1
Insiden paling banyak terjadi pada negara berkembang, terutama
pada anak-anak berumur kurang dari 5 tahun. Selain umur, faktor resiko
lain yang berkontribusi meningkatkan terjadinya kasus tenggelam di
antaranya jenis kelamin terutama laki-laki yang memiliki angka kematian
dua kali lipat terhadap perempuan, penggunaan alkohol atau
penyalahgunaan obat pada 50% kasus yang melibatkan remaja maupun
dewasa, anak-anak tanpa pengawasan saat berada di air, perburukan dari
kondisi medis sebelumnya (kejang, sakit jantung, pingsan), dan percobaan
bunuh diri.4 Kasus tenggelam lebih banyak terjadi di air tawar (danau,
sungai, kolam) sebesar 90% dan sisanya 10% terjadi di air laut.3
Wilayah Indonesia terdiri atas daratan dan lautan dengan luas
wilayah lautan sebesar 6,1 juta km2 atau sekitar 77% dari wilayah
Indonesia.11 Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan, saat ini
persentase nelayan di Indonesia mencapai 25% dari jumlah penduduk tanah
air.12 Penelitian yang dilakukan oleh Ivan N dkk, didapatkan bahwa jenis
kecelakaan transportasi laut yang sering terjadi adalah tenggelam.3
Tenggelam merupakan salah satu kematian yang disebabkan oleh
asfiksia. Kematian karena asfiksia sering terjadi, baik secara wajar maupun
tidak wajar, sehingga tidak jarang dokter diminta bantuannya oleh pihak
polisi/penyidik untuk membantu memecahkan kasus-kasus kematian
karena asfiksia terutama bila ada kecurigaan kematian tidak wajar.
Tenggelam merupakan kematian tipe asfiksia yang disebabkan adanya air
yang menutup jalan saluran pernapasan sampai ke paru-paru4. Bila pada
asfiksia yang lain tidak terjadi perubahan elektrolit dalam darah, sedangkan
pada tenggelam perubahan tersebut ada, baik tenggelam dalam air tawar
(fresh water drowning) maupun tenggelam dalam air asin (salt water
drowning). Mekanisme kematian pada tenggelam pada umumnya adalah
2
asfiksia, mekanisme kematian yang dapat juga terjadi pada tenggelam
adalah karena inhibisi vagal dan spasme laring4.
Tenggelam pada umumnya merupakan kecelakaan, baik kecelakaan
secara langsung maupun tenggelam yang terjadi oleh karena korban dalam
keadaan mabuk, berada di bawah pengaruh obat atau pada mereka yang
terserang epilepsi. Pembunuhan dengan cara menenggelamkan jarang
terjadi, korban biasanya bayi atau anak-anak. Pada orang dewasa dapat
terjadi tanpa sengaja, yaitu korban sebelumnya dianiaya, disangka sudah
mati, padahal hanya pingsan. Untuk menghilangkan jejak korban dibuang
ke sungai, sehingga mati karena tenggelam. Bunuh diri dengan cara
menenggelamkan diri juga merupakan peristiwa yang jarang terjadi.
Korban sering memberati dirinya dengan batu atau besi, baru kemudian
terjun ke air.4
Kondisi drowning memiliki banyak tantangan untuk dibuktikan
dalam pendekatan patologi forensik, dalam menentukan sebab, serta cara
kematian jenazah. Dalam menentukan cara kematian diperlukan
pertimbangan terkoordinasi terhadap keadaan-keadaan yang diduga pada
kematian, bukti-bukti medis obyektif yang ada, serta walaupun tidak
mutlak spesifik, terdapat beberapa data konfirmatif yang dapat dicari
melalui pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, dan pemeriksaan TKP yang
dapat membantu menemukan cara kematian jenazah korban tenggelam.
Meski bukan merupakan cara kematian mayor pada kasus tenggelam, ilmu
kedokteran forensik dapat memberikan kontribusi dalam membedakan cara
kematian tenggelam karena bunuh diri atau pembunuhan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan
Pembaca mengenai pembunuhan atau bunuh diri pada kasus tenggelam.4
3
BAB II
KERANGKA TEORI
4
Tenggelam didefinisikan sebagai kematian akibat mati lemas
(asfiksia) disebabkan masuknya cairan kedalam saluran pernapasan5.
