Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Metode Pencarian Literatur

Pencarian literature dalam telaah jurnal ini dilakukan melalui National Center

of Biotechnology Information (NCBI) yaitu pada address:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5263033/pdf/WJEM-834.pdf.

Kata kunci yang digunakan untuk penelusuran jurnal yang akan di telaah ini

adalah “Stroke”

1.2 Abstrak

Pendahuluan : Cerebrovascular accident (CVA) adalah penyebab terbesar ketiga

kematian dan kecacatan di Negara maju. Siapa pun yang dicurigai mengalami

stroke harus segera dibawa ke fasilitas medis untuk diagnosis dan

perawatan.Gejala-gejala pada stroke tidak signifikan dan tergantung pada area

otak yang telah terpengaruh dan jumlah jaringan yang rusak. Parameter untuk

memprediksi hasil jangka panjang pada pasien tersebut belum jelas digambarkan

oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki kemungkinan

ini dan untuk menguji sistem yang mungkin secara praktis dapat digunakan secara

rutin untuk membantu dan memprediksi hasil dari individu pasien stroke.

1
Tujuan : untuk mengidentifikasi tingkat temuan neurologis, seperti kesadaran

atau Glasgow Coma Scale (GCS) terjadi perubahan pada pasien stroke dan

mengevaluasi prevalensi mereka di setiap jenis stroke.

Metode: Penelitian deskriptif berbasis rumah sakit tentang gejala neurologis dan

tanda-tanda dari 503 pasien dengan stroke iskemik, termasuk sakit kepala berat,

kejang, gangguan gerakan mata, ukuran pupil, Glasgow Coma Scale (GCS),

agitasi dianalisis dalam penelitian ini.

Hasil : Dalam penelitian ini, pupil melebar, agitasi, sakit kepala onset akut, skor

GCS yang lebih rendah, kejang, dan gangguan pandangan secara signifikan

memiliki prevalensi lebih tinggi pada pasien stroke hemoragik (P <0,001).

Namun, tingkat sakit kepala progresif bertahap secara signifikan lebih tinggi pada

pasien stroke iskemik (P <0,001).

Kesimpulan : Meskipun hasil ini memberikan indikator yang dapat diandalkan

untuk diskriminasi jenis stroke, studi pencitraan masih merupakan modalitas gold

standard untuk diagnosis.

2
BAB II
DESKRIPSI JURNAL
2.1 Deskripsi Umum

Judul : Comparison of neurological clinical manifestation in

patients with hemorrhagic and ischemic stroke

Penulis : Seyedhossein Ojaghihaghigh, Samad Shams Vahdati ,

Akram Mikaeilpour, Ali Ramouz.

Publikasi : World J Emerg Med 2017;8(1):34–38

Penelaah :

Desy Fortuna Julian Raja Gukguk 214 210 014

Murni Sulastri Simbolon 214 210 067

Zwingli Anggelia 214 210 087

Desi Anjelia Saragih 214 210 151

Esther Eunike Putrid Sirait 214 210 017

Tanggal telaah : September 2018

2.2 Deskripsi Konten

2.2.1 Pendahuluan

Di negara maju, cerebral vascular accidents (CVA) adalah penyebab

kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. CVA juga merupakan

penyebab morbiditas paling umum dan penyebab kecacatan yang menonjol pada

manusia. Dimana, 20% pasien membutuhkan perawatan medis dan prosedur

3
rehabilitasi dalam beberapa bulan setelahnya serangan CVA. Di sisi lain, CVA

sangat membutuhkan banyak sekali biaya untuk anggaran biaya perawatan

kesehatan. Stroke terbagi atas dua jenis yaitu hemoragik dan iskemik. Stroke

hemoragik, yang disebabkan karena pecah pembuluh darah di otak,

menyumbang 20% kasus stroke. Stroke iskemik yaitu terjadi karena oklusi dan

penyumbatan pembuluh darah di otak menyumbang sebanyak 80% kasus stroke.

