Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI

STROKE

Disusun Oleh:
Arsita Rizkywanda 1804019004
Hilma Azzahrah 1804019005
Mauidhah 1804019007
Kelompok : 8
Kelas : E1
Dosen : Nurhasnah M.Farm., Apt

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyebab kematian tersering ketiga pada orang dewasa di
Amerika Serikat. Angka kematian setiap tahun akibat stroke baru atau rekuren adalah
lebih dari 200.000.Insiden stroke secara nasional diperkirakan adalah 750.000 per
tahun, dengan 200.000 merupakan stroke rekuren.Angka kejadian di antara orang
Amerika keturunan Afrika adalah 60% lebih tinggi dari pada orang kaukasoid (Price
dan Wilson, 2006). Di Inggris stroke menyebabkan kematian antara 174 sampai 216
orang per tahunnya dan menyumbang 11% dari seluruh kematian di Inggris dan
Wales. Sedangkan stroke berulang dalam waktu lima tahun dari stroke pertama
adalah 30% dan 43% (Royal college of physicians, 2004) Data di Indonesia
menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke baik dalam hal kematian,
kejadian, maupun kecacatan. Angka kematian berdasarkan umur adalah: sebesar
15,9% (umur 45-55 tahun) dan 26,8% (umur 55-64 tahun) dan 23,5% (umur 65
tahun). Kejadian stroke (insiden) sebesar 51,6/100.000 penduduk dan kecacatan;
1,6% tidak berubah; 4,3% semakin memberat. Penderita laki-laki lebih banyak
daripada perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun sebesar 11,8%, usia 45-64
tahun 54,2%, dan usia diatas 65 tahun sebesar 33,5%. Stroke menyerang usia
produktif dan usia lanjut yang berpotensi menimbulkan masalah baru dalam
pembangunan kesehatan secara nasional di kemudian hari (Perdossi 2011 hlm.14).
Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2008) memperlihatkan
bahwa stroke merupakan penyebab kematian nomor satu pada pasien yang dirawat di
Rumah Sakit. Sedangkan Permasalahan yang muncul pada pelayanan stroke di
Indonesia adalah: rendahnya kesadaran akan faktor risiko stroke, kurang dikenalinya
gejala stroke, belum optimalnya pelayanan stroke, ketaatan terhadap program terapi
untuk pencegahan stroke ulang yang rendah. Keempat hal tersebut berkontribusi
terhadap peningkatan kejadian stroke baru dan tingginya angka kematian akibat
stroke di Indonesia serta tingginya kejadian stroke ulang (Pinzon dan Asanti, 2010).
Berdasarkan data di atas dengan memperhatikan begitu pentingnya
penanganan stroke, maka penelitian mengenai evaluasi penggunaan obat terapi
pemeliharaan stroke dirasa perlu dilakukan karena sebagian penderita stroke atau
riwayat TIA berisiko untuk terserang kembali, untuk itu diperlukan upaya untuk
mencegah terjadinya TIA atau stroke berulang dan kejadian vaskuler. Selain itu
penyesuaian penatalaksanaan obat terapi pemeliharaan stroke yang digambarkan
dengan tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis dibutuhkan untuk
mengevaluasi ketepatan penggunaan obat antitrombotik (termasuk antikoagulan, agen
antiplatelet dan trombolitik) pada pasien paska serangan stroke karena dapat
menyebabkan perdarahan. Sedangkan komplikasi perdarahan pada kenyataannya
muncul sebagai penyumbang utama risiko secara keseluruhan, dengan peningkatan
yang signifikan pada tingkat kematian, infark miokard dan stroke (Escardio,2008).

