Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETIK

PEMBUATAN SEDIAAN SABUN TRANSPARAN DARI LENGKUAS

Nama Pembimbing : Apt.Erwan Kurnianto, M.Farm


Tanggal dan Tempat Praktikum : 14 Oktober 2021, Lab. Farmakologi
Nama Kelompok : B4
Nama Praktikan : Sofia Loviyana (
Umira Vernika ( 199510 )
Windhy Rahayu Harsyam

PROGRAM DIII FARMASI


AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO) adalah minyak yang

dihasilkan dari buah kelapa segar. Berbeda dengan minyak kelapa biasa, dalam

pembuatan VCO tidak ada penambahan bahan kimia dan tidak menggunakan

panas yang tinggi. Selain warna dan rasa yang berbeda, VCO memiliki asam

lemak yang tidak terhidrogenasi seperti minyak kelapa biasa. Saat ini, VCO

sudah banyak dikenal oleh masyarakat karena manfaatnya untuk kesehatan tubuh.

Oleh karena itu, VCO sangat baik dijadikan sebagai bahan baku dalam industri

pembuatan sabun transparan.

Jika dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, seperti minyak sawit,

minyak kedelai, minyak jagung dan minyak bunga matahari, VCO memiliki

beberapa keunggulan, yaitu kandungan asam lemak jenuhnya tinggi, komposisi

lemak rantai mediumnya tinggi dan berat molekulnya yang rendah (Rindengan

dkk, 2004).

Sabun transparan dibuat dengan menambahkan alkohol, larutan gula, dan

gliserin untuk menghasilkan kondisi transparan dari sabun. Gliserin baik untuk

kulit karena berfungsi sebagai pelembab pada kulit.

Sabun transparan atau disebut juga sabun gliserin adalah jenis sabun mandi

yang dapat menghasilkan busa lebih lembut di kulit dan penampakannya berkilau

jika dibandingkan dengan jenis sabun yang lain seperti sabun mandi biasa

(opaque). Sabun transparan adalah sabun yang memiliki tingkat transparansi

paling tinggi dan memancarkan cahaya yang menyebar dalam partikel-partikel

kecil, sehingga obyek yang berada di luar sabun akan terlihat jelas. Obyek dapat

terlihat jelas hingga berjarak sampai panjang 6 cm (Paul, 2007).

Sabun transparan merupakan salah satu produk industri kimia yang

sangat dibutuhkan masyarakat Indonesia, namun untuk memenuhi kebutuhan itu


masih dilakukan dengan mengimpor sabun transparan, diantaranya dari negara

Hongkong, Jepang, Taiwan, Singapura, dan Malaysia (Nurjanah, 2011).

B. Tujuan

Mahasiswa mampu mempelajri formulasi sabun transparan yang meliputi

definisi, komponen, formula, cara pembuatan, evaluasi, dan uji stabilitas.


BAB II
DASAR TEORI

A. Lanadasan Teori

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang ditunjukan oleh

angka pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, maka semakin meningkat pula

permintaan suatu barang untuk kebutuhan sehari-hari. Salah satu barang untuk

kebutuhan sehari-hari yang cukup penting adalah produk perawatan kulit berupa

sabun mandi. Meningkatnya permintaan akan sabun mandi dapat dilihat dari data

Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun 2004-2009 mengenai data produksi,

konsumsi, impor, dan ekspor sabun. Dari data tersebut dapat dilihat konsumsi sabun

pada tahun 2004 sebesar 55.832,930 ton yang terus meningkat sampai tahun 2009,

yaitu sebesar 101.631,090 ton (BPS, 2009).

Sabun merupakan campuran dari senyawa natrium dengan asam lemak yang

digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, busa, dengan atau tanpa

zat tambahan lain serta tidak menimbulkan iritasi pada kulit (BSN, 1994). Sabun

dibuat dengan dua cara, yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak.

Proses saponifikasi minyak akan diperoleh produk sampingan yaitu gliserol,

sedangkan proses netralisasi tidak akan memperoleh gliserol. Proses saponifikasi

terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi

terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali (Ophardt, 2003).

Sabun padat transparan merupakan salah satu inovasi sabun yang menjadikan

sabun lebih menarik. Sabun trannsparan mempunyai busa yang lebih halus

dibandingkan dengan sabun opaque sabun yang tidak transparan (Qisty, 2009).

Faktor yang dapat mempengaruhi transparansi sabun adalah kandungan alkohol,

gula, dan gliserin dalam sabun. Ketika sabun akan dibuat jernih dan bening, maka

hal yang paling penting adalah kualitas gula, alkohol, dan gliserin. Kandungan
gliserin baik untuk kulit karena berfungsi sebagai pelembab pada kulit dan

membentuk fasa gel pada sabun (Rahadiana dkk., 2014).

