Oleh:
NIM. 2130912320128
Pembimbing:
Maret, 2023
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. iv
DAFTAR SINGKATAN....................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Ikterik Neonatus................................................................. 3
B. Sepsis Neonatorum............................................................. 12
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................... 43
BAB V PENUTUP............................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 60
ii
DAFTAR SINGKATAN
IV Intravena
PO Peroral
iii
BAB I
PENDAHULUAN
terhadap infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir dan mengancam jiwa.
Berdasarkan data dari Global Burden Disease (GBD), telah dilaporkan 2.824
kasus sepsis neonatorum per 100.000 kelahiran hidup dengan mortalitas 17,6%
neonatorum terbagi menjadi dua, yaitu sepsis neonatorum awitan dini yang terjadi
72 jam pertama kehidupan bayi dan sepsis awitan lambat yang terjadi setelah 72
jam pertama kehidupan.2 Dalam menilai kemungkinan sepsis pada bayi baru lahir,
terdapat faktor risiko infeksi mayor dan minor yang harus ditinjau. Faktor risiko
infeksi mayor meliputi ketuban pecah dini (KPD) lebih dari 24 jam, ibu
mengalami demam dengan suhu lebih dari 38℃ selama hamil, korioamnionitis,
denyut jantung bayi lebih dari 160 kali/menit dan menetap, serta ketuban yang
berbau. Sementara itu, faktor risiko infeksi minor adalah KPD lebih dari 12 jam,
ibu mengalami demam dengan suhu tubuh 37,5℃, bayi berat lahir sangat rendah
(BBLSR), usia gestasi kurang dari 37 minggu, gemelli, keputihan pada ibu, ibu
dengan infeksi saluran kemih yang tidak tertangani, serta nilai APGAR rendah
dimana pada menit pertama nilai yang didapatkan kurang dari 5 dan menit kelima
kurang dari 7. Apabila terdapat minimal 1 faktor risiko infeksi mayor atau 2 faktor
1
2
Ikterik neonatorum adalah suatu keadaan klinis bayi dengan tanda kulit dan
neonatorum di dunia masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, 65% dari empat
juta neonatus yang lahir setiap tahunnya mengalami ikterik neonatorum dalam
2013 sebanyak 392 kasus dan tahun 2018 menjadi 392 kasus. 4 Terdapat 2 jenis
ikterik neonatorum, yaitu ikterik fisiologis dan patologi. Ikterik fisiologis terjadi
pada minggu pertama kehidupan dan menetap dalam 10-14 hari, sedangkan ikterik
patologis muncul dalam 24 jam pertama kehidupan dan menetap lebih dari 2
minggu.4
Pada laporan kasus ini, dilaporkan seorang bayi dengan sepsis neonatorum,
ikterik neonatorum, dan bayi berat lahir cukup (BBLC) yang dirawat di RSUD
Ulin Banjarmasin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Bayi
Bayi baru lahir (Neonatus) merupakan bayi yang baru lahir sampai usia 28
hari (0-28 hari). Periode neonatus yang berlangsung sejak bayi baru lahir sampai
pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir (Neonatus) merupakan suatu keadaan dimana
bayi baru lahir dengan umur kehamilan 38-40 minggu, lahir secara spontan tanpa
gangguan, menangis kuat, bernafas secara spontan dan teratur berat badan antara
2500-4000 gram.5
Klasifikasi Neonatus
Bayi baru lahir (neonatus) dibagi dalam bebrapa klasifikasi menurut Marmi
(2015) yaitu5:
c. Lebih bulan (postterm infant) : >294 hari (42 minggu atau lebih)
3
4
3. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (massa gestasi dan ukuran
yang lebih ketat oleh dokter dan perawat yang sudah berpengalaman.