5
Hipoksia dan asidosis serta efek multiorgan dari proses ini yang
menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada tenggelam. Kerusakan
sistem saraf pusat dapat terjadi karena hipoksemia yang terjadi
karena tenggelam (kerusakan primer) atau dari aritmia, gangguan
paru atau disfungsi multiorgan.9
2.3Klasifikasi Tenggelam
2.3.1 Berdasarkan Morfologi Penampakan Paru
Berdasarkan morfologi penampakan paru pada otopsi, tenggelam
dibedakan atas tenggelam kering (dry drowning), tenggelam tipe basah
(wet drowning).7
1. Tipe kering (dry drowning)
Mati tenggelam tanp ada air di saluran pernafasan. Mungkin karena
spasme laring berhenti denyut jantung sebelum korban tenggelam.
Ini dikenal sebagai Drowning type 1.4 Pada keadaan ini cairan tidak
masuk kedalam saluran pernapasan akibat spasme laring.
2. Tipe basah (wet drowning)
Tenggelam dalam pengertian sehari-hari baik di air tawar (Drowning
type 2a) maupun air asin (Drowning type 2b).4 Pada keadaan ini
cairan masuk kedalam saluran pernapasa setelah korban tenggelam.5
3. Immersion syndrome
Mati tenggelam karena masuk ke air dingin yang menyebabkan
inhibisi vagal.
4. Secondary drowning
Tidak sesungguhnya mati tenggelam, tetapi mati sesudah dirawat
akibat tenggelam. Tetap ada hubungannya dengan kelainan paru
akibat tenggelam (infeksi atau oedem).4
6
Jika ditinjau berdasarkan jenis air tempat terjadinya tenggelam, maka
dapat dibedakan menjadi tenggelam di air tawar dan tenggelam di air asin.
1. Air Tawar
Air masuk ke paru-apru sampai ke alveoli. Karena konsentrasi darah
lebih tinggi dari air, maka cairan di paru-paru masuk ke dalam
sirkulasi darah, terjadi hemodilusi yang diikuti dengan hemolisis,
akibatnya kadar ion K dalam serum darah meningkat dan kadar ion
Na turun dan disertai peningkatan volume darah, beban jantung
bertambah berat, terjadi keadaan hipoksia dan fibrilasi ventrikel ,
berakhir terjadi kematian akibat anoksia otak. Dalam penelitian
didapati penambahan volume darah bisa sampai 72% kadar ion chlor
di jantung kiri turun sampai 50%.4
Tenggelam dalam air tawar
alveolus paru-paru
↓ ↓
↓ ↓
7
fibrilasi ventrikel K+ meningkat, Na+ dan Cl-
menurun
↓ ↓
2. Air Laut
Air laut yang masuk ke dalam paru lebih hipertonik sehingga dapat
menarik air dari pembuluh darah. Akibatnya terjadi oedem paru,
darah menjadi hemokonsentrasi. Kadar ion chlor jantung kiri
meningkat 30 – 40%, kadar ion Mg dalam darah meningkat, RBC
meningkat dan dibawah mikroskop butir darah tampak mengkerut.
Terjadi hipoksia. Kematian terjadi karena oedem paru.4
alveolus paru-paru
hemokonsentrasi
↓ ↓
8
viskositas darah meningkat K+ menurun, Na+ dan Cl-
meningkat
↓ ↓
MENINGGAL
9
saksi, maka tidak dapat diklasifikasikan kecelakaan atau bunuh diri/
pembunuhan.6
10
b. Untuk membantu menentukan diagnosis, dapat dibandingkan kadar
elektrolit magnesium darah dari bilik jantung kiri dan kanan.
c. Benda asing dalam paru dan saluran pernafasan mempunyai nilai
yang menentukan pada mayat yang terbenam selama beberapa waktu
dan mulai membusuk. Demikian pula dengan isi lambung dan usus.
d. Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan alveoli yang
secara fisik dan kimia sama dengan air tempat korban tenggelam
mempunyai nilai yang bermakna.
e. Pada beberapa kasus, ditemukan kadar alkohol tinggi dapat
menjelaskan bahwa korban sedang dalam keracunan alkohol pada
saat masuk ke dalam air.
11
membantu menentukan apakah korban tenggelam di tempat itu atau
di tempat lain.
