Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETIK

PEMBUATAN SEDIAAN SHAMPO DARI PERASAN JERUK NIPIS

Nama pembimbing : Apt.Erwan Kurnianto, M.Farm

Tanggal dan tempat praktikum : 30 Desember 2021, Lab. Farmakologi

Nama kelompok : B4

Nama Praktikan : Rosa Amalia Imron (199491)

Sanita Sari (199495)

Sofia Loviyana (199501)

Sri Wahyuni (199504)

Syarifah Aulya Aufa Al-Qadri (199507)

Umira Vernika (199510)

Windhy Rahayu Harsyam (199514)

Yusril Izzamaulana (199517)

Zulva Safitri (199519)

PROGRAM DIII FARMASI

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rambut yang sehat dan indah dambaan setiap orang. Namun, kenyataannya

banyak gangguan yang sering dihadapi, seperti rambut pecahpecah, merah/kurus,

rontok, bahkan sampai kebotakan. Melalui perawatan secara teratur dan benar,

gangguan rambut tersebut bisa diatasi. Merawat keindahan dan kesehatan rambut

biasanya diawali dari kebersihan rambut, yaitu dengan mencuci rambut setiap dua

atau tiga kali seminggu dengan shampo yang sesuai dengan jenis rambut seseorang.

Rambut merupakan hiasan kepala, yang dapat membuat wajah jadi lebih

menarik, terutama bagi kaum wanita. Rambut juga merupakan mahkota yang dapat

dibanggakan dan dikagumi oleh setiap insan yang memandangnya. Oleh sebab itu,

anda merawat rambut agar tetap subur, lebat, dan teratur, itulah ungkapan yang sering

kita dengar untuk melukiskan betapa pentingnya rambut yang sehat. Tidak mudah

memiliki rambut yang indah dan sehat karena sering kali rambut yang bermasalah.

Adanya masalah dengan rambut mengakibatkan aktivitas terganggu karena akan

menjadi pusing. Seperti halnya ketombe, ketombe merupakan masalah yang sering

kita jumpai dalam masyarakat.

Upaya perawatan rambut dapat dilakukan dengan pemakaian shampo. Shampo

merupakan bahan pembersih yang sesuai untuk mencuci rambut, menghilangkan

kotoran dari rambut dan kulit kepala, membuat rambut mudah ditata dan tampak

sehat.

Shampo digunakan untuk menghilangkan partikel yang tidak diinginkan,

seperti minyak dan kotoran lain, dan juga dapat memperindah rambut dan tanpa

1
pengelupasan sebum yang berlebihan karena dapat menyebabkan rambut semakin

sulit diatur. Tumbuhan mengandung metabolit sekunder yang lebih aman digunakan

dengan bahan sintetik, sehingga sangat berguna untuk formulasi shampo dari bahan

alam.

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan tumbuhan perdu,

memiliki banyak khasiat untuk kesehatan, kesehatan, mudah dibudidayakan, serta

tidak memerlukan lahan yang luas. Jeruk nipis dapat digunakan sebagai bumbu

penyedap masakan dan dapat juga digunakan sebagai antiketombe karena

mengandung minyak atsiri limonen. Kandungan limonen tertinggi terdapat pada jeruk

nipis yang berumur berumur kurang lebih kurang lebih 3,5 bulan saat

buah berwarna hijau deng berwarna hijau dengan kadar 70-85% an kadar 70-

85%(1,2) .

B. Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu mengetahui proses teknik pembuatan sediaan shampo dalam

berbagai konsentrasi dengan menggunakan bahan alam.