Lama masa pengawasan biasanya beberapa hari, tetapi dapat berkisar dari
beberapa jam sampai beberapa minggu. Jenis-jenis resiko yang tinggi pada
neonates, yaitu:6
1. Hiperbilirubinemia: suatu keadaan pada bayi baru lahir dimana kadar bilirubin
2. Asfiksia neonatorum: keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas spontan dan
3. BBLR: bayi baru lahir yang mempunya berat badan ≤ 2.500 gram.
B. Ikterik Neonatus
1. Definisi
Ikterus neonatorum yaitu warna kuning pada kulit dan sklera bayi baru
klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat
akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara klinis akan
5
mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dl. Ikterus
adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat penimbunan bilirubin
dalam tubuh. Keadaan ini merupakan tanda penting penyakit hati atau kelainan
fungsi hati, saluran empedu dan penyakit darah. Bila kadar bilirubin darah
melebihi 2mg%, maka ikterus akan terlihat. Namun pada neonatus ikterus masih
belum terlihat meskipun kadar bilirubin darah sudah melampaui 5mg%. Ikterus
Etiologi ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun
disebabkan beberapa faktor menurut Hasan dan Alatas secara garis besar
menua. Pada neonatus 75% bilirubin berasal dari mekanisme ini. Satu
billirubin) dan sisanya 25% disebut early labeled bilirubin yang berasal
sumsum tulang, jaringan yang mengandung protein heme dan heme bebas.
yaitu zat yang larut dalam lemak yang bersifat lipofilik yang sulit
sawar otak.
sehingga bilirubin terikat oleh reseptor membran sel hepar dan masuk ke
3. Faktor Risiko
Faktor risiko hiperbilirubinemia pada bayi diatas usia 35 minggu, yaitu :5,10
dengan tes antiglobulin direk yang positif atau penyakit hemolitik lainnya,
4. Manifestasi Klinis
terlewatkan secara klinis dan lebih sulit dideteksi pada bayi preterm dan
berkulit hitam/gelap.
Tanda klinis dari bayi baru lahir dengan ikterus adalah sklera,
5. Diagnosis
Pemeriksaan Klinis
dan dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan
a) Golongan darah : untuk menentukan golongan darah dan status Rh bayi bila
bayi baru lahir ; hasil positif mengindikasikan sel darah merah bayi telah
ibu
heperbilirubinemia
anemia (Hb < 14 gr/dl) atau polisitemia (Ht lebih dari 65%); Ht kurang dari
mg/dl)
6. Tatalaksana
dan mengobati, sampai saat ini cara–cara itu dapat dibagi dalam empat jenis
usaha, yaitu :
oral, intravena, dosis rumatan untuk neonatus 3-4 mg/kg/hari dan dapat diulang
fisiologis pada bayi baru lahir bila diberikan pada ibu dengan dosis 90 mg/24
jam sebelum persalinan atau pada bayi saat lahir dengan dosis 10 mg/kg/24 jam.
efektivitas obat ini lebih kecil dari pada fototerapi dalam menurunkan kadar
dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan urin. Untuk itu bayi
terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar BAB dan BAK. Akan tetapi
beberapa kasus ASI justru meningkatkan kadar bilirubin bayi (breast milk
jaundice).
bayi malas minum. ASI yang cukup untuk penanganan pada bayi dengan
ikterus yaitu 8-12 kali sehari. Jika tidak mau menghisap dot berikan pakai
fototerapi bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecah dan menjadi mudah
larut dalam air tanpa harus diubah dahulu oleh organ hati dan dapat
feses. Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tidak terus
sekitar 1%.