Korban yang tenggelam akan menelan air dalam jumlah yang makin
lama makin banyak, kemudian menjadi tidak sadar dalam 2-12 menit (fatal
period). Dalam periode ini, apabila korban dikeluarkan dari air, masih ada
kemungkinan dapat hidup bila upaya resusitasi berhasil.Waktu yang
diperlukan untuk terbenam dapat bervariasi tergantung dari keadaan
sekeliling korban, keadaan masing-masing korban, reaksi perorangan yang
bersangkutan, keadaan kesehatan, dan jumlah serta sifat cairan yang
dihisap masuk ke dalam saluran pernapasan.
12
Pemeriksaan luar jenazah yang dapat dijadikan petunjuk pada mati
tenggelam di air laut maupun air tawar adalah.5
a. Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur dan
benda-benda asing lain yang terdapat di dalam air, kalau seluruh tubuh
terbenam dalam air.
b. Schaumfilz froth merupakan busa halus pada hidung dan mulut. Teori
intravital menyebutkan Schaumfilz sebagai bagian dari reaksi intravital.
Pada waktu air memasuki trakea, bronkus, dan saluran pernapasan
lainnya, maka terjadi pengeluaran sekret oleh saluran tersebut. Sekret
ini akan terdorong keluar oleh udara pernapasan sehingga berbentuk
busa mukosa
c. Mata setengah terbuka atau tertutup. Jarang terjadi perdarahan atau
bendungan.
d. Kutis anserina atau goose flesh merupakan reaksi intravital, jika
kedinginan, maka muskulus erektor pili akan berkontraksi dan pori-pori
tampak lebih jelas. Kutis anserina biasanya ditemukan pada kulit
anterior tubuh terutama ekstremitas. Gambaran seperti kutis anserina
dapat juga terjadi karena rigor mortis pada otot tersebut.
e. Washer woman’s hand. Telapak tangan dan kaki berwarna keputihan
dan berkeriput yang disebabkan karena imbibisi cairan ke dalam kutis
dan biasanya membutuhkan waktu yang lama. Tanda ini tidak
patognomomik karena mayat yang lama dibuang ke dalam air akan
terjadi keriput juga.
f. Cadaveric spasm, merupakan tanda intravital yang terjadi pada waktu
korban berusaha menyelamatkan diri dengan cara memegang apa saja
yang terdapat dalam air.
g. Luka lecet akibat gesekan benda-benda dalam air. Luka lecet biasanya
dijumpai pada bagian menonjol, seperti kening, siku, lutut, punggung
13
kaki atau tangan. Puncak kepala mungkin terbentur pada dasar ketika
terbenam, tetapi dapat pula terjadi luka post-mortal akibat benda-benda
atau binatang dalam air.
h. Dapat ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia seperti sianosis, Tardieu
spot. Petekie dapat muncul pada kasus tenggelam, tetapi lebih sedikit
daripada gantung diri karena pada tenggelam tidak terjadi kematian
secara mendadak sehingga pecahnya kapiler tidak secara tiba-tiba atau
hanya sedikit.4
14
2.7 Pemeriksaan Dalam
Penting memeriksa adanya lumpur , pasir halus, dan benda asing
lainnya dalam mulut dan saluran nafas, lumen laring, trachea, dan
bronchus sampai ke cabang-cabangnya. Pada rongga mulut dan saluran
pernafasan berisi buih halus yang mungkin bercampur dengan lumpur.
Paru-paru tampak voluminous dan oedematous apalagi tenggelam di air
laut, dengan cetakan iga dipermukaan paru. Pada perabaan kenyal ada
pitting oedema, bila dipotong dan diperas tampak banyak buih. Darah
lebih gelap dan encer. Jantung kanan terisi cairan sesuai dengan tempat di
mana korban tenggelam, mungkin mengandung lumpur, pasir dan lain-
lain. Ini petunjuk penting karena korban menelan air waktu kelelap dalam
air, apalagi bila didapati diduodenum yang menunjukkan ada passage
melewati pylorus.4
Pada korban tenggelam di air tawar biasanya ditemukan dalam
keadaan besar atau menggelembung tetapi ringan, dan pinggir depan
biasanya overlap di depan hati. Namun, dapat ditemukan paru-paru yang
biasa karena cairan tidak masuk ke dalam alveoli atau cairan sudah masuk
ke aliran darah (melalui proses imbibisi). Paru berwarna merah jambu
pucat dan dapat mengalami emfisema. Ketika paru tersebut dipindahkan
dari dada, paru tetap mempertahankan bentuk normalnya dan cenderung
tidak kolaps. Ketika memotong paru yang mengalami emfisema kering
akan terdengar bunyi krepitasi yang mudah dinilai. Setelah dipotong,
masing-masing bagian paru mempertahankan bentuk normalnya seperti
sebelum dipotong dan cenderung berdiri tegak. Ketika jaringan dipotong
dan ditekan antara ibu jari dan keempat jari lainnya terdapat sedikit buih
dan tidak ada cairan dan gas, kecuali jika terdapat edema. Dengan
demikian, paru tetap kering pada kasus tenggelam di air tawar.9
15
Pada kasus tenggelam di air laut, paru-paru dapat ditemukan
membesar seperti balon, lebih berat, sampai menutupi jantung.9 Pada
pengirisan terdapat banyak cairan, beratnya kadang melebihi 2.000 gram.