Untuk mencegah komplikasi dan cacat permanen, diagnosis dini

merupakan salah satu kunci utama untuk mengatasi hal tersebut pada pasien

stroke. Namun, untuk diagnosis dini diperlukan peran tenaga medis untuk

membedakan jenis stroke. Temuan klinis sederhana dapat membantu dalam

membedakan jenis stroke, tetapi untuk diagnostik pasti perlu CT Scan karena

merupakan gold standart dalam membedakan stroke. Computerizedd tomography

(CT) scan tanpa kontras adalah yang paling umum digunakan dalam modalitas

untuk membedakan dua jenis stroke, tetapi itu tidak dapat diakses di semua rumah

sakit dan departemen darurat, yang dapat menyebabkan hilangnya waktu yang

tepat untuk pengobatan. Pada kasus ini, banyak penelitian yang menjelaskan

beragam temuan klinis terutama tanda-tanda neurologis dan gejala, dan beberapa

di antaranya mempresentasikan rumus cara membedakan jenis stroke berdasarkan

evaluasi klinis. Karakteristik yangtermasuk fokal atau non-fokal, gejala negatif

atau positif dan tiba-tiba atau hasil onset bertahap atau segera. Stroke primer di

departemen darurat yang mengarah ke awal diagnosis dan pengobatan. Namun,

penelitian sebelumnya mengklaim bahwa, tanda-tanda neurologis seperti

4
pandangan mata dan perubahan ukuran pupil, dapat menjadi fakta yang dapat

dipercaya untuk membedakan jenis stroke.

Sesuai dengan kasus ini, dalam penelitian bertujuan untuk

mengidentifikasi tingkat temuan neurologis, seperti kesadaran atau Glasgow

Coma Scale (GCS) terjadi perubahan pada pasien stroke dan mengevaluasi

prevalensi mereka di setiap jenis stroke, untuk memperkenalkan panduan kepada

membedakan jenis-jenis stroke yang bisa lebih menguntungkan di kabupaten

tanpa menggunakan CT scan. Di sisi lain, di negara-negara berkembang, yang

fasilitas pencitraan tidak tersedia di sebagian besar kabupaten dan kota kecil, di

mana diagnosis dini stroke iskemik dapat mengarah ke rujukan pasien dini ke

pusat fasilitas kesehatan dengan terapi fibrinolitik dan penurunan cedera stroke.

2.2.2 Metode dan Bahan

2.2.2.1. Desain studi dan perhitungan ukuran sampel

Dalam penelitian deskriptif ini, satu pusat stroke,termasuk Rumah Sakit Imam

Reza dengan akses 24 jam ke CT scan, terdaftar. Sebagai studi percontohan yang

dirancang untuk menentukan prevalensi variable penelitian saat ini pada pasien

stroke yang dirujuk kepusat ini, populasi kelompok studi terhitung setidaknya 500

pasien. Dalam periode dua tahun, dari 2012 hingga 2013, semua pasien dengan

keluhan cacat neurologis dengan atau tanpa penurunan tingkat kesadaran

dimasukkan dalam penelitian kami. Pasien dengan penyakit yang mendasarinya

seperti, defisiensi metabolik, trauma, dan toksisitas atau gangguan system saraf

perifer dikeluarkan. Dokter gawat darurat mengklarifikasi diagnosis mereka pada

5
jenis stroke selama kunjungan pertama setelah masuk, berdasarkan temuan klinis.

Adanya gangguan pandangan mata, tingkat GCS, ukuran pupil, anisokoria dan

agitasi diperiksa secara hati-hati.

