Oleh:
Muhammad Hakim
NIM. 2130912310061
Pembimbing:
dr. Steven, M.Si, Med, Sp.S
DEPARTEMEN/KSM NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN ULM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
Juli, 2022
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................54
BAB V PENUTUP.........................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................62
ii
BAB I
PENDAHULUAN
disfungsi cerebral fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih, yang
spontan atau suplai darah yang tidak adekuat pada jaringan otak secara mendadak.
Stroke iskemik merupakan disfungsi neurologis yang disebabkan oleh infark fokal
sirkulasi darah secara tiba-tiba pada suatu area otak, dan secara klinis
menyebabkan hilangnya fungsi neurologis dari area tersebut. Stroke iskemik akut
disebabkan oleh thrombosis atau emboli pada arteri cerebral.2,3 Stroke iskemik
adalah tipe yang paling sering ditemukan, 85% dari seluruh kasus stroke.
1
2
jantung koroner dan kanker pada negara maju ataupun negara berkembang. Satu
menunjukkan bahwa setiap tahunnya ada 13,7 juta kasus baru penyakit stroke, dan
sekitar 5,5 juta kematian terjadi akibat stroke. Menurut data Riskesdas pada tahun
Provinsi Kalimantan Timur sebesar 14,7% dan terendah ada di Provinsi Papua
seiring dengan bertambahnya usia, tertinggi ada pada usia ≥75tahun yaitu sebesar
50,2%.5,6,7
Faktor resiko stroke terbagi menjadi faktor resiko yang tidak dapat
dimodifikasi dan faktor resiko yang dapat dimodifikasi yaitu merokok, obesitas,
komordibitas. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu usia, jenis
kelamin, berat badan lahir rendah (BBLR) dan ras. Serangan stroke dapat terjadi
stroke dan tidak melakukan upaya yang tepat untuk megurangi stroke.8
Pencegahan merupakan salah satu cara yang paling efektif dan efisien untuk
menyebutkan bahwa deteksi dini faktor risiko stroke sangat berperan dalam upaya
pengendalian dan menentukan prognosis stroke 5 tahun yang akan datang. The
George Institute for Global Health menjelaskan bahwa strategi praktis dalam
3
mengatasi beban akibat stroke harus difokuskan pada pencegahan dan penanganan
akibat proses penyakit di luar otak. Kata ensefalopati berasal dari bahasa yunani
„En =inside”, “kefahl= head” dan pauos= suffering”. Ensefalopati adalah suatu
gangguan metabolisme yang menyeluruh pada sel neuron atau sel glia sehingga
Ensefalopati dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain infeksi, toksin,
kelainan metabolik dan iskemik. Ensefalopati akut adalah suatu keadaan dimana
metabolik atau akibat zat zat yang bersifat toksik.10 Sepsis adalah suatu proses
dengan diagnosis stroke iskemik tipe embolik dengan ensefalopati sepsis yang
dirawat di ruang Stroke Center pada 4 Juli – 10 Juli 2022 di RSUD Ulin
Banjarmasin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Stroke Iskemik
A. Definisi
Stroke sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak
dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih
peredaran darah otak. Stroke adalah manifestasi klinis akut akibat disfungsi
neurologis pada otak, medulla spinalis, dan retina baik sebagian atau menyeluruh
yang menetap selama ≥24 jam atau menimbulkan kematian akibat gangguan
pemeriksaan radiologi, patologi, atau bukti lain yang menunjukkan iskemi otak,
medulla spinalis, atau retina) disebut stroke iskemik baik oleh karena adanya
karena gumpalan darah dari sistem organ lainnya yang masuk ke pembuluh darah
B. Epidemiologi
yang menyebabkan kematian. Angka kejadian stroke rata-rata berkisar 1,5-4 per
4
5
pemerintah.
6
Prevalensi stroke di Indonesia mencapai 8,3 dari 1000 populasi dan meningkat
seiring bertambahnya usia. Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
pada usia ≥15 tahun. Hasil riset ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
prevalensi stroke di Indonesia, untuk hasil Riskesdas tahun 2013 sebesar 7%.
Provinsi Kalimantan Selatan termasuk dalam prevalensi tinggi untuk kasus stroke
yaitu 12,7% pada usia ≥15 tahun. Prevalensi stroke di Kalimatan Selatan tahun
2018 mengalami peningkatan dibanding hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013,
yaitu sebesar 9,2%. Kemudian untuk prevalensi stroke di Indonesia tahun 2018
berdasarkan jenis kelamin, laki-laki 11% dan perempuan 10,9%. Kejadian stroke
jenis iskemik sebanyak 85% dan sisanya yaitu 15% adalah stroke akibat
perdarahan.6,7,13
(perdarahan) dan stroke iskemik (infark). Pada stroke iskemik disebabkan oleh
aliran darah yang terhenti yang dapat disebabkan oleh emboli, thrombosis, atau
1. Stroke Trombotik
terbentuk pada percabangan dan cekungan arteri otak. Tempat yang paling sering
yaitu :14,15
Arteri karotis interna, pada pangkalnya yang berasal dari arteri carotis
communis
arteri basiler
2. Stroke Emboli
Infark iskemik dapat diakibatkan oleh emboli yang timbul dari lesi
kecil dapat terlepas dari trombus yang lebih besar dan dibawa ke tempat-tempat
lain dalam aliran darah. Bila embolus mencapai arteri yang terlalu sempit untuk
dilewati dan menjadi tersumbat, aliran darah fragmen distal akan terhenti,
mengakibatkan infark jaringan otak distal karena kurangnya nutrisi dan oksigen.
3. Stroke Lakunar
Stroke lakunar terjadi akibat oklusi di arteri lentikulostria atau oklusi di arteri
basilar atau vertebral yang berpenetrasi ke otak, menembus kapsula interna, basal
ganglia, thalamus, korona radiata, dan daerah paramedian dari batang otak. Stroke
lainnya.14,16,17
arterio-venosa. Walaupun begitu, salah satu penyebab paling sering pada stroke
menunjukan perburukan secara tahap demi tahap dalam waktu beberapa jam
lagi yang timbul dalam waktu beberapa menit hingga beberapa jam yang
diakibatkan kurangnya atau tidak adanya aliran darah pada salah satu arteri
D. Faktor Risiko
a. Jenis kelamin
Insidensi stroke pada pria lebih besar 1,25 dibandingkan pada wanita.
