Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

TENGGELAM

Disusun oleh:
Regina Dyah Pradani Saraswati 1965050018
Grietje Harlens Noya 1965050070
Nadira Mutiara Asoehan 1965050082
Muhammad Syauqi Mirza 1965050120
Shahnaz Camilla Phasa 1965050123

Pembimbing:
dr. Slamet Poernomo, MS, Sp.F, DFM

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


PERIODE 22 FEBRUARI – 13 MARET 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
RS UMUM BHAYANGKARA Tk. I R. SAID SUKANTO
JAKARTA
2021
DAFTAR ISI
1. DEFINISI TENGGELAM ............................................................................................... 3

2. EPIDEMIOLOGI TENGGELAM ..................................................................................... 4

3. MEKANISME TENGGELAM ........................................................................................ 5

4. PEMERIKSAAN PADA JENAZAH ................................................................................. 6

4.a Pemeriksaan Luar Jenazah .......................................................................................... 8

4.b Pemeriksaan Dalam .................................................................................................. 11

7. PEMERIKSAAN LABORATORIUM ............................................................................. 13

5. Menentukan Perbedaan Bunuh Diri dan Pembunuhan pada kasus tenggelam ..... 16

2
1. DEFINISI TENGGELAM

Drowning atau tenggelam didefinisikan sebagai masuknya cairan yang cukup


banyak ke dalam saluran nafas atau paru-paru. Dalam kasus tenggelam, terendamnya
seluruh tubuh dalam cairan tidak diperlukan. Yang diperlukan adalah adanya cukup
cairan yang menutupi lubang hidung dan mulut sehingga kasus tenggelam tidak hanya
terbatas pada perairan yang dalam seperti laut, sungai, danau, atau kolam renang, tetapi
mungkin pula terbenam dalam kubangan atau selokan di mana hanya bagian muka yang
berada di bawah permukaan air.1,2

Tinjauan lengkap tentang kematian akibat tenggelam harus mencakup definisi


tenggelam, yang bervariasi tergantung pada sumbernya, mulai dari deskripsi yang
paling luas hingga penggunaan terminologi medis yang lebih ringkas, sebagian besar
dengan dasar asfiksia. Kamus Kedokteran Ilustrasi Dorland mendefinisikan tenggelam
sebagai "mati lemas dan kematian akibat mengisi paru-paru dengan air atau zat atau
cairan lain, sehingga pertukaran gas menjadi tidak mungkin".2Ahli patologi forensik
yang secara langsung terlibat dalam sertifikasi kematian ini umumnya mendefinisikan
tenggelam sebagai kematian asfiksia di mana tubuh kekurangan oksigen sebagai akibat
dari gangguan pertukaran oksigen paru setelah perendaman sebagian atau seluruhnya
dalam cairan, sebagian besar biasanya air, dengan menghirup sejumlah cairan jauh ke
dalam paru-paru.1

Pengertian terbaru yang diadopsi World Health Organization (WHO) tahun 2002
menyatakan bahwa tenggelam merupakan suatu proses kejadian gangguan pernapasan
akibat perendaman (submersion) atau pencelupan (immersion) dalam cairan. Proses
kejadian tenggelam diawali dengan gangguan pernapasan baik karena jalan nafas
seseorang berada di bawah permukaan cairan (submersion) ataupun air hanya menutupi
bagian wajahnya saja (immersion).1

3
2. EPIDEMIOLOGI TENGGELAM

World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 melaporkan kematian


tenggelam termasuk 10 penyebab utama kematian pada anak-anak dan dewasa.
Tenggelam adalah penyebab utama ke-3 dari kematian akibat cedera yang tidak
disengaja di seluruh dunia, terhitung 7% dari semua kematian terkait cedera.
Diperkirakan ada 320.000 kematian akibat tenggelam setiap tahun di seluruh dunia. 2

Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah bertanggung jawab atas


lebih dari 90% kematian karena tenggelam yang tidak disengaja; lebih dari separuh
tenggelam di dunia terjadi di WHO Wilayah Pasifik Barat dan Wilayah Asia Tenggara
WHO. Angka kematian akibat tenggelam tertinggi di WHO Wilayah Afrika, dan 15-20
kali lebih tinggi daripada yang terlihat di Wilayah Eropa. Kejadian di negara
berkembang lebih tinggi dibanding negara maju. (Basuki I, Sembiring E, Safitriani D,
Simanjuntak D. Sumber daya laut indonesia dan pengelolaannya. 2009. Available
from: http://images.ibasoke.multiply.multiply content.com/attachment/0/SktgkgoKCt
YAACJ0bdA1/Laut%20Indonesia.pdf)

