PENDAHULUAN
1.3. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman
mengenai aspek penatalaksanaan awal pada pasien Perdarahan Spontan
Intraventrikular yang berlandaskan teori sehingga dapat ditatalaksana dengan
sebaik mungkin sesuai kompetensinya pada tingkat pelayanan primer.
BAB 2
2.2. Epidemiologi
Berdasarkan data dari National Centre of Health Statistic (NCHS),
prevalensi terjadinya stroke di AS yang berusia ≥ 20 tahun dilaporkan sebanyak
7.000.000 jiwa per tahun (3,0%). Data yang diambil dari Centres for Disease
Control and Prevention (CDC) menunjukkan 2,7% laki-laki dan 3,3% wanita
yang berusia ≥ 18 tahun memiliki riwayat stroke, dimana sebesar 2,3% stroke
terjadi pada ras kulit putih non-hispanik, 4,0% pada ras kulit hitam non-hispanik,
1,6% pada Asian/Pasific islander, 2,6% pada ras hispanis, 6,0% pada American
Indian/Alaska native dan 4,6% ras campuran. Menurut data yang diambil dari
National Institutes of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) sebanyak
795.000 penduduk mengalami stroke baik baru maupun berulang setiap tahunnya,
610.000 penduduk merupakan kasus serangan pertama dan 185.000 merupakan
kasus berulang. Dari keseluruhan jenis stroke, 87% merupakan iskemik, 10%
merupakan perdarahan intraserebral dan 3% merupakan perdarahan subarakhnoid
(Roger et al., 2011).
Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
dilaporkan sebesar 7 per mil. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan tertinggi terdapat di Sulawesi Utara (10,8%), diikuti D.I Yogyakarta
(10,3%), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing sebesar 9,7 per mil.
(Kementerian kesehatan, 2013).
Dari 562 pasien stroke pada 25 RS di Sumatera Utara, didapatkan jenis
kelamin perempuan sebanyak 296 (52,7%) dan laki-laki sebanyak 266 (47,3%).
Rerata usia adalah 59 (20–95) tahun. Keluhan utama penurunan kesadaran
didapati sebanyak 198 (35,3%), hemiparesis sinistra sebanyak 134 (23,8%) dan
hemiparesis dekstra sebanyak 133 (23,7%) (Rambe et al., 2013).
Perdarahan intraventrikular terjadi pada 30%-50% kasus perdarahan
intraserebral spontan. Perdarahan intraventrikular primer merupakan kasus yang
jarang dan dilaporkan sebesar 3% dari semua perdarahan intraserebral spontan
(Staykov et al., 2009; Hameed et al., 2005).
Stroke perdarahan memiliki morbiditas dan mortalitas tertinggi pada setiap
subtipe stroke. Dari 750.000 kasus stroke di AS, 15% diantaranya adalah
perdarahan intraserebral dan 5% merupakan perdarahan subarakhnoid. Sekitar
45% merupakan perdarahan intraserebral spontan dan 25% dari perdarahan
subarakhnoid meluas ke ventrikel. Pasien dengan perdarahan intraserebral dan
perdarahan intraventrikular memiliki tingkat mortalitas sebesar 50%80%. Pasien
dengan perdarahan intraventrikular dua kali lebih sering menyebabkan outcome
yang buruk dan hampir tiga kali lebih sering menyebabkan kematian
dibandingkan tanpa perdarahan intraventrikular. Perdarahan intraventrikular
sekunder menyebabkan kematian pada 32% sampai 43% kasus (Hinson et al,
2010; Morgan et al., 2013).
Sebuah penelitian meta-analisis yang dilakukan di Cina menyatakan bahwa
perdarahan intraventrikular merupakan faktor risiko yang telah terbukti terhadap
buruknya prognosis, dan mortalitasnya diperkirakan mencapai 50%-80%.
Perdarahan intraventrikular sekunder dan perdarahan supratentorial spontan
memiliki mortalitas dan prognosis buruk rata-rata sebesar 72% dan 86%.
Outcome sering diperberat dengan adanya hidrosefalus akut, efek massa dari
darah di ventrikel dan hidrosefalus kronik (Li et al., 2013).
2.4. Etiologi
Etiologi dari perdarahan intraventrikular bervariasi dan pada beberapa
pasien tidak diketahui penyebabnya. Caplan et al (2009) menyatakan bahwa
perdarahan intraventrikular primer tersering berasal dari perdarahan akibat
hipertensi pada arteri parenkim yang sangat kecil dari jaringan yang sangat dekat
dengan sistem ventrikular.
Etiologi lain yang mendasari perdarahan intraventrikular diantaranya adalah
anomali pembuluh darah serebral, malformasi pembuluh darah termasuk angioma
kavernosa dan aneurisma serebri yang merupakan penyebab tersering pada usia
muda. Pada orang dewasa, perdarahan intraventrikular disebabkan karena adanya
penyebaran perdarahan akibat hipertensi primer dari struktur periventrikel.
Perdarahan intraventrikular juga dapat terjadi pada trauma dan tumor yang
biasanya melibatkan pleksus koroideus (Hinson et al, 2010).
2.5. Patofisiologi
Perdarahan intraventrikular primer merupakan perdarahan yang terbatas
pada sistem ventrikuler yang bersumber dari intraventrikel atau lesi yang
bersebelahan dengan ventrikel, contohnya trauma intraventrikular, aneurisma,
malformasi pembuluh darah dan tumor yang biasanya melibatkan pleksus
koroideus. Sekitar 70% dari perdarahan intraventrikular sekunder terjadi akibat
perluasan dari perdarahan intraparenkim atau perdarahan subarakhnoid ke dalam
sistem ventrikel (Hanley et al., 2009).
Sistem ventrikel otak merupakan low-pressure pathway yang berfungsi
dalam pergerakan cairan serebrospinal. Sistem ini sering pecah akibat darah yang
masuk melalui defek pada dinding arteri dan akibat tindakan pembedahan pada
kasus perdarahan intraserebral spontan. Defek pada pembuluh darah yang dapat
menyebabkan perdarahan pada otak diantaranya adalah aneurisma, arteriovenous
malformation, small vessel microaneurysm, profil koagulopati atau peningkatan
tekanan darah (Hanley et al, 2009).
Setelah perdarahan inisial terjadi, tiga risiko utama yang akan
mempengaruhi kejadian selanjutnya yaitu rebleeding, vasokonstriksi dan
hidrosefalus. Sekali dinding luar pembuluh darah yang abnormal rusak, pembuluh
darah ini akan rentan terhadap rebleeding. Perdarahan kemudian akan mengancam
hidup karena terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan sejumlah darah yang
terdapat dalam sistem cairan serebrospinal. Darah dalam sistem ini dapat
menyumbat membran absorbtif dan akan menyebabkan hidrosefalus serta dilatasi
seluruh sistem ventrikular (Caplan, 2009).