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Menjelaskan tentang patofisiologi dan patologi klinik penyakit (etiologi,
manifestasi klinis, interpretasi data laboratorium, dan patogenesisnya)
2. Menjelaskan farmakologi obat-obat yang digunakan
3. Memilih pengobatan sesuai algoritma pengobatan
4. Menjelaskan Drug Related Problems (DRP) atau masalah-masalah yang terkait
penggunaan obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penyakit
Stroke didefinisikan sebagai serangan tiba-tiba defisit neurologis fokal yang
berlangsung setidaknya 24 jam dan diduga berasal dari pembuluh darah. Stroke dapat
berupa iskemik atau hemoragik (DiPiro et al. 2015 hlm.120). Stroke iskemik adalah
perkembangan tiba-tiba defisit neurologis fokal yang terjadi karena suplai darah yang
tidak memadai ke area otak. Paling sering, ini adalah karena oklusi arteri thrombotic
atau embolik yang menyebabkan infark serebral. Stroke hemoragik adalah hasil
perdarahan ke otak dan ruang lain di dalam sistem saraf pusat dan termasuk
perdarahan subarachnoid, perdarahan intraserebral, dan hematoma subdural (DiPiro
et al. 2008 hlm.161)
B. Epidemiologi
Saat ini ada 6,5 juta penderita stroke di Amerika Serikat, dan stroke adalah
penyebab utama kecacatan orang dewasa. Dari mereka yang bebas dari diagnosis
stroke atau serangan iskemik transien (TIA), bagaimanapun, hampir 20% dari
individu di atas usia 45 tahun melaporkan setidaknya satu gejala stroke, menunjukkan
maraknya di bawah diagnosis. Karena sebagian dari kebutuhan akan rehabilitasi
pasca-hospitalisasi dan perawatan di rumah yang mahal, biaya tahunan stroke di
Amerika Serikat diperkirakan mencapai $ 69 miliar. Proyeksi saat ini adalah bahwa
kematian yang disebabkan oleh stroke akan meningkat secara eksponensial dalam 30
tahun ke depan karena usia penduduk dan ketidakmampuan kita untuk
mengendalikan faktor-faktor risiko. Orang Amerika keturunan Afrika memiliki
tingkat stroke yang dua kali lebih tinggi dari orang kulit putih, dan perbedaannya
dibesar-besarkan pada usia yang lebih muda. Selain itu, perbedaan geografis dalam
insiden stroke ada, sehingga banyak negara bagian di Amerika Serikat bagian
tenggara memiliki tingkat kematian stroke 40% lebih tinggi daripada rata-rata
nasional (DiPiro et al. 2014 hlm.688).
C. Patofisiologi
1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik (87% dari semua stroke) disebabkan oleh pembentukan
thrombus lokal atau emboli yang menyumbat arteri serebral. Emboli timbul baik dari
arteri intra- atau ekstrakranial. Dua puluh persen stroke iskemik muncul dari hati.
Plak aterosklerotik karotis dapat pecah, menghasilkan paparan kolagen, agregasi
trombosit, dan pembentukan trombus. Bekuan dapat menyebabkan oklusi lokal atau
mengusir dan perjalanan distal, akhirnya menyumbat pembuluh serebral. Pada emboli
kardiogenik, stasis aliran darah di atrium atau ventrikel mengarah pada pembentukan
gumpalan lokal yang dapat mengeluarkan dan melakukan perjalanan melalui aorta ke
sirkulasi serebral. Pembentukan trombus dan emboli menghasilkan oklusi arteri,
penurunan aliran darah serebral dan menyebabkan iskemia dan akhirnya infark distal
ke oklusi (DiPiro et al. 2015 hlm.120).
2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik (13% dari stroke) termasuk perdarahan subarachnoid
(SAH), perdarahan intraserebral, dan hematoma subdural. SAH dapat terjadi akibat
trauma atau ruptur aneurisma intrakranial atau malformasi arteriovenosa (AVM).
Intracerebral hemorrhage terjadi ketika pembuluh darah yang pecah di dalam otak
menyebabkan hematoma. Hematoma subdural biasanya disebabkan oleh trauma.
Darah di parenkim otak merusak jaringan di sekitarnya melalui efek massa
dan neurotoksisitas komponen darah dan produk degradasinya. Stroke hemoragik
dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial yang mendadak yang
menyebabkan herniasi dan kematian (DiPiro et al. 2015 hlm.120).
D. Tanda dan Gejala
Tanda Gejala
(Dipiro et al. 2014 hlm.692) (Dipiro et al. 2014 hlm.692)
 Pasien biasanya memiliki banyak  Pasien mungkin mengeluhkan
tanda disfungsi neurologis, dan kelemahan pada satu sisi tubuh,
defisit spesifik ditentukan oleh area ketidakmampuan untuk berbicara,
otak yang terlibat kehilangan penglihatan, vertigo,
 Hemiparesis atau monoparesis atau jatuh. Stroke iskemik biasanya
terjadi secara umum, seperti halnya tidak menyakitkan, tetapi pasien
defisit hemisensori mungkin mengeluh sakit kepala,
 Pasien dengan vertigo dan dan dengan stroke hemoragik, itu
penglihatan ganda cenderung bisa sangat parah.
memiliki keterlibatan sirkulasi
posterior
 Afasia terlihat sering pada pasien
dengan stroke sirkulasi anterior
 Pasien mungkin juga menderita
disartria, cacat bidang visual, dan
tingkat kesadaran yang berubah