Semua data termasuk usia, jenis kelamin dan pemeriksaan, diberikan kepada

dokter gawat darurat dalam daftar periksa yang terancang. Non kontras CT (NCT)

dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis pada semua pasien, yang merupakan

modalitas standar untuk membedakan stroke hemoragik dan iskemik dengan

cepat. Sembilan puluh lima persen dari perdarahan subarakhnoid (PSA) dan

perdarahan parenkim, yang lebih besardari 1 cm, dapat didefinisikan dengan

pemindaian otak NCT. Namun sering lesi infark tidak terlihat pada CT scan dalam

jangka waktu 6-12 jam, dan sesuai dengan luas area infark, pada 1/3 pasien CVA

iskemik, onset cepat dan perubahan ringan dapat dideteksi pada studi CT scan

setelah sekitar 3 jam dari tanda dan gejala onset. Daftar periksa, bersama dengan

laporan tomografi komputer, digunakan untuk melakukan perhitungan dan

analisis. Untuk menganalisis data demografi dan klinis, uji chi square digunakan

untuk variabel kualitatif dan t-test untuk variabel kuantitatif. Semua data pasien

dilindungi dan mereka bebas untuk meninggalkan penelitian pada tahap apapun,

namun, tidak ada biaya yang dikenakan untuk pasien yang berpartisipasi dalam

penelitian.

2.2.2.2. Hasil Penelitian

Dari 503 pasien dengan diagnosis stroke yang dirawat di bagian gawat darurat di

satu pusat, usia rata-rata (SD) adalah 68,45 (8,76), dan rentang usia adalah 28-92
6
tahun. Sekitar 46,1% pasien adalah perempuan, dan 53,1% adalah laki-laki.

Diagnosis adalah stroke hemoragik pada 144 pasien dan stroke iskemik pada 359

pasien. Sakit kepala akut dan agitasi adalah manifestasi yang paling umum, yang

hadir di 140 (27,8%) dan 139 (27,6%) pasien. Perusakan mata pandangan, kejang

dan sakit kepala bertahap hadir di 89 (17,7%), 29 (5%) dan 9 (3,8%) pasien

masing-masing. Selama pemeriksaan pupil, pupil midriatic diamati pada 223

(44,3%) pasien, dan hanya 2 (0,4%) pasien memiliki miosis. Usia rata-rata

pasien, setiap proporsi jenis kelamin dan manifestasi pasien dipisahkan oleh

diagnosis mereka seperti yang tercantum dalam Tabel 1-3 Untuk membedakan

jenis stroke yang berkaitan dengan pemeriksaan klinis terutama manifestasi

neurologis, variabel berikut dipelajari dan dianalisis: GCS, sakit kepala onset akut

, sakit kepala progresif, agitasi, ukuran pupil, dan kejang.

Tabel 1. Informasi demografi pasien stroke hemoragik dan iskemik, dirawat di

rumah sakit darurat Emam Reza selama tahun 2012-2013

Variabel Nomor Persentase

Jenis Kelamin:
Laki-laki 271 53.9
Perempuan 231 46.1
Jenis Lesi
Ischemic 359 71.4
Hemorrhagic 144 28.6

7
Tabel 2. Manifestasi klinis pasien stroke hemoragik dan iskemik, dirawat di
rumah sakit darurat Emam Reza selama 2012-2013

Variabel Nomor Persentase

Sakit Kepala akut 140 27.8


Sakit Kepala kronis 19 3.8
Agitasi 139 27.6
Ukuran Pupil
Miotic 2 0.4
Midriatic 223 44.3
Normal 278 55.3

Tabel 3. Membandingkan manifestasi klinis antara pasien stroke hemoragik dan


iskemik, dirawat di rumah sakit darurat Emam Reza selama 2012-2013

Variabel Iskemik Hemoragik Total P Value


Sakit kepala akut 0.000
Kuantitas 147 140 7
Presentase 27.8 92.4 1.9
grup
Presentase total 27.8 26.4 1.4
Sakit Kepala
Kronis
Kuantitas 19 1 18
Presentase 3.8 0.7 5.0
group
Presentase total 3.8 0.2 3.6
Agitasi
Kuantitas 25 25 0
Presentase 5.0 17.4 0.0
group
Presentase 5.0 5.0 0.0
total
Ukuran pupil 0.000
Miotic 0
Kuantitas 2 2 0.0
Presentase 0.4 1.4 0.0
group
8
Presentase 0.4 0.4
total
Midriatic
Kuantitas 223 125 98
Presentase 44.3 86.8 27.3
group
Presentase 44.3 24.9 19.5
total
Normal
Kuantitas 278 17 261
Presentase 55.3 11.8 72.7
group
Presentase 55.3 3.4 51.9
total