2
BAB II

DASAR TEORI

1. Landasan Teori

▪ Shampoo

Kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala atau shampo tujuan penggunaan

shampo salah satu untuk membersihkan rambut dan kulit kepala dari segala macam

kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel-sel yang sudah mati dan sebagainya

secara baik dan aman. Dan biasanya pada kulit kepala juga sering terjadi

pengelupasan kulit mati secara berlebihan dan disertai gatal-gatal dan peradangan

(ketombe) yang disebabkan terjadi perubahan pada lapisan bagian kulit di

epidermis yaitu stratum komeum tampak hiperproliferasi, lipid interseluler

dan intraseluler yang hipersekresi, serta parakeratosis yang menimbulkan skuama

halus, kering, berlapis-lapis, sering mengelupas sendiri, serta rasa gatal dengan

atau tanpa peradangan. Salah faktor penyebab ketombe adalah hipersekresi

kelenjar sebacea yang menghasilkan sebum. Mikroorganisme yang

menyebabkan terjadinya ketombe ialah p. Ovale (p. Malassez) termasuk genus

Malassezia sp. Merupakan flora normal kulit kepala, tetapi bermacam keadaan

seperti kadar minyak yang meningkat memicu pertumbuhan berlebihan pada

jamur (Oktaviani, 2012).

Untuk maksud tersebut, shampo harus memenuhi syarat, yaitu dapat

membersihkan dengan baik (sifat detergen), memiliki sifat membasahi

(wetting), memiliki sifat dapat membuat busa (foaming), dapat membersihkan dan

menyehatkan kulit kepala, mudah dicuci atau dibilas kembali, membuat rambut

lebih mudah disisir dan dikepala, membuat rambut lebih cemerlang, mungkin

3
peru menganddung bahan aktif untuk mengatasi penyakit pada rambut dan kulit

kepala (meticadet shampo), aman untuk dipakai, tidak mengiritasi mata dan tidak

toksik, menyebarkan bau harum (Latifah dan Tranggono, 2011).

▪ Rambut

Rambut adalah mahkota bagi semua orang karena rambut berfungsi selain

untuk memberikan kehangatan, perlindungan, rambut juga untuk keindahan dan

penunjang penampilan. Rambut sehat memiliki ciri-ciri tebal, berwarna hitam,

berkilau, tidak kusut dan tidak rontok menjadi kebutuhan semua orang. Rambut

terdapat hampir pada seluruh bagian tubuh dan memiliki berbagai fungsi, antara lain

fungsi estetika bagi manusia. Rambut terdiri atas akar dan tangkai rambut. Akar

rambut dialiri darah melalui syaraf. Oleh karena itu, rambut sensitif terhadap

lingkungan, cuaca atau zat-zat kimia yang digunakan untuk tata rias rambut. Rambut

tumbuh di atas kulit dan akarnya tertanam di dalam kulit, perubahan biologis rambut

terdapat dalam akar yang menentukan pertumbuhan dan perontokkan rambut. Reaksi

biokimia yang mempengaruhi pertumbuhan rambut terletak di bagian bawah akar

(Dawber, 2004).

Rambut rontok (hair loss) terjadi pada banyak orang, sehingga dapat

mengurangi fungsi perlindungannya terhadap tubuh dan kepala dari lingkungan. Ini

tidak mengancam nyawa, tapi memengaruhi kepercayaan diri bahkan dapat menjadi

stressor psikologis. Rambut rontok (hair loss) adalah suatu kelainan di mana jumlah

rambut lebih sedikit atau terlepas lebih banyak dari normal, dengan atau tanpa

penipisan yang tampak. Jumlah folikel rambut kepala normalnya sekitar 100.000, dan

disebut sebagai kelainan jika jumlahnya hanya mencapai 50% yang berarti sekitar

50.000 helai. Normalnya rambut kepala terlepas sebanyak 80-120 helai/hari.

Kerontokan rambut dapat dicegah dengan pengobatan dari luar maupun dari dalam.

4
Pengobatan dari luar dapat dilakukan dengan cara menggunakan salep/larutan

perawatan rambut. Sedangkan pengobatan dari dalam dapat dilakukan dengan cara

mengkonsumsi obat dan injeksi untuk menghentikan kerontokan rambut dan

mempercepat pertumbuhan rambut (Ide, 2011).

