Anda di halaman 1dari 10

ISSN 2540-8321 URL:http.\\ojs.unud.co.id\index.

php\eum Volume 47 Nomor 1 Januari 2016

Lesi talamus sebagai faktor risiko perburukan neurologis


pada stroke perdarahan intraserebral supratentorial akut

Ni Nyoman Ayu Susilawati, AABN Nuartha, Thomas Eko P


Bagian/SMF Neurologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali

Abstrak

Stroke merupakan salah satu kegawatdaruratan di bidang neurologi. Insidens stroke di


Indonesia adalah 12,1 per 1000 penduduk tahun 2013, sama banyak antara wanita dan lelaki
dengan mortalitas di Indonesia sebesar 22%, (21,2% untuk stroke iskemik dan 28,2% untuk
stroke perdarahan). Perdarahan talamus sering menimbulkan penurunan kesadaran akibat
kerusakan sistem ascending reticular activating system bagian rostral. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui bahwa lesi talamus merupakan faktor risiko perburukan neurologis
pada penderita stroke perdarahan intraserebral supratentorial akut. Rancangan penelitian ini
adalah kohort prospektif pada 60 orang penderita stroke perdarahan intraserebral supratentorial
akut dari Maret-Oktober 2015. Subjek dibagi 2 kelompok, masing-masing 30 subjek dengan lesi
di daerah talamus dan lesi bukan talamus berdasarkan hasil CT scan kepala. Hubungan antar-
variabel dinyatakan dengan risiko relatif (RR) (IK95%) dengan tingkat kemaknaan (P)<0,05.
Pada analisis data didapatkan hubungan bermakna antara lesi talamus dengan perburukan klinis
neurologis [RR=7,98 (IK95% 2,23 sampai 28,52), P=0,001]. Kami menyimpulkan bahwa lesi
talamus secara bermakna merupakan faktor risiko terjadinya perburukan klinis neurologis pada
penderita stroke perdarahan intraserebral akut. [MEDICINA.2016;50(1):38-47]
Kata kunci: stroke, perdarahan talamus, perburukan neurologis
Abstract
Stroke is one of the emergency case in neurology. Incidence of stroke in Indonesia was
12.1 per 1000 population in 2013, and women were equally affected as men; mortality among
stroke patients in Indonesia was 22% (21.2% for ischemic stroke and 28.2% for haemorrhagic
stroke). Thalamic hemorrhage often cause decrease of consciuosness due to damage of rostral
ascending reticular activating system. The purpose of this study was to know whether thalamic
lesion is a risk factor of worsening neurology in acute supratentorial intracerebral stroke
patients. This study was prospective cohort design involving 60 acute supratentorial
intracerebral stroke patients from March until October 2015. Subjects were divided into 2
groups consist of 30 subjects for each group (thalamic lesion and another location in head)
based on head CT scan. Association between variable was expressed in relative risk (RR)
(95%CI) with level of significance P<0.05. Data analysis revealed that there were association
between thalamic lesion and worsening of clinical neurology [RR=7.98 (95%CI 2.23 to 28.52),
P=0.001]. We conclude that thalamic lesion is a a risk factor of worsening of clinical neurology
in acute haemorrhagic stroke patient. [MEDICINA.2016;50(1):38-47]
Keywords: stroke, thalamic haemorrhage, neurologic worsening

Pendahuluan defisit neurologis fokal yang memiliki


troke merupakan salah satu awitan cepat, berakhir lebih dari 24 jam
S kegawatdaruratan di bidang atau menimbulkan kematian tanpa
neurologi yang memerlukan adanya penyebab lain selain vaskular.1
penanganan segera dan komprehensif Stroke membutuhkan biaya perawatan
karena dapat menimbulkan kematian yang cukup besar di Eropa dan
dan gejala sisa yang dapat memengaruhi Amerika. Biaya perawatan penderita
kualitas hidup penderita. Stroke stroke lebih dari 25 juta dolar tiap
merupakan sindrom klinis dengan tahun.2 Kategori stroke dibedakan