Menurut catatan GCS, skor rata-rata GCS (SD) pada pasien stroke iskemik

adalah 12,67 (0,81), namun, skor minimum adalah 7 dan maksimum adalah 15.

Meskipun, pada pasien stroke hemoragik, skor GCS rata-rata adalah 8,97 ( 0,182),

dengan minimum 6 dan maksimum 15 (uji sampel independen Pc 0,001). Selama

pemeriksaan, gangguan pandangan mata hadir di 24 (6,7%) pasien stroke iskemik

dan 65 (45,1%) pasien stroke hemoragik (uji chi-square P <0,001). Sebanyak 261

(72,7%) pasien dengan stroke iskemik memiliki pupil midriatic normal, tetapi 98

(27,3%) pasien memiliki pupil midriatic selama pemeriksaan. Namun, pupil

midratic telah didapati 125 (86,8%) pasien stroke hemoragik, sementara 11

(11,8%) adalah normal, dan hanya 2 (1,4%) pasien yang memiliki miotic pupil

(uji Chi square Pc0,001). Anisocoria terdeteksi hanya pada 10 (2%) pasien dari

kelompok penelitian ini dan semuanya adalah korban stroke hemoragik (6,9%).

Dari 503 pasien. hanya 25 (5%) yang memiliki manifestasi kejang, dan semuanya

9
berasal dari kelompok stroke hemoragik (17,4%) (uji Chi square P-0,001).

Prevalensi agitasi adalah 6,7% di antara pasien stroke iskemik (24 pasien) dan

79,9% di antara pasien hemoragik (115 pasien) (uji Chi square P <0,001). Tujuh

(19%) pasien dengan sakit kepala onset akut berada di kelompok stroke iskemik,

dan 133 (92,4%) pasien dengan gejala sakit kepala akut timbul pada kelompok

stroke hemoragik. Setelah dipindai, laporan CT scan pada pasien stroke iskemik

menyatakan, lesi hipo padat pada 324 (90,3%) pasien, tanda arteri padat hiper

pada 328 (91,4%) pasien, sulkus mengalami penipisan pada 6 pasien (1,7%), dan

efek massa pada 2 (0,6%) pasien. Namun, pada semua pasien stroke hemoragik (r-

144) lesi padat hiper tampak.

2.2.3 Pembahasan

Cerebrovascular accident (CVA) Termaksud semua pembuluh darah apa pun

yang cedera dapat mengurangi aliran darah di otak dan menyebabkan berbagai

derajat disfungsi neurologis dan kecacatan. Baru-baru ini CVA adalah penyebab

kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker di bagian barat,

Mempengaruhi 700.000 orang setiap tahun selain itu CVA menyebabkan

morbiditas dan kecacatan 15% -30% dari pasien yang selamat dan sekitar 20%

memerlukan proses rehabilitasi, kejadian CVA memerlukan biaya perawatan yang

tinggi. Mortalitas pasien selama masuk rumah sakit adalah 15% -25% sampai 30

hari kedepan, meskipun 50% -70% dari pasien dapat pulih dari disfungsi

neurologis 15% - 30% dari pasien stroke mengalami cacat permanen.

