Anda di halaman 1dari 21

Epidural Hematoma

Pembimbing : dr. Taufiq Fatchur Rochman ,Sp.BS

Adiwirya Aristiara
NIM : 2010018005

Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Bedah Umum


Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman Samarinda
Pendahuluan
 Otak merupakan salah satu organ penting pada tubuh karena memiliki fungsi men-
gatur semua regulasi sistem organ
 Angka kejadian cedera kepala adalah relative tinggi, terutama yang disebabkan oleh
kecelakaan atau tindak kekerasan
 Angka cedera kepala di Amerika adalah 1.500.000 kasus  50.000 pasien meninggal
dan 80.000 mengalami kecacatan terutama pada kelompok usia 45 tahun ke bawah.
 Cedera otak traumatis  laki-laki > perempuan karena perilaku laki-laki dinilai lebih
berisiko daripada perempuan, terutama pada usia muda dengan persentase sebanyak
6.5-21% kasus pada perempuan.
 EDH sebagian besar terjadi karena fraktur cranium di regio temporal dan parietal yang
disebabkan rupturnya arteri meningea media  dapat terjadi defisit neurologis, ke-
jangpenurunan kesadaran, bahkan kematian.
 Pertolongan dan pemeriksaan pertama seperti primary survey dan secondary survey
dalam menurunkan mortalitas pasien  prognosis
Anatomi

Netter, Frank H. 2016. Atlas Anatomi Manusia Bahasa Latin/ Indonesia Edisi 6. Indonesia: Elsevier.
Anatomi

Netter, Frank H. 2016. Atlas Anatomi Manusia Bahasa Latin/ Indonesia Edisi 6. Indonesia: Elsevier.
Anatomi

Netter, Frank H. 2016. Atlas Anatomi Manusia Bahasa Latin/ Indonesia Edisi 6. Indonesia: Elsevier.
Definisi
 Epidural hematoma (EDH) sering terjadi dari kejadian trauma dan sebagian besar kasus
 karena ruptur arteri meningeal medial
 Kumpulan darah yang meningkat pada ruang epidural akan menekan parenkim
otak  terjadi pembekuan darah yang ditemukan di fossa temporal yang menyebabkan

herniasi uncal lebih cepat.


 EDH merupakan penumpukan darah ekstra aksial di ruang antara lapisan terluar
duramater dan bagian dalam tengkorak  mengancam hidup  membutuhkan
intervensi segera karena memiliki angka mortalitas dan morbiditas

Khairat A, Waseem M. Epidural Hematoma. [Updated 2022 Aug 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): Stat-
Pearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK518982/
Etiologi
Penyebab terbanyak kasus EDH adalah mekanisme traumatis yang menyebabkan
cedera otak karena;
 kecelakaan kendaraan
 tindak kekerasan fisik
 insiden jatuh dari ketinggian
 mekanisme non traumatik dapat terjadi karena : infeksi/ abses, koagulopati,
tumor hemoragik, dan malformasi vascular

Khairat A, Waseem M. Epidural Hematoma. [Updated 2022 Aug 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK518982/
Epidemiologi
 Epidural hematoma banyak dialami pasien berusia muda dengan rentang usia 20-45
tahun
 EDH cenderung kasus yang jarang pada bayi dengan usia < 2 tahun dan lansia >60
tahun (hanya 2-14% pasien di atas usia 60 tahun)
 Pada penelitian yang dilakukan Kulesza tahun 2021, usia rata-rata adalah 38.82 dan hanya 3.6%
di atas 60 tahun.
 Cedera otak traumatis  pada laki-laki > perempuan karena perilaku laki-laki
dinilai lebih berisiko daripada perempuan
 Di tahun 2015  penelitian yang dicermati Aromatario, dari jumlah lebih dari
5000 kasus rawat inap di Amerika, dengan diagnosis EDH, rata-rata pasien berusia
< 18 tahun dan memiliki angka mortalitas 3.6%
 penelitian yang dilakukan Ruff dan Welsh pada tahun 2012  angka mortalitas pada EDH
bervariasi antara 5.6-10%