Pada praktikum pembuatan sahmpoo kali ini kami menggunakan perasan jeruk

nipis sebagai zat aktif dalam sediaan ini. Adapun klasifikasi jeruk nipis adalah sebagai

berikut :

• Jeruk Nipis

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) merupakan tanaman berhabitus

pohon kecil dengan cabang yang lebat tetapi tidak beraturan dan tinggi berkisar antara

1,5 sampai 5 meter (Gambar 1). Perakaran tanaman kuat, cukup dalam, dan dapat

tumbuh dengan baik pada segala jenis tanah. Cabang dan rantingnya berduri pendek,

kaku, dan tajam (Gambar 2A) (Rukmana, 2003)

Buah jeruk nipis (Gambar 2C) memiliki rasa yang sangat asam, berbentuk

bulat sampai bulat telur, dan berkulit tipis. Diameter buahnya sekitar 3 sampai 6 cm

dan permukaannya memiliki banyak kelenjar. Buah jeruk nipis memerlukan waktu 5-

6 bulan untuk berkembang. Buah yang masak pohon akan berubah warna dari hijau

menjadi kuning dan jeruk akan jatuh ke tanah setelah mencapai tahap masak penuh

(Sarwono, 2001).

Jeruk nipis tumbuh baik pada iklim tropis. Temperatur optimal untuk tanaman

ini adalah 25 sampai 30oC dan kelembaban yang ideal adalah 70 sampai 80%. Di

Indonesia, jeruk nipis dapat berbunga dan berbuah secara serentak, serta dapat

berlangsung sepanjang tahun (Sarwono, 2001).

Bagian-bagian tanaman jeruk nipis dapat dimanfaatkan untuk mengobati

berbagai penyakit, antara lain batang, bunga, buah, dan daunnya. Getah batang jeruk

5
nipis yang ditambahkan sedikit garam dapat digunakan sebagai obat sakit

tenggorokan. Buah jeruk nipis banyak digunakan untuk menurunkan panas, obat

batuk, peluruh dahak, menghilangkan ketombe, influenza, antiinflamasi, antiseptik,

dan obat jerawat (Kharismayanti, 2015). Daun dan bunga jeruk nipis dapat digunakan

untuk pengobatan hipertensi, batuk, lendir tenggorokan, demam, panas pada malaria,

jerawat, dan ketombe (Triayu, 2009).

Jeruk nipis mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bermanfaat, seperti

asam sitrat, asam amino, minyak atsiri, damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium,

fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C (Lauma dkk., 2015). Daunnya sendiri juga

memiliki banyak kandungan senyawa bioaktif, seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid,

saponin, tanin, dan steroid. Senyawa-senyawa tersebut memiliki kemampuan untuk

menghambat pertumbuhan bakteri dengan mekanisme hambatnya masing-masing,

yang menyebabkan daun jeruk nipis mempunyai sifat antibakteri, antara lain dengan

cara merusak dinding sel, merusak membran sitoplasma sel, mengubah struktur

molekul protein dan asam nukleat, serta menghambat kerja enzim bakteri (Pelczar dan

Chan, 1986). Senyawa fenol dan flavonoid juga dapat bersifat sebagai antioksidan

(Fajarwati, 2013). Daun jeruk nipis bermanfaat untuk mengobati influenza dan

malaria, sedangkan infusanya dapat mengobati demam yang disertai jaundice

(timbulnya warna kuning pada kulit dan bagian putih mata karena tingginya kadar

pigmen empedu), radang tenggorokan, dan dapat meringankan sakit kepala

(Kharismayanti, 2015).

a. Taksonomi

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

6
Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Rutales

Suku : Rutaceae

Marga : Citrus

Jenis : Citrus aurantifolia, Swingle

b. Morfologi

1. Akar

Sistem perakaran jeruk nipis adalah akar tunggang dimana akar

lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang – cabang menjadi

akar-akar yang kecil. Akarnya memiliki cabang dan serabut akar. Ujung akar

tanaman jeruk terdiri dari sel-sel muda yang senantiasa membelah dan

merupakan titik tumbuh akar jeruk. Ujung akar terlindung oleh tudung akar

yang bagian luarnya berlendir sehingga ujung akar mudah menembus tanah

(Liana 2017).

2. Batang

Batang yang tergolong dalam batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang

biasanya keras dan kuat, karena sebagian besar tergolong kayu. Batangnya berbentuk

bulat (teres), berduri (spina) pendek, kaku dan juga tajam. Selain itu, arah tumbuh

batangnya mengangguk (nutans), batangnya tumbuh tegak lurus ke atas tetapi

ujungnya membengkok kembali ke bawah.Sifat percabangan batang monopodial

yaitu batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang

(Boekoesoe dan Jusuf 2015).