10
Sekitar 20% kasus stroke adalah stroke hemoragik yang disebabkan oleh

pecahnya pembuluh darah dan sekitar 80% adalah iskemik oleh karena oklusi

pembuluh darah di otak dan penyumbatan oleh trombosis atau aterosklerosis. Ada

dua tipe stroke hemoragik yaitu perdarahan intrakranial dan perdarahan

subaraknoid. Hipertensi, Miocardial infark, trombolitik adalah faktor resiko paling

sering yang menyebabkan kejadian stroke hemoragik. Stroke hemoragik memiliki

gejala klinis yang luas meskipun onset sakit kepala akut, muntah, dan peningkatan

TD yang tinggi adalah Tanda dan gejala umum paling banyak, tanda-tanda

neurologis lokal dapat berkembang dalam beberapa menit, meskipun tanda dan

gejala ini tidak spesifik untuk semua jenis stroke.

Penelitian sebelumnya membuktikan itu terjadinya manifestasi akut

kemungkinan besar adalah stroke hemoragik ada 3 etiologi utama yang dapat

dijelaskan untuk stroke iskemik : hipoperfusi, emboli, trombosis yang merupakan

kejadian paling umum, tanda dan gejala pada pasien stroke iskemik biasanya

progresif lambat dan dapat berkembang dalam beberapa jam dengan tingkat

keparahan. Beragam manifestasi akibat stroke iskemik yaitu paresis, ataksia

kelumpuhan, muntah dan gangguan penglihatan mata hal ini tergantung pada area

otak yang tersumbat, diagnosa dan pengobatan yang terintegrasi dapat

mengurangi tingkat kerusakan neurologis pada pasien setelah CVA dan

kemampuan dalam membedakan jenis Stroke sangat penting dalam managemen

dan pengobatan pasien meskipun CT-scan tanpa kontras adalah modalitas paling

banyak digunakan untuk membedakan adanya perdarahan pada jam pertama pada

kasus CVA. Walaupun tidak dapat diakses di semua rumah sakit atau Departemen
11
gawat darurat awal diagnosa penting pada pasien stroke untuk mencegah

kecacatan permanen meskipun kebutuhan akan diagnosa pencitraan dalam

membedakan jenis stroke sangat penting sekali namun pada kasus unit tanpa

fasilitas pencitraan penemuan gejala klinis dapat membantu dalam membedakan

jenis-jenis stroke.

Hasil yang sesuai dengan penelitian sebelumnya, mengklaim bahwa pasien

kelompok studi adalah perwakilan yang baik dari korban stroke, dan fakta ini

menunjukkan bahwa hasil penelitian saat ini berlaku untuk semua pasien stroke.

Dalam penelitian ini, diagnosis stroke iskemik adalah jenis stroke yang paling

umum. Menurut patofisiologi CVA, usia rata-rata pasien dengan stroke iskemik

lebih tinggi daripada pasien stroke hemoragik, seperti yang diharapkan.

Dalam penelitian ini, analisis statistik menyatakan bahwa skala GCS yang

lebih rendah, suasana gelisah, sakit kepala onset akut, dan midriasis pupil

memiliki prevalensi lebih tinggi pada stroke hemoragik, yang mirip dengan

penelitian Besson. Membandingkan prevalensi pada dua kelompok pasien stroke

menunjukkan hubungan yang signifikan antara onset stroke hemoragik dan

manifestasi klinis pada pasien (P<0.001). Fakta ini menunjukkan bahwa

keberadaan tanda-tanda dan gejala-gejala ini dapat sangat menyarankan jenis

stroke dan membantu dokter IGD dalam pembuatan diagnosis primer. Di sisi lain,

sejak manifestasi dalam perkembangan stroke iskemik selama beberapa jam, sakit

kepala bertahap memiliki prevalensi lebih tinggi pada stroke iskemik. Juga dalam

12
penelitian ini, terjadinya gejala ini lebih mendorong kemungkinan stroke iskemik

pada pasien (P<0,001).

