Anda di halaman 1dari 16

THANATOLOGY

NYNDI SELVIANI PUTRI


14-119
B-3
Definisi

Tanatologi adalah bagian dari Ilmu


Kedokteran Forensik yang mempelajari
hal-hal yang berkaitan dengan kematian
yaitu definisi atau batasan mati,
perubahan yang terjadi pada tubuh
setelah terjadi kematian dan faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan tersebut.
Jenis - jenis Mati
 Mati somatis (mati klinis) = suatu keadaan yang
dimana terjadi gangguan pada ketiga sistem utama
tersebut yang bersifat menetap (irreversible).
 Mati suri (apparent death, suspended death) =
suatu keadaan yang mirip dengan kematian
somatis, akan tetapi gangguan yang terdapat pada
ketiga sistem bersifat sementara. Kasus seperti ini
sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur,
tersengat aliran listrik dan tenggelam.
 Mati seluler (mati molekuler) = suatu kematian
organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa
saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup
masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda,
sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap
organ tidak bersamaan.
 Mati serebral = suatu kematian akibat kerusakan
kedua hemisfer otak yang irreversible kecuali batang
otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya
yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih
berfungsi dengan bantuan alat.

 Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana


bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neuronal
intrakranial yang irreversible, termasuk batang otak
dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak
(mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang
secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi,
sehingga alat bantu dapat dihentikan.
Signs of death
 Tanda kematian tidak pasti
1. Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10
menit.
2. Terhentinya sirkulasi yang dinilai selama 15 menit,
nadi karotis tidak teraba.
3. Kulit pucat.
4. Tonus otot menghilang dan relaksasi.
5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi
beberapa menit setelah kematian.
6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam
waktu 10 menit yang masih dapat dihilangkan
dengan meneteskan air mata
Tanda kematian pasti
1. Livor mortis (lebam mayat,post mortem lividity, post mortem
hypostatic, post mortem sugillation, vibices)
• Livor mortis adalah suatu bercak atau noda besar merah kebiruan
atau merah ungu (livide) pada lokasi terendah tubuh mayat
akibat penumpukan eritrosit atau stagnasi darah karena
terhentinya kerja pembuluh darah dan gaya gravitasi bumi,
bukan bagian tubuh mayat yang tertekan oleh alas keras.

• posisi mayat terlentang terlihat bagian belakang kepala, daun


telinga, ekstensor lengan, fleksor tungkai, ujung jari dibawah
kuku, dan kadang-kadang di samping leher. Tidak ada lebam
yang dapat kita lihat pada daerah skapula, gluteus dan bekas
tempat dasi.
• posisi mayat tengkurap terlihat pada dahi, pipi, dagu, bagian
ventral tubuh, dan ekstensor tungkai.
• posisi tergantung terlihat pada ujung ekstremitas dan genitalia
eksterna.
• Lebam pada organ dalam mayat dengan posisi terlentang
dapat kita temukan pada posterior otak besar, posterior
otak kecil, dorsal paru-paru, dorsal hepar, dorsal ginjal,
posterior dinding lambung, dan usus yang dibawah (dalam
rongga panggul).

• Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk


memperkirakan penyebab kematian yaitu :
(1) warna merah kebiruan merupakan warna normal
lebam, (2) warna merah terang menandakan keracunan
CO, keracunan CN, atau suhu dingin, (3) warna merah
gelap menunjukkan asfiksia, (4) warna biru menunjukkan
keracunan nitrit dan (5) warna coklat menandakan
keracunan aniline.
2. Rigor Mortis (Kaku mayat)
Adalah kekakuan yang terjadi pada otot yang kadang-
kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot,
yang terjadi setelah periode pelemasan/ relaksasi primer
dimana disebabkan karena terjadinya perubahan kimiawi
pada protein yang terdapat dalam serabut-serabut otot.