38
ISSN 2540-8321 URL:http.\\ojs.unud.co.id\index.php\eum Volume 47 Nomor 1 Januari 2016

menjadi 2 yaitu perdarahan (10-15%) intraserebral supratentorial akut yang


dan iskemia (85%).2,3 Insidens stroke di dirawat di ruang perawatan RSUP
Indonesia meningkat dari 8,3 per 1000 Sanglah Denpasar periode Maret-
penduduk menjadi 12,1 per 1000 Oktober 2015.
penduduk, dan prevalens stroke sama Kriteria inklusi yang ditetapkan
banyak antara wanita dan lelaki.4 dalam penelitian ini adalah penderita
Penderita stroke dengan perdarahan stroke perdarahan akut berusia 30-70
intraserebral sering memburuk dalam tahun, glasgow coma scale (GCS) saat
24-48 jam pertama setelah gejala awal. masuk rumah sakit >8, stroke
Perburukan terjadi akibat berlanjutnya perdarahan awitan <12 jam, memiliki
perdarahan tetapi sering kali gambaran CT scan kepala tanpa kontras
berhubungan dengan terbentuknya menunjukkan gambaran lesi hematom
udem di sekitar lesi, efek lesi pada supratentorial berukuran <30 cm3 tanpa
aliran darah dan metabolisme, volume perdarahan intraventrikular dan
perdarahan, pergeseran komponen otak, perdarahan subaraknoid dan dibacakan
dan herniasi. oleh satu orang dokter spesialis
Prognosis perdarahan talamus tidak radiologi, penderita atau keluarga
sebaik pada perdarahan nukleus bersedia ikut serta dalam penelitian
kaudatus atau putamen. Beberapa studi dengan menandatangani surat
menyebutkan lesi talamus sebagai persetujuan (informed consent).
prediktor perburukan klinis neurologis. Kriteria eksklusi penelitian ini
Hal ini disebabkan oleh terjadinya adalah penderita dengan riwayat trauma
penurunan kesadaran dan kesadaran kepala dan menjalani operasi bedah
hipersomnolen yang umum dijumpai saraf, riwayat infeksi akut atau kronis
pada perdarahan talamus, akibat sebelum menderita stroke dan selama
kerusakan sistem ascending reticular perawatan, riwayat epilepsi dan kejang
activating system (ARAS) bagian saat perawatan, riwayat penggunaan
rostral. Hematoma talamus sering obat-obatan trombolitik dan
menimbulkan obstruksi dan kompresi antikoagulan, riwayat menderita
ventrikel III dan penetrasi perdarahan neoplasma/tumor serebri, dan riwayat
ke intraventrikel sehingga menyebabkan penyakit diabetes melitus.
timbulnya hidrosefalus ventrikel Pengambilan sampel dilakukan
lateralis dan penekanan daerah secara consecutive dengan besar sampel
hipotalamus yang menimbulkan 60 orang. Semua subjek penelitian
prognosis lebih buruk.5,6,18 Penelitian dilakukan pemeriksaan CT scan kepala
ini dilakukan untuk mengetahui apakah tanpa kontras dengan alat merk Hitachi
lesi talamus merupakan prediktor ECLOS dan Phillips tahun 2012 di
perburukan klinis neurologis selama bagian Radiologi RSUP Sanglah
perawatan pada penderita stroke Denpasar. Berdasarkan hasil CT scan
perdarahan supratentorial akut. kepala subjek dibagi menjadi 2
Bahan dan metode kelompok yaitu lesi di daerah talamus
Penelitian ini merupakan penelitian dan lesi di daerah bukan talamus. Klinis
dengan rancangan kohort prospektif dan neurologis stroke diperoleh dari
dilakukan matching pada usia dan jenis anamnesis dan pemeriksaan fisis, serta
kelamin. Populasi target penelitian ini dilakukan pengisian lembar national
adalah seluruh penderita stroke institutes of health stroke scale (NIHSS)
perdarahan intraserebral supratentorial saat masuk rumah sakit dan pada hari
akut dan populasi terjangkau penelitian ketujuh. Subjek dikatakan mengalami
ini adalah penderita stroke perdarahan perburukan klinis neurologis bila terjadi