Bagaimanapun, meskipun manifestasi klinis sangat membantu dalam

membedakan jenis stroke selama kunjungan utama, pencitraan masih merupakan

metode diagnostik gold standart untuk pasien stroke otak. Meski demikian, di

rumah sakit rumah sakit kecil, di mana fasilitas imaging tidak dapat diakses, hasil

ini dapat diterapkan untuk manajemen pasien, pengobatan dan rujukan tepat

waktu ke pusat stroke.

2.2.4. KESIMPULAN

Dalam penelitian ini, berbagai manifestasi klinis dari berbagai jenis CVA

dievaluasi, untuk membedakan stroke hemoragik dan iskemik yang

mengkategorikan tanda dan gejala dengan prevalensi mereka pada setiap jenis

stroke. Meskipun hasil terbukti korelasi yang signifikan antara jenis stroke dan

temuan klinis tertentu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi

nilai setiap manifestasi dalam antisipasi tipe stroke. Mungkin lebih baik

menggunakan beberapa skor baru seperti NIHSS yang dikombinasikan dengan

tanda dan gejala.

13
BAB III

TELAAH JURNAL

3.1 Identifikasi PICO

Berikut adalah identifikasi PICO untuk jurnal ini adalah sebagai berikut:

3.1.1 Patiens

populasi kelompok studi terhitung setidaknya 503 pasien. Dalam periode

dua tahun, dari 2012 hingga 2013, semua pasien dengan keluhan cacat neurologis

dengan atau tanpa penurunan tingkat kesadaran dimasukkan dalam penelitian

kami. Pasien dengan penyakit yang mendasarinya seperti, defisiensi metabolik,

trauma, dan toksisitas atau gangguan system saraf perifer dikeluarkan. Dokter

gawat darurat mengklarifikasi diagnosis mereka pada jenis stroke selama

kunjungan pertama setelah masuk, berdasarkan temuan klinis. Adanya gangguan

pandangan mata, tingkat GCS, ukuran pupil, anisokoria dan agitasi diperiksa

secara hati-hati.

3.1.2 Intervention

Intervensi yang dilakukan adalah membedakan stroke hemoragik dan

iskemik yang mengkategorikan tanda dan gejala klinis.

14
3.1.3 Comparison

Penelitian ini membandingkan manifestasi klinis neurologis Pada

kelompok pasien dengan stroke hemoragik dan iskemik

3.1.4 Outcome

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pupil melebar, agitasi, sakit

kepala onset akut, skor GCS yang lebih rendah, kejang, dan gangguan pandangan

secara signifikan memiliki prevalensi lebih tinggi pada pasien stroke hemoragik.

Namun, tingkat sakit kepala progresif bertahap secara signifikan lebih tinggi pada

pasien stroke iskemik.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Marx J, Hockberger R, Walls R. Rosen's Emergency Medicine, 6th