2) Transfusi tukar
dengan tindakan lain misalnya telah diberikan terapi sinar tetapi kadar
berat pada neonatus dengan gejala gagal jantung, dan hasil pemeriksaan
uji comb positif. Efek samping transfusi tukar adalah hipokalsemia dan
infeksi.8,12,14
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Tempat & tanggal Lahir: Bajarmasin, 23 Januari 2023 (pukul 12.26 WITA)
7. Identitas Orangtua
B. ANAMNESIS
perawatan ke-3)
13
14
1. Keluhan Utama
Selasa, 21 Februari 2023 pukul 22.00 WITA, Ny. NH dan Tn. EDP datang
ke RSUD Ulin Banjarmasin dengan keluhan kuning sejak hari ke 3 lahir, kuning
dari mata sampai puting susu, sebelumnya ada berobat ke spesialis anak dan
diberikan obat puyer selama seminggu, setelah seminggu dilakukan kontrol ulang,
muntah 3 hari SMRS setiap setelah menyusu, 3-6x/hari. Riwayat demam, BAB
cair, batuk, pilek, dan sesak disangkal. Ditemukan adanya benjolan di lipatan paha
kanan sejak sekitar 4 jam SMRS, muncul jika menangis, namun benjolan sudah
tidak ada saat dibawa ke RS. Bercak merah di bagian perut atas muncul sejak 1
38 minggu, janin tunggal hidup intrauterin, dan presentasi bokong. Tidak ada
riwayat KPD dan ketuban hijau berbau. . Bayi lahir pada tanggal , 23 Januari 2023
pada pukul 12.26 WITA dan lahir dengan sectio caesaria dipimpin oleh dokter
dengan berat badan lahir 3.500 gram, panjang badan lahir 50 cm, lingkar kepala
Ibu pasien memiliki tidak memiliki riwayat DM, HT, penyakit jantung,
TBC, Asma
15
HPHT :-
Taksiran partus :-
6. Faktor Risiko
a. Mayor
b. Minor
7. Persalinan Bayi
Kala II : -
a. Penjabaran APGAR score : bayi segera menangis, tonus otot baik, bayi
b. Riwayat resusitasi :-
c. Antropometri :
Lingkar kepala : 34 cm
Lingkar dada : 32 cm
Lingkar perut : 30 cm
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Antropometri :
Panjang badan : 52 cm
2. Tanda vital :
SpO2 : 99% on RA
3. Kulit : Ikterik (+) Kramer IV, sianosis (-), pucat (-) turgor cepat
berlebih (-)
recoil
wheezing (-/-)
15. Abdomen : Supel, distensi (-), bising usus (+) normal, tali pusat (+),
minora
18. Ekstremitas : Simetris, akral hangat, jumlah jari lengkap, edema (-),
deformitas (-)
20. Tulang belakang : Spina bifida (-), scoliosis (-), meningokel (-)
Barlow
E. Resume
Panjang Badan : 52 cm
Uraian :
1. Subjektif (S)
By. MAP Kuning sejak hari ke 3 lahir, kuning dari mata sampai puting
susu
Ketika lahir bayi segera menangis dengan tonus otot kuat, warna tubuh
Bayi lahir dari Ibu berusia 30 tahun dan merupakan kehamilan yang
kali.
23
jantung, asma
3-6x/hari.
2. Objektif (O)
Antropometri
- Panjang badan : 52 cm
- Lingkar kepala : 34 cm
- Lingkar dada : 32 cm
- Lingkar perut : 30 cm
Tanda vital
- Suhu : 36,5 °C
- SPO2 : 99% on RA
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang
Indirek 19.07
F. Diagnosis Bayi
1. Diagnosis banding:
2. Diagnosis sementara:
25
I. Iketerik Neonatorum
II. Bayi cukup bulan (BCB)
III. Sesuai masa kehamilan (SMK)
IV. Berat bayi lahir cukup (BBLC)
G. Penatalaksanaan
Planning Terapi
1. Fototerapi
2. Termoregulasi (masukkan bayi ke dalam inkubator dengan suhu 33°C-35°C)
3. Diet ASI per oral (kebutuhan cairan: 600 ml/hari), 8x75 ml/hari
4. I/T Ratio
5. Retiklosit
6. Cek TORCH
7. Infus D40% combo 3,2 cc/jam
8. Inj. Ceftazidime 2 x 175 mg
Planning monitoring
H. Prognosis
I. Follow Up
Subjektif Distress napas (-), desaturasi (-), instabilitas suhu (-),muntah (-),
BAB (+), BAK (+), kuning (+)
SOAP Keterangan
24 Februari 2023
Distress napas (-), desaturasi (-), instabilitas suhu (-),muntah (-),
Subjektif BAB (+), BAK (+), kuning (+)
SOAP Keterangan
25 Februari 2023
Distress napas (-), desaturasi (-), instabilitas suhu (-),muntah (-),
Subjektif BAB (+), BAK (+), kuning (+)
PEMBAHASAN
Laporan kasus ini membahas sebuah kasus tentang An. MAP jenis kelamin
Bayi tersebut dirawat di RSUD Ulin dengan diagnosis bayi kuning pada kulit dan
mata.
dengan usia kehamilan 38 minggu pada 2 Januari 2023 di RSUD Ansari Shaleh
secara secario, Bayi lahir langsung menangis, bergerak aktif, dan ujung tangan
serta kaki berwarna kuning. Berat lahir bayi 3.500 gram dengan panjang badan 50
cm.