Wilayah Indonesia terdiri atas daratan dan lautan sebesar 6,1 juta Km2 atau
sekitar 77% dari wilayah Indonesia. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan, saat
ini persentase nelayan di Indonesia mencapai 25% dari jumlah penduduk. Didapatkan
bahwa jenis kecelakaan transportasi laut yang sering terjadi adalah tenggelam
(Situmorang N. Pendidikan untuk kesejahteraan nelayan. Kementerian Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia; 2012. Available from:
http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c /7233/Pendidikan-untuk- Kesejahteraan-
Nelayan)

Menurut Basarnas pada tahun 2015, di Indonesia mencapai 633 kejadian dengan
jumlah korban tenggelam keseluruhan sekitar 5097 orang korban dan yang meninggal
sekitar 278 orang atau sekitar 5,4% yang meninggal. Kejadian tenggelam di Semarang

4
pada tahun 2015 terdapat 9 kejadian tenggelam dengan korban keseluruhan mencapai
sekitar 71 orang korban dan yang meninggal sekitar 14 orang meninggal.

3. MEKANISME TENGGELAM
Mekanisme tenggelam dalam air tawar:

a. Air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar sehingga terjadi
hemodilusi yang hebat sampai 72% yang berakibat terjadinya hemolisis.
b. Oleh karena terjadi perubahan biokimiawi yang serius, dimana kalium dalam
plasma meningkat dan natrium berkurang, juga terjadi anoksia dalam
miokardium.
c. Hemodilusi menyebabkan cairan dalam pembuluh darah dan sirkulasi
berlebihan, terjadi penurunan tekanan sistole dan dalam beberapa menit terjadi
fibrilasi ventrikel.
d. Jantung untuk beberapa saat masih berdenyut dengan lemah, terjadi anoksia
cerebri yang hebat, hal ini menerangkan mengapa kematian terjadi dengan cepat.

Mekanisme tenggelam dalam air asin:

a. Terjadi hemokonsentrasi, cairan dari sirkulasi tertarik keluar sampai 42% dan
masuk kedalam jaringan paru sehingga terjadi edema pulmonum yang hebat
dalam waktu relatif singkat.
b. Pertukaran elektrolit dari asin kedalam darah mengakibatkan meningkatnya
hematokrit dan peningkatan kadar natrium plasma.
c. Vibrilasi ventrikel tidak terjadi, tetapi terjadi anoksia pada miokardium dan
disertai peningkatan viskositas darah akan menyebabkan payah jantung.
d. Tidak terjadi hemolisis melainkan hemokonsentrasi, tekanan sistolik akan
menetap dalam beberapa menit.

5
4. PEMERIKSAAN PADA JENAZAH
Pemeriksaan mayat yang dilakukan harus seteliti mungkin agar mekanisme
kematian dapat ditentukan karena seringkali mayat ditemukan sudah membusuk. Hal
yang perlu diperhatikan adalah

1. Menentukan identitas korban


Identitas korban dapat ditentukan dengan memeriksa antara lain:
a. Pakaian dan benda-benda milik korban.
b. Warna, distribusi rambut, dan identitas lain.
c. Kelainan atau deformitas dan jaringan parut.
d. Sidik jari.
e. Pemeriksaan gigi.
f. Teknik identifikasi lain.

2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam


Pada mayat yang masih segar untuk menentukan korban masih hidup atau sudah
meninggal pada saat tenggelam dapat diketahui dari hasil pemeriksaan
a. Metode yang digunakan apakah orang masih hidup saat tenggelam ialah
pemeriksaan diatom. Metode ini bukan tanda pasti karena pada paru seorang

6
penyelam bisa jadi juga didapatkan diatom dalam parunya. Untuk mendapatkan
diatom pada organ selain paru dibutuhkan proses tengggelam dalam keadaan
hidup dan dalam waktu yang lama.
b. Untuk membantu menentukan diagnosis, dapat dibandingkan kadar elektrolit
magnesium darah dari bilik jantung kiri dan kanan.
c. Benda asing dalam paru dan saluran pernafasan mempunyai nilai yang
menentukan pada mayat yang terbenam selama beberapa waktu dan mulai
membusuk. Demikian pula dengan isi lambung dan usus.
d. Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan alveoli yang secara fisik
dan kimia sama dengan air tempat korban tenggelam mempunyai nilai yang
bermakna.
e. Pada beberapa kasus, ditemukan kadar alkohol tinggi dapat menjelaskan bahwa
korban sedang dalam keracunan alkohol pada saat masuk ke dalam air.

3. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowning


Pada mayat yang segar, gambaran pasca-mati dapat menunjukkan tipe drowning
dan juga penyebab kematian lain seperti penyakit, keracunan atau kekerasan lain.
Pada kecelakaan di kolam renang benturan ante-mortem (antemortem impact)
pada tubuh bagian atas, misalnya memar pada muka, perlukaan pada vertebra servikalis
dan medula spinalis dapat ditemukan.
4. Faktor- faktor yang berperan dalam proses kematian
Faktor- faktor yang berperan dalam dalam proses kematian, misalnya kekerasan,
alkohol atau obat-obatan dapat ditemukan pada pemeriksaan luar atau bedah jenazah.
5. Tempat korban pertama kali tenggelam
Bila kematian korban berhubungan dengan masuknya cairan ke dalam saluran
pernafasan, maka pemeriksaan diatom dari air tempat korban ditemukan dapat
membantu menentukan apakah korban tenggelam di tempat itu atau di tempat lain.
6. Apakah ada penyulit alamiah lain yang mempercepat kematian.
a. Bila sudah ditentukan bahwa korban masih hidup pada masuk ke dalam air.
Maka perlu ditentukan apakah kematian disebabkan karena air masuk ke dalam saluran
pernafasan (tenggelam). Pada kasus immersion, kematian terjadi dengan cepat, hal ini
mungkin disebabkan oleh sudden cardiac arrest yang terjadi pada waktu cairan melalui

7
saluran napas atas. Beberapa korban yang terjun dengan kaki terlebih dahulu
menyebabkan cairan dengan mudah masuk ke hidung. Faktor lain adalah keadaan
hipersensitivitas dan kadang-kadang keracunan alkohol.
b. Bila tidak ditemukan air dalam paru- paru dan lambung, berarti kematian terjadi
seketika akibat spasme glotis yang menyebabkan cairan tidak dapat masuk.
Korban yang tenggelam akan menelan air dalam jumlah yang makin lama makin
banyak, kemudian menjadi tidak sadar dalam 2-12 menit (fatal period). Dalam periode
ini, apabila korban dikeluarkan dari air, masih ada kemungkinan dapat hidup bila upaya
resusitasi berhasil.Waktu yang diperlukan untuk terbenam dapat bervariasi tergantung
dari keadaan sekeliling korban, keadaan masing-masing korban, reaksi perorangan yang
bersangkutan, keadaan kesehatan, dan jumlah serta sifat cairan yang dihisap masuk ke
dalam saluran pernapasan.

4.a Pemeriksaan Luar Jenazah


Pemeriksaan luar jenazah yang dapat dijadikan petunjuk pada mati tenggelam di
air laut maupun air tawar adalah
a. Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur dan benda-benda
asing lain yang terdapat di dalam air, kalau seluruh tubuh terbenam dalam air.
b. Schaumfilz froth merupakan busa halus pada hidung dan mulut. Teori intravital
menyebutkan Schaumfilz sebagai bagian dari reaksi intravital. Pada waktu air
memasuki trakea, bronkus, dan saluran pernapasan lainnya, maka terjadi
pengeluaran sekret oleh saluran tersebut. Sekret ini akan terdorong keluar oleh
udara pernapasan sehingga berbentuk busa mukosa
c. Mata setengah terbuka atau tertutup. Jarang terjadi perdarahan atau bendungan.
d. Kutis anserina atau goose flesh merupakan reaksi intravital, jika kedinginan, maka
muskulus erektor pili akan berkontraksi dan pori-pori tampak lebih jelas. Kutis
anserina biasanya ditemukan pada kulit anterior tubuh terutama ekstremitas.
Gambaran seperti kutis anserina dapat juga terjadi karena rigor mortis pada otot
tersebut.