3. Daun

Daunnya berwarna hijau dan jika sudah tua warna kulitnya menjadi

kuning. Helain daun berbentuk jorong, pangkal bulat, ujung tumpul, tepi

7
beringgit, permukaan atas berwarna hijau tua mengkilap, permukaan daun

bagian bawah berwarna hijau muda, daging daun seperti kertas, Panjang 2,5 –

9 cm, lebar 2,5 cm, 9 sedangkan tulang daunnya menyirip dengan tangkai

bersayap, hijau dan lebar 5 – 25 mm (Boekoesoe dan Jusuf 2015).

4. Bunga

Bunga muncul dari ketiak-ketiak daun atau pucuk-pucuk ranting yang

masih muda. Setelah pucuk daun tumbuh, beberapa hari kemudian akan

disusul putikputik bunga. Bunga jeruk nipis berwarna agak kemerahan hingga

keunguan. Bunga jeruk biasanya berbau harum karena banyak mengandung

nektar (madu) (Liana 2017).

5. Buah

Buah jeruk nipis berbentuk bola bewarna kuning setelah tua atau

masak dan bewarna hijau ketika masih muda dengan diameter 3,5-5 cm. Kulit

buah pada jeruk nipis mengandung semacam minyak atsiri yang pahit rasanya.

Minyak atsiri adalah sejenis minyak yang mudah sekali menguap pada suhu

kamar tanpa mengalami penguraian terlebih dahulu, dan baunya sesuai dengan

bau tanaman penghasilnya. Minyak tersebut mudah sekali bersenyawa dengan

alkohol, eter dan minyak lemak, tetapi sulit larut dalam air (Liana 2017).

c. Manfaat

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia s.) adalah salah satu tanaman toga yang

banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu masakan dan obat-obatan

(Razak, Djamal, dan Revilla 2013). Dalam bidang medis, jeruk nipis

dimanfaatkan sebagai penambah nafsu makan, diare, antipireutik,

antiinflamasi, antibakteri dan diet (Prastiwi dan Ferdiansyah 2013). Selain itu

secara empirik jeruk nipis juga dapat digunakan sebagai obat batuk,

8
meluruhkan dahak, influenza, dan jerawat (Lauma, Pangemanan, dan

Hutagalung 2015).

Jeruk nipis memiliki kandungan senyawa flavonoid dimana flavonoid

merupakan golongan senyawa polifenol terbesar yang memiliki aktivitas

sebagai antioksidan dan antibakteri. Jeruk nipis memiliki aktivitas antifungal.

Selain itu jeruk nipis juga memiliki aktivitas larvasida dan anthelmintik.

Berbagai aktivitas yang dimiliki oleh tanaman jeruk nipis diduga berasal dari

kandungan minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan komponen terbanyak yang

terdapat dalam tanaman jeruk nipis. Senyawa mayor yang terdapat dalam daun

dan kulit buah jeruk nipis adalah limonen dan β-pinen. Jeruk nipis dapat

digunakan sebagai antifungal alternatif untuk menggantikan fungisida kimia

sehingga mengurangi efek berbahaya pada manusia dan lingkungan. Selain

itu, jeruk nipis dapat digunakan sebagai larvasida alami yang memiliki

beberapa keuntungan seperti degradasinya yang cepat serta toksisitas yang

rendah. Jeruk nipis juga memiliki aktivitas anthelmintik karena adanya

senyawa tanin yang serupa dengan fenol sintetik yang terbukti dapat

menghambat pertumbuhan cacing (Chusniah dan Muhtadi 2017).

2. Monografi Bahan

1. Sodium lauryl sulfat

Surfaktan merupakan molekul amfifilik yang memiliki bagian non polar atau

hidrofobik, dimana bagian ini melekat pada bagian yang polar atau hidrofilik.

Berdasarkan karakteristik muatannya, surfaktan dapat berupa anionik, kationik,

zwitterionik (amfolitik) atau non ionic. Contoh surfaktan anionik yang paling

sering digunakan adalah Sodium Lauryl Sulfate (attwood, 2008).