Setelah lahir, An. MAP dirawat inap untuk diobservasi karena berdasarkan
pemeriksaan fisik bayi ikterik. Anamnesis dengan ibu menyebutkan bahwa umur
menginterpretasikan usia gestasi ibu adalah 38 minggu. Secara teori, bayi dalam
kasus ini termasuk ke kelompok bayi cukup bulan (BCB), yaitu bayi yang lahir
dengan masa gestasi 37 – 42 minggu.9 Perhitungan skor New Ballard dalam kasus
29
30
18
17
kehamilan saat bayi dilahirkan dan berat lahir bayi. Berdasarkan kurva
Lubchenco, terdapat tiga kelompok bayi, yaitu bayi kecil masa kehamilan (KMK),
sesuai masa kehamilan (SMK), dan besar masa kehamilan (BMK). Bayi dengan
berat lahir sama dengan atau di bawah persentil ke-10 atau kurang dari 2 Standar
31
Deviasi, digolongkan Kecil Masa Kehamilan (KMK). Bayi yang memiliki berat
lahir di atas persentil ke-90 digolongkan Besar Masa Kehamilan (BMK). Bayi
Kehamilan (SMK). Pada kasus ini, bayi memiliki berat lahir 3.500 gram dan usia
pertumbuhan Lubchenco untuk kasus ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Bayi An. MAP lahir dengan berat badan 3.500 gram. Berdasarkan berat
lahirnya, bayi termasuk ke dalam BBLC. Bayi berat lahir rendah merupakan
keadaan dimana bayi lahir dengan berat badan < 2.500 gram tanpa melihat usia
gestasi dan melalui pengukuran berat badan kurang lebih 1 jam setelah
kelahiran.10
Bayi pada kasus ini lahir secara SC atas indikasi Sungsang presentasi
32
punggung. Berdasarkan teori, faktor risiko infeksi neonatus dibagi menjadi faktor
risiko mayor dan minor. Faktor risiko mayor meliputi KPD > 24 jam, denyut
jantung janin yang menetap >160 kali per-menit, ibu demam (saat intrapartum
suhu >38°C), korioamnionitis, dan ketuban berbau. Kriteria faktor risiko minor
adalah ketuban pecah selama 12-24 jam, jumlah leukosit maternal >15.000
sel/mL, ibu demam (saat intrapartum suhu >37,5° C), apgar skor rendah (menit
ke-1 <5, menit ke- 5 menit <7), bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ) < 1500
gram, usia gestasi <37 minggu, kehamilan ganda, keputihan pada ibu yang tidak
diobati, dan ibu dengan infeksi saluran kemih (ISK)/tersangka ISK yang tidak
diobati.3
Apabila terdapat satu faktor risiko infeksi mayor atau dua minor, maka
diagnosis sepsis klinis dapat ditegakkan. Pada kasus ini, tidak terpenuhi dua faktor
risiko infeksi mayor maka septic workup dapat dilakukan secara proaktif dengan
mungkin.3
Faktor risiko sepsis neonatorum juga dibagi menjadi faktor risiko yang
terkait dengan bayi dan maternal. Faktor risiko yang berhubungan dengan bayi di
antaranya adalah lahir premature dan BBLR. Bayi premature dengan BBLR
memiliki risiko mengalami sepsis 3-10 kali lebih tinggi daripada bayi aterm
dengan berat badan normal. Selain itu, fetal distress, skor APGAR yang rendah,
resusitasi bayi dan multipara juga meningkatkan risiko sepsis awitan dini.