Namun, karena usia wanita relatif lebih panjang daripada pria, maka angka
b. Usia
untuk terserang stroke. Berdasarkan statistik yang didapatkan dari tahun ke tahun,
diketahui bahwa risiko terjadinya stroke pada seseorang meningkat sebanyak dua
kali lipat setelah menginjak usia 55 tahun. Hal ini berkaitan dengan adanya proses
degenerasi (penuan) serta penurunan elastisitas pembuluh darah pada lanjut usia
c. Ras
Orang kulit hitam mempunyai risiko lebih tinggi dibandingkan orang kulit
putih.
d. Riwayat keluarga
terjadi nya stroke seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung dan kelainan
pembuluh darah.
10
a. Obesitas
merupakan salah satu faktor resiko utama pada penyakit kardiovaskular. Resiko
terjadi nya stroke iskemik pada orang dengan obesitas meningkat tiga kali lipat.
b. Alkohol
perdarahan otak, selain itu alkohol juga dapat mengganggu metabolism tubuh,
tekanan darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf otak dan lainnya. Konsumsi
c. Merokok
iskemik. Hal ini berlaku untuk semua jenis rokok (sigaret, cerutu atau pipa).
d. Hipertensi
perdarahan otak yang terjadi pada pembuluh darah kecil. Hipertensi mempercepat
11
terjadinya stroke. Stroke meningkat saat sistolik diatas 115 mmHg dan diastolic
diatas 75 mmHg. Setiap kenaikan 20 mmHg pada sistolik dan 10mmHg pada
diastolic meningkatkan angkat kematian hingga dua kali lipat. Dan setiap
e. Hiperlipidemia
Tinggi nya kadar kolesterol dalam darah dapat merusak dinding pembuluh
darah dan juga menyebabkan penyakit jantung koroner. Low density lipoprotein
yang dapat memicu terjadinya pengerasan dinding pembuluh darah arteri yang
disebut aterosklereosis. LDL akan membentuk plak di dalam pembuluh darah dan
dapat menyumbat pembuluh darah baik di jantung maupun otak. Kadar kolesterol
f. Diabetes
arterioler kortikal dan endotelium yang penting untuk kolateral. Diabetes millitus
penebalan pada pembuluh darah otak yang berukuran besar sehingga diameter
otak yang berujung pada keamtian sel-sel otak. Pada pasien dengan riwayat TIA
g. Penyakit Kardiovaskular
paling sering adalah atrial fibrilasi (AF), Hampir setengah dari stroke
darah di otak. Selain AF, penyakit katup jantung juga cukup berperan seperti
stenosis mitral. Left atrial enlargement juga merupakan faktor risiko pada stroke.
h. Infeksi
dapat menjadi faktor risiko terjadinya stroke trombotik oleh karena terbentuknya
eksudat yang berujung pada pembentukan plak pada sirkulasi darah sistemik.
i. Pemakaian Obat-obatan
risiko terjadinya stroke. Obat-obatan lain yang juga berperan adalah heroin,
13
E. Patofiologi
Vaskularisasi pada serebri berasal dari arteri karotis interna dan arteri
vertebralis. Arteri karotis interna pada kedua sisi menghantarkan darah ke otak
melalui percabangan utamanya, arteri serebri media dan arteri serebri anterior
bergabung di garis tengah pada batas kaudal pons untuk membentuk arteri
arteri Willisi.23,24
14
pembuluh menjadi mudah robek. Pada tempat penonjolan plak ke dalam aliran
darah, pemukaan plak yang kasar dapat menyebabkan terbentuknya bekuan darah
semua aliran darah di dalam arteri dengan tiba-tiba. Stroke iskemik disebabkan
oleh kekurangan suplai darah dan oksigen ke otak, stroke hemoragik disebabkan
kondisi trombotik dan emboli di otak. Pada trombosis, aliran darah dipengaruhi
Pada stroke emboli, penurunan aliran darah ke daerah otak disebabkan oleh
emboli, menyebabkan stres berat dan kematian sel sebelum waktunya (nekrosis).
kebocoran isi seluler ke ruang ekstraseluler, dan penurunan fungsi neuronal. Hal-
sel glia, stres oksidatif dan infiltrasi leukosit. Ketika terjadi gangguan aliran darah
ke otak yang menyebabkan aliran darah < 18 ml/100gr/menit maka hal ini akan
15
menjadi fase kritis untuk terjadi kerusakan sel otak. Bila aliran darak ke otak
hanya 8 ml/100 gr/menit maka akan terjadi kematian sel otak (neuronal death)
F. Manifestasi Klinis
2. Defisit hemisensorik
5. Diplopia
6. Disartria
7. Wajah terkulai
8. Ataxia
10. Nistagmus
11. Afasia
Meskipun gejala tersebut dapat terjadi sendiri, mereka lebih mungkin terjadi
dalam kombinasi. Tidak ada gambaran riwayat yang membedakan stroke iskemik
dari stroke hemoragik, meskipun mual, muntah, sakit kepala, dan perubahan
tingkat kesadaran yang tiba-tiba lebih sering terjadi pada stroke hemoragik.3,12
G. Diagnosis
1. Anamnesis
16
permulaan serangan, waktu serangan (akut atau kronis), adanya tanda defisit
penglihatan, tidak bisa bicara dll), berapa kali serangan yang dialami, mencari
faktor risiko penyakit vaskular seperti diabetes, hipertensi, dan lain sebagainya.
Untuk membedakan antara stroke iskemik atau perdarahan dengan cara bertanya
mengenai sakit kepala sebelum lumpuh, perjalanan gejala, mual muntah, kejang
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada pasien stroke untuk membantu
kesadaran yang mengakibatkan penurunan glasgow coma scale (GCS). Selain itu,
dengan XII. Adanya respon patologis pada saraf kranial tertentu dapat
17
Pada kasus stroke lesi upper motor neuron (UMN) ditemukan kondisi
hiperrefleks disertai peningkatan tonus. Namun pada fase akut dapat ditemukan
gejala klinis menyerupai lesi lower motor neuron (LMN) yaitu hiporefleks yang
disertai penurunan tonus. Kekuatan motorik pada kasus stroke tipikal akan
mengalami penurunan pada tungkai sisi kontralateral lesi, baik sebagai paresis
ataupun plegia.