Dua komponen utama penyusun sabun adalah asam lemak dan alkali. Pemilihan

jenis asam lemak menentukan karakteristik sabun yang dihasilkan, karena setiap

jenis asam lemak akan memberikan sifat yang berbeda pada sabun (Corredoira dan

Pandolfi, 1996 dalam Widiyanti, 2009). Asam lemak merupakan komponen utama

penyusun lemak dan minyak, sehingga pemilihan jenis minyak yang akan digunakan

sebagai bahan baku pembuatan sabun merupakan hal yang sangat penting. Untuk

menghasilkan sabun dengan kualitas yang baik, maka harus menggunakan bahan

baku dengan kualitas yang baik pula. Bahan baku pembuatan sabun yang digunakan

pada praktikum ini adalah minyak kelapa murni (VCO).

Pada praktikum pembuatan sediaan sabun transparan kali ini kami

menggunakan lidah buaya sebagai zat aktif dalam sediaan ini. Adapun

klasifikasi lidah buaya adalah sebagai berikut :

a. Taksonomi Tanaman Lengkuas


Lengkuas atau laos (Alpinia galanga, L) termasuk dalam famili

Zingiberaceae. Ada dua jenis lengkuas, yaitu lengkuas putih dan merah yang

bisa digunakan sebagai bumbu penyedap dan obat. Dalam sistematika

(taksonomi) tumbuhan, tanaman lengkuas diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )

Subkingdom : Tracheobionta ( Tumbuhan berpembuluh )

Super Divisi : Spermatophyta ( Menghasilkan biji )

Divisi : Magniliophyta ( Tumbuhan berbunga )

Kelas : Liliopsida ( Berkeping satu/ monokotil )


Sub kelas : Commelinidae

Famili : Zingiberaceae

Genus : Alpinia

Spesies : Alpinia galanga L. Swartz

Gambar 1. Rimpang Lengkuas Putih (Alpinia galanga)


(Sumber: Dalimartha, Setiawan 2009)

b. Morfologi Tanaman Lengkuas

Tanaman lengkuas memiliki batang semu yang tingginya dapat mencapai

2 meter dengan daun yang cukup rimbun dan panjang. Biasanya tumbuh

dengan merumput dan juga sangat rapat, selain itu batang tumbuh dengan

tegak yang tersusun dari beberapa pelepah – pelepah daun yang membentuk

batang semu, berwarna hijau muda hingga tua. Batang muda ini akan keluar

dengan bentuk tunas baru dari pangkal bawah hingga pangkal atas. Daun

tanaman ini berwarna hijau bertangkai pendek yang tersusun dengan selang

seling serta buah berbentuk bulat dan keras, selagi masih muda berwarna hijau

dan setelah tua berwarna merah kehitaman (Fauzi, 2009).

c. Kandungan Kimia Tanaman Lengkuas

Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1% minyak atsiri berwarna

kuning kehijauan yang terdiri atas metil sinamat 48%, sineol 20-30%, eugenol,
kamfer 1%, seskuiterpen, d-pinen, galangin, dan lain-lain. Selain itu, rimpang

juga mengandung resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang

disebut kaemferida dan galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat,

kuersetin, amilum, beberapa senyawa flavonoid, dan lain-lain (Azwar, 2010).

Minyak atsiri berwarna kehijauan yang mengandung methyl cinamate 48%,

cineol 2-30%, kamfer, d-pinen, galangin, dan eugenol (yang membuat pedas).

Selain itu juga mengandung sesquiterpene, camphor, galangol, cadinine,

hydrate hexahydro cadalene, dan kristal kuning (Fauzi, 2009).

d. Manfaat Tanaman Lengkuas

Lengkuas mengandung anti-inflamasi, meringankan peradangan pada

perutatau bisul, mencegah mabuk laut dan mual, sebagai anti-oksidan,

meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh, meringankan diare. kudis, panu,

dan menghilangkan bau mulut (Atjung, 1990). Salah satu tanaman yang

diketahui memiliki aktivitas sebagai antibakteri adalah tanaman lengkuas

(Languas galanga (L). Stuntz.

B. Monografi Bahan

1. Minyak Kelapa/VCO

Pemerian : cairan minyak tidak berwarna

Aroma : ada sedikit berbau asam ditambah caramel

Kelarutan : tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol (1:1)

Berat jenis : 0,883 g/ml pada suhu 20 ͦ C

Titik cair : 20-25 ͦ C

Titik didih : 225 ͦ C

Kerapatan uap : 6,91


Tekanan uap : 1 mmHg pada suhu 21 ͦ C
pH : Tidak teratur karena tidak larut dalam air. namun karena
termasuk dalam senyawa asam maka dipastikan memiliki pH
kurang dari 7

2. Glycerin
Sinonim : Glycerol, glycerin, croderol
Rumus molekul : C3H8O3
Berat molekul : 92,09
Pemerian : Tidak berwarna, tidak berbau, viskos, cairan yang
higroskopis, memiliki rasa yang manis, kurang lebih 0,6
kali manisnya dari sukrosa
Kelarutan : Gliserin praktis tidak larut dengan benzene, kloroform, dan
minyak, larut dengan etanol 95%, methanol dan air.
Stabilitas : Pada suhu 20°C. Gliserin sebaiknya ditempat yang sejuk
dan kering.
Penggunaan : Digunakan pada berbagai formulasi sediaan farmasetika,
pada formulasi farmasetika sediaan topikal dan kosmetik,
gliserin utamanya digunakan sebagai humektan dan
pelembut. Rentang gliserin yang digunakan sebagai
humektan sebesar ≤ 30%.

