“KETOASIDOSIS DIABETIKUM”
Pembimbing :
dr. Yanuar Wahyu Hidayat, Sp.A, M.Si, Med
Disusun Oleh:
Dela Putri Salsabilla-2013020002
1
LEMBAR PENGESAHAN
“KETOASIDOSIS DIABETIKUM”
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya yang begitu besar
untuk memenuhi tugas yang diberikan pada kepaniteraan bidang Ilmu Kesehatan
kekurangan, oleh karena itu, segala kritik dan saran dari semua pihak yang
yang penulis dapat sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak.
rendah hati disampaikan terima kasih kepada pembimbing yang terhormat dr. Yanuar
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
diabetes mellitus. Ketoasidosis diabetik terjadi akibat defisiensi absolut dan relative
glukosa oleh hati dan ginjal ( melalui glikogenolisis dan gluconeogenesis), serta
dengan diabetes mellitus datang pertama kali dengan ketoasidosis diabetik ke rumah
sakit.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Trias KAD :
2. Asidosis metabolik yaitu, pH<7,3 dan atau kadar bikarbonat darah (HCO3 -) <15
mEq/L, dan
(ADA,2020).
B. Epidemiologi
Ketoasidosis diabetik (KAD) saat awitan diabetes melitus tipe-1 (DM tipe1)
lebih sering ditemukan pada anak yang lebih muda (usia < 5 tahun) memiliki risiko 8x
lebih tinggi untuk mengalami KAD dibandingkan anak non-Asia pada usia yang
sama. Karena diagnosis diabetes pada anak yang lebih muda lebih sulit dan lebih
C. Etiologi
insulin serum tidak memadai yakni karena defisiensi absolut atau menurunnya daya
5
kerja insulin dan peningkatan kadar hormon kontraregulasi atau kontrainsulin seperti
katekolamin, kortisol, glukagon, dan hormon pertumbuhan. Pada penderita baru dapat
penderita lama dapat disebabkan karena suntikan insulin yang terlewat, dosis
pemberian insulin yang tidak tepat dan infeksi adalah pencetus yang paling mungkin
terjadi,dan gangguan emosi lebih sering terjadi pada remaja yang lebih tua.
pada risiko tertentu mengalami KAD jika pengiriman insulin terganggu, karena
mereka tidak memiliki depot insulin yang efektif dan akan menyebabakan kekurangan
insulin dengan sangat cepat. KAD paling mungkin terjadi pada tahun pertama setelah
dimulainya infus insulin subkutan terus menerus. Anak-anak dengan KAD sering
datang dengan muntah dan sakit perut, gejala yang disalahartikan sebagai
KAD onset cepat. Mengabaikan dosis malam insulin kerja panjang dapat
D. Klasifikasi
menjadi:
6
Dapat disebut juga KAD berulang (rekuren) bila terjadi 3-4 episode KAD
E. Manifestasi Klinis
Muntah
Dehidrasi
pernapasan)
hiperglikemia lainnya
Takikardia
7
F. Patofisiologi
Insulin adalah hormon yang penting dalam regulasi glukosa darah. Yakni
KAD terjadi ketika konsentrasi insulin serum tidak memadai akibat defisiensi
absolut maupun defisiensi relatif seperti kondisis stres, infeksi, asupan insulin yang
tidak memadai. Kombinasi adanya defisiensi insulin dan peningkatan kadar hormon
ginjal yaitu 170–200 mg/dL atau 9.4–11.1 mmol/L, menyebabkan diuresis osmotik
yang mana akan terjadi glukosuria atau adanya glukosa dalam urin. Pada diuresis
osmotik akan meningkatkan pengeluaran urin (poliuri) dan timbul rasa haus berlebih
negatif sehingga menimbulkan rasa lapar (polifagfi). Penggunaan glukosa oleh sel
demikian, adanya defisiensi insulin akan meningkatkan kadar asam lemak yang
bersirkulasi. Hal ini akan menyebabkan asam lemak dioksidasi di hati, menghasilkan
badan keton asam yaitu beta hidroksibutirat dan asetoasetat, dari mana aseton
8
terbentuk secara spontan. Adanya badan keton yang bersirkulasi menyebabkan
asidosis dengan kontribusi tambahan dari kelebihan asam lemak dan asidosis laktat,
sebagai akibat dari perfusi jaringan yang buruk. Kondisi asidosis metabolik ini akan
metabolik, yang mna bersamaan dengan dehidrasi akan menyebabkan gagal ginjal dan
kolaps sirkulasi, bahlkan diikuti dengan koma dan kematian. ( Wolfsdorf JI, Glaser,
2018).