E. Diagnosa
Tes laboratorium untuk keadaan hiperkoagulasi harus dilakukan hanya jika
penyebabnya tidak dapat ditentukan berdasarkan adanya faktor risiko. Protein C,
protein S, dan antitrombin III paling baik diukur dalam kondisi tunak daripada pada
tahap akut. Antiphospholipid antibodi memiliki hasil yang lebih tinggi tetapi harus
disediakan untuk pasien yang lebih muda dari 50 tahun dan mereka yang telah
memiliki beberapa peristiwa trombotik vena atau arteri atau livedo reticularis.
Computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) scan kepala
dapat mengungkapkan area perdarahan dan infark. Carotid Doppler (CD),
elektrokardiogram (ECG), transthoracic echocardiogram (TTE), dan transcranial
Doppler (TCD) masing-masing dapat memberikan diagnosa yang berharga (DiPiro et
al. 2015 hlm.121).
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada stroke yaitu (DiPiro et al. 2014 hlm.692):
1. CT scan kepala akan menunjukkan area hiperintensitas (putih) di area perdarahan
dan akan normal atau hipointens (gelap) di area infark. CT scan bisa memakan
waktu 24 jam (dan jarang lagi) untuk mengungkapkan area infark
2. MRI kepala akan mengungkapkan area iskemia dengan resolusi lebih tinggi dan
lebih awal dari CT scan. Diffusion-weighted imaging (DWI) akan
mengungkapkan infark yang berkembang dalam beberapa menit
3. Studi Carotid Doppler (CD) akan menentukan apakah pasien memiliki tingkat
stenosis tinggi dalam arteri karotid yang memasok darah ke otak (penyakit
ekstrakranial)
4. Elektrokardiogram (EKG) akan menentukan apakah pasien mengalami fibrilasi
atrium, faktor etiologi kuat untuk stroke
5. Transthoracic echocardiography (TTE) akan menentukan apakah kelainan katup
atau kelainan wallmotion adalah sumber emboli ke otak. “Tes gelembung” dapat
dilakukan untuk mencari shunt intraatrial yang menunjukkan defek septum atrium
atau foramen ovale paten.
6. Transesophageal echocardiography (TEE) adalah tes yang lebih sensitif untuk
trombus di atrium kiri. Ini efektif untuk memeriksa lengkungan aorta untuk
ateroma, sumber emboli yang potensial
7. Transcranial Doppler (TCD) akan menentukan apakah pasien cenderung
memiliki stenosis intrakranial (misalnya Stenosis arteri serebri media)
G. Algoritma

(DiPiro et al. 2008 hlm.692)