39
ISSN 2540-8321 URL:http.\\ojs.unud.co.id\index.php\eum Volume 47 Nomor 1 Januari 2016

peningkatan nilai NIHSS >1 poin atau selama perawatan dan 100 orang subjek
tetap atau penderita meninggal, memiliki usia dan jenis kelamin yang
sedangkan perbaikan klinis neurologis tidak sama antara kedua kelompok.
bila terjadi penurunan nilai NIHSS >1 Rerata usia pada kelompok
poin. Semua data akan dianalisis dengan dengan lesi di talamus 58,8 (SB 8,6)
menggunakan statistical package for the tahun, kelompok lesi di daerah bukan
social sciences (SPSS) 20 for windows talamus 58,9 (SB 8,0) tahun. Jumlah
dan disajikan dalam bentuk tabel dan lelaki dan perempuan adalah sama pada
narasi dengan analisis bivariat dengan kedua kelompok masing-masing 22
uji Mc Nemar dan analisis multivariat (73,3%) orang dan 8 (26,7%) orang.
menggunakan uji regresi logistik Tingkat pendidikan tertinggi kelompok
dengan tingkat kemaknaan P<0,05 dan dengan lesi di talamus adalah SD
interval kepercayaan (IK) 95%. (40%), sedangkan kelompok dengan
Penelitian ini telah mendapat ijin lesi di daerah bukan talamus adalah
kelaikan etik dari Komisi Etika SMA (36,7%). Pada kedua kelompok
Penelitian dan Pengembangan Fakultas latar belakang pekerjaan terbanyak
Kedokteran Universitas sebagai swasta masing-masing sebesar 8
Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat (60%) orang pada lesi talamus dan 21
Sanglah Denpasar. (70%) orang pada lesi bukan talamus,
Hasil sedangkan status perkawinan subjek
Selama periode penelitian didapat penelitian terbanyak 29 (96,7%) orang
225 subjek memenuhi kriteria inklusi, kawin pada kedua kelompok. Rerata
sebanyak 165 subjek dieksklusi volume hematom pada lesi di daerah
sehingga sampel terpilih sebanyak 60. talamus 11,68 (SB 8,4) cm3 dengan
Eksklusi dilakukan pada 165 subjek volume minimal 0,5 cm3 dan volume
karena memiliki gambaran CT scan maksimal 28,9 cm3 , lesi di daerah bukan
kepala perdarahan intraserebral disertai talamus 12,91 (SB 9,6) cm3 dengan
dengan perdarahan intraventrikular dan volume minimal 0,25 cm3 dan volume
perdarahan subarakhnoid sebanyak 29 maksimal 29 cm3 . Karakteristik subjek
orang, 36 orang mengalami infeksi lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan kelompok lesi talamus
Lesi talamus
Karakteristik
Ya (N=30) Tidak (N=30)
Usia (tahun), rerata (SB) 58,8 (8,6) 58,9 (8,0)
Jenis kelamin, n (%)
Lelaki 22 (73,3) 22 (73,3)
Perempuan 8 (26,7) 8 (26,7)
Pendidikan, n (%)
Tidak sekolah 4 (13,3) 5 (16,7)
SD 12 (40,0) 9 (30,0)
SMP 4 (13,3) 0 (0)
SMA 8 (26,7) 11 (36,7)
PT 2 (6,7) 5 (16,7)
Pekerjaan, n (%)
PNS 5 (16,7) 5 (16,7)
Swasta 18 (60,0) 21 (70,0)
Tidak bekerja 7 (23,3) 4 (13,3,)
Status perkawinan, n (%)

40
ISSN 2540-8321 URL:http.\\ojs.unud.co.id\index.php\eum Volume 47 Nomor 1 Januari 2016

Kawin 29 (96,7) 29 (96,7)


Tidak kawin 1 (3,3) 1 (3,3)
Volume hematom, n (%)
Rerata (SB) 11,68 (8,4) 12,91 (9,6)
Min-max 0,5-28,9 0,25-29
SB=simpang baku

Risiko perburukan klinis neurologis hematom, udem perihematom,


pada lesi di daerah talamus lebih tinggi hipertensi, dan gambaran midline shift
dibanding dengan lesi di daerah bukan pada CT scan kepala bukan merupakan
talamus [RR=2,71 (IK95% 1,34 sampai faktor risiko perburukan klinis
5,49), P=0,002], sedangkan volume neurologis (Tabel 2).

Tabel 2. Hubungan antara lesi talamus, volume hematom, udem perihematom,


hipertensi, midline shift dengan luaran klinis stroke pada penderita stroke perdarahan
intraserebral supratentorial akut
Klinis neurologis RR
Variabel Perburukan Perbaikan (IK95%) P

Lesi talamus
Ya 19 (63,3) 11 (36,7) 2,71 0,002
Tidak 7 (23,3) 23 (76,7) (1,34 sampai 5,49)
Volume hematom
< 12 cc 15(40,5) 22(59,5) 1,18 0,580
> 12cc 11(47,8) 12(52,2) (0,66 sampai 2,10)
Udem perihematom
Fokal 25(43,9) 32(56,1) 1,32 0,720
Difus 1(33,3) 2(66,7) (0,26 sampai 6,70)
Hipertensi
Hipertensi1 8(42,1) 11(57,9) 0,96 0,900
Hipertensi2 18(43,9) 23(56,1) (0,51 sampai 1,80)
Midline shift
Ya 7(58,3) 5(41,7) 1,47 0,241
Tidak 19(39,6) 29(60,4) (0,82 sampai 2,67)
Data ditampilkan dalam n(%). Signifikan P<0,05. RR=risiko relatif. IK 95%=interval kepercayaan 95%.

