Anda di halaman 1dari 3

Terapi Kasus Pada Skenario

1 Oksigenasi
Indikasi pemberian O2 adalah adanya hipoksemia, yang dilihat dari:
a Tanda klinis: Peningkatan frekuensi nafas, tarikan dinding dada yang dalam, napas
b
c
2

cuping hidung, bunyi napas abnormal, kejang lama, letargi atau koma.
Oksimeter denyut (Pulse oxymeter)
Analisis gas darah: pada lansia saturasi oksigen sudah mulai menurun

Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi medik ialah meningkatkan kemampuan fungsional seseorang sesuai
dengan potensi yang dimiliki untuk mempertahankan dan atau meningkatkan Kualitas hidup
dengan cara mencegah atau mengurangi Impairment, Disability dan handicap semaksimal
mungkin.
Geriatri dalam hal ini perlu dikonsulkan ke RM untuk mengetahui kemampuan
aktivitas pasien yang selanjutnya ditentukan apakah perlu di ikutkan program dalam RM atau
tidak. Jika perlu, selanjutnya rencanakan program-program yang mendukung sesuai keluhan
dan keterbatasan kemampuan beraktivitas.
a. IMPAIRMENT (tingkat organ)
dimana penderita masih memerlukan / tergantung pada perawatan dan terapi secara
aktif, sehingga tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari (ADL), temporary
disability.
b. DISABILITY (tingkat manusia):
disebut juga recovery period dimana penderita mulai dapat melaksanakan pekerjaan
sesuai keadaan kesembuhan penyakitnya.
c. HANDICAP (tingkat sosial):
cacat menetap, keterbatasan kemampuan, dan melaksanakan tugas pekerjaan.
Proses RM
a. Langkah 1:

Atasi masalah medis utama, kcondisi stabil, menjadi landasan untuk

mengawali program Rehabilitasi Medis


b. Langkah 2 :Cegah komplikasi sekunder: Malnutrisi, Inkontinensia, Gangguan kognisi,
Pneumonia, Kontraktur, Dekubitus, Sindroma dekondisi, Ketergantungan Psikologis,
Depresi, Trombosis Vena
d. Langkah 3 : Mengembalikan fungsi yang hilang
e. Langkah 4: Ciptakan kemampuan adaptasi pasien
f. Langkah 5: Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
g. Langkah 6 (Adaptasi keluarga) : 85% aktifitas usia lanjut dikerjakan dirumah, para usia
lanjut butuh waktu untuk menerima kondisinya, keluarga makna hidup bagi para usia
lanjut, keluarga mitra kerja tenaga medis/paramedis.

INTERPRETASI PEMERIKSAN FISIK

Dari hasil pemeriksaan didapatkan kesadaran: apatis, TD 120/ 70


mmHg, RR 30x/ menit, T 36C, HR 108x/ menit. Kesadaran apatis dalam
Glaslow Coma Scale (GSC) bernilai antara 12-13, berada di antara compos
mentis dan somnolen. Tekanan darah 120/ 70 mmHg dalam batas normal.
Respiration rate terdapat peningkatan (normal 14-20x/ menit), temperatur
dalam batas normal (suhu oral rata-rata usia lanjut 36C). Heart rate terdapat
peningkatan (normal 60-100x/ menit). Berbagai studi menunjukkan suhu
tubuh inti pada usia lanjut lebih rendah daripada dewasa muda tampaknya
mencerminkan pengaruh status nutrisi, penyakit, dan obat-obatan.
Pada pemeriksaan paru sebelah kanan didapatkan ronkhi basah kasar,
suara dasar bronkhial, dan fremitus raba meningkat. Suara ronkhi basah kasar
dapat terjadi pada abnormalitas jaringan paru (contoh: pneumonia) maupun
karena abnormalitas jalan nafas (contoh: bronkhitis). Ronkhi basah kasar
merupakan petunjuk adanya peningkatan sekresi di saluran nafas besar dengan
intensitas suara lebih keras, nada rendah, dan durasi lebih lama. Fremitus raba
meningkat pada konsolidasi paru (contoh: penumonia). Ketiga hasil
pemeriksaan paru tersebut merupakan kelainan fisik yang lazim pada
penumonia yaitu tanda konsolidasi paru meliputi perkusi redup/ pekak pada
daerah paru dengan kelainan, ronkhi basah kasar, dan suara nafas bronkhial.
Selain itu bisa didapatkan juga peningkatan frekuensi nafas 24x/menit dan
dapat disertai syok septik dengan gejala kelelahan, inanisi, dan penurunan
kesadaran.
Skor Norton 9. Pemeriksaan ini menandakan telah terjadi ulkus
dekubitus pada pasien. Punggung bawah merupakan salah satu predileksi
ulkus dekubitus karena pada daerah tersebut sering tertekan. Penilaian derajat
dilakukan dengan melihat reaksi peradangan apakah mencapai epidermis
(derajat I), dermis/ subkutan (derajat II), jaringan lunak dan fascia dalam
(derajat III), dan sudah terlihat otot dan tulang (derajat IV). Skor Norton
merupakan alat untuk menilai risiko ulkus dekubitus pada pasien imobilisasi.
Skor 12 menunjukkan bahwa terjadi resiko tinggi untuk terjadi ulkus
dekubitus dengan peningkatan risiko 50x lebih besar. Hasil lab: leukosit 7.500
didapatkan hasil dalam batas normal (4000-11.000/ mm3). Pneumonia pada
lansia sebagian besar didapatkan leukosit yang normal atau sedikit meninggi,
kadang-kadang didapatkan leukositosis.

Terapi kuratif diberikan pada pasien untuk mengatasi gejala yang timbul.
Pada pasien telah dilakukan terapi oksigenasi, pemberian antibiotik dan terapi cairan.
Terapi oksigenasi diberikan untuk menjaga asupan oksigen pada pasien sehingga
tidak timbul hipoksia, terapi cairan diberikan untuk mencegah dehidrasi dan
hipoglikemi, serta untuk indikasi adanya peningkatan frekuensi pernafasan, dimana
pemberian oksigenasi ini diberikan jika frekuensi pernafasan > 24 kali/ menit.

Anda mungkin juga menyukai