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Tanggal dan Waktu


Praktikum farmakoterapi dilakukan pada hari Jumat, 29 November 2019 pukul
08.00 – 10.30 WIB.
B. Judul Praktikum
Judul dari praktikum yang dilakukan yaitu Stroke.
C. Kasus dan Pertanyaan
1. Kasus
Tn.A (57 tahun) dibawa oleh putra nya ke IGD pada pukul 10 pagi, dari
keterangan anaknya diketahui ayahnya mengalami kesulitan bicara, mati rasa lengan
kiri dan pusing. ketika sedang main tenis pagi ini pukul 9.30 ayahnya tiba-tiba
berlutut dan menjatuhkan raket tenis nya. sebelumnya, pukul 8 pagi ayahnya
mengeluh sedikit pusing dan kesemutan di tangan kiri yang hilang dengan sendirinya.
pasien tidak emngalami riwayat stroke atau TIA sebelumnya. Dari hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik dan penunjang dokter mendiagnosa pasien menderita stroke
iskemik.
Riwayat penyakit pasien : Hipertensi dan hiperlipidemia sejak 10 lalu
Riwayat Keluarga : saudara perempuan 62 tahun juga mengalami hipertensi, anak
laki-laki 31 tahun menderita DM tipe 2
Riwayat sosial : Mempunyai istri dan 3 orang anak, tidak merokok
Terapi pasien saat ini : sebelum masuk RS, amlodipine 5mg per-oral di pagi setiap
hari, simvastatin 10mg per-oral setiap hari pada malam hari sebelum tidur
Pemeriksaan fisik : TD : 192/100 mmHg, Nadi : 70, Pernafasan : 19, Suhu : 36 ºC
Pemeriksaan EKG : Normal
Hasil pemeriksaan CT-Scan : Infark di bagian otak tengah bagian kanan, tidak ada
tanda-tanda hemoregik.
Hasil pemeriksaan laboratorium :
Natrium 140 mEq/L WBC 5,9 x 103/mm3 Kol. Total 200 mg?dL
K 4,2 mEq/L Hgb 16,4 d/dL LDL 118 mg/dL
Cl 103 mEq/L Hct 49,6% TG 160 mg/dL
CO2 28 mEq/L Plt 310 x 103/mm3 HDL 50 mg/dL
BUN 10 mg/dL aPTT 25,3 s
Scr 0,6 mg/Dl

Pasien diresepkan terapi sebagai berikut


R/ Citicolin 500mg injeksi
s.2.dd.1 amp
R/ Neurosanbe Injeksi
s.1.dd.1 amp
R/ Ranitidin Injeksi
s.2.dd.1 amp

2. Pertanyaan
a. Apakah tujuan terapi jangka pendek dan jangka panjang pada pasien?
b. Apakah terapi non farmakologi yang bermanfaat untuk pasien?
c. Apakah terapi antihipertensi akut yang anda rekomendasikan untuk pasien?
d. Apakah penggunaan citicolin dan B komplek pada pasien stoke
direkomendasikan, jelaskan alasannya berdasarkan jurnal terbaru dengan EBM
yang kuat!
e. Untuk mencegah stroke berulang apakah regimen antiplatelet yang
direkomendasikan?
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis SOAP
1. Subjek :
Pasien mengalami kesulitan bicara,mati rasa lengan kiri, dan pusing. sedikit pusing
dan kesemutan di tangan kirinya yang hilang dengan sendirinya
Riwayat Penyakit pasien : Hipertensi dan Hiperlipidemia sejak 10 tahun yang lalu.
Riwayat Keluarga : Saudara perempuan 62 tahun mengalami hipertensi, anak laki-
laki 31 tahun menderita DM tipe 2.
Riwayat Sosial : Mempunyai istri dan 3 orang anak, tidak merokok.
Riwayat obat : Sebelum masuk RS : Amlodipin 5 mg per oral, setiap hari pada pagi
hari, Simvastatin 10 mg per oral setiap hari pada malam hari sebelum tidur.
2. Objek :
Pemeriksaan fisik : TD 192/100 mmHg (Normalnya 120/80 mmHg)
Hasil Pemeriksaan CT scan : infark di bagian otak tengah bagian kanan, tidak ada
tanda-tanda hemoregik.
Hasil Pemeriksaan Lab :

HASIL LAB NILAI NORMAL

CO2 (28 mEq/L) 35-45 mmHg

aPTT 25,3 s 30-40 s

(Kemenkes RI, 2011)


Dokter mendiagnosa pasien menderita stroke iskemik
3. Assesment
DRP (Drug Related Problem)
a. Tidak adanya terapi obat antihipertensi
b. Pemberian Ranitidine tidak tepat.
c. Tidak adanya terapi obat antiplatelet. Tujuannya untuk mencegah kejadian stroke
berulang pada pasien maka sebaiknya ditambahkan obat antiplatelet
4. Planning
a. Diberikan obat antihipertensi (Captopril dan HCT) untuk obat hipertensi tahap II
b. Pengguanaan Ranitidin sebaiknya tidak digunakan.
c. Untuk obat antiplatelet sebaiknya di berikan aspirin.