Aromatario M, Torsello A, D’Errico S, Bertozzi G, Sessa F, Cipolloni L, Baldari B. Traumatic Epidural and Subdural Hematoma: Epidemiology,

Outcome, and Dating. Medicina. 2021; 57(2):125. https://doi.org/10.3390/medicina57020125


Kulesza, B., Marek M, Lukas R, Adam N. Acute Epidural and Subdural Hematomas After Head Injury: Clinical Distinguishing Features. Indian
Journal of Surgery in Springer. 2021: 83: 96-104
Patofisiologi
 perdarahan epidural adalah pecahnya arteri meningea media, pelepasan duramater,
perbedaan tekanan antara tekanan perdarahan dengan tekanan intracranial, perlekatan
duramater di lokasi cedera, dan perdarahan yang keluar menggumpak dan menjadi
massa yang menyebabkan peningkatan tekanan intracranial
 Cedera kepala memiliki dampak peningkatan katekolamin dan kortisol dalam darah
 Katekolamin  mengeluarkan neutrophil dan kortikosteroid menyebabkan penurunan neutrophil
dari sirkulasi.
 Respons akut ditandai dengan keadaan leukositosis. Pada pasien dengan epidural
hematoma dapat diamati kadar leukosit adalah berkisar 18.2 x 10 3/ μl
 Hiperglikemia  dampak sekunder terjadi pada cedera otak traumatik yang parah, dan outcome
yang lebih buruk.
 Kondisi hiperglikemia terjadi pada 75% pasien EDH dengan nilai yang berkisar pada kadar 159.2
mg/dL.
 Monitoring awal kadar gula dalam darah berkisar pada 80-110 mg/dL agar dapat mencegah
kerusakan akibat iskemik saraf, mengurangi disabilitas, dan memperbaiki prognosis pasien.
 Selain itu, pada kondisi cedera otak traumatik dihubungkan dengan kelainan serum
sodium, terutama hipernatremia dan berkaitan dengan dampak prognosis yang mengikuti.
 Insidensi kelainan sodium ditemukan pada 22.5% dari kasus cedera otak traumatik
 Lucid interval merupakan kondisi pasien yang mengalami episode sadar di antara dua episode
tidak sadar. Periode ini adalah tanda klasik perdarahan epidural.
 Hilangnya kesadaran terjadi dikarenakan peningkatan tekanan intracranial akibat hematoma
yang meningkatkan volume pada otak. Kelainan neurologis juga dapat ditemukan dengan
menilai tingkat kesadaran, aktivitas motorik, respons mata, verbal, dan tanda-tanda lateralisasi
seperti hemiparesis atau plegia.
 Pupil asimetri dan refleks cahaya yang menurun merupakan tanda awal herniasi otak yang
terjadi penekanan atau distorsi terhadap saraf okulomotorik yang mempersarafi pupil pada sisi
ipsilateral akibat desakan unkus
 Kondisi hipoksia  menyebabkan destruksi otak yang cepat dan diikuti oleh hipotensi
 Pada studi terbaru, abnormalitas tekanan darah sistolik (35.7%) merupakan manifestasi dysau-
tonomia pada grup EDH
Kulesza, B., Marek M, Lukas R, Adam N. Acute Epidural and Subdural Hematomas After Head Injury: Clinical Distinguishing Features. Indian Journal
of
Surgery in Springer. 2021: 83: 96-104
Khairat A, Waseem M. Epidural Hematoma. [Updated 2022 Aug 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-.  Avail
able from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK518982/
Penegakkan Diagnosis
1. Anamnesis
• laserasi kulit kepala atau memar
• kehilangan kesadaran singkat maupun berkepanjangan  lucid interval yang
ditemukan 20-50% pada pasien dengan EDH
• Kelainan neurologis  dengan menilai tingkat kesadaran, aktivitas motorik,
respons mata, verbal, dan tanda-tanda lateralisasi seperti hemiparesis atau ple-
gia
• keluhan nyeri kepala
• mual dan muntah
Penegakkan Diagnosis
2. Pemeriksaan Fisik