Pada kasus stroke dan penyakit lesi UMN lainnya, dapat ditemukan adanya
Oppenheim.
1) Muntah Proyektil
2) Nyeri Kepala
3) Penurunan Kesadaran
4) Kejang
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiografi (EKG)
c. Pemeriksaan laboratorium :
18
INR, fibrinogen.
2 jam postprandial, profil lipid, C-reactive protein (CRP), laju endap darah,
Abnormalitas jantung dan EKG sering ditemukan pada pasien dengan stroke
lebih sering ditemukan pada stroke iskemik akut, terutama jika mengenai insular
korteks. Hal ini membuktikan bahwa semua pasien stroke akut dan TIA harus
H. Tatalaksana
pasien tiba. Keputusan penting pada management akut ini mencakup perlu
1. Penatalaksanaan keperawatan
Pasien yang koma dalam pada saat masuk rumah sakit dipertimbangkan
yang lebih dapat diharapkan. Fase akut biasanya berakhir 48 sampai 72 jam.
Dengan mempertahankan jalan napas dan ventilasi adekuat adalah prioritas dalam
Pasien ditempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala
Intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik perlu untuk pasien dengan stroke
Jantung diperiksa untuk abnormalitas dalam ukuran dan irama serta tanda gagal
jantung kongestif.
2. Penatalaksanaan Medis
edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark
a. Pengelolaan umum
1) Breathing
Jalan nafas harus terbuka lega, hisap lendir dan slem untuk mencegah
20
kekurangan oksigen dengan segala akibat buruknya. Dijaga agar oksigenasi dan
ventilasi baik agar tidak terjadi aspirasi (apabila ada gigi palsu = dibuka). Intubasi
2) Blood
mekanisme kompensasi tubuh, dan kemudian baru kembali normal setelah 2-3
hari. Oleh karena itu, peningkatan tekanan darah pada fase akut stroke tidak perlu
dikoreksi, kecuali apabila tekanan darah sistolik > 220 mmHg dan/atau diastolik >
120 mmHg (stroke iskemik) ATAU sistolik > 180 mmHg dan atau diastolik > 100
mmHg (stroke hemoragik). Pada keadaan diatas pun tekanan darah tidak
Ambang batas penurunan tekanan darah adalah sampai 180/100-105 mmHg pada
pasien dengan riwayat hipertensi kronis, dan 160-180/90-100 mmHg pada pasien
oral / sub lingual. Seperti halnya tekanan darah, pada fase akut stroke juga
ditemukan kenaikan kadar gula darah. Namun, kadar gula darah (GD) yang tinggi
gula darah pada fase akut stroke harus segera diturunkan hingga senormal
mungkin. Pemberian insulin reguler dengan skala luncur dengan dosis GD > 150
21
– 200 mg/dL 2 unit, tiap kenaikan 50 mg/dL dinaikkan dosis 2 unit insulin sampai
3) Brain
muntah proyektil dan bradikardi relatif, penanganan harus segera dilakukan. Obat
yang dapat digunakan antara lain adalah manitol 20% 1 - 1,5 gr/kgBB dilanjutkan
osmolalitas antara 300 – 320 mOsm. Peningkatan suhu tubuh juga harus dihindari
Hipotermia ringan 30°C atau 33°C mempunyai efek neuroprotektif. Bila terjadi
kejang, segera berikan antikonvulsan diazepam i.v secepat mungkin agar tidak
4) Bladder
Bila terjadi retensi urine, dilakukan pemasangan kateter; pastikan alat dan
bahan dalam kondisi steril untuk menghindari terjadinya infeksi saluran kemih.
kemudahannya untuk dipasang dan sifat drainasenya yang terus menerus (jangka
panjang).
5) Bowel
pertahankan defekasi yang teratur. NGT dipasang kepada pts apabila terdapat
22
kesulitan untuk menelan makanan. Kekurangan albumin pada pts juga perlu
1) Stroke iskemik
yang dilakukan pada kasus stroke iskemik. Obat trombolisis linea pertama yang
activator) dengan dosis 0,9 mg/kgBB maksimal 90 mg (10% diberikan bolus &
sisanya infus kontinyu dalam 60 menit). Penggunaan rt-PA hanya dapat bekerja
secara optimal apabila diberikan dalam kurun waktu 3 jam sejak serangan,
sehingga pasien stroke iskemik yang ditangani dengan onset awal saja yang dapat
pengobatan yang tersedia yaitu anti koagulan dan anti agregasi trombosit.
Pemberian heparin diberikan secara intravena dimulai dengan bolus 5000 Unit
dan selanjutnya diberikan 10.000 – 15.000 Unit per hari dengan mempertahankan
APTT 1 1⁄2 - 2 1⁄2 (satu setengah sampai dua setengah) kali normal selama 2-3
hari dan kemudian diberikan oral antikoagulan (warfarin) dengan target INR 2-3.
Dosis warfarin yang diberikan adalah: hari I - 8mg, hari II - 6mg, hari ketiga
23
dilakukan penyesuaian dosis. Biasanya dalam 2-3 hari setelah optimalisasi dosis
mengalami trombosis vena dalam dan emboli paru. Sebagai prevensi atas
terjadinya peristiwa tersebut, diberikan heparin 2 x 5.000 unit sub cutan atau
LMWH 2 x 0,3 cc selama 7 – 10 hari. Obat anti agregasi trombosit yang diberikan
pada pasien stroke iskemik adalah Aspirin 160 – 325 mg/hari 48 jam setelah
2) Stroke Hemoragik
a) Pengelolaan konservatif
c) Pengelolaan operatif
a. Terapi Preventif
dengan jalan antara lain mengobati dan menghindari faktor-faktor resiko stroke.
b. Rehabilitasi
Stroke sering menyebabkan kecacatan pada pasien, agar kecacatan tidak terus
I. Komplikasi
Komplikasi yang paling umum dan penting dari stroke iskemik meliputi
1. Edema serebral yang signifikan setelah stroke iskemik bisa terjadi meskipun
agak jarang(10-20%).
diperkirakan terjadi pada 5% dari stroke iskemik yang tidak rumit, tanpa
adanya trombolitik.