9
Sodium Lauryl Sulfate merupakan komponen yang banyak terdapat dalam

formulasi sampo. Meskipun merupakan pembersih yang baik, namun pada

konsentrasi tinggi, alkil sulfat mempunyai kecenderungan untuk mengiritasi kulit

kepala dan menghilangkan beberapa komponen lipid dari kutikula rambut. Untuk

membuat shampoo yang menggunakan alkil sulfat menjadi lebih lembut, alkil

sulfat digunakan bersamaan dengan alkil eter sulfat atau surfaktan amfoterik yang

bersifat kurang iritatif (Sihendra, 2010).

Secara umum, sodium lauryl sulfat merupakan pembusa yang baik, terlebih

pada air sadah, karakteristik pembusa yang baik diperoleh pada panjang rantai

antara C12 hingga C14. Sodium Lauryl Sulfate memilik panjang rantai 12 atom

karbon dan merupakan satu dari sekian banyak surfaktan yang umum digunakan.

Kombinasinya dengan surfaktan lain memungkinkan peningkatan terhadap

kompatibilitas dengan kulit sementara tetap menghasilkan busa yang baik (Barel,

2009).

Natrium lauril sulfat memiliki nama lain Sodium Lauryl Sulfate, SLS,

Dodecyl sodium sulfat, Sodium monolauril sulfat. Berat molekul natrium lauril

sulfat 288,38 g/mol. Rumus molekul SLS adalah C12H25NaO45. SLS memiliki

range pH 6-9. Berbentuk serbuk atau hablur putih atau kuning pucat dengan bau

lemah atau bau khas. SLS memiliki kelarutan dalam air dan praktis larut dalam

kloroform dan eter. Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari

cahaya. Keamanan SLS secara luar digunakan dalam kosmetik dan sediaan oral

serta produk kosmetik. Apabila toksik bahannya cukup beracun dan bisa

menyebabkan iritasi akut pada kulit, mata, selaput lendir, saluran pernapasan

bagian atas dan perut (Rowe, 2009).

10
2. Cocamide DEA

Cocamide DEA diproduksi dari minyak kelapa. Minyak nabati seperti kelapa

yang mengandung fatty acid. Minyak ini mudah dihidrolisa dengan menggunakan

bahan-bahan untuk membentuk sabun alkali dan gliserin. Proses acidification dari

sabun kemudian dihasilkan fatty acid. Selanjutnya proses reaksi fatty acid dengan

amine menghasilkan cocamide DEA.

Cocamide DEA merupakan zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan

atau surfaktan, digunakan untuk meningkatkan kualitas foaming , serta

menstabilkan busa (Liebert, 1986).

3. Aqua destillata

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai

rasa.

Stabilitas : Air secara kimiawi stabil dalam semua keadaan fisik. Air untuk

tujuan tertentu harus disimpan dalam wadah yang sesuai.

Inkompatibilitas : Air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lain yang

rentan terhadap hidrolisis. (DepKes RI, 1979:96 dan Rowe,

2006:804).

4. Na CMC

Natriumkarboksimetilselulosa (Na CMC) merupakan garam natrium dari

asam selulosaglikol dan dengan demikian berkarakter ionik. Sediaan dengan 7-

10% zat bersifat mudah disebarkan, konsistensinya plastis. Untuk membuat salap,

serbuknya digerus dengan bahan penahan lembab, ke dalamnya ditambahkan air

sebagian demi sebagian dan dibiarkan membengkak. Proses pembengkakannya

hanya sambil diaduk kontinyu, sedikit tergantung dari suhu. Na CMC bisa larut

baik di dalam air dingin maupun air panas. Larutan dalam aimya stabil terhadap

11
suhu dan tetap stabil dalam waktu lama pada suhu 100° C, tanpa mengalami

koagulasi (Voigt, 1971).

Na CMG digunakan secara juas untuk formulasi sediaan farmasi oral dan

topikal, terutama karena tingkat viskositas yang dimilikinya. Pada konsentrasi yang

lebih tinggi, biasanya 3-6 %, digunakan sebagai basis dalam pembuatan gel dan

pasta, glikol sering kali dimasukkan untuk mencegah penguapan. Bobot molekul

Na CMC adalah 90.000-700.000 (Rowe dkk, 2003).

