Anda di halaman 1dari 3

Proses Embriologi Manusia

Perkembangan embrio merupakan pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup


selama masa embrio yang diawali fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam
rahim ibu. Terdapat tiga tahapan fase embrionik yaitu morula, blastula, dan gastrula.
Morula adalah suatu bentukan sel seperti bola akibat dari pembelahan sel secara
terus menerus. Pada fase ini keberadaan sel satu dengan yang lain sangat rapat. Blastula
adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan yang ditandai
dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan.
Di dalam blastula terdapat cairan blastosol yang berfungsi meberikan ruang gerak ketika
pembelahan terjadi. Gastrula merupakan bentukan lanjuatan dari blastula yang pelekukan
tubuhnya sudah semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga
tubuh (Sadler, 2000).
Organ yang dibentuk berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada
fase gastrula, yaitu lapisan ektoderm yang akan berdeferensiasi menjadi kluit, rambut, alat
indera, dan sistem saraf; lapisan mesoderm yang akan berdiferensiasi menjadi otot,
rangka, alat reproduksi, alat peredaran darah, dan alat ekskresi; dan lapisan endoderm
yang akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi
(Sadler, 2000).
Pada saat embrio berusia 8 minggu, bentuknya sudah mirip dengan manusia dan
mulai terjadi pembentukan genitalia eksterna. Proses sirkulasi melalui plasenta pun
dimulai dan tulang mulai terbentuk. Usia 9 minggu, kepala meliputai separuh besar fetus,
terbentuk muka dan kelopak matu yang baru akan membuka pada usia 28 minggu. Setelah
berusia 13-16 minggu, fetus memiliki panjang kira-kira 15 cm (awal trisemester II).
Kulitnya masih transparan, lanugo mulai tumbuh, gerakan mulai aktif berupa menghisap
dan menelan air ketuban. Pada usia ini, sudah terbentuk mekonium pada usus dan jantung
berdenyut 120-150 kali/menit. Usia 17-24 minggu komponen mata terbentuk penuh begitu
pula sidik jari. Seluruh tubuh diliputi oleh verniks kaseosa (lemak) dan fetus telah
memiliki reflekss. Fetus usia 25-28 minggu (awal trisemester III) terdapat perkembangan
otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah
membuka sehingga kelangsungan hidup pada periode ini sangat sulit bila harus lahir
(diterminsai). Kemudian pada usia 29-32 minggu, apabila bayi dilahirkan kemungkinan
untuk hidup sekitar 50-70% saja. Tulang pada minggu tumbuh-kembang ini terbentuk
sempurna, gerakan napas regular, dan suhu relatif stabil. Minggu ke 33-36, berat fetus
1500-2500 gram, lanugo mulai berkurang, paru telah matur, apabila lahir tidak ada

kesulitan. Pada minggu ke 38-40 (kehamilan aterm), bayi akan meliputi seluruh uterus, air
ketuban mulai berkurang tetapi masih dalam batas normal (Sadler, 2000).

Fisiologi Pecahnya Ketuban dan Interpretasi Warna Air Ketuban


Pecahnya ketuban
Persalinan kala 1 dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi
uterus yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai
pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid. Persalinan kala 1
berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio
serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir
kala I.
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban
pecah dini pada kehamilan prematur. KPD berpengaruh terhadap kehamilan dan
persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten
= LP = lag period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang LP-nya. Sedangkan
lama persalinan lebih pendek dari biasa, yaitu pada primipara 10 jam dan pada multipara 6
jam. Di samping itu KPD juga berpengaruh terhadap janin dan ibu.
Pada janin, kemungkinan infeksi intra uterin yang lebih dulu terjadi (amnionitis,
vaskulitis) cukup meninggikan morbiditas dan mortalitas perinatal. Selain itu apabila
dikaitkan dengan kelahiran prematur, tentu saja dapat menghasilkan bayi dengan nilai
apgar yang rendah bahkan bisa sampai mengalami asfiksia neonaturum serta berat badan
lahir yang rendah. Sumber lain menyatakan bahwa KPD merupakan faktor resiko
tambahan yang cukup penting pada kejadian sepsis streptococcal Group B pada infant.
Sedangkan pada ibu, karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intra partal,
apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi
puerpuralis (nifas), peritonitis, dan septikemia, serta partus kering. Ibu akan merasa lelah
karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi
cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi. Hal-hal tersebut tentu saja meninggikan angka
kematian dan angka morbiditas pada ibu (Sinseng, 2008).
Interpretasi warna air ketuban

Air ketuban yang normal jernih berwarna agak kekuningan, menyelimuti janin di
dalam rahim selama masa kehamilan. Warna air ketuban kehijauan atau kecoklatan
menunjukkan bahwa neonatus telah mengeluarkan mekonium (kotoran yang terbentuk
sebelum lahir, pada keadaan normal keluar setelah lahir saat pergerakan usus yang pertama
kali). Hal ini dapat menjadi petanda bahwa neonatus dalam keadaan stres. Keadaan
hipoksia menyebabkan peristaltik usus dan relaksasi otot sfingter ani, maka mekonium
dapat keluar melalui anus.
Seorang neonatus dapat menghirup cairan tersebut sehingga mengakibatkan masalah
pernapasan yang serius yaitu sindrom aspirasi mekonium (SAM) yang membutuhkan
penanganan yang tepat. Apabila seorang klinikus melihat mekonium selama proses
persalinan, dapat dilakukan pemberian amnioinfusion bagi ibu dengan harapan dapat
mencegah berbagai komplikasi pada neonatus. Dijumpainya mekonium di dalam air
ketuban meninggalkan bekas atau sejumlah bukti. Apabila mekonium berada selama
empat jam atau lebih di dalam air ketuban, maka dasar kuku (nail bed) janin akan
berwarna dan kalau berada di dalam air ketuban dua puluh empat jam atau lebih verniks
kaseosa akan ikut berwarna. Selaput ketuban dan tali pusat pun akan berwarna oleh
mekonium dalam waktu tiga jam dan makrofag dalam satu jam.
Cairan yang berwarna merah jambu menunjukkan perdarahan yang baru terjadi,
sedangkan air ketuban yang berwarna seperti anggur menunjukkan adanya riwayat
perdarahan. Tanda warna air ketuban tersebut kemungkinan trivial tetapi dapat membantu
menentukan penyebab yang mungkin (Kosim, 2010).

Anda mungkin juga menyukai