edition, 2006; 1606–1619.
2. Tintinalli JE, Kelen GD, Stapczynski JS. Emergency Medicine: A
Comprehensive Study Guide, Sixth Edition. 2004; 1382–1389.
3. American Heart Association: Heart Diseale and stroke statistics2004
update. Dallas, Tex, American Heart Association, 2003.
4. Broderick J, Brott T, Kothari R, Miller R, Khoury J, Pancioli A, et al. The
Greater Cincinnati/Northern Kentucky Stroke Study: preliminary fi rst-
ever and total incidence rates of stroke among blacks. Stroke.
1998;29(2):415–21.
5. Williams GR, Jiang JG, Matchar DB, Samsa GP. Incidence and
occurrence of total (fi rst-ever and recurrent) stroke. Stroke.
1999;30(12):2523–8.
6. Kolominsky-Rabas PL, Sarti C, Heuschmann PU, Graf C, Siemonsen S,
Neundoerfer B, et al. A prospective communitybased study of stroke in
Germany—the Erlangen Stroke Project (ESPro): incidence and case
fatality at 1, 3, and 12 months. Stroke. 1998;29(12):2501–6.
7. Smith RW, Scott PA, Grant RJ, Chudnofsky CR, Frederiksen SM.
Emergency physician treatment of acute stroke with recombinant tissue
plasminogen activator: a retrospective analysis. Acad Emerg Med.
1999;6(6):618–25.
8. Lewandowski CA, Frankel M, Tomsick TA, Broderick J, Frey J, Clark W,
et al. Combined intravenous and intra-arterial r-TPA versus intra-arterial
therapy of acute ischemic stroke: Emergency Management of Stroke
(EMS) Bridging Trial. Stroke. 1999;30(12):2598–605.
9. Brott T, Adams HP Jr, Olinger CP, Marler JR, Barsan WG, Biller J, et al.
Measurements of acute cerebral infarction: a clinical examination scale.
Stroke. 1989;20(7):864–70.
10. Lyden P, Lu M, Jackson C, Marler J, Kothari R, Brott T, et al. Underlying
structure of the National Institutes of Health Stroke Scale: results of a
factor analysis. NINDS tPA Stroke Trial Investigators. Stroke.
1999;30(11): 2347–54.
11. DeGraba TJ, Hallenbeck JM, Pettigrew KD, Dutka AJ, Kelly BJ.
Progression in acute stroke: value of the initial NIH stroke scale score on
patient stratification in future trials. Stroke. 1999;30(6):1208–12.
12. Bozkurt S, Arslan ED, Köse A, Ayrık C, Yılmaz A, Dündar GA. Lingual
angioedema after alteplase treatment in a patient with acute ischemic
stroke. World J Emerg Med. 2015;6(1):74–6.
13. Grotta JC, Chiu D, Lu M, Patel S, Levine SR, Tilley BC, et al. Agreement
and variability in the interpretation of early CT changes in stroke patients
qualifying for intravenous rtPA therapy. Stroke. 1999;30(8):1528–33.

16
14. Schellinger PD, Jansen O, Fiebach JB, Hacke W, Sartor K. A standardized
MRI stroke protocol: comparison with CT in hyperacute intracerebral
hemorrhage. Stroke. 1999;30(4):765–8.
15. Linfante I, Llinas RH, Caplan LR, Warach S. MRI features of intracerebral
hemorrhage within 2 hours from symptom onset. Stroke.
1999;30(11):2263–7.
16. Wardlaw JM, del Zoppo G, Yamaguchi T. Thrombolysis for acute
ischaemic stroke. Cochrane Database Syst Rev. 2000;(2):CD000213.
17. Hacke W, Donnan G, Fieschi C, Kaste M, von Kummer R, Broderick JP,
et al. Association of outcome with early stroke treatment: pooled analysis
of ATLANTIS, ECASS, and NINDS rt-PA stroke trials. Lancet.
2004;363(9411):768–74.
18. No authors listed. A randomized trial of tirilazad mesylate in patients with
acute stroke (RANTTAS). The RANTTAS Investigators. Stroke.
1996;27(9):1453–8.
19. Bogousslavsky J, Van Melle G, Regli F. The Lausanne Stroke Registry:
analysis of 1 000 consecutive patients with fi rst stroke. Stroke.
1988;19(9):1083–92.
20. Besson G, Robert C, Hommel M, Perret J. Is it clinically possible to
distinguish nonhemorrhagic infarct from hemorrhagic stroke? Stroke.
1995;26(7):1205–9.
21. Celani MG, Righetti E, Migliacci R, Zampolini M, Antoniutti L, Grandi
FC, et al. Comparability and validity of two clinical scores in the early
differential diagnosis of acute stroke. BMJ. 1994;308(6945):1674–6.
22. Whiteley W, Wardlaw J, Dennis M, Lowe G, Rumley A, Sattar N, et al.
The use of blood biomarkers to predict poor outcome after acute transient
ischemic attack or ischemic stroke. Stroke. 2012;43(1):86–91.

17

Anda mungkin juga menyukai