenarnya perlu menurut
dokter pemeriksa sedangkan pasien menolaknya, maka hendaknya dokter meminta pernyataan tertulis
singkat penolakan tersebut dari pasien disertai alasannya atau bila hal itu tidak mungkin dilakukan, agar
mencatatnya di dalam catatan medis.

TATA CARA PERMINTAAN VeR :


1. Permintaan harus secara tertulis,menggunakan formulir permintaan yang sesuai dengan kasus
yang ditangani.
2. Tidak dibenarkan meminta VeR tentang kejadian yang sudah lampau, sebab merupakan rahasia
jabatan dokter.
3. Pada permintaan harus ditulis mengapa korban dibawa ke dokter (memudahkan pemeriksaan),
identitas dari korban dan peminta VeR,tanggal permintaan VeR juga harus dicatat saat/tanggal
surat permintaan VeR diterima oleh dokter.
4. Surat permintaan ditandatangani oleh petugas penyidik yang berhak,sesuai perundang-undangan
yang berlaku.
5. Ditujukan kepada dokter. Prioritaskan dokter pemerintah di tempat dinasnya.
6. Di tempat yang ada fasilitas Rumah Sakit Umum/Fakultas Kedokteran, permintaan ditujukan pada
bagian yang sesuai,yaitu
- Korban hidup: terluka dan kecelakaan lalu lintas (ke bagian bedah) , kejahatan
susila/pemerkosaan ( ke bagian Kebidanan)
- Korban mati: ke bagian Kedokteran Kehakiman
7. Di tempat yang tidak memiliki fisilitas tersebut,permintaan ditujukan kepada dokter pemerintah
(di Puskesmas atau dokter ABRI khususnya Polri). Bila hal ini tidak memungkinkan baru ke
dokter swasta.
8. Korban,baik hidup atau mati harus diantar sendiri oleh petugas Polri, disertai surat
permintaannya. Barang bukti dikirimkan bersama dengan surat permintaan VeR, dengan cara
diantar oleh petugas (polisi), dalam hal barang bukti adalah jenazah, korban harus diberi label
yang memuat identitas jenazah, dilakukan dengan cap jabatan yang diletekkan pada ibu jari kaki
atau bagian dari jenazah, sesuai dengan apa yang diatur dalam KUHAP Pasal 133 ayat (3)
DASAR PERATURAN
Pasal 133 KUHAP menyebutkan: (1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya. (2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

Penjelasan Resmi atas Pasal 133 ayat (2) KUHAP menyatakan, keterangan yang diberikan oleh ahli
kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli, sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan
ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan.

Pedoman Pelaksanaan KUHAP dalam Keputusan Menteri Kehakiman No. M.01.PW.07.03 Tahun 1982
berkaitan dengan Penjelasan Pasal 133 ayat (2) KUHAP menyatakan, hal ini tidak menjadi masalah
walaupun keterangan dari dokter bukan ahli kedokteran kehakiman itu bukan sebagai keterangan ahli,
tetapi keterangan itu sendiri adalah petunjuk dan petunjuk itu adalah alat bukti yang sah, walaupun
nilainya agak rendah, tetapi diserahkan saja pada hakim yang menilainya dalam sidang. Dengan
demikian, keterangan dokter bukan ahli kedokteran kehakiman (disebut keterangan menurut Penjelasan
Pasal 133 ayat (2) KUHAP), dan menurut Pedoman Pelaksanaan KUHAP dikategorikan sebagai alat
bukti petunjuk. Penilaian sepenuhnya diserahkan kepada hakim, untuk menentukan kategori alat bukti
keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman. Implementasi Pasal 133 ayat
(2) KUHAP “tidak menimbulkan permasalahan” dalam implementasinya, tercermin dari konsep RUU
KUHAP Pasal 37 sehingga pembentuk undang-undang tidak perlu melakukan perubahan ketentuan
formulasi Pasal 133 KUHAP .