5. Metil paraben

Metil paraben memiliki ciri-ciri serbuk hablur halus, berwarna putih, hampir

tidak berbau dan tidak mempunyai rasa kemudian agak membakar diikuti rasa tebal

(Anonim, 1979).

Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan antimikroba dalam

kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi serta digunakan baik sendiri

atau dalam kombinasi dengan paraben lain ataupun dengan antimikroba lain. Pada

kosmetik, metil paraben adalah pengawet pada kisaran pH yang luas dan memiliki

aktivitas antimikroba yang kuat. Metil paraben meningkatkan aktivitas antimikroba

dengan panjangnya rantai alkil, namun dapat menurunkan kelarutan terhadap air,

sehingga paraben sering dicamp dengan bahan tambahan yang berfungsi

meningkatkan kelarutan. Kemampuan pengawet metil paraben ditingkatkan dengan

penambahan propilenglikol (Rowe dkk, 2003).

6. Propil Paraben

Pemerian serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa. Kelarutan sangat

sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol(95%) P, dalam 3 bagian aseton

P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut

dalam larutan alkali hidroksida. Khasiat dan penggunaan sebagai pengawet

12
(Depkes RI, 1979).

7. Menthol

Pemerian : bentuk hablur jarum 0,4 atau priisma, bau tajam seperti minyak

permen, rasa panas dan aromatik rasa dingin.

Kelarutan : sukarlarut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol (95%), dalam

kloroform P dan dalam eter P, mudah larut dalam parafin cair P dan

dalam minyak atsiri.

Kegunaan : sebagai perasa (DepKes RI, 1979)

13
BAB III

ALAT, BAHAN, METODE PENELITIAN

A. Alat

- Gelas beaker

- Gelas ukur

- Kaca arloji

- Sendok tanduk

- Batang pengaduk

- Sudip

- Pipet tetes

- Kertas Ph

- Lumpang dan alu

- Waterbatch

B. Bahan

1. Zat aktif (jeruk nipis)

2. Sodium lauryl sulfat

3. Cocamide DEA

4. Na CMC

5. Propil paraben

6. Metil paraben

7. Menthol

8. Aquadest

14
C. Formulasi

1. Formula

Zat Aktif (jeruk nipis) 1,5 %

Sodium lauryl sulfat 2%

Cocamide DEA 4%

Na CMC 1%

Propil paraben 0,2 %

Metil paraben 0,18 %

Menthol 0,25 %

Aquadest ad 100 ml

2. Fungsi

Jeruk nipis : zat aktif

Sodium lauryl sulfat : surfaktan

Cocamide DEA : foam stabilizer

Na CMC : basis

Propil paraben : pengawet

Metil paraben : pengawet

Menthol : perasa

Aquadest : pelarut

D. Perhitungan Bahan

a. Zat aktif 1,5% = 1,5% x 100 ml = 1,5 g

b. Sls 2% = 2% x 100 ml = 2 g

c. Cocamide DEA 4% = 4% x 100 ml = 4 g

d. Na CMC 1% = 1% x 100 ml = 1 g

15
e. Propil paraben 0,2% = 0,2% x 100 ml = 0,2 g

f. Metil paraben 0,18% = 0,18% x 100 ml = 0,18 g

g. Menthol 0,25% = 0,25% x 100 ml = 0,25 g

h. Aquadest + Na CMC = 20 x 1 = 20 ml

i. Aquadest = 20 ml + (1,5 g + 2 g + 4 g + 1 g + 0,2 g + 0,18 g + 0,25 g)

= 20 ml + 9,13 g

= 29,13 ml

= 100 ml – 29,13 ml

= 70,87 ml

= 71 ml

E. Penimbangan Bahan

a. Zat aktif = 1,5 g

b. Sls = 2 g

c. Cocamide DEA = 4 g

d. Na CMC = 1 g

e. Propil paraben = 0,2 g

f. Metil paraben = 0,18 g

g. Menthol = 0,25 g

h. Aquadest = 71 ml

F. Cara Kerja

Cara pembuatan sediaan shampo :