8
e. Washer woman’s hand. Telapak tangan dan kaki berwarna keputihan dan
berkeriput yang disebabkan karena imbibisi cairan ke dalam kutis dan biasanya
membutuhkan waktu yang lama. Tanda ini tidak patognomomik karena mayat yang
lama dibuang ke dalam air akan terjadi keriput juga.
f. Cadaveric spasm, merupakan tanda intravital yang terjadi pada waktu korban
berusaha menyelamatkan diri dengan cara memegang apa saja yang terdapat dalam
air.
g. Luka lecet akibat gesekan benda-benda dalam air. Luka lecet biasanya dijumpai
pada bagian menonjol, seperti kening, siku, lutut, punggung kaki atau tangan.
Puncak kepala mungkin terbentur pada dasar ketika terbenam, tetapi dapat pula
terjadi luka post-mortal akibat benda-benda atau binatang dalam air.
h. Dapat ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia seperti sianosis, Tardieu spot. Petekie
dapat muncul pada kasus tenggelam, tetapi lebih sedikit daripada gantung diri
karena pada tenggelam tidak terjadi kematian secara mendadak sehingga pecahnya
kapiler tidak secara tiba-tiba atau hanya sedikit.
Pada mayat yang sudah membusuk, dapat ditemukan:
a. Mata melotot karena terbentuknya gas pembusukan.
b. Lidah tampak keluar karena gas pembusukan yang mendorong pangkal lidah. Hal
ini juga dapat terjadi pada mayat yang mengalami pembusukan di darat.
c. Muka menjadi hitam dan sembab yang disebut tite de negre (kepala orang negro).
d. Pugilistic attitude
Posisi lutut dan siku sedemikian rupa sehingga kaki dan tangan tampak
membengkok (frog stand). Ini disebabkan cairan dan gas yang terbentuk pada
persendian.
e. Vena tampak jelas berwarna hijau sampai kehitam-hitaman karena terbentuk FeS.
Ini dapat juga terjadi pada orang yang mati di darat.
f. Pada laki-laki tampak skrotum membesar, mungkin terjadi prolaps atau adanya gas
pembusukan. Pada wanita hamil dapat keluar anak yang dikandung.
g. Bila lebih membusuk lagi, kulit ari akan mengelupas sehingga warna kulit tidak
jelas, rambut lepas.

9
10
4.b Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan bedah jenazah dapat ditemukan busa halus dan benda asing,
seperti pasir atau tumbuhan air, dalam saluran pernapasan (Ilmu Kedokteran Forensik,
1997).
Pada korban tenggelam di air tawar biasanya ditemukan dalam keadaan besar
atau menggelembung tetapi ringan, dan pinggir depan biasanya overlap di depan hati.
Namun, dapat ditemukan paru-paru yang biasa karena cairan tidak masuk ke dalam
alveoli atau cairan sudah masuk ke aliran darah (melalui proses imbibisi). Paru
berwarna merah jambu pucat dan dapat mengalami emfisema. Ketika paru tersebut
dipindahkan dari dada, paru tetap mempertahankan bentuk normalnya dan cenderung
tidak kolaps. Ketika memotong paru yang mengalami emfisema kering akan terdengar
bunyi krepitasi yang mudah dinilai. Setelah dipotong, masing-masing bagian paru
mempertahankan bentuk normalnya seperti sebelum dipotong dan cenderung berdiri
tegak. Ketika jaringan dipotong dan ditekan antara ibu jari dan keempat jari lainnya
terdapat sedikit buih dan tidak ada cairan dan gas, kecuali jika terdapat edema. Dengan
demikian, paru tetap kering pada kasus tenggelam di air tawar
Pada kasus tenggelam di air laut, paru-paru dapat ditemukan membesar seperti
balon, lebih berat, sampai menutupi jantung. Pada pengirisan terdapat banyak cairan,
beratnya kadang melebihi 2.000 gram. Karena paru sangat edema maka tepi depan paru
overlap di depan mediastinum sehingga berbentuk seperti cetakan iga. Paru berwarna
keunguan atau kebiruan dengan permukaan mengkilap. Paru lembab dan konsistensinya
seperti agar-agar dan hilang dengan penekanan. Ketika paru dipindahkan dari tubuh dan
ditempatkan pada meja pemotongan, paru tidak mempertahankan bentuk normalnya tapi
cenderung datar. Ketika dipotong, tidak ada suara krepitasi yang terdengar dan bahkan
tanpa penekanan jaringan mengeluarkan banyak cairan. Jaringan paru ditekan maka
akan ditemukan paru dipenuhi cairan. Dengan demikian kasus tenggelam di air laut paru
mengalami lembab dan basah
Petekie yang sangat sedikit dapat ditemukan karena kapiler terjepit di antara
septum inter alveolar. Dapat ditemukan bercak-bercak perdarahan yang disebut bercak
Paltauf akibat robeknya penyekat alveoli (Polsin). Petekie subpleura dan bula emfisema
jarang ditemukan dan bukan merupakan tanda khas tenggelam, tetapi sebagai usaha
respirasi