Analisis multivariat mendapatkan klinis neurologis dengan nilai RR=7,98


bahwa lesi di daerah talamus (IK95% 2,23 sampai 28,52),
merupakan faktor risiko perburukan P=0,001(Tabel 3).
Tabel 3. Hasil analisis multivariat faktor risiko perburukan klinis neurologis penderita
stroke perdarahan intraserebral supratentorial akut
Variabel RR IK 95% P
Lesi talamus 7,98 2,23 sampai 28,52 0,001
Midline shift 4,27 0,91 sampai 19,97 0,065
Diskusi dengan lesi di daerah bukan talamus
Pada penelitian ini terdapat 30 58,9 (SB 8,0) tahun. Hasil penelitian ini
pasang subjek penelitian, rerata usia hampir sama dengan studi yang
pada kelompok lesi talamus adalah 58,8 dilakukan oleh Yousuf dkk6 yang
(SB 8,6) tahun dan pada kelompok mendapatkan rerata usia subjek 58,3

41
ISSN 2540-8321 URL:http.\\ojs.unud.co.id\index.php\eum Volume 47 Nomor 1 Januari 2016

(SB 11,4) tahun dan studi oleh Chiewvit dan merokok dapat meningkatkan risiko
dkk7 yang memperoleh rerata usia stroke menjadi 2 kali.5
subjek 57 (SB 17) tahun. Hasil Pendidikan tertinggi subjek
penelitian ini berbeda dengan penelitian penelitian dengan lesi talamus adalah
oleh Salihovic dkk8 yang mendapatkan SD (40%) sedangkan pada kelompok
rerata usia subjek penelitian adalah 64,3 lesi bukan talamus adalah SMA
(SB 13,7) tahun dan studi oleh (36,7%). Studi oleh Llibre dkk11
Smajlovic dkk9 yang mendapatkan didapatkan pendidikan subjek terbanyak
rerata usia subjek adalah 65,7 (SB 11,2) adalah sekolah di atas 7 tahun dan
tahun. Perbedaan rerata usia dalam 16,9% subjek berpendidikan perguruan
penelitian ini dengan penelitian tinggi. Perbedaan hasil penelitian ini
terdahulu disebabkan oleh faktor risiko disebabkan karena sebagian besar
hipertensi yang merupakan penyebab penduduk Bali memiliki latar belakang
tersering stroke perdarahan intraserebral pendidikan SD (59%) dan kedua adalah
prevalensnya meningkat dua kali pada SMA (19%).12 Penelitian terdahulu
usia >55 tahun dan penyakit degeneratif memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi
pembuluh darah kecil intrakranial lebih karena sosial ekonomi di daerah
sering ditemukan pada usia pertengahan tersebut juga tinggi sehingga kesadaran
sedangkan faktor risiko stroke angiopati akan pentingnya pendidikan juga tinggi
amiloid lebih sering ditemukan pada tetapi risiko stroke meningkat akibat
usia yang lebih tua.10 Pada studi adanya faktor risiko stroke yang
terdahulu didapatkan rerata usia yang berhubungan dengan life style seperti
lebih tua karena populasi orang tua konsumsi makanan yang tinggi lemak,
lebih tinggi di negara-negara tersebut tinggi garam, dan kurangnya aktivitas.11
contohnya Amerika Latin memiliki Latar belakang pekerjaan terbanyak
16,6% populasinya berusia >60 tahun, sebagai swasta sebesar 70% dan 60%.
nomer dua terbanyak di dunia.11 Hasil yang berbeda didapatkan pada
Jumlah subjek lelaki pada kedua studi oleh Dinata dkk14 yang
kelompok 22 (73,3%) orang dan jumlah mendapatkan subjek terbanyak bekerja
subjek perempuan masing-masing 16 sebagai ibu rumah tangga sebesar
(26,7%) orang. Hasil yang serupa juga 43,75%. Perbedaan hasil penelitian ini
didapatkan pada studi yang dilakukan disebabkan karena sebagian besar
oleh Harkitasari12 diperoleh subjek penduduk Bali bekerja sebagai pegawai
berjenis kelamin lelaki sebanyak 28 swasta yaitu 77,09% dalam bidang
(63,60%) orang lebih besar dari pada pertanian, peternakan, kehutanan,
perempuan 16 (36,40%) orang dan studi pertambangan, 3,21% dalam bidang
oleh Smajlovic dkk9 diperoleh sebanyak industri, listrik, gas dan air bersih,
178 (50,6%) orang subjek berjenis konstruksi, 10,06% dalam bidang
kelamin lelaki dan 174 (49,4%) orang perdagangan, hotel dan restoran, 7,96%
subjek perempuan. Hal ini disebabkan dalam bidang transportasi, komunikasi,
karena lelaki memiliki risiko hipertensi jasa, keuangan, sedangkan pada
25% lebih tinggi dibandingkan penelitian terdahulu diperoleh pekerjaan
perempuan dan proyeksi jumlah terbanyak subjek adalah ibu rumah
penduduk Bali yang berjenis kelamin tangga karena tingkat pengangguran
lelaki sebesar 50,41% lebih besar dari pada perempuan lebih tinggi dari lelaki
pada perempuan yaitu 49,59% pada (6,26 vs 5,75 tahun 2014) sehingga
tahun 2015,12 di samping itu merokok karena masalah ekonomi dan kesibukan
yang merupakan faktor risiko stroke dalam mengatur rumah tangga
akut lebih umum ditemukan pada lelaki menyebabkan wanita rentan mengalami