a. Cadaveric spasm/instantaneous rigor = kaku mayat yang


timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului
relaksasi primer.
b. Heat Stiffening = suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu
tinggi, misalnya pada kasus kebakaran.
c. Cold Stiffening = suatu kekakuan akibat lingkungan/suhu
rendah, dapat terjadi bila tubuh korban diletakkan dalam
freezer, atau bila suhu keliling sedemikian rendahnya,
sehingga cairan tubuh terutama yang terdapat sendi-sendi
akan membeku.
3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis) Adalah penurunan suhu tubuh
mayat akibat terhentinya produksi panas dan terjadinya pengeluaran
panas secara terus-menerus. Pengeluaran panas tersebut disebabkan
perbedaan suhu antara mayat dengan lingkungannya.
8 faktor yang mempengaruhi cepat atau lama penurunan suhu tubuh
mayat yaitu :
1. Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungannya.
2. Suhu tubuh mayat saat mati. Makin tinggi suhu tubuhnya, makin lama
penurunan suhu tubuhnya.
3. Aliran & kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu
tubuh mayat.
4. Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat
penurunan suhu tubuh mayat.
5. Aktivitas sebelum meninggal.
6. Sebab kematian, misalnya asfiksia dan septikemia, mati dengan suhu
tubuh tinggi.
7. Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
8. Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaan tubuh yang terpapar.
Penilaian algor mortis dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut, antara lain :
1. Lingkungan sangat mempengaruhi ketidakteraturan
penurunan suhu tubuh mayat.
2. Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting.
3. Dahi dingin setelah 4 jam post mortem.
4. Badan dingin setelah 12 jam post mortem.
5. Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post
mortem.
6. Bila korban mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya
tergantung dari suhu, aliran, dan keadaan airnya.
7. Rumus untuk memperkirakan berapa jam sejak mati yaitu
(98,4ᵒF - suhu rectal ᵒF) : 1,5ᵒF
 Tanda Kematian Lanjut
4. Pembusukan (dekomposisi,putrefection) Pembusukan
mayat adalah proses degradasi jaringan terutama
protein akibat autolisis (pelunakan/pencairan jaringan)
dan kerja bakteri pembusuk terutama Klostridium
welchii. Bakteri ini menghasilkan asam lemak dan gas
pembusukan berupa H2S, HCN, dan AA. H2S akan
bereaksi dengan hemoglobin (Hb) menghasilkan HbS
yang berwarna hijau kehitaman. Syarat terjadinya
degradasi jaringan yaitu adanya mikroorganisme dan
enzim proteolitik.
• Proses pembusukan setelah kematian seluler ±24 jam
berupa warna kehijauan (HbS) didaerah perut kanan
bagian bawah yaitu dari sekum, lalu menyebar ke seluruh
perut dan dada dengan disertai bau busuk.
• Kulit ari akan terkelupas atau membentuk gelembung
berisi cairan kemerahan berbau busuk (bulla)
• Pembentukan gas dalam tubuh, dimulai dari lambung dan
usus akibatnya menegangnya perut, gas yang terakumulasi
seluruh jaringan dinding tubuh mengakbatkan krepitasi &
pembengkakan terutama didaerah jaringan longgar seperti
mata, skrotum, payudara.
• Posisi tubuh dengan kedua lengan dan tungkai setengah
fleksi karena akumulasi gas dalam sendi
• Rambut mudah dicabut, kuku mudah lepas, wajah
menggembung berwarna ungu kehijauan, palpebra, pipi,
lidah bengkak dan lidar sering terjulur diantara gigi, bibir
tebal
9 faktor yang mempengaruhi cepat-lambatnya pembusukan mayat,
yaitu :
• 1. Mikroorganisme.
• 2. Suhu optimal yaitu 21-37ᵒC.
• 3. Kelembaban udara yang tinggi.
• 4. Umur. Bayi, anak-anak dan orang tua lebih lambat terjadi
pembusukan.
• 5. Konstitusi tubuh.
• 6. Sifat medium. Udara : air : tanah (1:2:8).
• 7. Keadaan saat mati. Oedem mempercepat pembusukan.
Dehidrasi memperlambat pembusukan.
• 8. Penyebab kematian.
• 9. Seks. Wanita baru melahirkan (uterus post partum) lebih cepat
mengalami pembusukan.
5. Adipocere (lilin mayat)
Adalah suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami
hidrolisis dan hidrogenisasi pada jaringan lemaknya,
dan hidrolisis ini dimungkinkan oleh karena
terbentuknya lesitinase, suatu enzim yang dihasilkan
oleh Klostridium welchii, yang berpengaruh terhadap
jaringan lemak.
Untuk dapat terjadi adipocere dibutuhkan waktu yang
lama, sedikitnya beberapa minggu sampai beberapa
bulan dan keuntungan adanya adipocere ini, tubuh
korban akan mudah dikenali dan tetap bertahan
untuk waktu yang sangat lama sekali, sampai ratusan
tahun.
6. Mumifikasi
• Adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi
jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi
pengeringan yang dapat menghentikan pembusukan.
Jairngan berubah menjadi kering, keras, keriput,
berwarna gelap dan tidak membusuk karena kuman
tidak dapat hidup ditempat kering. Pengeringan akan
mengakibatkan menyusutnya alat-alat dalam tubuh,
sehingga tubuh akan menjadi lebih kecil dan ringan.
Untuk dapat terjadi mummifikasi dibutuhkan waktu
yang cukup lama, beberapa minggu sampai beberapa
bulan yang dipengaruhi oleh keadaan suhu lingkungan
dan sifat aliran udara.

Anda mungkin juga menyukai