B. Apakah tujuan terapi jangka pendek dan jangka panjang pada pasien?
Terapi jangka panjang : Mengurangi cedera neurologis yang sedang berlangsung
dan menurunkan angka kematian dan kecacatan jangka panjang.
Terapi jangka pendek : Mencegah komplikasi sekunder karena imobilitas dan
disfungsi neurologis, dan mencegah kekambuhan stroke.
(dipiro 2015, hal 121)

C. Apakah terapi non farmakologi yang bermanfaat untuk pasien?


Stroke iskemik akut: Dekompresi bedah kadang-kadang diperlukan untuk
mengurangi tekanan intrakranial. Pendekatan tim interprofesional yang mencakup
rehabilitasi dini dapat mengurangi kecacatan jangka panjang. Dalam pencegahan
sekunder, endarterektomi karotid dan stenting mungkin efektif dalam mengurangi
kejadian stroke dan kekambuhan pada pasien yang tepat.
Stroke hemoragik: Pada SAH, intervensi bedah untuk memotong atau menurunkan
abnormalitas vaskular mengurangi mortalitas akibat perdarahan ulang. Setelah
perdarahan intraserebral primer, evakuasi bedah mungkin bermanfaat dalam beberapa
situasi. Penyisipan drainase ventrikel eksternal dengan pemantauan tekanan
intrakranial umumnya dilakukan pada pasien ini.

D. Apakah terapi antihipertensi akut yang anda rekomendasikan untuk pasien?


Pasien mengalami hipertensi tahap 2 >160 mmHg dengan 2 kombinasi
pengobatan yaitu diuretik dngan obat golongan ACE Inhibitor, B-Bloker, atau
ARB. Jadi obat yang diberikan HCT 25 mg sehari dan golongan ACE inhibitor
Captopril 12.5 mg - 25 mg 2-3 kali sehari.
( Dipiro ed 9 tahun 2015 halaman 91 )
E. Apakah penggunaan citicolin dan B komplek pada pasien stoke
direkomendasikan, jelaskan alasannya berdasarkan jurnal terbaru dengan
EBM yang kuat!
Citicolin tetap digunakan pada pasien berdasarkan jurnal (Karsten Overgaard,
2014. (The Effects of Citicoline on Acute Ischemic Stroke: A Review)
Kesimpulan jurnal adalah bahwa citicoline aman digunakan dan mungkin
memiliki manfaat efek resmi pada pasien stroke dan paling manfaat resmi pada
stroke kurang parah pada pasien lanjut usia.
Sedangkan vitamin B kompleks juga perlu digunakan berdasarkan literatur vit b
kompleks dapat menjadi strategi yang efektif untuk mengurangi risiko stroke pada
pasien yang tidak dapat mentoleransi terapi antiplatelet (Graeme J Hankey,
2018. B vitamins for stroke prevention).

F. Untuk mencegah stroke berulang apakah regimen antiplatelet yang


direkomendasikan?
Menurut Dipiro 2008 hal 170-171 terapi antiplatelet yang direkomendasikan adalah
sebagai berikut:
• Aspirin 50-325 mg/ hari
• Clopidogrel 75 mg/ hari
• Aspirin 25mg + extend release Dipiridamole 200 mg 2x/ hari
Dan obat yang kami gunakan adalah aspirin karena sebagai obat lini pertama yang
berfungsi sebagai antiplatelet