J. Prognosis
Pada studi kasus stroke Framingham dan Rochester total mortalitas pada
hari ke 30 pasca stroke adalah 28%, sedangkan pada kasus stroke iskemik pasca
25
30 hari stroke dengan mortalitas 19% dan angka bertahan hidup selama 1 tahun
pasca stroke iskemik adalah 77%. Untuk prognosis stroke iskemik akut bervariasi
tergantung dari individu, bagaimana keparahan stroke dan apakah pasien memiliki
stroke biasanya terjadi pada mingu-minggu awal pasca awitan. 35% kematian
terjadi pada 10 hari pertama masuk rumah sakit. Pada fase akut kematian oleh
fungsi neurologis setelah stroke iskemik akut, tetapi pemahaman dalam perjalanan
didapatkan bahwa perbaikan status fungsional tampak nyata pada 3 bulan pertama
dan mencapai tingkat maksimal dalam 6 bulan pasca stroke akut dan hanya sedikit
perubahan yang terjadi setelah interval waktu ini. Dikatakan pada penelitian
terdahulu bahwa reorganisasi fungsi neurologis terjadi dalam 3-6 bulan pasca
A. Definisi
kognitif atau prilaku. Ensefalopati dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain infeksi, toksin, kelainan metabolik dan iskemik. Ensefalopati akut adalah
suatu keadaan dimana gangguan fungsi otak terjadi secara mendadak akibat
gangguan homeostasis metabolik atau akibat zat-zat yang bersifat toksik. 10 Sepsis
26
adalah suatu proses inflamasi yang dicetuskan oleh infeksi. Sepsis menurut
Keterlibatan SSP (susunan saraf pusat) pada sepsis menimbulkan ensefalopati dan
dengan infeksi tetapi terbukti tidak ada infeksi langsung pada SSP baik secara
B. Etiopatogenesis
penyebabnya tidak dapat dijelaskan hanya sebagai akibat disfungsi organ paru,
hepar, ginjal maupun jantung. Pada awalnya ensefalopati pada sepsis didefinisikan
sebagai gangguan fungsi otak yang terjadi akibat adanya mikroorganisme dan
toksinnya di dalam darah, namun definisi ini menjadi tidak akurat karena
dalam jaringan otak.31 SAE mungkin terjadi akibat mekanisme mediator inflamasi
pada otak atau akibat respon sitotoksik pada sel sel otak terhadap mediator
tersebut. Patogenesis ensefalopati pada sepsis dari berbagai hasil penelitian dapat
C. Gambaran Klinis
Pada SAE gambaran klinis yang tampak terdiri atas gambaran penyakit yang
mendasari yaitu sepsis dan gambaran klinis ensefalopati. Gambaran sepsis dapat
berupa SIRS, sepsis, sepsis berat, syok sepsis maupun gagal multi organ. SAE
Disfungsi otak pada SAE dapat berupa deteorisasi fungsi kortikal yang cepat
seperti
Gejala ensefalopati pada sepsis bukan merupakan gejala yang terjadi akibat
28
demam yang tinggi karena ensefalopati tidak membaik hanya dengan obat
antipiretik.11,31,33
Konsep early dan late ini dibuat karena tidak semua ensefalopati pada
sepsis dapat dijelaskan akibat adanya disfungsi hati atau ginjal, hipotensi ataupun
pada prinsipnya terdiri atas: (1) disfungsi otak menyeluruh atau multifokal, (2)
kesadaran: respon yang melambat, disorientasi, delirium, koma. (4) gambaran lain
yang dapat
bervariasi yaitu hiperrefleksia, kejang umum atau fokal.11 Pada sekitar 70%
saraf perifer yang disebut sebagai “ critical illness polyneuropati”. Gejala ini
Tidak ada tes untuk diagnosis SAE yang spesifik, bahkan dengan
Oleh karena itu SAE merupakan diagnosis eksklusi, dalam arti harus dibuktikan
baik secara klinis maupun laboratorium, tidak ada infeksi langsung pada SSP
(seperti meningitis, abses intrakranial atau empyema), dibuktikan tidak ada trauma
kepala, embolisme
sebelum diagnosis SAE ditegakkan antara lain: penggunaan obat obatan, infeksi
D. Pemeriksaan Penunjang
1) EEG
SAE. Gambaran EEG pada penderita SAE dapat normal atau menunjukkan
yang ringan. Hampir 50% pasien sepsis yang tidak menunjukkan gejala klinis
Gambaran EEG pada SAE dapat diurut berdasarkan beratnya ensefalopati sebagai
berikut:
a) Normal
hanya tampak pada penderita dengan penyakit yang sangat berat.11,33,35 Pada studi
klinis dengan gejala neurologi berupa lethargi sampai koma. Dilaporkan pada
abnormalitas pada gambaran EEG yaitu 0% pada EEG normal, 19% dengan
gelombang theta pada EEG, 36% dengan gelombang delta dan 67% dengan
mortalitas, namun tidak ada gambaran EEG yang patognomonik untuk SAE.
2) Punksi Lumbal
serebrospinal (CSS) pada SAE biasanya normal tetapi kadang kadang dapat
menunjukkan peningkatan protein yang ringan. Hitung sel dan kadar glukosa CSS
otak.11,31,33
31
3) Brain Imaging
Pada SAE gambaran CT-scan biasanya normal dan gambaran MRI juga
sering tidak khas. Pada MRI seringkali menunjukkan adanya edema vasogenik.
Sharshar et al, melakukan MRI kepala pada 9 penderita sepsis. Lima dari pasien
mendiagnosis SAE dan dapat menyingkirkan kelainan neurologi yang lain. 31,36
Bozza FA, pada penelitiannya dengan tehnik MRI untuk menilai morfologi dan
metabolisme otak pada model murine sepsis, membuktikan bahwa pada model
E. Tatalaksana
penggunaan obat obatan yang bersifat neurotoksik. Pasien meninggal lebih sering
akibat beratnya masalah sistemik atau gagal organ lain dibandingkan dengan
masalah pada otak. Oleh karena itu sangatlah penting mencegah proses infeksi
adekuat sesuai dengan hasil kultur dan tes sensitivitas. Kalau belum ada hasil
lambat sehingga proses inflamasi berlanjut, ketiga bakteri yang mati dapat
blood flow tetap optimal. Apabila terjadi syok septik segera harus diatasi.