9
G. Penegakan Diagnosis
Anamnesis
(3P). Perlu juga menanyakan adakah diagnosis Diabetes Melitus sebelumnya. Bila
sudah pernah terdiagnosis maka perlu ditanyakan apakah penggunaan insulin sudah
sesuai baik dosis dan waktu pemberian. Keluarga sering mengatakan adanya
Pemeriksaan Fisik
Pasien biasanya datang dengan keluhan mual dan muntah serta sudah
tampak sangat lemah. Disertai demam dapat terjadi sejak beberapa hari
sebelumnya. Tampak sesak nafas, takikardi, Capillary Refill Time meningkat, nyeri
perut hebat, turgor kulit menurun dan bahkan adanya perubahan kesadaran.
Pemeriksaan Penunjang
pH vena kurang dari 7,3 dan kadar bikarbonat serum kurang dari
ketonuria.
10
Peningkatan osmolalitas serum, konsentrasi nitrogen urea darah, dan
peningkatan kreatinin.
ventrikel.
H. Penatalaksanaan
secara ketat, dan di konsultasikan ke ahli pediatrik. Prinsip resusitasi pertama yang
diagnosis KAD, koreksi cairan, pemberian insulin, koreksi asidosis dan elektrolit,
serta pemantauan. Penggantian cairan, insulin, dan elektrolit (kalium dan, dalam kasus
awal pengobatan ketoasidosis diabetikum, ketika kadar glukosa darah sangat tinggi,
anak dapat terus mengalami kehilangan cairan yang masif dan akan memperburuk
yang optimal.
11
Tata laksana awal
kateter intravena (IV) dengan kristaloid (NaCl atau Ringer laktat) 10-20
12
Tabel 2. Kehilangan cairan berdasarkan derajat dehidrasi
0,9% atau RL sebanyak 20 mL/kg BB bolus melalui infus secepatnya dan dapat
Terapi Insulin
Mulai pemberian insulin 1-2 jam setelah pemberian cairan. Pemberian insulin
sejak awal tata laksana meningkatkan risiko hipokalemia. Jenis insulin yang boleh
diberikan adalah short acting atau rapid acting dengan rute pemberian insulin adalah
intravena (IV). Lakukan flushing pada karet infus sebelum terpasang pada pasien.
Dosis insulin yang digunakan: 0,05-0,1 U/kgBB/jam. Pada penderita yang sensitif
terhadap insulin maka dapat diberikan dosis yang lebih rendah yaitu sebesar 0,05
risiko terjadinya edema serebri. Insulin akan menurunkan kadar gula darah sekitar 36-
90 mg/dL/jam.
13
Cara pengencerannya adalah:
Pertahankan dosis insulin tetap 0,05-0,1 U/kgBB/jam sampai KAD teratasi (pH >
7,30, bikarbonat > 15 mEq/L. Untuk mencegah penurunan glukosa darah yang terlalu
cepat selama asidosis belum teratasi, maka tambahkan cairan Dektrosa 5% dalam
Terapi Kalium
Koreksi elektrolit yang terpenting adalah natrium, kalium dan fosfat. Pada
terjadi pseudohiponatremia karena dua faktor; Pertama, karena sebagian besar glukosa
sehingga terjadi proses dilusi hiponatremia. Kedua, karena terjadi peningkatan fraksi
lemak dalam serum sehingga terkesan terjadi penurunan konsentrasi natrium dalam
darah.
