DEPRESI
KELOMPOK 4
KELAS S1-VC
DOSEN PENGAMPU
FINA ARYANI, M.Sc., Apt
DEPRESI
Depresi atipikal
Dysthymia
Depresi psikotik
Depresi mayor/depresi berat Depresi atipikal
Depresi postpartum
Premenstrual Dysphoric
Disorder
Depresi musiman
(seasonal affective
disorder)
Depresi Premenstrual
Dysphoric Disorder
postpartum
4. Atrofi hippocampus
Depresi unipolar mengalami penurunan
volume hippocampus (bagian dari otak
dimana terdapat progenitor sel syaraf
yang terus membelah dan membentuk
sel syaraf baru),
PROGNOSIS DEPRESI
Pemulihan spontan dapat Hasil terapi yang jelek
memakan waktu berbulan umumnya disebabkan
bulan dan selama waktu itu oleh
pasien pengobatan yang tidak
beresiko besar terhadap Kebanyakan individu memadai, gejala awal
terjadinya komplikasi. dengan episode depresi yang
Menurut DSM-IV-TR, risiko berat akan berat (termasuk
kekambuhan sekitar 70% membaik dan berespon psikosis), onset pada
pada 5 tahun dan minimal positif terhadap usia dini, banyaknya
80% pada 8 tahun. Pasien sedikitnya satu obat jumlah episode
dengan depresi berat, 76% antidepresan. Individu sebelumnya,
diantaranya bisa juga pemulihan yang
pulih dengan antidepresan, dapat mengambil kurang
dibandingkan dengan 18% manfaat dari psikoterapi sempurna setelah 1
pada pemberian plasebo tahun
atau pengobatan dan faktor
psikoterapi. lainnya.
TERAPI
DEPRESI
Tujuan Terapi :
Mengurangi
gejala depresi,
meminimalkan
efek samping,
Terapi memastikan
kepatuhan
terhadap
regimen yang
ditentukan,
Non Farmakologi memfasilitasi
Farmakologi kembali ke fungsi
pra-morbid dan
mencegah
episode depresi
lebih lanjut.
1. TERAPI NON FARMAKOLOGI
Antidepresan adalah
obat yang digunakan
untuk mengobati kondisi
serius yang dikarenakan
depresi berat. Kadar NT
Rendahnya kadar NE
(nontransmiter) terutama
dan serotonin di dalam
NE (norepinefrin) dan otak inilah yang
serotonin dalam otak menyebabkan gangguan
sangat berpengaruh depresi, dan apabila
terhadap depresi dan kadarnya terlalu tinggi
menyebabkan mania.
gangguan SSP
Selective Serotonin Reuptake
Inhibitor (SSRI).
TERAPI FARMAKOLOGI
Mono Amin Oxidase Inhibitor
( MAOI )
Antidepresan Triazolopiridin
Antidepresan Aminoketon
Serotonin /Norepinephrin
Reuptake Inhibitor (SNRI)
1. Selective Serotonin 2. Antidepresan Trisiklik
Reuptake Inhibitor (TCA)
(SSRI).
Selective Serotonin Reuptake
Inhibitor adalah obat Antidepresan trisiklik
antidepresan yang mekanisme (TCA) menghambat
kerjanya menghambat pengambilan kembali
pengambilan serotonin yang amin biogenik seperti
telah disekresikan dalam sinap
norepinerin (NE), Serotonin
(gap antar neuron), sehingga
kadar serotonin dalam otak ( 5 – HT) dan dopamin
meningkat didalam otak
mekanisme kerjanya
Bupropion merupakan mengeblok monoamin dengan
satu – satunya obat lebih selektif daripada
golongan aminoketon. antidepresan trisiklik, serta
Bupropion aminoketon tidak menimbulkan efek yang
tidak ditimbulkan antidepresan
menghambat trisiklik Antidepresan golongan
pengambilan kembali SNRI memiliki aksi ganda dan
dopamine dan pada efikasi yang lebih baik
tingkat lebih rendah, dibandingkan dengan SSRI dan
norepinefrin. TCA dalam mengatasi remisi
pada depresi parah.
Tn. AD, 42 tahun, pendidikan terakhir tamat S1, bekerja sebagai guru, sudah menikah,
merupakan anak ke-3 dari 7 bersaudara. Pasien dikonsulkan dari bagian Neurologi
pada
tanggal Oktober 2018 dengan diagnosis completed stroke, dyslipidemia, hipertensi
grade 1, dikonsulkan dengan suspect depresi post stroke. Pasien mengatakan merasa
sedih
karena tidak kunjung sembuh dari sakitnya. Sesekali dalam bercerita pasien
mencucurkan air mata. Pasien mengatakan sudah 3 tahun yang lalu menderita
stroke. Pasien menyadari sakit yang dideritanya murni penyakit medis. Satu tahun
kemudian pasien tidak bisa berjalan.