3. Gangguan metabolik yang terjadi juga harus diatasi seperti dehidrasi, gangguan
alkalosis).38
arterial. Tekanan intrakranial akan turun dalam hitungan menit dari saat onset
5. Kejang harus diterapi dengan obat antiepilepsi sesuai dengan alur tatalaksana
kejang dan status epileptikus yang disepakati.33 Obat anti epilepsi yang dapat
intravena
defisiensi produksi steroid oleh kelenjar adrenal pada sepsis dapat dijelaskan
sebagai akibat nekrosis hemorragic pada kelenjar adrenal yang memicu krisis
tinggi pada saat awal sepsis berat sebagai antiinflamasi dikatakan tidak ada
dosis rendah selama 5-11 hari pada penderita sepsis berat atau syok sepsis
7. Osmotic agent meliputi manitol, urea, sorbitol, glicerol dan larutan saline
8. Restriksi cairan. Efek restriksi cairan sangat minimal pada edema serebri dan
15-30° untuk membantu drainage vena dan mencegah kompresi vena leher.
K. Prognosis
Mortalitas yang dihubungkan dengan SAE berkisar antara 16-63% jika GCS
sembuhnya penderita dari sepsis namun dalam jangka Panjang dilaporkan dapat
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 71 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
No. RM : 00-99-97-83
B. Anamnesis
(alloanamnesis).
35
36
mengalami penurunan kesadaran pada hari Senin 04/07/2022 pukul 17.00 WITA
Sebelumnya pada hari Minggu 03/07/2022 pukul 21.00 WITA, pasien mengalami
demam tinggi mencapai suhu 40°C serta pasien tiba-tiba tidak bisa menggerakan
tangan dan kaki sebelah kanan (mengalami kelemahan). Saat pasien mengalami
menuju RS pada pukul 19.00 WITA ditempuh selama 10-15 menit, selama
IGD Rumah Sakit pada pukul 19.15 WITA, pasien masih tidak ada perbaikan dan
pasien muntah-muntah. Pasien masuk ke ruang Stroke Center pada pukul 23.30
WITA dan sudah mulai ada perbaikan, ketika pasien dipanggil sudah bisa
merespon namun hanya satu dua kata selain itu pasien juga masih tidak mampu
demam dengan suhu 38°C, merasa mual, pusing, serta tidak bisa menelan
pasien mengalami sulit tidur, BAB normal, BAK dengan menggunakan kateter,
untuk makan dan minum menggunakan NGT. Keluhan lain seperti sakit kepala,
kejang, sesak, nyeri ulu hati, riwayat kepala terbentur disangkal. Pasien memiliki
ulcus decubitus sebesar telapak tangan sejak bulan Mei dan rutin dibersihkan
1. Lisnopril
2. Omeprazole
3. Paracetamol
Pasien pernah mengalami stroke satu kali. Stroke pertama pada bulan juni
2022 sekitar dua minggu sebelum pasien mengalami keluhan lagi, pasien
mengalami kelemahan di tangan dan kaki sebelah kanan serta bibir sempat
mencong kearah kanan namun dapat pulih dan kembali normal kurang dari 24
07/01/2022 dan di lutut 23/05/2022. Ulkus decubitus pasien muncul sejak bulan
Pasien tidak merokok dan tidak meminum alkohol, untuk pola makan tidak
teratur, biasanya hanya 3-5 sendok nasi dan ditambah dengan kue.
1. Keadaan Umum :
Kesadaran : Somnolen
38
GCS : E3V2M6
Nadi : 95 kali/menit
Respirasi : 40 kali/menit
Suhu : 38.2 ºC
2. Kepala/Leher
Mata : Ptosis (-), konjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-), pupil isokor
3. Thoraks
Pulmo : Bentuk normal, simetris kanan dan kiri, retraksi (-), suara napas
lapang abdomen, supel, nyeri tekan (-), hepar lien dan massa
tidak teraba, shifting dullness (-), undulasi (-), nyeri ketok ginjal
(-)
5. Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, tidak ada edema, tidak terdapat
D. Status Neurologis
a. Meningeal Sign : Kaku kuduk (-/-) Laseque sign (-/-) Kernig (-/-)
Brudzinski 4 (-/-)
Patella (+2/+2)
Schaeffer (-/-)
Ukuran Pupil 3 mm 3 mm
Bentuk Pupil bulat bulat
Refleks Cahaya (+) (+)
Refleks Akomodasi Sde Sde
N. III Strabismus Divergen - -
N. IV Gerakan Mata Ke Lateral Bawah - -
Strabismus Konvergen - -
Menggigit - -
Membuka Mulut (+) (+)
N. V Sensibilitas Muka (+) (+)
Refleks Kornea (+) (+)
Trismus -
Gerakan Mata Ke Lateral - -
N. VI Strabismus Konvergen - -
Diplopia - -
Kedipan Mata (+) (+)
Lipatan Nasolabial Simetris
Sudut Mulut Simetris
Mengerutkan Dahi (+) (+)
Mengerutkan Alis (+) (+)
Menutup Mata (+) (+)
N. VII Meringis (+) (+)
Menggembungkan pipi (+) (+)
Daya Kecap Lidah 2/3 Depan TDL TDL
Mendengar Suara Berbisik Sde Sde
Mendengar Detik Arloji TDL TDL
N. VIII Tes Rinne TDL TDL
Tes Weber TDL TDL
Tes Schwabach TDL TDL
Arkus Faring Sde Sde
Daya Kecap Lidah 1/3 Belakang TDL TDL
Refleks Muntah (+) (+)
N. IX Suara Sengau (-) (-)
Tersedak (-) (-)
Arkus Faring Sde Sde
N. X Bersuara (+) (+)