Pembahasan
Pasien didiagnosa menderita stroke iskemik, selain itu pasien memiliki
riwayat hipertensi dan hyperlipidemia dari hasil pemeriksaan fisik pasien TD 192/100
mmHg. Pada penanganan pertama pada pasien stroke iskemik adalah dengan
memberikan obat trombolitik jika pasien ditindak lanjuti sebelm 3 jam setelah
serangan. Tetapi untuk kasus kali ini pasien kami tidak merekomendasikan pemberian
obat trombolitik karena pasien sudah diberikan obat anti platelet sehingga darah akan
mudah mengalir dan jika diberikan kembali obat trombolitik makan darah akan
semakin encer.
Pasien mendapatkan hasil labaratorium aPTT dibawah nilai normal yang
artinya darah pada pasien mengalami perlambatan sehingga perlu diberikan obat anti
platelet atau anti koagulan, pada stroke iskemik ini agar tidak terjadi stroke berulang
maka obat yang direkomendasikan adalah anti platelet. Obat yang dapat
direkomendasikan adalah aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24-28 jam setelah
terjadi serangan stroke, jika pasien sudah pulih dan pulang dari rumah sakit ataplase
dapat di ganti dengan aspirin. Hal ini juga merupakan tindakan untuk mencegah
stroke berulang.
Pasien memiliki tekanan darah yang tinggi. Penanganan hipertensi pada
stroke, dengan TDS >180 mmHg dan tidak disertai dengan gejala peningkatan
tekanan intrakronial. Kami menyimpulkan pasien mengalami hipertensi tahap 2 >160
mmHg maka diberikan terapi 2 kombinasi pengobatan yaitu diuretik dengan obat
golongan ACE Inhibitor, B-Bloker, atau ARB. Jadi obat yang diberikan HCT 25 mg
sehari dan golongan ACE inhibitor Captopril 12.5 mg - 25 mg 2-3 kali sehari.
( Dipiro ed 9 tahun 2015 halaman 91 )
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke didefinisikan sebagai serangan tiba-tiba defisit neurologis fokal yang
berlangsung setidaknya 24 jam dan diduga berasal dari pembuluh darah. Stroke dapat
berupa iskemik atau hemoragik. Stroke iskemik adalah perkembangan tiba-tiba defisit
neurologis fokal yang terjadi karena suplai darah yang tidak memadai ke area otak.
Stroke hemoragik adalah kondisi pecahnya salah satu arteri dalam otak yang
memicu perdarahan di sekitar organ tersebut sehingga aliran darah pada sebagian otak
berkurang atau terputus. Pada kasus pasien didiagnosis stroke iskemik dengan hasil
mendukung yaitu hipertensi tahap 2 >160 mmHg dan hiperlipidemi. Pada kasus
pasien di berikan terapi obat antihipertensi yaitu HCT 25 mg sekali sehari dan
golongan ACE inhibitor Captopril 12.5 mg - 25 mg 2-3 kali sehari, lalu pasien
diberikan obat anti platelet yaitu aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24-28 jam,
pasien diberikan anti platelet untuk mencegah terjadinya stroke berulang.
DAFTAR PUSTAKA
DiPiro JT, Marie AC, Barbara GW, Terry LS, Patrick MM, Jill MK, John CR. 2008.
Pharmacotherapy Principles & Practice. USA: The McGraw-Hill
Companies.
DiPiro JT, Robert LT, Gary CY, Gary RM, Barbara GW, LM Posey. 2014,
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 9th Edition. USA: McGraw-
Hill Education.
DiPiro JT, Barbara GW, Terry LS, CV DiPiro. 2015. Pharmacotherapy Handbook 9th
Edition. USA: McGraw-Hill Education.
Escardio, 2008,Keselamatan Pengobatan Antitrombotik Dalam Sindrom Koroner
Akut, The Medical News
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kemenkes RI.
Pinzon, R., dan Asanti, L., 2010, Catatan Kecil Hari Stroke Sedunia, (online), (
www.strokebethesda.com, diakses pada tanggal 30 November 2019)
Prastiwi AD. 2018. Hubungan Antara Kadar Hemoglobin dan Jenis Kelamin dengan
Mortalitas Pada Pasien Stroke Iskemik. Surakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Price, Wilson. 2006. Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Reslina I, Dedy A, dan Armenia. 2015. Hubungan Pengobatan Stroke Dengan Jenis
Stroke Dan Jumlah Jenis Obat. Padang: Fakultas Farmasi Universitas
Andalas.
Riyadina W dan Ekowati R. 2013. Determinan Penyakit Stroke. Jakarta: Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.7 No.7.
Royal College of Physicians., 2004,National Clinical Guidelines for Stroke, second
edition, 4, Royal College of Physicians: London.
Waluyo EMJ, Firdha R, dan Nurhidayat. 2016. Tekanan Darah pada Pasien Pasca
Serangan Stroke. Ciamis: Mutiara Medika Vol.16 No.2.
PERDOSSI. 2011. Guideline Stroke Tahun 2011. Jakarta: Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).

Anda mungkin juga menyukai