42
ISSN 2540-8321 URL:http.\\ojs.unud.co.id\index.php\eum Volume 47 Nomor 1 Januari 2016

stres yang memicu peningkatan tekanan terjadinya perburukan klinis neurologis


darah yang merupakan faktor risiko sebesar 7,98 kali pada penderita stroke
stroke.13 perdarahan intraserebral supratentorial
Status perkawinan subjek penelitian akut selama perawatan.
pada kedua kelompok terbanyak adalah Hasil penelitian ini sama dengan
kawin (96,7%). Hasil yang sama juga penelitian yang dilakukan oleh Yousuf
diperoleh pada studi oleh Baidya dkk15 dkk6 yang mendapatkan lokasi hematom
yang mendapatkan sebanyak 83 (83%) merupakan prediktor independen
orang subjek menikah dan 17 (17%) kematian selama perawatan akut
orang tidak menikah. Hal ini disebabkan (P=0,004) dan studi oleh Almutawa
karena jumlah total rumah tangga di dkk19 yang mendapatkan lokasi
Bali cukup tinggi sebesar 1.028.253,16 hematom merupakan faktor risiko
dan usia 30-70 tahun merupakan usia independen mortalitas selama
produktif dengan beban ekonomi dan perawatan yang signifikan (P=0,017).
rumah tangga lebih tinggi sehingga Hal ini disebabkan karena perdarahan
lebih rentan mengalami stres dan talamus sering menimbulkan penurunan
peningkatan tekanan darah yang dapat kesadaran dan kesadaran yang
memicu terjadinya stroke.17 somnolen akibat kerusakan sistem
Rerata volume hematom pada lesi ARAS bagian rostral. Prognosis
di daerah talamus sebesar 11,68 (SB penyembuhan pada perdarahan talamus
8,4) cm3 , dengan volume minimal 0,5 tidak sebaik perdarahan pada nukleus
cm3 , dan volume maksimal 28,9 cm3 , kaudatus dan putamen dengan ukuran
sedangkan rerata volume hematom pada hematom yang sama. Hematom talamus
lesi di daerah supratentorial bukan diameter >3cm umumnya berhubungan
talamus sebesar 12,91 (SB 9,6)cm3 dengan koma dan kematian.5
dengan volume minimal 0,25cm3 , dan Pada analisis bivariat antara volume
volume maksimal 29 cm3 . Hasil hematom dengan luaran klinis stroke
penelitian ini hampir sama dengan perdarahan intraserebral supratentorial
penelitian oleh Widyantara18 dengan akut diperoleh subjek penelitian yang
rerata volume perdarahan 11,05 (2,5-54) mengalami perburukan klinis neurologis
cm3 . Hal ini disebabkan karena pada sebesar 15 (40,5%) orang pada subjek
penelitian ini subjek yang memiliki dengan volume hematom <12 cm3 dan
volume hematom >30 cm3 yang 11 (47,8%) orang pada subjek penelitian
berhubungan dengan luaran buruk5 dengan volume hematom >12 cm3 ,
tidak dimasukkan ke dalam subjek sedangkan subjek yang mengalami
penelitian. perbaikan klinis neurologis sebesar 22
Subjek yang mengalami perburukan (59,5%) orang pada subjek dengan
klinis neurologis pada lesi di daerah volume hematom <12 cm3 dan sebesar
talamus sebanyak 19 (63,3%) orang dan 12 (52,2%) orang pada subjek dengan
7 (23,3%) orang pada subjek dengan volume hematom >12 cm3 dimana
lesi di daerah bukan talamus. Pada hasil secara statistik hasil ini tidak bermakna
analisis bivariat lokasi lesi dengan [RR=1,18 (IK95% 0,66 sampai 2,10),
perburukan klinis neurologis, P=0,580]. Hasil penelitian ini hampir
didapatkan hasil yang bermakna secara sama dengan penelitian oleh
statistik dengan nilai RR=2,71 (IK95% Widyantara18 yang mendapatkan
1,34 sampai 5,49) dan P=0,002. Pada hubungan yang tidak bermakna secara
analisis multivariat lesi talamus dengan statistik antara volume hematom dan
memperhitungkan variabel midline shift luaran pasien stroke perdarahan
didapatkan lesi talamus secara (P=0,114; IK 95% 0,36 sampai 0,69)
bermakna merupakan faktor risiko dan studi oleh Go dkk20 diperoleh tidak