Menelan (-) (-)
Memalingkan Kepala (+) (+)
N. XI Sikap Bahu (+) (+)
Mengangkat Bahu (+) (+)
Sikap Lidah Sde
N. XII Tremor Lidah (-)
Menjulurkan Lidah (+)
41
F. SIRIRAJ SCORE
G. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Nilai
Pemeriksaan Satuan
04/07/2022 Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.7 12.0 – 16.0 g/dl
Leukosit 13.2 4.0 – 10.5 ribu/ul
Eritrosit 3.83 4.00 – 5.30 juta/ul
Hematokrit 34.6 37.0 – 47.0 %
Trombosit 460 150 – 450 ribu/ul
RDW-CV 14.7 12.11 – 14.0 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 90.3 75.0 – 96.0 fl
MCH 30.5 28.0 – 32.0 pg
MCHC 33.8 33.0 – 37.0 %
HITUNG JENIS
Basofil% 0.2 0.0 – 1.0 %
Eosinofil% 0.4 1.0 – 3.0 %
42
Kesimpulan :
b. Foto Thorax
Interpretasi :
arcus aorta, tidak tampak deviasi trakea, tampak perbesaran jantung CTR
Tampak bercak opasitas ireguler lapang bawah paru kanan dan lapang
Interpretasi :
- Ventrikel normal, tidak ada perdarahan intraventrikel, dan tidak ada massa
d. EKG
45
Interpretasi :
- Frekuensi 95x/menit
- Irama : Normosinus
- Frekuensi : 87 x/menit
- Aksis : Normoaxis
H. Diagnosis
Diagnosis topis : Lesi infark cerebri pada regio ganglia basalis sinistra
J. Prognosis
K. Follow Up
Follow up dari tanggal 06 Juli – 11 Juli 2022 pukul 06.30 WITA (pada saat
06 Juli 2022
Subjective Demam, Sulit tidur, BAB tidak ada, Pusing, Mual
Objective Kesadaran: Somnolen, GCS : E3V2M6
TD ; 95/57 mmHg, N: 95 kali/menit; RR: 40 kali/menit; T:
38,2oC; SpO2: 97 % nrm 10 lpm
RCL +/+ RCTL +/+ Isokor 2mm/2mm
Status neurologis:
‐ Rangsang meningeal (-)
‐ Nervus cranialis: (-)
‐ Refleks fisiologis:
BPR +1/+2, TPR +1/+2, KPR sde/+1, APR sde/+1
Motorik superior +2/+5, motorik inferior +2/+4
Gerak superior T/BT, gerak inferior T/BT
Sensoris superior +/+ sensoris inferior +/+
Tonus superior hipo/hipo tonus inferior hipo/hipo
Atrofi keempat ekstremitas -
Refleks patologis: Babinski (-/-), Chaddock (-/-), Gonda (-/-),
Oppenheim (-/-), Hoffman (+/-), Tromner (-/-), Gordon (-/-),
Schaeffer (-/-)
N. Cranialis:
I. +/+
47
N. Cranialis:
I. +/+
II. +/+ (afferent)
III. +/+ (efferent), GBM +/+
IV. GBM +/-
V. Reflek kornea +/+
VI. GBM +/-
VII. Parase -
VIII. +/+
IX. -
X. Sde
XI. TPZ (-), SCM (-)
XII. +
Diagnosis Klinis : Riwayat DOC + Hemiparesis dextra +
Ulkus Dekubitus
Diagnosis Topis : Lesi infark cerebri pada regio ganglia
Assesment basalis sinistra
Diagnosis Etiologi : Stroke iskemik tipe embolik +
Ensefalopati sepsis
1. Inf Asering 10 tpm
2. Inf Paracetamol Flash 3x1mg K/P
3. Inj Citicoline 2x500 mg
4. Inj Omeprazole/Ranitidine 1x40 mg
Planning 5. Inj Ceftriaxone 2x1 mg
6. Inj Ceftazidine 2x1 mg
7. Inj Dexamethason 2x1/2
8. PO Laxadine 3x15cc
9. PO Clobazam 0-0-5 K/P
08 Juli 2022
Subjective Sulit tidur, BAB tidak ada
Objective Kesadaran: Composmentis, GCS : E4V5M6
TD ; 104/77 mmHg, N: 87 kali/menit; RR: 31 kali/menit; T:
37,1oC, SpO2: 99 % nasal canule 2 lpm
RCL +/+ RCTL +/+ Isokor 3mm/3mm
Status neurologis:
‐ Rangsang meningeal (-)
‐ Nervus cranialis: (-)
‐ Refleks fisiologis:
BPR +1/+2, TPR +1/+2, KPR sde/+1, APR +1/+1
Motorik superior +3/+5, motorik inferior +2/+5
Gerak superior T/BT, gerak inferior T/BT
Sensoris superior +/+ sensoris inferior +/+
Tonus superior hipo/hipo tonus inferior hipo/hipo
49
‐ Refleks fisiologis:
BPR +1/+2, TPR +1/+2, KPR+1/+2, APR +1/+2
Motorik superior +3/+5, motorik inferior +2/+5
Gerak superior T/BT, gerak inferior T/BT
Sensoris superior +/+ sensoris inferior +/+
Tonus superior eu/eu tonus inferior eu/eu
Atrofi keempat ekstremitas -
Refleks patologis: Babinski (-/-), Chaddock (-/-), Gonda (-/-),
Oppenheim (-/-), Hoffman (+/-), Tromner (-/-), Gordon (-/-),
Schaeffer (-/-)
N. Cranialis:
I. +/+
II. +/+ (afferent)
III. GBM +/+, +/+ (efferent)
IV. GBM +/+
V. Refleks Kornea +/+
VI. GBM +/+
VII. Parase -
VIII. +/+
IX. Sde
X. Gag refleks +
XI. TPZ (+/+), SCM (+/+)
XII. -
Diagnosis Klinis : Riwayat DOC + Hemiparesis dextra +
Ulkus Dekubitus
Diagnosis Topis : Lesi infark cerebri pada regio ganglia
Assesment basalis sinistra
Diagnosis Etiologi : Stroke iskemik tipe embolik +
Ensefalopati sepsis
1. Inf Asering 10 tpm
2. Inf Paracetamol Flash 3x1mg K/P
3. Inj Citicoline 2x500 mg
4. Inj Omeprazole/Ranitidine 1x40 mg
5. Inj Ceftriaxone 2x1 mg
Planning
6. Inj Ceftazidine 2x1 mg
7. Inj Dexamethason 2x1/2 mg
8. PO Laxadine 3x15cc
9. PO Clobazam 0-0-5 K/P
11 Juli 2022
Subjective Sulit tidur, BAB tidak ada
51
12 Juli 2022