11
Sedangkan untuk mengetahui benda-benda air yang masuk ke saluran pernafasan dapat
dibuktikan dengan membuka saliran pernafasan dari trakea, bronkus sampai
percabangan bronkus di hilus. Jika dari pemeriksaan ditemukan benda-benda air seperti
pasir, kerikil, lumpur, tumbuhan air dan lain-lain maka dapat dipastikan bahwa korban
masih hidup sebelum tenggelam
Organ lain seperti otak, ginjal, hati, dan limpa dapat mengalami pembendungan.
Lambung dan usus halus dapat sangat membesar, berisi air dan lumpur

12
7. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Pemeriksaan diatom
Diatom merupakan alga (ganggang) bersel satu dengan dinding sel yang terbuat dari
silikat yang tahan panas dan asam kuat. Diatom dapat ditemukan dalam air tawar, air
laut, air sungai, air sumur, dan udara. Diatom dan elemen plankton lain masuk ke dalam
saluran pernapasan atau pencernaan ketika seseorang tenggelam menelan air. Kemudian
diatom akan masuk ke dalam aliran darah melalui kerusakan dinding kapiler pada waktu
korban masih hidup dan tersebar ke seluruh jaringan. Di sisi lain, jika sebuah mayat
ditenggelamkan dalam air meskipun diatom dapat masuk ke dalam paru-paru secara
pasif, tidak ada aliran sirkulasi darah yang mungkin terjadi, sehingga (secara teori) tidak
mungkin ada diatom yang dapat ditemukan pada organ-organ dalam yang lebih jauh
Pemeriksaan diatom dilakukan pada jaringan paru mayat segar. Bila mayat telah
membusuk, pemeriksaan diatom dilakukan dari jaringan ginjal, otot skelet atau sumsum
tulang paha. Pemeriksaan diatom pada hati dan limpa kurang bermakna sebab berasal
dari penyerapan abnormal dari saluran pencernaan terhadap air minum atau makanan
Pemeriksaan diatom dengan metode destruksi (digesti asam) pada paru dilakukan
dengan mengambil dari jaringan perifer paru sebanyak 100 gram, masukkan ke dalam

13
labu Kjeldahl dan tambahkan asam sulfat pekat sampai jaringan paru terendam,
diamkan lebih kurang setengah hari agar jaringan hancur. Kemudian dipanaskan dalam
lemari asam sambil diteteskan asam nitrat pekat sampai terbentuk cairan jernih,
dinginkan dan cairan dipusing dalam centrifuge
Sedimen yang terbentuk ditambahkan dengan akuades, pusingkan kembali dan
akhirnya dilihat dengan mikroskop. Pemeriksaan diatom positif bila pada jaringan paru
ditemukan diatom cukup banyak, 4-5/LPB atau per 10-20 per satu sediaan atau pada
sumsum tulang cukup ditemukan hanya satu
Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan getah paru dengan cara permukaan paru
disiram dengan air bersih, lalu iris bagian perifer, ambil sedikit cairan perasan dari
jaringan perifer paru, taruh pada gelas obyek, tutup dengan kaca penutup dan lihat
dengan mikroskop. Selain diatom dapat pula terlihat ganggang atau tumbuhan jenis
lainnya

Gambar 1. Prinsip Tes Diatom (Saukoet al, 2014)