• ditemukan 67.9% pasien mengalami cedera otak traumatik dengan derajat ringan
hingga sedang dan 32.1% pada kondisi koma (GCS 3-8)
• dysautonomia yang ditandai dengan kondisi tekanan darah, detak jantung, pernapasan,
temperature, kekuatan otot, dan dekortisasi atau ketidakseimbangan postur yang fluk-
tuatif.
• Kondisi hipoksia dapat menyebabkan destruksi otak yang cepat dan diikuti oleh
hipotensi dimana dapat mempengaruhi prognosis dan angka mortalitas.
• Pupil asimetri dan refleks cahaya yang menurun merupakan tanda awal herniasi otak
yang terjadi penekanan atau distorsi terhadap saraf okulomotorik yang mempersarafi
pupil pada sisi ipsilateral akibat desakan unkus
Penegakkan Diagnosis
3. Pemeriksaan Penunjang

• leukositosis pada 64.3%


• anemia pada 25%
• Fraktur pada tulang tengkorak pada 71.4%
• Sisterna basal mengalami kompresi dan terdorong pada 67.9%
• Kontusio serebral pada 57.1%
• ketebalan hematom secara signifikan dengan median 26.5 mm
• Midline shift dengan median 9 mm (p = 0.05)
Penegakkan Diagnosis

Pada pemeriksaan CT scan, pasien dengan EDH akut didapatkan massa ekstra aksial, bentuk bikonveks atau lentikular,
aspek homogen dan hiperdens (60-90 HU). EDH hiperakut didapatkan pola CT scan heterogeny atau campuran
hiperdensitas dan hipodensitas. Kepadatan yang berbeda ini merupakan campuran darah cair dan bekuan.
Gambaran hiperdens terjadi karena padat darah beku dan dapat meningkatkan selama 3 hari pertama

Ruschel LG, Rego FMM, Milano JB, Jung GS, Silva Jr LF, Ramina R. Spontaneous intracranial epidural hematoma during rivaroxaban treatment. Rev Assoc
Med Bras 2016; 62 (8): 721-724
TATALAKSANA
Penelitian yang dilakukan oleh Moussa tahun 2018, disimpulkan bahwa penanganan kasus ektradural
hematom dapat ditangani baik secara konservatif maupun operatif berdasarkan Glasgow Coma Scale
(GCS).

Kriteria untuk pengobatan konservatif adalah


 GCS lebih dari 12
Your Picture Here
 lokasi hematoma berada di luar area temporal.
 jumlah volume hematoma <30 mL
 Pupil diameter klot kurang dari 15 mm
 midline shift kurang dari 5 mm
 pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan gejala neurologis fokal

Intervensi pembedahan adalah:


 volume hematom >30 mL berapapun GCSnya
 GCS < 9 dengan abnormalitas pupil
Primary Survey
1. Airway
 memasangkan cervical collar
 membersihkan jalan napas dari sumbatan, benda asing darah maupun fraktur maksilo-
Your Picture Here
fasial, terutama pada pasien dengan penurunan kesadaran harus dipasang guedel
 suction cairan atau secret di dalam area mulut untuk menghindari aspirasi
 intubasi jika didapatkan pasien apnea, GCS 8, atau jika saturasi pasien tidak mencapai
90% atau adanya risiko aspirasi karena perdarahan dan fraktur maksilofasial
 Jika tidak memungkinkan dilakukan intubasi, dapat dilakukan krikotiroidektomi.
Primary Survey
2. Breathing
 Pemberian ventilasi yang baik dan adekuat dapat memperbaiki proses perna-
pasan
Your Picture Here
 Evaluasi perlu dilakukan dengan intens dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi
3. Circulation
 pengontrolan perdarahan
 pemeriksaan tanda-tanda kegagalan sirkulasi dengan memonitoring tekanan darah
 Takikardi  respons tubuh sebagai bentuk kegagalan sirkulasi.
 Evaluasi cardiac output unt
Primary Survey
4. Disability
 Pemeriksaan neurologis yang meliputi pemeriksaan kesadaran (GCS), bentuk, ukuran
dan refleks cahaya pada pupil kanan dan kiri yang simetris, dan kekuatan motorik kiri
Your Picture Here
dan kanan.