Karena paru sangat edema maka tepi depan paru overlap di depan
mediastinum sehingga berbentuk seperti cetakan iga. Paru berwarna
keunguan atau kebiruan dengan permukaan mengkilap. Paru lembab dan
konsistensinya seperti agar-agar dan hilang dengan penekanan. Ketika paru
dipindahkan dari tubuh dan ditempatkan pada meja pemotongan, paru tidak
mempertahankan bentuk normalnya tapi cenderung datar. Ketika dipotong,
tidak ada suara krepitasi yang terdengar dan bahkan tanpa penekanan
jaringan mengeluarkan banyak cairan. Jaringan paru ditekan maka akan
ditemukan paru dipenuhi cairan. Dengan demikian kasus tenggelam di air
laut paru mengalami lembab dan basah.
Petekie yang sangat sedikit dapat ditemukan karena kapiler terjepit di
antara septum inter alveolar. Dapat ditemukan bercak-bercak perdarahan
yang disebut bercak Paltauf akibat robeknya penyekat alveoli (Polsin).
Petekie subpleura dan bula emfisema jarang ditemukan dan bukan
merupakan tanda khas tenggelam, tetapi sebagai usaha respirasi.
Sedangkan untuk mengetahui benda-benda air yang masuk ke saluran
pernafasan dapat dibuktikan dengan membuka saliran pernafasan dari
trakea, bronkus sampai percabangan bronkus di hilus. Jika dari
pemeriksaan ditemukan benda-benda air seperti pasir, kerikil, lumpur,
tumbuhan air dan lain-lain maka dapat dipastikan bahwa korban masih
hidup sebelum tenggelam.
Organ lain seperti otak, ginjal, hati, dan limpa dapat mengalami
pembendungan. Lambung dan usus halus dapat sangat membesar, berisi air
dan lumpur.4
16
2.8 Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan diatom
Diatom merupakan alga (ganggang) bersel satu dengan dinding sel yang
terbuat dari silikat yang tahan panas dan asam kuat. Diatom dapat
ditemukan dalam air tawar, air laut, air sungai, air sumur, dan udara.
Diatom dan elemen plankton lain masuk ke dalam saluran pernapasan atau
pencernaan ketika seseorang tenggelam menelan air. Kemudian diatom
akan masuk ke dalam aliran darah melalui kerusakan dinding kapiler pada
waktu korban masih hidup dan tersebar ke seluruh jaringan. Di sisi lain,
jika sebuah mayat ditenggelamkan dalam air meskipun diatom dapat masuk
ke dalam paru-paru secara pasif, tidak ada aliran sirkulasi darah yang
mungkin terjadi, sehingga (secara teori) tidak mungkin ada diatom yang
dapat ditemukan pada organ-organ dalam yang lebih jauh.
Pemeriksaan diatom dilakukan pada jaringan paru mayat segar. Bila
mayat telah membusuk, pemeriksaan diatom dilakukan dari jaringan ginjal,
otot skelet atau sumsum tulang paha. Pemeriksaan diatom pada hati dan
limpa kurang bermakna sebab berasal dari penyerapan abnormal dari
saluran pencernaan terhadap air minum atau makanan.
Pemeriksaan diatom dengan metode destruksi (digesti asam) pada paru
dilakukan dengan mengambil dari jaringan perifer paru sebanyak 100
gram, masukkan ke dalam labu Kjeldahl dan tambahkan asam sulfat pekat
sampai jaringan paru terendam, diamkan lebih kurang setengah hari agar
jaringan hancur. Kemudian dipanaskan dalam lemari asam sambil
diteteskan asam nitrat pekat sampai terbentuk cairan jernih, dinginkan dan
cairan dipusing dalam centrifuge.