Menurut Simpson, bahwa tes diatom terkadang negatif, bahkan pada kasus-
kasus yang jelas-jelas tenggelam pada air yang banyak diatom dan telah banyak hasil
positif palsu yang dikatakan terjadi karena alasan teknis dari karena itu tes ini jadi
sangat tidak realibel sehingga teknik ini seharusnya dilakukan dan hasilnya
diinterpretasikan dengan pertimbangan keadaan lain

14
2. Pemeriksaan Elektrolit
Pada tahun 1921 Gettler mengemukakan bahwa penentuan ada tidaknya
klorida pada darah yang berasal dari ruang-ruang jantung adalah salah satu tes yang
baik yang dapat digunakan dalam mendiagnosis kasus tenggelam. Banyak dari peneliti
telah mengemukakan pandangan-pandangan yang berbeda tentang validitas studi
klorida dalam mendiagnosis kasus tenggelam. Pada tahun 1944 Moritz dan
mengungkapkan pandangan bahwa perbedaan kadar klorida pada sampel darah yang
berasal dari ventrikel jantung kanan dan kiri dapat bernilai diagnostik hanya jika analisa
yang dilakukan adalah segera setelah terjadinya kematian. Dia menetapkan bahwa
perbedaan kadar klorida sekitar 17 mEq/L atau lebih pada kasus tenggelam di air tawar
dapat ditetapkan sebagai pendukung penegakan diagnosis tenggelam
Menurut Gettler, pada kasus tenggelam di air tawar, kadar serum klorida di
darah yang berasal dari jantung kiri lebih rendah dari jantung sebelah kanan. Sedangkan
pada tenggelam di air asin terjadi sebaliknya
Selain itu, tes lain, tes Durlacher juga dapat digunakan untuk menentukan
diagnosis selain tes Gettler. Tes Durlacher digunakan untuk menentukan perbedaan dari
berat jenis plasma dari jantung kanan dan kiri. Bila pada pemeriksaan ditemukan berat
jenis jantung kiri lebih tinggi dibandingkan dengan jantung kanan, maka dapat
diasumsikan bahwa korban meninggal akibat tenggelam Perbedaan kadar elektrolit
lebih dari 10% dapat menyokong diagnosis, walaupun secara tersendiri kurang
bermakna

Ketika air tawar memasuki paru-paru, natrium plasma turun dan kalium plasma
meningkat, sedangkan pada inhalasi air asin, natrium plasma meningkat cukup tinggi
dan kalium hanya meningkat ringan. Pada tenggelam pada air tawar, konsentrasi
natrium serum dalam darah dari ventrikel kiri lebih rendah dibandingkan ventrikel
kanan. Namun, angka ini dapat bervariasi, ini disebabkan ketika post mortem dimulai
maka difusi cairan dapat mengubah tingkat natrium dan kalium yang sebenarnya. Oleh
karena itu Simpson berpendapat bahwa analisis dari kadar Na, Cl dan Mg telah
dipergunakan, tetapi hasilnya terlalu beragam untuk digunakan didalam praktek sehari-
hari.

15
5. Menentukan Perbedaan Bunuh Diri dan Pembunuhan pada kasus
tenggelam
Penentuan apakah tenggelam merupakan kasus bunuh diri harus dilakukan secara
benar karena mempertimbangkan dan berakibat pada aspek legal, agama, dan sosial.

1. Yang pertama untuk menentukan bunuh diri pada kasus tenggelam perlu
dilakukan otopsi guna mencari penyebab sebenarnya Tidak dengan hanya
jenazah ditemukan pada kolam air, sungai, danau dll dapat diartikan penyebab
dari kematian adalah tenggelam. Perlu dipetimbangkan adanya kemungkinan
pembunuhan atau bunuh diri.
2. Yang kedua, cari apakah ada peninggalan surat dari korban (suicide note). Jika
ditemukan adanya suicide note, perlu dilakukan verifikasi tulisan tangan, gaya
dan bahasa termasuk tata kalimat apakah sesuai dengan tulisan tangan korban.
Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan dengan tulisan tangan lain yang
dimiliki korban sebelum meninggal dan menunjukkan bukti tersebut kepada
orang atau kerabat yang mengenal korban.
3. Selanjutnya, mempertimbangkan dimana korban ditemukan. Kebanyakan dari
korban tenggelam ditemukan di bathup atau kolam renang. Jika ditemukan pada
tempat tersebut dapat dilakukan investigasi mengenai kebiasaan pribadi dan
rutinitasnya untuk melihat jika ada alasan korban untuk mandi atau berenang
sebelumnya. Darisitu kita dapat memperoleh beberapa keterangan sebelum
kejadian dan kemungkinan penyebabnya. Biasanya jika korban ditemukan pada
air yang dangkal, dapat diindikasikan sebagai kasus kecelakaan atau
pembunuhan terlebih jika korban ditemukan dengan keadaan telanjang.
Jika korban ditemukan di danau, rawa atau laut juga perlu dicurigai adanya
kematian tidak wajar. Pembunuhan dapat terjadi secara tanpa sengaja, yakni
korban sebelumnya dianiaya, disangka sudah mati padahal hanya pingsan.
Untuk menghilangkan jejak, korban dibuang ke sungai, sehingga mati karena
tenggelam.