Pada semua pasien KAD perlu koreksi kalium, kecuali jika terdapat gagal
ginjal. Jika pasien hipokalemia: mulai pemberian kalium saat resusitasi cairan awal
sebelum pemberian insulin atau berikan setelah cairan resusitasi bersamaan dengan
maka konsentrasi yang digunakan adalah 20 mEq/L dan jika pemberian kalium
disertai dengan insulin intravena maka konsentrasi yang dianjurkan adalah 40 mEq/L.
14
dengan kalium klorida atau asetat untuk mencegah terjadinya asidosis hiperkloremia
klorida juga 20 mEq/L. Pemberian kalium harus dilakukan secara terus menerus
kalium sudah pada kecepatan maksimal maka dosis insulin dapat diturunkan.
atau jika pH darah < 6,8. Dosisnya adalah 1-2 mEq/kg BB diberikan IV selama lebih
Pemantauan
• Tanda vital (kesadaran, frekuensi nadi, frekuensi napas, tekanan darah, suhu)
tiap jam.
• Balance cairan tiap jam (jika terdapat penurunan kesadaran maka perlu
analisis gas darah harus diulang tiap 4-6 jam (pada kasus yang berat elektrolit
15
harus diperiksa tiap jam). Peningkatan leukosit dapat disebabkan oleh stres
I. Diagnosis Banding
Pankreatitis
Asidosis Metabolik
Kelesuan, stupor, dan koma dapat terjadi pada asidosis metabolik yang parah.
kongestif.
Intoksikasi Salisilat
16
Intoksikasi salisilat telah dilaporkan pada penggunaan topikal gel
tumbuh gigi yang mengandung salisilat pada bayi. Berdasarkan tinjauan literatur,
bahan aktif dan digunakan sebagai pereda sembelit. Pada hasil pemeriksaan akan
beberapa fase.
Kalium dan natrium bikarbonat diekskresikan dalam urin. Fase ini dapat
lanjutan terjadi ketika kalium yang cukup telah hilang dari ginjal. Fase ini
dapat dimulai dalam beberapa jam dan dapat berlangsung 12-24 jam.
Mual
Muntah,
Merupakan tanda dan gejala paling awal dari toksisitas salisilat. Gejala
dan tanda awal lainnya adalah vertigo, hiperventilasi, takikardia, dan hiperaktif.
Saat toksisitas berlanjut, agitasi, delirium, halusinasi, kejang, lesu, dan pingsan
anak kecil.
17
Indeks kecurigaan toksisitas salisilat yang tinggi diperlukan, dengan
pengenalan segera tanda dan gejala klinis keracunan salisilat, seperti tinitus,
memberikan perawatan suportif. Tidak ada penawar khusus yang tersedia untuk
salisilat.
Asidosis laktat
berat dan defisit neurologis fokal. Gambaran klinis HHS dan KAD tumpang
tindih.
Takikardia
Hipotensi
Takipnea
HHS meliputi:
Kelesuan
Penampilan buruk
18
Mata cekung
Anhidrosis
Koma
Ketonuria
J. Prognosis
Prognosis sangat baik jika pemberian cairan dan terapi insulin dimulai segera
setelah diagnosis tegak (Wei,Y.2020).
19
DAFTAR PUSTAKA
Gummin DD, Mowry JB, Spyker DA, Brooks DE, Beuhler MC, Rivers
LJ, et al. 2018 Annual Report of the American Association of Poison Control
Centers' National Poison Data System (NPDS): 36th Annual Report. Clin
Toxicol (Phila). 2019 Dec. 57 (12):1220-1413.
Wolfsdorf J, Glaser N, Sperling MA; American Diabetes
Association. Diabetic ketoacidosis in infants, children, and adolescents: a
consensus statement from the American Diabetes Association. Diabetes
Care. 2006;29(5):1150–1159 (ADA 2020)
20
Wolfsdorf JI, Glaser N, Agus M, et al. ISPAD Clinical Practice
Consensus Guidelines 2018: Diabetic ketoacidosis and the hyperglycemic
hyperosmolar state. Pediatr Diabetes.
21