Subjective Sulit tidur, BAB tidak ada
Kesadaran: Composmentis, GCS : E4V5M6
TD: 121/74 mmHg, N: 58 kali/menit; RR: 25 kali/menit; T:
36.7oC, SpO2: 96 % nasal canule 3 lpm
RCL +/+ RCTL +/+ Isokor 3mm/3mm
Status neurologis:
‐ Rangsang meningeal (-)
‐ Nervus cranialis: (-)
‐ Refleks fisiologis:
BPR +1/+2, TPR +1/+2, KPR sde/+1, APR +1/+1
Motorik superior +3/+5, motorik inferior sde/+5
Gerak superior T/B, gerak inferior T/B
Sensoris superior +/+ sensoris inferior +/+
Tonus superior eu/eu tonus inferior eu/eu
Atrofi keempat ekstremitas -
Refleks patologis: Babinski (-/-), Chaddock (-/-), Gonda (-/-),
Objective
Oppenheim (-/-), Hoffman (+/-), Tromner (-/-), Gordon (-/-),
Schaeffer (-/-)
N. Cranialis:
I. +/+
II. +/+ (afferent)
III. GBM +/+, +/+ (efferent)
IV. GBM +/+
V. Refleks Kornea +/+
VI. GBM +/+
VII. Parase -
VIII. +/+
IX. +
X. Gag refleks +
XI. TPZ (+/+), SCM (+/+)
XII. -
Assesment Diagnosis Klinis : Riwayat DOC + Hemiparesis dextra +
Ulkus Dekubitus
Diagnosis Topis : Lesi infark cerebri pada regio ganglia
basalis sinistra
53
PEMBAHASAN
Telah dilakukan analisis status data dan anamnesis kepada keluarga Ny. S,
usia 65 tahun yang dirawat di ruangan stroke center RSUD Ulin Banjarmasin
pada hari Senin 04/07/2022 pukul 17.00 WITA saat sedang beristirahat dan tidak
pukul 21.00 WITA, pasien mengalami demam tinggi mencapai suhu 40 °C serta
pasien tiba-tiba tidak bisa menggerakan tangan dan kaki sebelah kanan
pasien mengaku pasien hanya dapat membuka mata, tidak merespon ketika
WITA ditempuh selama 10-15 menit, selama perjalanan pasien masih mengalami
penurunan kesadaran. Ketika sudah sampai di IGD Rumah Sakit pada pukul 19.15
WITA, pasien masih tidak ada perbaikan dan pasien muntah-muntah. Pasien
masuk ke ruang Stroke Center pada pukul 23.30 WITA dan sudah mulai ada
perbaikan, ketika pasien dipanggil sudah bisa merespon namun hanya satu dua
kata selain itu pasien juga masih tidak mampu mengangkat/menggerakan tangan
dan kaki sebelah kanan, pasien juga masih demam dengan suhu 38 °C, merasa
mual, pusing, serta tidak bisa menelan sehingga dilakukan pemasangan NGT.
Sejak masuk ke ruangan Stroke Center pasien mengalami sulit tidur, BAB normal,
54
55
BAK dengan menggunakan kateter, untuk makan dan minum menggunakan NGT.
sesak, nyeri ulu hati, riwayat kepala terbentur disangkal. Pasien memiliki ulcus
decubitus sebesar telapak tangan sejak bulan Mei dan rutin dibersihkan dirumah
oleh perawat dua kali seminggu. Pasien mempunyai riwayat TIA (+), HT(+),
Maag(+), Ulkus decubitus (+). Pasien tidak merokok dan tidak meminum alkohol,
untuk pola makan tidak teratur, biasanya hanya 3-5 sendok nasi dan ditambah
dengan kue.
Pada kasus ini ditemukan kondisi pasien dalam keadaan penurunan kesadaran
atau DOC serta kelemahan pada kedua ekstremitas atas dan ekstremitas bawah
pada sisi kanan tubuh pasien atau hemiparesis dextra. Maka berdasarkan teori,
kondisi klinis tersebut dapat dikaitkan dengan terjadinya suatu kejadian stroke.
Stroke adalah sindroma klinis yang ditandai oleh disfungsi serebral fokal atau
global yang berlangsung 24 jam atau lebih, yang dapat menyebabkan disabilitas
atau kematian yang disebabkan oleh perdarahan spontan atau suplai darah yang
tidak adekuat pada jaringan otak secara mendadak. Stroke dibagi atas dua, yaitu
dan oksigen ke otak karena adanya infark, serta stroke hemoragik yang
pasien yang mengalami stroke iskemik biasanya datang dengan riwayat gejala
tiba-tiba, dan lainnya. Tidak ada gambaran riwayat yang membedakan stroke
iskemik dari stroke hemoragik, meskipun mual, muntah, sakit kepala, dan
56
57
perubahan tingkat kesadaran yang tiba-tiba lebih sering terjadi pada stroke
hemoragik.3,12
yang tidak normal pada pasien sehingga akan sangat berpengaruh terhadap
metabolisme yang menyeluruh pada sel neuron atau sel glia sehingga
Ensefalopati dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain infeksi, toksin,
kelainan metabolik dan iskemik. Ensefalopati akut adalah suatu keadaan dimana
metabolik atau akibat zat-zat yang bersifat toksik. 10 Sepsis adalah suatu proses
pusat) pada sepsis menimbulkan ensefalopati dan nuropati perifer. Sesuai dengan
kedua teori tersebut dapat diketahui dengan jelas penyebab terjadinya kondisi
regio ganglia basalis sinistra, sulkus dan girus normal, ventrikel normal, tidak ada
perdarahan intraventrikel, tidak ada massa dan tidak terdapat edema cerebri.