16
4. Mencari apa ada tanda cedera yang dapat ditemukan pada tubuh. Jika pada kasus
tenggelam karena pembunuhan biasanya akan sering ditemukan luka tanda-
tanda kekerasan dan perlawanan tetapi pada kasus bunuh diri tidak ditemukan
adanya tanda kekerasan maupun perlawanan.
5. Hal yang perlu diperhatikan lainnya adalah benda- benda di sekitar korban yang
dapat digunakan sebagai barang bukti untuk identifikasi dan mencari
kemungkinan cara kematian korban seperti jika ditemukan korban dalam
keadaan ekstremitas terikat tali. Biasanya pada korban pembunuhan, ekstremitas
korban diikat dengan tali tetapi pada kasus bunuh diri jarang didapatkan.
Tetapi juga perlu diperhatikan simpul dari tali untuk menentukan lebih lanjut
cara kematiannya. Kebanyakan korban bunuh diri menggunakan simpul tali
hidup yang telah dipersiapkan korban sebelumnya sedangkan simpul tali mati
biasanya ditemukan pada kasus pembunuhan.
6. Yang terakhir kita dapat memeriksa adanya penggunaan obat-obatan dan
alkohol. Untuk memastikan obat-obatan dan alkohol sebagai faktor penentu,
dilakukan pemeriksaan darah toksikologi pada korban dan bandingkan hasil
dengan gaya hidup korban serta riwayat penggunaan obat terdahulu. Jika hasil
toksikologi korban positif dan korban sebelumnya bukan merupakan pecandu
alkohol dan pengguna obat maka dicurigai kemungkinan adanya upaya bunuh
diri.

Berikut ini adalah tabel perbedaan antara tanda-tanda ante-mortem dan post-
mortem pada kasus mati tenggelam.

Tabel Perbedaan tanda antemortem dan postmortem pada kasus mati tenggelam
Gambaran Tenggelam Ante-Mortem Tenggelam Post-Mortem
Buih Halus, banyak buih keluar Tidak ditemukan buih.
dari hidung dan mulut
Mengembang, bertumpang Terdapat air dalam paru-
tindih dengan jantung, paru.
Paru-paru terdapat indentasi tulang-
tulang iga, terjadi edema

17
pada paru.
Spasme mayat Rumput atau ranting tampak Tidak dijumpai.
pada genggaman mayat.
Biasanya tidak ditemukan. Cedera pada bagian tubuh
Cedera kepala atau cedera yang menyebabkan
Cedera bagian tubuh lainnya bisa kematian.
terjadi jika tubuh
menghantam benda keras
yang terdapat dalam air.
Terdapat tanda-tanda Tanda-tanda kematian
Temuan tanda asfiksia. disebabkan oleh alasan
asfiksia lain, dimana korban
meninggal karena keadaan
syok.
Biasanya karena kecelakaan Kebanyakan kasus yang
atau bunuh diri. Kasus terjadi karena motif
Motif pembunuhan terjadi pada pembunuhan. Tidak
anak dan orang tua. pernah terjadi karena
bunuh diri. Jarang terjadi
karena kecelakaan.