43
ISSN 2540-8321 URL:http.\\ojs.unud.co.id\index.php\eum Volume 47 Nomor 1 Januari 2016

ada perbedaan signifikan antara variasi yang fokal sehingga tidak menimbulkan
volume hematom dengan luaran buruk penekanan pada struktur penting seperti
(P=0,051). Hal ini disebabkan karena ARAS dan batang otak yang dapat
pada penelitian ini tidak memasukan menimbulkan luaran klinis buruk.10
subjek penelitian dengan lesi hematom Pada penelitian ini didapatkan
>30 cm3 yang berhubungan dengan 100% subjek penelitian memiliki
luaran klinis buruk sebagai subjek hipertensi dan saat tekanan darah
penelitian. Penderita stroke perdarahan dikelompokkan menjadi hipertensi 1
dengan volume yang besar sering kali dan hipertensi 2 didapatkan subjek
meningkatkan volume dan tekanan penelitian yang mengalami perburukan
intrakranial sehingga akan klinis neurologis dengan hipertensi 1
menimbulkan herniasi, pergeseran sebesar 8 (42,1%) orang dan 18 (43,9%)
komponen intrakranial dan peningkatan orang dengan hipertensi 2, sedangkan
tekanan intrakranial secara merata yang subjek penelitian yang mengalami
akan menimbulkan kematian pada perbaikan klinis neurologis sebesar 11
stroke yang luas. Hematom yang lebih (57,9%) orang subjek dengan hipertensi
besar akan memiliki udem sekitar 1 dan 23 (56,1%) orang dengan
hematom yang lebih besar dan volume hipertensi 2. Hasil penelitian ini tidak
udem perihematom berhubungan bermakna secara statistik dengan nilai
5
dengan luaran klinis stroke. RR=0,96 (IK95% 0,51 sampai 1,80),
Pada analisis udem perihematom P=0,900.
didapatkan subjek penelitian yang Hasil yang sama didapatkan pada
mengalami perburukan klinis neurologis studi oleh Almutawa dkk19 yang
sebesar 25 (43,9%) orang pada subjek mendapatkan hasil tidak bermakna pada
dengan udem fokal dan 1 (33,3%) orang analisis bivariat hipertensi dengan
pada subjek dengan udem difus, mortalitas (P=0,238) dan studi oleh
sedangkan subyek yang mengalami Gupta dkk22 yang mendapatkan hasil
perbaikan klinis neurologis sebesar 32 yang tidak bermakna pada analisis
(56,1%) orang pada subjek dengan bivariat hipertensi dengan luaran klinis
udem fokal dan 2 (66,7%) orang pada buruk (P=0,647). Hal ini disebabkan
subjek dengan udem difus, hasil karena hipertensi merupakan faktor
penelitian ini tidak bermakna secara risiko tunggal stroke pada usia tua dan
statistik dengan nilai RR 1,32 (IK95% sangat signifikan berhubungan dengan
0,26 sampai 6,70), P=0,720. stroke.23 Hipertensi berperan pada
Hasil penelitian ini sama dengan berbagai mekanisme stroke, berperan
studi yang dilakukan oleh Vemmos pada proses aterodegeneratif pembuluh
dkk21 yang mendapatkan udem otak darah besar dan ruptur aneurisma
dengan efek massa tidak memiliki serebri. Banyak individu tidak
hubungan yang bermakna dengan menyadari memiliki hipertensi (30% di
mortalitas dalam 10 tahun [HR=1,09 Amerika), sedangkan individu yang
(IK95% 0,93 sampai 1,28), P<0,284] menyadari menderita hipertensi kurang
dan studi oleh Gupta dkk22 yang mendapat penanganan penyakitnya atau
mendapatkan udem perihematom bukan penanganannya kurang adekuat.5
merupakan prediktor independen luaran Pada analisis bivariat antara midline
klinis buruk (P=0,420). Hasil penelitian shift dan klinis neurologis didapatkan
ini menunjukkan hasil yang tidak subjek yang mengalami perburukan
bermakna karena penelitian dilakukan klinis neurologis sebesar 7 (58,3%)
pada subjek dengan volume hematom orang pada subjek yang memiliki
yang kecil, volume hematom yang kecil midline shift dan 19 (39,6%) orang pada
akan menimbulkan udem perihematom subjek yang tidak. Subjek yang