5. Exposure
 Mencegah hipotermia dan pemeriksaan seluruh tubuh dengan melepas pakaian yang
menutupi tubuh pasien.
Secondary Survey
 pemeriksaan kepala dan leher dari tanda-tanda kontusio eksternal
 Laserasi pada scalp dapat terjadi dan pemeriksaan kepala secara keseluruhan sangat
diperlukan.
 Pada kasus cedera kepala, perlu dilakukan pemeriksaan untuk menilai tanda-tanda
penurunan kesadaran, fraktur scalp,Your
gejala dan
Picture tanda defisit neurologis, keadaan
Here
medis lainnya seperti epilepsy, hemofilia atau Riwayat sakit lainnya.
 Beberapa tanda yang perlu diperhatikan pada cedera kepala yaitu penurunan ke-
sadaran, perilaku abnormal, nyeri kepala yang progresif, parase, muntah proyektil
atau terus-menerus, hingga kejang

Tacconi, VFS., Luciana KVB, Nicole BC, Tayna RS, Cintia TDM. Epidural Hematoma: A Systematic Review. Journal of Morphological
Sciences 2021 Vol. 38.
Daftar Pustaka
Aromatario M, Torsello A, D’Errico S, Bertozzi G, Sessa F, Cipolloni L, Baldari B. Traumatic Epidural and Subdural Hematoma:
Epidemiology, Outcome, and Dating. Medicina. 2021; 57(2):125. https://doi.org/10.3390/medicina57020125
Khairat A, Waseem M. Epidural Hematoma. [Updated 2022 Aug 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK518982/
Kourouklari E, Charalambous D, Faropoulos K, Fotakopoulos G. Epidural Hematoma: The Outcome of Glucocorticoids' Complementary
Use to Surgical Treatment. Cureus. 2022 Feb 25;14(2):e22607. doi: 10.7759/cureus.22607. PMID: 35371733; PMCID: PMC8958032.
Kulesza, B., Marek M, Lukas R, Adam N. Acute Epidural and Subdural Hematomas After Head Injury: Clinical Distinguishing Features.
Indian Journal of Surgery in Springer. 2021: 83: 96-104
Maugeri R., David GA, Francesca G, Flavia M, Massimiliano V, Domenico GI. Conservative vs Surgical Management of Post-Traumatic
Epidural Hematoma: A Case and Review of Literature. Am J Case Rep, 2015; 16:811-817. DOI: 10.12659/AJCR.895231
Moussa AA, Mohamed EM, Hosam AY. Conservative Management of Significant Epidural Haematomas. Egyptian Journal of Neurosurgery

2018 33:17. Doi: 10.1186/s41984-018-0017-4


Netter, Frank H. 2016. Atlas Anatomi Manusia Bahasa Latin/ Indonesia Edisi 6. Indonesia: Elsevier.
Ruschel LG, Rego FMM, Milano JB, Jung GS, Silva Jr LF, Ramina R. Spontaneous intracranial epidural hematoma during rivaroxaban
treatment. Rev Assoc Med Bras 2016; 62 (8): 721-724
Tacconi, VFS., Luciana KVB, Nicole BC, Tayna RS, Cintia TDM. Epidural Hematoma: A Systematic Review. Journal of Morphological
Sciences 2021 Vol. 38.
Wang W. Minimally invasive surgical treatment of acute epidural hematoma: case series. Bio Med Research International 2016; 1-8

Anda mungkin juga menyukai