Sementara itu, prosedur invasif yang dilakukan pada bayi, seperti pengambilan
kurang cukup, nutrisi parenteral jangka panjang, dan intervensi bedah dapat
meningkatkan risiko sepsis awitan lambat. Pada negara berkembang, risiko sepsis
awitan dini juga meliputi antenatal care yang tidak adekuat, tingginya kelahiran
di rumah, persalinan yang sanitasinya kurang, dan penanganan tali pusat yang
KPD > 18 jam, demam intrapartum > 38℃, dan kolonisasi maternal
Streptococcus grup B. Ketuban pecah dini dan korioamnionitis muncul pada 1-3%
Infeksi pada neonatus seringkali tidak menunjukkan gejala dan tanda yang
pernapasan terdapat tanda retraksi dinding dada karena kontraksi otot aksesori
capillary refill time yang memanjang seringkali muncul. Pada sistem pencernaan
tinggi, ubun-ubun menonjol, iritabilitas, dan kejang. 11,12 Pada kasus ini, gejala dan
tanda yang mengarahkan pada sepsis klinis adalah terdapat distres respirasi dan
darah, urin, cairan serebrospinal, cairan pleura, cairan peritoneal, dan cairan sendi
34
yang diharapkan steril. Spesimen yang umum digunakan untuk biakan adalah
darah. Apabila biakan dengan spesimen darah negatif, biakan dengan cairan tubuh
lain dapat dilakukan.11 Pada 15-50% kasus sepsis yang disebabkan oleh meningitis
bacterial menunjukkan biakan darah yang negatif.12 Pada bayi baru lahir, beberapa
umum sepsis. Agen patogen ini dapat diperoleh di dalam rahim, melalui aspirasi
saat dalam jalan lahir, atau kontak dengan manusia lain maupun kontak dengan
peralatan-peralatan medis.13,14
Pemeriksaan lab darah juga dilakukan untuk mendiagnosis sepsis. Pada bayi
baru lahir, leukosit dapat mencapai 30.000 sel/mm 3, sehingga leukositosis bukan
jadi penanda utama pada kasus sepsis. Bahkan 1/3 dari kasus sepsis tidak
Normalnya rasio I/T menurun dari 0,16 saat dilahirkan menjadi 0,12 setelah 60
jam. Jika rasio I/T menetap ≥ 0,2, diagnosis sepsis menjadi signifikan. Namun,
rasio I/T dapat menyebabkan interpretasi yang salah pada kasus, seperti asfiksia
perinatal, hipertensi ibu, dan induksi oksitosin jangka panjang. Juga harus diingat
mempengaruhi hasil.12
selanjutnya dapat berhubungan dengan sepsis. Pada 50% kasus dengan infeksi
C-reactive protein (CRP) disintesis dari hepatosit dan merupakan salah satu
tes laboratorium yang paling mudah tersedia dan paling sering digunakan dalam
interleukin-6 (IL-6), IL-1 dan tumor necrosis factor-α (TNF-α). Waktu paruhnya
antara 24-48 jam. Batas bawah normal dianggap sebagai 1 mg/dL pada periode
neonatal. Diperlukan waktu 10-12 jam untuk mencapai kadar terukur dalam
sepsis 24 hingga 48 jam setelah timbulnya gejala. Pengukuran CRP serial juga
meningkat terutama dengan infeksi, hal itu juga dapat meningkat karena penyebab
non-infeksi, seperti ketuban pecah dini, demam ibu, gawat janin, kelahiran yang
sulit, dan asfiksia perinatal. Hal ini menyebabkan spesifisitas CRP yang rendah
penurunan menjadi 0,2 mg/dl. Namun, pemeriksaan CRP pada kasus ini dilakukan
22 Februari 2023.
dapat ditegakkan dengan ada atau tidak adanya gejala sepsis, tetapi faktor risiko
36
infeksi memenuhi untuk dilakukan sepsis workup. Clinically sepsis atau sepsis
klinis ditegakkan apabila ditemukan gejala klinis dan kelainan laboratorium, tetapi
gagal untuk menunjukkan agen penyebab sepsis melalui kultur cairan tubuh.
cairan tubuh.11 Pada kasus ini, kultur darah bayi negatif, tetapi didapatkan gejala
klinis dan kelainan laboratorium. Gejala klinis yang dimiliki bayi adalah distres
ditularkan secara vertikal dari ibu. Mikroorganisme di jalan lahir ibu, leher rahim,
selaput ketuban yang utuh atau pecah sebelum atau selama persalinan. Namun
demikian, temuan klinis yang parah dan temuan bakteremia sejak lahir, terutama
pada bayi tanpa ketuban pecah dan lahir melalui operasi caesar, menunjukkan
peradangan akut selaput ketuban dan cairan ketuban. Ini sering berkembang
karena invasi mikro cairan ketuban akibat pecahnya selaput ketuban dalam waktu
lama. Demam, leukositosis, keluarnya cairan berbau busuk atau intens, nyeri perut
pada ibu dan takikardia janin adalah beberapa temuan klinis korioamnionitis.