44
ISSN 2540-8321 URL:http.\\ojs.unud.co.id\index.php\eum Volume 47 Nomor 1 Januari 2016

mengalami perbaikan klinis neurologis Kelemahan pada penelitian ini


sebesar 5 (41,7%) orang pada subjek adalah CT scan kepala hanya dilakukan
yang memiliki midline shift dan sebesar sekali saat awal masuk rumah sakit
29 (60,4%) orang subjek yang tidak. sehingga proses perdarahan yang
Hasil penelitian ini secara statistik tidak sedang berlangsung selama perawatan
bermakna dengan nilai RR=1,47 sulit dievaluasi dan sulit ditentukan
(IK95% 0,82 sampai 2,67), P=0,241 dan apakah perburukan klinis neurologis
pada analisis multivariat antara midline terjadi murni akibat lesi di talamus atau
shift dengan perburukan klinis adanya proses pembesaran volume
neurologis juga menunjukkan hasil yang hematom serta kami tidak melakukan
tidak bermakna dengan nilai RR=4,27 analisis gangguan fungsi hipotalamus
(IK95% 0,91 sampai 19,97), P=0,065. akibat penekanan hematom di talamus
Hasil yang sama didapatkan pada studi yang dapat menimbulkan perburukan
oleh Almutawa dkk19 yang klinis umum.
mendapatkan pada analisis statistik Simpulan
hubungan antara midline shift dan Pada penelitian ini diperoleh
mortalitas tidak bermakna dengan nilai simpulan bahwa lesi talamus secara
P=0,078 dan studi oleh Gupta dkk22 bermakna merupakan faktor risiko
yang mendapatkan efek massa (midline terjadinya perburukan klinis neurologis
shift dan penekanan ventrikel) bukan pada penderita stroke perdarahan
merupakan prediktor independen luaran intraserebral supratentorial akut.
klinis buruk (P=0,701) karena studi Ucapan terima kasih
dilakukan pada volume hematom Ucapan terima kasih penulis
3
<30cm sehingga udem perihematom ucapkan kepada Dr. Made Widhi Asih,
yang ditimbulkan fokal, udem Sp.Rad(K), Dr. I Putu Eka
perihematom yang fokal tidak Widyadharma, MSc, Sp.S(K) dan Dr.
menimbulkan midline shift dan WG Artawan, M.Epid atas bantuan dan
penekanan sistem ventrikular yang bimbingannya dalam menyelesaikan
dapat menimbulkan hidrosefalus penelitian ini.
sehingga tidak terjadi perburukan luaran
klinis.10
Daftar pustaka overview with emphasis on
therapeutic significance beyond
1. Arsalan, Ismail M, Khattak MB, thrombolysis. Pathophysiology
Khan F, Anwar MJ, Murtaza Z, Elsevier. 2010;17:197–218.
dkk. Prognostic significance of 4. Anonim. Riset Kesehatan Dasar
serum bilirubin in stroke. J Ayub (Riskesdas). Jakarta:
Med Coll Abbottabad. Depertemen Kesehatan RI;
2011;23(2):104-7. 2013. h. 1-268.
2. Yacine K, Michel D, Benoît S, 5. Caplan LR. Caplan’s stroke: a
Florence F, Catherine G. clinical approach. Edisi ke-4.
Multimodal MRI segmentation New York: Saunders Elsevier
of ischemic stroke lesions. Inc; 2009. h. 26-36,487-522.
Annual International Conference 6. Yousuf RM, Fauzi ARM,
of the IEEE Engineering in Jamalludin AR, How SH,
Medicine and Biology Society; Amran M, Shahrin TCA, dkk.
2007. h. 1595-8. Predictors of in hospital
3. Deb P, Sharma S, Hassan KM. mortality in primary
Pathophysiologic mechanisms of intracerebral haemorrhage in
acute ischemic stroke: an East coast of Peninsular