Tabel 3.2 Tanda penting yang perlu kita ketahui dari kejadian bunuh diri pada kasus
matitenggelam

Pembunuhan Bunuh Diri

− Biasanya tangan korban diikat oleh − Biasanya korban meninggalkan


pelaku perlengkapannya

18
− Kadang-kadang dapat kita temukan − Kita dapat temukan suicide note
tanda-tanda kekerasan sebelum
− Kedua tangan / kaki korban diikat
korban ditenggelamkan
yang mungkin dilakukan sendiri
oleh korban

− Kadang-kadang tubuh korban


diikatkan bahan pemberat

Pada peristiwa tenggelam di air tawar, terjadi hemolisis dan hemodilusi sehingga

menyebabkan hiperkalemia. Kematian terjadi karena fibrilasi ventrikel. Pada peristiwa

tenggelam di air asin, karena konsentrasi elektrolit air asin lebih tinggi daripada

plasma,air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstitial paru yang

akan menimbulkan edema paru, hemokonsentrasi, dan hipovolemia.

Berdasarkan morfologi penampakan paru pada otopsi, tenggelam dibedakan atas

tenggelam kering (dry drowning), tenggelam tipe basah (wet drowning). Jika ditinjau

berdasarkan jenis air tempat terjadinya tenggelam, maka dapat dibedakan menjadi

tenggelam di air tawar dan tenggelam di air asin. Diagnosis kematian akibat tenggelam

dapat ditegakkan melalui pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan

laboratorium berupa histologi jaringan, destruksi jaringan, dan berat jenis serta kadar

elektrolit darah.

Pada pemeriksaan luar, dapat ditemukan Schaumfilz froth, kuntis anserina,

washer woman’s hand, cadaveric spasm, tanda-tanda asfiksia seperti sianosis dan

petekie. Kemudian dapat juga dijumpai luka lecet dan penurunan suhu mayat Pada

19
pemeriksaan dalam, paru tetap kering pada kasus tenggelam di air tawar. Pada kasus

tenggelam di air laut, paru-paru dapat ditemukan membesar. Petekie juga dapat

dijumpai. Organ lain dapat mengalami pembendungan.

20
Daftar Pustaka

1. Meddings D, Hyder AA, Ozanne-Smith J, Rahman A, eds. Global Report on Drowning:


Preventing a Leading Killer. Gemva, Switzerland: World Health Organization; 2014.

2. Dept./Inst. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Unair – RSUD Dr. Soetomo
Surabaya. Jurnal Kedokteran Forensik Indonesia, Vol. 14 No. 3, Juli – September 2012

3. Schmidt AC, Sempsrott JR, Szpilman D, et al. The use of non-uniform drowning
terminology: a follow-up study. Scand J Trauma Resuscitation Emerg Med. 2017;25:72.

4. Van Hoyweghen AJ, Jacobs W, Op de Beeck B, Perizel PM. Can post-mortem CT


reliably distinguish between drowning and non-drowning asphyxiation? Int J Leg Med.
2015;129:159–164.

5. Byard RW. Differential intimal staining of the aortic root and pulmonary trunk
following pulmonary thromboembolism. Forensic Sci Med Pathol. 2018.
https://doi.org/ 10.1007/s12024-018-0022-7 advance online publication.

6. Hourscht C, Christe A, Diers S, Thali MJ, Ruder TD. Learning from the living to diagnose
the dead – parallels between CT findings after survived drowning and fatal drowning.
Forensic Sci Med Pathol. 2019. https://doi.org/10.1007/s12024-018- 0081-9

7. Garland J, Tse R, Oldmeadow C, Attia J, Anne S, Cala AD. Elevation of post mortem
vitreous humour sodium and chloride levels can be used as a reliable test in cases of
suspected salt water drowning when the immersion times are less than one hour.
Forensic Sci Int. 2016;266:338–342.

8. Anne S, Tse R, Oldmeadow C, Attia JR, Cala AD. Immersion of bovine eyeballs after 1
hour in seawater does not result in elevation of postmortem vitreous humour sodium
and chloride levels. Am J Forensic Med Pathol. 2016;37:108–111.

9. Tse R, Kuo TC, Kesha K, et al. Postmortem vitreous humor magnesium does not elevate
in salt water drowning when the immersion time is less than 1 hour. Am J Forensic
Med Pathol. 2017;38:298–303.

10. Tse R, Kuo TC, Garland J, et al. Postmortem vitreous sodium and chloride elevate after
1 hour and magnesium after 2 hours in bovine eyeballs immersed in salt water. Am J
Forensic Med Pathol. 2018;39:242–246.

21

Anda mungkin juga menyukai