transmisi horizontal dari individu yang bertanggung jawab merawat bayi, dari
awal pada bayi terjadi sebagai infeksi pada periode akhir. Faktor metabolik,
bayi.15
Ikterik neonatorum sering terjadi pada neonatus dan dapat bersifat fisiologis
bilirubin tidak terkonjugasi dimana ketika bilirubin serum total lebih dari di atas
persentil ke-95 pada nomogram berdasarkan umur, kadar bilirubin serum total > 5
mg dl/hari, atau ikterus bertahan di atas 2-3 minggu pada bayi aterm.
pertama kehidupan, mencapai puncaknya pada jam ke 48-96, dan membaik dalam
minggu kedua kehidupan pada bayi yang aterm. Ketika icterus muncul pada 24
kolestasis neonatorum, ditandai dengan peningkatan bilirubin direk > 1 mg/dl dan
infeksi, sepsis, dan penyebab genetik.16 Dalam kasus ini, ikterik neonatorum yang
terjadi pada bayi dapat disebabkan akibat dari sepsis klinis. Penyebab lain ikterik
neonatorum pada bayi ini juga dapat dikarenakan kurangnya intake ASI.
Ikterik neonatorum yang dialami pada bayi An. MAP dapat dihubungkan
hepar, sehingga terjadi yang dapat menyumbat saluran hepar dan menyebabkan
dibawa ke sirkulasi darah. Ketika jumlah bilirubin indirek ini melebihi ambang
batas, dapat menimbulkan gejala klinis berupa kulit dan sklera yang ikterik pada
bayi.17
Pada kasus sepsis, walaupun hasil kultur darah negatif, antibiotik empiris
tetap harus diberikan. Antibiotik lini pertama untuk sepsis neonatorum adalah
jam. Dosis gentamisin adalah 4-5 mg/kg/dosis dengan interval pemberian 24-48
jam. Pemberian antibiotik pada kasus sepsis klinis adalah 10-14 hari. Beberapa
39
antibiotik lain yang dapat diberikan secara empiris adalah sefotaksim, vankomisin,
dalam pengobatan sepsis telah diperdebatkan dan dipelajari secara ekstensif pada
pembuluh darah sistemik, dan penurunan denyut jantung, indeks jantung, dan
imunosupresi.17
digunakan untuk perkembangan otak bayi. Pada bayi An. MAP dilakukan
terutama pada kasus BBLR. Cara mempertahankan suhu tubuh normal adalah
care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di fasilitas
kesehatan setempat, jangan menyentuh bayi dengan tangan yang dingin, dan
mengukur suhu tubuh sesuai jadwal.18 Perawatan metode kanguru (PMK) atau
kangaroo mother care (KMC) dirancang sebagai asuhan untuk neonatus dengan
berat lahir rendah atau kurang bulan. Perawatan metode kangguru dilakukan oleh
ibu dan bayi dengan kondisi yang stabil diletakkan telanjang di dada ibu dengan
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus bayi laki-laki, An. MAP yang dirawat di
RSUD Ulin Banjarmasin sejak tanggal 22 Februari 2023 dengan diagnosis bayi
lahir dengan ikteruk neonatorum yang difollow-up selama 3 hari dari tanggal 22
Februari – 25 Ferbruari 2023. Bayi Berat Lahir Cukup, Bayi Cukup Bulan, dan
Besar Masa Kehamilan. Pasien lahir dengan berat badan 3.500 gram pada usia
40
DAFTAR PUSTAKA
9. Ballard JL, Novak KK, Driver M. A simplified score for assessment of fetal
maturation of newly born infants. The journal of pediatrics.1979;95:769.
11. Odabasi IO, Bulbul A. Neonatal sepsis. Med Bull Sisli Etfal Hosp.
2020;54(2):142-58.
12. Ershad M, Mostafa A, Cruz MD, Vearrier. Neonatal sepsis. Curr Emerg
Hosp Med Rep. 2019;7(1): 83-90.
41
42
14. Martua YS. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian sepsis
neonatorum di RSUD Taluk Kuantan. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
2021;13(1):55-63.
15. Glaser MA, Hugher LM, Jnah A, Newberry D. Neonatal sepsis: a review of
pathophysiology and current management strategies. Adv in Neo Care.
2020;21(1): 49-60.
16. Assoku AB, Shah SD, Adnan M, Ankola PA. Neonatal jaundice. 2022
[cited 7 Februari 2023]. Available from:
https://europepmc.org/article/nbk/nbk532930.