akan didapatkan hasil gambaran yang abnormal berbeda antara stroke hemoragik
hemoragik sedangkan lesi iskemik atau infark otak akan didapatkan pada stroke
non-hemoragik.40
infus asering 500 ml 10 tpm. Cairan infus ini mampu membantu mencukupi gizi
Potassium Chloride 0.30 g, Sodium Chloride 6.00 g, Sodium Acetate 3H20 3.80
osmosa dan jaringan. Potassium Chloride dan Calcium Chloride adalah garam
Pada pasien ini juga diberikan Infus paracetamol flash. Paracetamol memiliki
demam. Sediaan paracetamol dipasaran adalah Tablet 500 mg dan 650 mg. Sirup
120 mg/ 5 mL.Drops 60 mg/ 0,6 mL. Karena belum terdapat sediaan suspensi,
maka dari itu produk yang akan dibuat dalam bentuk sediaan suspensi
dalam bentuk halus dan tidak larut. Beberapa pasien yang tidak bisa menelan obat
atau pada pasien anak lebih suka obat bentuk cair dari pada bentuk tablet. bentuk
59
cair memudahkan pasien untuk menelan obat, pemberian dosis takaran obat dalam
bentuk cair lebih mudah dari pada bentuk padat terutama untuk pasien anak- anak,
dan menghilangkan atau menutupi rasa tidak enak (pahit) dari jenis-jenis obat
tertentu bila dalam bentuk suspensi ada tambahan zat pemanis yang disukai anak-
anak.41
Pada pasien ini juga diberikan Injeksi citicoline 2x500 mg yang merupakan
bentuk vitamin B kolin yang dapat ditemukan pada semua sel. Obat ini berfungsi
perbaikan neuron dengan mendukung energi yang diproduksi di neuron. Hal ini
pembentukkan bahan kimia, dan propagasi impuls listrik. Semua ini sangat
diperlukan untuk mendukung fungsi yang lebih luas dari otak seperti memori,
pusat.41
keunggulan dibandingkan dengan obat penurun asam lain dalam segi toleransinya,
ditoleransi dengan baik. Efek samping yang paling sering dilaporkan terkait
mual, serta efek pada sistem saraf pusat, misalnya sakit kepala dan pusing. Selain
itu, penggunaan PPI seperti omeprazole juga telah dikaitkan dengan peningkatan
lambung.41
antibiotik lain. Dosis biasa adalah 1-2 g IV/IM setiap 8-12 jam (2 - 3 kali),
61
adalah obat antiradang yang digunakan pada berbagai kondisi peradangan, seperti
reaksi alergi, penyakit autoimun, atau radang sendi. Selain itu, obat ini bisa
pengeluaran zat kimia tertentu di dalam tubuh yang bisa memicu peradangan.
Obat ini juga memiliki efek imunosupresan atau penekan sistem kekebalan
tubuh.41
Pasien diberikan obat per oral laxadine 3x15ml. Laxadine merupakan obat
bahan aktif yang mendukung dengan mekanisme kerja sebagai berikut :41
pada usus dengan merangsang jaringan mukosa usus dan mengendurkan otot-
laboratorium.
2. Parafin cair memiliki sifat emolien atau dapat bertindak sebagai pelumas dan
sembelit.
62
dengan menarik air dari jaringan sekitar menuju feses sehingga feses
pada posisi 1 dan 5 (bukan seperti biasa 1 dan 4). Seperti 1,5-benzodiazepin
aktivitas agonis.41
63
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus dengan nama Ny. S usia 71 tahun datang ke
IGD RSUD Ulin dengan penurunan kesadaran dan kelemahan anggota tubuh
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah sisi kanan. Berdasarkan anamnesis dan
pengobatan Inf Asering 10 tpm, Inf Paracetamol Flash 3x1mg K/P, Inj Citicoline
2x500 mg, Inj Omeprazole/Ranitidine 1x40 mg, Inj Ceftriaxone 2x1 mg, Inj
Clobazam 0-0-5 K/P. Pasien berada di ruangan stroke center RSUD Ulin
rawat jalan.
64
DAFTAR PUSTAKA
5. Go AS, Mozaffarian D, Roger VL, Benjamin EJ, Berry JD, Blaha MJ, et al.
Update: A report from the American Heart Association. Circulation.
2014;129:2-7.
7. Kemenkes RI. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian Kesehat
RI. 2018;53(9):1689–99.
8. Boehme AK, Esenwa C, Elkind MSV. Stroke Risk Factors, Genetics, and
Prevention. Circ Res. 2017;120(3):472–95.
10. David RB, Bodensteiner JB, Mandelbaum DE, Olson B, editor. Clinical
Pediatric Neurology. 3 rd ed. USA : Demos Medical Publishing; 2009: p.117-
27.
65
66
13. Go AS, Mozaffarian D, Roger VL, Benjamin EJ, Berry JD, Blaha MJ, et al.
Update: A report from the American Heart Association. Circulation.
2014;129:2-7.
15. Malani PN. Harrison’s principles of internal medicine. JAMA. 2012 Nov
7;308(17):1813-4
16. Adams HP, Bendixen BH, Kappelle LJ, Biller J, Love B, Gordon DL, Marsh
EE, Toast Investigators. Classification of subtype of acute ischemic stroke.
stroke. 1993 Jan;24(1):35-41.
17. Fisher CM. Lacunar strokes and infarcts: a review. Neurology. 1982 Aug
1;32(8):871
20. WSO. 11 Jan 2022. cited 20 May 2022 Available from: https://www.world-
stroke.org/news-and-blog/news/wso-global-stroke-fact-sheet-2022
21. Cornelis E, Sengkey LS. Rehabilitasi Medik Pada Pasien Stroke Non
Hemoragik Dengan Disartria. Ilmu Kedokt Fisik dan Rehabil Fak Kedokt
Univ Sam Ratulangi Manado. 2017.
27. Heiss WD, Thiel A, Grond M, Graf R. Which targets are relevant for therapy
of acuteischemic stroke. Stroke 1999; 30: 1486-9.
28. Brunner, Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. 2002 8th ed. EGC.
29. Widiastuti P, Ngurah Nuartha AAB. Sistem skoring diagnostik untuk stroke:
skor Siriraj. CDK. 2015;42(10):776-9.
32. Siami S, Annane D, Sharshar T. The encephalopathy in sepsis. Crit Care Clin.
2008; 24: 67-82.
38. Nguyen HB, River EP, Abrahamian FM, Moran GJ, Abraham B, Trzeciak S,
et al. Severe sepsis and septic shock: review of the literature and Emergency
Department management guidelines. Annals of Emergency Medicine.
2006;48(1): 28-52.
39. Gwer S, Gatakaa H, Mwai L, Idro R, Newton CR. The role for osmotic
agents in children with acute ancephalopathies: a systematic review. BMC
Pediatrics. 2010; 10 (23).
41. Pusat Informasi Obat Nasional (PIO Nas). Badan Pom RI.2022
68