Wewenang penyidik meminta keterangan ahli ini diperkuat dengan kewajiban dokter untuk
memberikannya bila diminta, seperti yang tertuang dalam pasal 179 KUHAP sebagai berikut: (1) Setiap
orang yang diminta pendapatnya sebagi ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib
memberikan keterangan ahli demi keadilan.
4. APA GUNANYA SURAT KEMATIAN? APA BEDANYA SURAT
KEMATIAN DAN SERTIFIKAT/AKTE KEMATIAN? SEBUTKAN APA
SAJA YANG HARUS ADA DI SURAT KEMATIAN MENURUT WHO?
APA BEDANYA DIAGNOSIS AKHIR DAN SEBAB KEMATIAN?
• Definisi : surat yang dibuat oleh dokter berisi tentang pernyataan kematian
• Landasan Hukum : Peraturan bersama Mendagri dan Menkes no 15 tahun 2010 no
162/MENKES/PB/I/2010 ttg pelaporan kematian dan penyebab kematian pasal 2 dan pasal 6.
• Fungsi SK: Perintah mengubur; Untuk asuransi, warisan; Untuk transplantasi
• Bagian Surat Kematian
- Kop
- Nomor surat
- Identitas dokter yang menyatakan
- Identitas yang meninggal: nama, umur, JK, agama, Alamat, kewarganegaraan
- Tanggal dinyatakan meninggal
- Sebab kematian

Sebab, Cara, dan Mekanisme Kematian


• Sebab Kematian: penyakit/ cedera/luka yang bertanggungjawab atas terjadinya kematian
• WHO : part I: mendeskripsikan kondisi yang berujung langsung pada kematian
a. immediate cause; b. intermediate cause; c. underlying cause
part II: kondisi signifikan lain yg tidak berhubungan dengan underlying cause
• Cara kematian: macam kematian yang menimbulkan penyebab kematian
Di indo
- Wajar: bila kematian terjadi sebagai akibat luka/cedera/ pada seseorang yg semula telah
mengidap suatu penyakit
- Tidak wajar: akibat kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan, tidak tertentukan,
Di LN
- Natural
- Accident
- Suicide
- Homicide: seseorang membunuh orang lain
- Undetermined: bila setelah investigasi TKP, pemeriksaan post mortem, tes lab, tidak ada
informasi yang mencukupi untuk menyatakan bahwa org tsb matinya krn natural, homicide,
suicide, atau accident
- Unclassified
• Mekanisme kematian: gangguan fisiologik dana tau biokimiawi yg ditimbulkan oleh penyebab
kematian sedemikian rupa sehingga seseorang tidak dapat terus hidup
5. BUATLAH KESIMPULAN VISUM BERDASARKAN KEADAAN
TERSEBUT INI. SEORANG LAKI-LAKI BERUSIA 43 TAHUN DENGAN
TINGGI 170CM DAN BERAT BADAN 65KG MENGALAMI KECELAKAAN
LALU LINTAS. PADA PEMERIKSAAN LUAR DIDAPATKAN LUKA-LUKA
SEBAGAI BERIKUT: PADA KEPALA, MULAI DARI DAHI SAMPAI
PELIPIS KANAN TERDAPAT LUKA MEMAR UKURAN 10 X 11 CM,
BENTUK TIDAK TERATUR, BATAS TIDAK TEGAS, WARNA BIRU
KEHITAMAN. PADA LENGAN KANAN ATAS, 20 CM DARI BAHU, TEPAT
PADA GARIS TENGAH DEPAN TERDAPAT LUKA TERBUKA UKURAN 5
X 0,5 X 1 CM, DASAR OTOT, BENTUK ELIPS, TEPI RATA, DINDING
RATA, TIDAK TERDAPAT JEMBATAN JARINGAN, SUDUT LANCIP. PADA
PIPI KANAN, 5 CM DARI MATA KANAN, 8 CM DARI GARIS TENGAH,
Telah dilakukan pemeriksaan dan perawatan terhadap seorang laki-laki, berumur empat
TERDAPAT
puluh tiga tahun,LUKA TERBUKA
tinggi seratus UKURAN
tujuh puluh sentimeter, berat3badan
X enam
1 X 0,5
puluh limaCM, DASAR
sentimeter.
SUBKUTIS,Pada pemeriksaan
BENTUK luar ditemukan
ELIPS, lukaTEPI memar
TIDAKpada kepala
RATA,bagianTIDAK
kanan depan, luka terbuka
TERDAPAT
pada lengan kanan atas, pipi kanan.
JEMBATAN JARINGAN,
Demikianlah saya uraikanSUDUT
dengan TUMPUL.
sejujurnya atas sumpah dokter, sesuai dengan Lembaran
Negara Nomor 350 tahun 1937.

Anda mungkin juga menyukai