Awalnya pasien rajin berobat baik berobat ke medis maupun alternatif. Akan tetapi
kira-kira 1 tahun ini pasien tidak mau berobat dikatakan karena merasa putus asa,
mengaku merasa bersalah karena sering merepotkan istrinya dan menjadi beban bagi
keluarganya. Pasien juga
mengatakan merasa tidak berguna karena tidak dapat mengerjakan apa-apa, tidak
dapat
menjaga anak, dan tidak bisa bekerja padahal pasien memiliki tanggungan terhadap 4
orang anak, 1 istri dan 1 adik perempuannya yang masih kuliah.
Tiga bulan yang lalu pasien mengatakan mendapat serangan stroke lagi
sampai pasien tidak dapat berbicara. Pasien mengatakan “saat 3 bulan yang
lalu saya
tiba-tiba tidak bisa berbicara, saat itu saya sempat berfikir untuk mengkahiri
hidup dan merasa tambah putus asa, penyakit saya tidak sembuh-sembuh
justru tambah parah “. Saat mengatakan hal tersebut tiba-tiba air mata pasien
bercucuran dari matanya dan sesekali pasien mengusap pipinya dengan
menggunakan tangannya. Hal ini diperberat pula karena sejak 6 bulan
terakhir
istri pasien mulai memarahi pasien dikarnakan pasien tidak mau berobat dan
berusaha untuk mencoba berjalan. Pasien mengatakan tidak bisa berjalan,
menulis bahkan berbicara sehingga membuat pasien merasa kehilangan
minat untuk melakukan aktifitas. Waktu pasien banyak dihabiskan dirumah
dan tidak melakukan apa-apa. Semenjak 3 bulan ini nafsu makan pasien
dikatakan
menurun dan sering tebangun saat tengah malam dan kadang sampai tidak
bisa tidur lagi.
Pasien juga mengatakan memiliki riwayat merokok akan tetapi sudah 4 tahun ini
tidak melakukannya lagi. Riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa tidak
ada. Riwayat penyakit kencing manis, asma, jantung, kejang disangkal oleh pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital :
HT : 144/87 mmHg
N : 80 x/menit
P : 20 x/menit
GCS : E4V5M6
Nama : TN. AD
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Guru
Keluhan : Sudah 3 Tahun mengalami stroke, 1 tahun
ini pasien tidak mau berobat karena merasa putus asa, merasa
bersalah, merasa kehilangan minat untuk beraktivitas. 3 bulan
lalu kembali stroke, pasien tidak bisa bicara dan sempat berfikir
ingin mengakhiri hidupnya dan semakin putus asa dilanjutkan
dengan kondisi pasien yang nafsu makan pasien menurun,
sering bangun tengah malam,
Riwayat penyakit : Riwayat penyakit kencing manis, asma,
jantung, kejang disangkal oleh pasien
Pemeriksaan fisik :
TERAPI FARMAKOLOGI
A.Tujuan terapi
1. Untuk mengobati gejala-gejala depresi
Mengurangi atau menghilangkan yang dilami oleh pasien diberikan
gejala-gejala depresi escitalopram 10 mg/hari
Mengurangi resiko kekambuhan 2. Untuk mengobati kolesterol diberikan
dan mempermudah pengendalian atorvastatin dengan dosis awal 20 mg/hari,
terhadap pola pikiran dosis dapat diturunkan atau ditingkatkan
Meningkatkan kembali semangat sesuai kadar kolesterolnya.
hidup pasien yang menurun. 3. Diberikan obat anti platelet yaitu
Mencegah kekambuhan stroke tromboaspilet 160 mg/hari, sebagai obat
Menormalkan tekanan darah pemeliharaan kondisi stroke pasien.
pasien. 4. Diberikan obat ACEI+Diuretik, ACEI yaitu
Menormalkan kadar LDL,HDL dan Ramipril dengan dosis 5 mg/hari dan
Trigliserida dengan meningkatkan furosemide 40 mg/ hari untuk
dosis dari atorvastatin menormalkan tekanan darah pasien.
5. Obat-obat terapi yang diberikan tidak
menyebabkan interaksi satu sama lain.
Non Farmakologi
Digunakan untuk kasus depresi ringan, Terapi dengan mengalirkan arus listrik
tidak efektif untuk depresi mayor yang ke otak, terapi ini biasa digunakan
parah dan depresi psikotik untuk depresi berat yang mempunyai
resiko bunuh diri
Pemilihan Obat Rasional
Ramipril dan Antihipertensi • Ramipril bekerja menghambat hormone yang mengubah Tepat Indikasi
Furosemide angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II
merupakan zat yang membuat pembuluh darh menyempit.
• Furosemide bekerja pada glomerulus ginjal untuk
menghambat penyerapan kembali zat Na oleh sel tubulus
ginjal.
TEPAT OBAT
Atorvastatin Muntah, sakit perut, Merasa sangat Istirahat yang cukup dan teratur.
lelah Berikan domperidone jika muntah
Urine berwarna gelap seperti teh, Mata tidak teratasi. Banyak
dan kulit menguning mengkonsumsi air putih.