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Dilakukan penimbangan bahan

c. Dimasukkan Na CMC yang telah ditimang kedalam air panas, biarkan beberap

menit sampai mengembang dan diauk perlahan (massa 1)

16
d. Dilarutkan menthol dengan etanol 70 % secukupnya lalu aduk hingga larut,

kemudian ditambahkan propil paraben aduk hingga homogen (massa 2)

e. Dimasukkan zat aktif lalu diaduk hingga larut

f. Dilarutkan SLS dan metil paraben (massa 3) dilakukan diatas penangas air,

ditambahkan air secukupnya lalu diaduk hingga larut

g. Ditambahkan cocamide diaduk hingga larut

h. Dicampur massa 1 dan 3

i. Setelah semua bahan tercampur diaduk dengan perlahan hingga homogen

j. Dimasukan sediaan yang telah homogen kedalam kemasan

k. Dilakukan evaluasi sediaan

G. Evaluasi Sediaan

Evaluasi sediaan beserta persyaratannya yaitu :

1. Uji organoleptis

Diamati dengan panca indra meliputi bau, bentuk, dan warna

2. Uji pH

Syarat : 5,0-9,0

- Dituang sediaan shampo sebanyak 1 Ml

- Diukur dengan kertas indikator universal dan pH harus sesuai dengan syarat

3. Uji kestabilan busa

Syarat : 1,3 – 22 cm

- Dimasukkan shampo sebanyak 1 g kedalam gelas ukur 25 ml

- Ditambahkan air secara perlahan hingga mencukuppi 10 ml

- Dilakukan pengocokan ke dua arah, yakni kanan dan kiri selama sepuluh kali.

Jalankan stopwatch ketika pengocokan dihentikan. Lalu diukur volume busa awal

dan volume busa setelah 5 menit

17
Stabilitas busa = H x 100 %

Ho

Ho = volume busa awal

H = volume busa akhir

4. Uji homogenitas

Syarat : tidak menggumpal atau tidak terdapat butiran-butiran kaar

- Diamati pada latar putih untuk mengetahui gumplan hitam.

- Diamati pada latar hitam untuk mengetahui gumpalan putih.

18
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

a. Uji organoleptis

- Bau :

Replikasi1 = khas menthol

Replikai 2 = khas menthol

Replikasi 3 = khas menthol

- Warna :

Replikasi 1 = tidak berwarna

Replikasi 2 = tidak berwarna

Replikasi 3 = tidak berwarna

- Bentuk

Replikasi 1 = semi solid

Replikasi 2 = semi solid

Replikasi 3 = semi solid

b. Uji Ph

Replikasi 1 = 6

Replikasi 2 = 6

Replikasi 3 = 6

c. Uji kestabilan busa

Replikasi 1 = awal 11,5 cm , akhir 8 cm

Replikasi 2 = awal 11,5 cm , akhir 8 cm

Replikasi 3 = awal 11,5 cm , akhir 8 cm

19
d. Homogenitas

Replikasi 1 = homogen

Replikasi 2 = homogen

Replikasi 3 = homogen

B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini mahasiswa akan melakukan pembuatan sediaan shampo dari

perasan jeruk nipis. Praktikum kali ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengetahui

bahan yang digunakan dalam formula shampo, mengetahui dan memahami cara membuat

shampo serta evaluasinya. Sediaan shampo ini dibuat menggunakan air perasan jeruk

nipisl. Shampo adalah produk perawatan rambut yang digunakan untuk menghilangkan

minyak,debu,serpihan kulit,ketombe,partikel-partikel kotor yang berasal dari lingkungan

dan kotoran lain dari rambut (putra, 2009)

Dalam penelitian ini digunakan formula dasar shampo yang terdiri dari sodium

lauryl sulfat, cocamide DEA, Na CMC, propil paraben, metil paraben, menthol dan

aquadest. Pengujian yang dilakukan yaitu uji organoleptik, uji pH,uji kestabilan busa, dan

uji homogenitas. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan agar diketahui kelayakan dari

sediaan shampo yang dibuat.