Sedimen yang terbentuk ditambahkan dengan akuades, pusingkan
kembali dan akhirnya dilihat dengan mikroskop. Pemeriksaan diatom
positif bila pada jaringan paru ditemukan diatom cukup banyak, 4-5/LPB
17
atau per 10-20 per satu sediaan atau pada sumsum tulang cukup ditemukan
hanya satu.
Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan getah paru dengan cara
permukaan paru disiram dengan air bersih, lalu iris bagian perifer, ambil
sedikit cairan perasan dari jaringan perifer paru, taruh pada gelas obyek,
tutup dengan kaca penutup dan lihat dengan mikroskop. Selain diatom
dapat pula terlihat ganggang atau tumbuhan jenis lainnya.
18
Tabel 2.1 Spesies diatom yang sering ditemukan berdasar sampel
organ.5
19
Anomoeneis sp. (atas) Biddulphia sp. (bawah)
contoh diatom di perairan air tawar.
2. Pemeriksaan Elektrolit
Pada tahun 1921 Gettler mengemukakan bahwa penentuan ada
tidaknya klorida pada darah yang berasal dari ruang-ruang jantung adalah
salah satu tes yang baik yang dapat digunakan dalam mendiagnosis kasus
tenggelam. Banyak dari peneliti telah mengemukakan pandangan-
20
pandangan yang berbeda tentang validitas studi klorida dalam
mendiagnosis kasus tenggelam. Pada tahun 1944 Moritz dan
mengungkapkan pandangan bahwa perbedaan kadar klorida pada sampel
darah yang berasal dari ventrikel jantung kanan dan kiri dapat bernilai
diagnostik hanya jika analisa yang dilakukan adalah segera setelah
terjadinya kematian. Dia menetapkan bahwa perbedaan kadar klorida
sekitar 17 mEq/L atau lebih pada kasus tenggelam di air tawar dapat
ditetapkan sebagai pendukung penegakan diagnosis tenggelam.8
Menurut Gettler, pada kasus tenggelam di air tawar, kadar serum
klorida di darah yang berasal dari jantung kiri lebih rendah dari jantung
sebelah kanan. Sedangkan pada tenggelam di air asin terjadi sebaliknya.8
Selain itu, tes lain, tes Durlacher juga dapat digunakan untuk
menentukan diagnosis selain tes Gettler. Tes Durlacher digunakan untuk
menentukan perbedaan dari berat jenis plasma dari jantung kanan dan kiri.
Bila pada pemeriksaan ditemukan berat jenis jantung kiri lebih tinggi
dibandingkan dengan jantung kanan, maka dapat diasumsikan bahwa
korban meninggal akibat tenggelam. Perbedaan kadar elektrolit lebih dari
10% dapat menyokong diagnosis, walaupun secara tersendiri kurang
bermakna.8
21
telah dipergunakan, tetapi hasilnya terlalu beragam untuk digunakan
didalam praktek sehari-hari.8
Selain itu, tes lain, tes Durlacher juga dapat digunakan untuk
menentukan diagnosis selain tes Gettler. Tes Durlacher digunakan untuk
menentukan perbedaan dari berat jenis plasma dari jantung kanan dan kiri.
Bila pada pemeriksaan ditemukan berat jenis jantung kiri lebih tinggi
dibandingkan dengan jantung kanan, maka dapat diasumsikan bahwa
korban meninggal akibat tenggelam.8
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
22
(wet drowning). Jika ditinjau berdasarkan jenis air tempat terjadinya
tenggelam, maka dapat dibedakan menjadi tenggelam di air tawar dan
tenggelam di air asin.
Diagnosis kematian akibat tenggelam dapat ditegakkan melalui
pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan laboratorium berupa
histologi jaringan, destruksi jaringan, dan berat jenis serta kadar elektrolit
darah.
Pada pemeriksaan luar, dapat ditemukan Schaumfilz froth, kuntis
anserina, washer woman’s hand, cadaveric spasm, tanda-tanda asfiksia
seperti sianosis dan petekie. Kemudian dapat juga dijumpai luka lecet dan
penurunan suhu mayat
Pada pemeriksaan dalam, paru tetap kering pada kasus tenggelam di air
tawar. Pada kasus tenggelam di air laut, paru-paru dapat ditemukan
membesar. Petekie juga dapat dijumpai. Organ lain dapat mengalami
pembendungan.
23
DAFTAR PUSTAKA
24