45
ISSN 2540-8321 URL:http.\\ojs.unud.co.id\index.php\eum Volume 47 Nomor 1 Januari 2016

Malaysia. Neurology Asia. 2010 [diakses 30 Desember


2012;17(2):93-9. 2015]. Diunduh dari: URL:
7. Chiewvit P, Danchaivijitr N, http://www.bali
Nilanont Y, Poungvarin N. .bps.go.id/tabel_detail.php?ed=6
Computed Tomographic 04002&od=4&id=4.
Findings in Non-traumatic 14. Dinata CA, Safrita Y, Sastri S.
Hemorrhagic Stroke. J Med Gambaran Faktor Risiko dan
Assoc Thai. 2009;92(1):73-86. Tipe Stroke pada Pasien Rawat
8. Salihovic D, Smajlovic D, Inap di Bagian Penyakit Dalam
Ibrahimagic OS. Does the RSUD Kabupaten Solok Selatan
Volume and Localization of Periode 1 Januari 2010 - 31 Juni
Intracerebral Hematoma Affect 2012. Jurnal Kesehatan
Short-Term Prognosis of Andalas. 2013;2(2):57-61.
Patients with Intracerebral 15. Baidya OP, Chaudhuri S, Devi
Hemorrhage?. ISRN Neurosci. KG. Clinico-Epidemiological
2013;2013:327968. Study Of Acute Hemorrhagic
9. Smajlovic D, Salihovic D, Stroke in A Tertiary Care
Ibrahimagic OC, Sinanovic O, Hospital Of Northeneastern
Vidovic M. Analysis of risk State Of India. Int J Res Med.
2013;2(3):34-7.
factors, localization and 30 day
16. Ritonga R. Kebutuhan Data
prognosis of intracerebral Ketenagakerjaan untuk
hemorrhage. Bosnian Journal of Pembangunan Berkelanjutan.
Basic Medical Sciences. 2014 [diakses 30 Desember
2008;8(2):121-5. 2015]. Diunduh dari:
10. Warlow C, Van Gijn J, Dennis URL:http://www.ilo.org/wcmsp
M, Wardlaw J, Bamford J, 5/groups/...wcms_346599.pdf.
Hankey G,dkk. Stroke practical 17. Chan M. A global brief on
management. Third Edition. hypertenion. Geneva: WHO
UK: Blackwell publishing; press; 2013. h. 1-40.
2008. h. 411-56. 18. Widyantara W. Osmolaritas
11. Llibre JJ, Valhuerdi A, Serum Tinggi sebagai Prediktor
Fernandez O, Llibre JC, Porto R, Luaran Buruk Stroke Perdarahan
Lopez AM, dkk. Prevalence of Intraserebral (tesis). Denpasar:
Stroke and Associated Risk Universitas Udayana; 2014.
Factors in Older Adults in
19. Almutawa E, Shahda A,
Havana City and Mantazas
Albalooshi M. Spontaneous
Provinces Cuba. MEDICC
Intracerebral Haemorrhage
Review. 2010;12(3):20-6.
(SICH): Factors Associated with
12. Harkitasari S. Penurunan Jumlah
in hospital Mortality. Bahrain
Leukosit Sebagai Prediktor
Medical Bulletin. 2012;34(2):1-
Perbaikan Klinis Penderita
6.
Stroke Hemoragik Selama
Perawatan di RSUP Sanglah
20. Go GO, Park H, Lee CH,
Denpasar (tesis). Denpasar:
Hwang SH, Han JW, Park IS.
Universitas Udayana; 2015.
The Outcomes of Spontaneous
Intracerebral Hemorrhage in
13. BPS. Luas Wilayah, jumlah
Young Adults-A Clinical Study.
rumah tangga dan Jumlah
penduduk hasil sensus penduduk

46
ISSN 2540-8321 URL:http.\\ojs.unud.co.id\index.php\eum Volume 47 Nomor 1 Januari 2016

J Cerebrovasc Endovasc Neurosciences in Rural Practice.


Neurosurg. 2013;15(3):214-20. 2014;6(1):48-54.
21. Vemmos K, Ntaios G, Spengos 23. Alvarez D. Hypertension and the
K, Savvari P, Vemmou A, Pappa JNC 8 Guidelines. 2014 [diakses
T, dkk. Association Between 27 Desember 2015]. Diunduh
Obesity and Mortality After dari: URL:
Acute First-Ever Stroke: The http://www.kansasdo.org/downl
Obesity- Stroke Paradox. Stroke. oad/sprinconf2014/.../Alvarez-
2011;42:30-6. Hypertension.pdf.

22. Gupta M, Verma R, Parihar A,


Garg RK, Singh MK, Malhotra
HS. Perihematomal edema as
predictor of outcome in
spontaneous intracerebral
hemorrhage. Journal of

47

Anda mungkin juga menyukai