Pada uji organoleptik dilakukan pengamatan bau, warna dan bentuk sediaan ,pengaata

dilakukan sebanyak 3 kali replikasi. Sediaan shampo memiliki rasa khas mentol. Dari segi

warna sediaan tidak berwarna dan untuk bentuk sediaan ini memiliki bentuk semi solid.

Uji pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH universal. Pengujian pH dilakukan

untuk mengukur derajat keasaman sediaan, pH yang didapat dari 3 replikasi sama yaitu 6.

Uji kestabilan busa memiliki syarat yang baik yaitu 1,3 – 22 cm, uji kestabilan busa

dilakukan dengan cara memsakukkan shampo sebanyak 1 g kedalam gelas ukur 25 ml

20
lalu ditambahkan air hingga 10 ml, dan dilakukan pengocokan dua arah yaitu kanan dan

kirir selama 10 kali, diukur volume busa awal dan didapatkan hasil yaitu 11,5 cm dn hasil

akhir setelah 5 menit yaitu 8 cm , uji kestabioan busa yang didapat adalah 69,5 %

Uji homogenitas dilakukan dengan 3 kali replikasi dengan cara megamati sediaan

pada latar putih untuk mengetahui apakah terdapat gumpalan hitam dan mengamati

sediaan pada latar hitam untuk mengetahui apakah terdapat gumpalan putih didalam

sediaan, hasil yang didapat pada uji homogenitas yaitu sediaan shampo sesuai dengan

syarat homogentitas yaitu tidk terdapat gumpalan dan butiran kasar, jadi sediaan shampo

termasuk homogen .

21
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan :

1. Hasil uji organoleptis shampo pada 3 replikasi hasil baunya khas mentol, bentuk

semi solid, dan tidak berwarna

2. Pada uji Ph 3 replikasi memnuhi syarata yaitu 6 (syarat : 5-9)

3. Uji kestabilan busa untuk tinggi memenuhi syarat yaitu 11,5 dan 8 cm

4. Uji stabilitas busa memnuhi syarat 69,5%

5. Uji homogenitas mendapatkan hasil yang homogen

2. Saran

1. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan konsentrasi yang berbeda sehingga

dapat dibandingkan konsentrasi yang lebih efektif

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti efek jangka panjang dari

penggunaan shampo dari perasan jeruk nipis ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2003. Clear Conditioning Shampoo. Lubrizol Corporation

Ansel,H,C.2011. Pengantar Benruk Sediaan Farmasi.Jakarta: UI Press

Balsam, M. S. 1992. Cosmetics Science And Technology Second Edition.

London:Jhon willi and jan, Inc

Dirjen POM, 1995. Farmakope Indonesia. Jakarta: DEPKES RI

Faizatun,Dkk.2008. Formulasi Shampoo Ekstrak Bungan Chamomile Dengan

Hidroksi Propel Metal Selulisa Sebagai Pengental. Pancasila Jakarta:

Universitas Pancasila

Gayatri. 2011. Buku Cerdas Untuk Perempuan Aktif. Jakarta: Gugus Media

Lachman, 2008. Teori dan Praktik Farmasi Industri. Jakarta: UI Press

Rowe, R.C. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipient. London: Pharmaceutical

Press

Sari,K.2013. Teknologi Hasil Penelitian Ekstraksi Pati Resisten Dari Tiga Variėtas

Kentang Lokal Yangberpotensi Sebagai Kandidat

Prebiotik.Kalimantan:Universitas Jember

23
Sprowls,B,J. 1970. Prescription Pharmacy Edition. Lipincott Company:Philadelphia

Tungadi, R. 2014. Teknologi Sediaan Liquida dan Semisolid. Jakarta: CV. Sagung

Seto

Visvanathan, C. 2007. Shampoo Production, asian institute of technology School of

environment, resources and development. Thailand: Environmental

engineering and managementprogram

Voight, R.1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Ugm Wasiatmadja,

S.M. 2007. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta:UI

LAMPIRAN
a. LKH yang sudah di acc

24
b. Proses pembuatan sediaan

25
c. Uji ph

26
d. Uji stabilitas busa

e. Kemasan

27

Anda mungkin juga menyukai