3. Asam stearat (FI III hal.57)

Pemerian : zat padat, keras, mengkilat, menunjukan susunan hablur putih

atau kuning pucat mirip lemak lilin

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam 30 bagian etanol (95%)

P, dan dalam 3 bagian eter P.

Khasiat : Zat tambahan emulsifying agent

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kadar : 1 – 20 %
4. NaOH (FI V, 2014; MSDS, 2013; HOPE 6th)

Rumus Struktur

Nama Kimia Asam Oktadekanoat


Nama lain natrium hidrat
Rumus Molekul NaOH
Berat Molekul 40,00
Pemerian Putih atau praktis putih, keras, rapuh dan menunjukkan
pecahan h ablur. Jika terpapar diudara, akan cepat menyerap
karbon dioksida
dan lembab. Massa melebur, berbentuk pelet kecil,
serpihanataubatang atau bentuk lain
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol.
Titik lebur 3180C
Stabilitas ketika terpapar udara, natrium hidroksida menyerap air
dengan
cepat, namun kemudianmenjadi padat kembali karena
absorpsipembentukan karbon dioksida dari natrium karbonat
inkompatibilitas inkompatibel dengan semua senyawa yang seketika terjadi
hidrolisis atau oksidasi. Akanbereaksi dengan asam, ester,
dan
eter, khususnya dalam larutan
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
5. Aquadest (Farmakope Indonesia edisi ketiga 1979, halaman 96)

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai

rasa.

Stabilitas : Air secara kimiawi stabil dalam semua keadaan fisik. Air

untuk tujuan tertentu harus disimpan dalam wadah yang

sesuai.

Inkompatibilitas : Air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lain yang

rentan terhadap hidrolisis. (DepKes RI, 1979:96 dan Rowe,

2006:804).

6. Sukrosa
Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna; massa hablur atau

berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih; tidak

berbau; rasa manis; stabil di udara. Larutannya

netral terhadap lakmus.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; lebih mudah larut

dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol; tidak

larut dalam kloroform dan dalam eter.

Inkompatibilitas : Serbuk sukrosa bisa terkontaminasi oleh logam

berat, yang dapat mengakibatkan inkompatibilitas

dengan bahan aktif misalnya asam askorbat.

Sukrosa bisa terkontaminasi dengan sulfit dari

proses penyulingan. Dengan kandungan sulfit yang

tinggi, perubahan warna dapat terjadi pada tablet

salut gula; untuk warna khusus yang digunakan


pada salut gula kandungan maksimum sulfit

dihitung sebagai sulfur adalah I ppm. Dalam

bentuk larutan atau asam terkonsentrasi, sukrosa

terhidrolisis. atau berinversi menjadi dekstrosa dan

fruktosa (gula invert).

Titik lebur : 160°C-186°C

Titik didih : Tidak ditemukan di FI III, FI IV, HOPE, British

Pharmacopeia.

Kegunaan : sweetening agent.


BAB III

ALAT, BAHAN, METODE PENELITIAN

A. Alat

- Beaker glass

- Gelas ukur

- Neraca

- Cetakan sabun

- Batang pengaduk

- Statif

- Hot plate

- Penggaris

B. Bahan

- Zat aktif (Lengkuas)

- Minyak kelapa VCO

- Asam stearate

- NaOH 30%

- Gliserin

- Alcohol

- Gula pasir

- Coco DEA

- Aquadest

C. Formulasi

1. Formula

- Zat aktif (lengkuas) = 2 ml


- Minyak kelapa/VCO = 40 ml

- Asam stearat = 16 ml

- NaOH 30 % = 30 ml

- Gliserin = 20 ml

- Alcohol 90% = 20ml

- Gula pasir = 32 ml

- Coco DEA = 5 ml

- Aquadest = 2 ml

2. Fungsi

- Zat aktif (lengkuas) = pewarna

- Minyak kelapa/VCO = bahan baku pembuatan sabun.

- Asam stearat = menambah kekerasan pada sabun

- NaOH 30 % = untuk mengeraskan dan menstabilkan busa


- Gliserin = sebagai pelembab pada kulit.

- Alcohol 90% = acuan untuk pengembangan

- Gula pasir = untuk membantu terbentuknya transparasi dan

perkembangan kristal pada sabun

- Coco DEA = sebagai foam stabilizer yang mampu

memepertahankan stabilitas busa

- Aquadest = pelarut

D. Perhitungan bahan

1 𝑥 200
- Zat aktif (lengkuas) 20 % = = 2 g/ml
100

20 𝑥 200
- Minyak kelapa/VCO 20% = = 40 g/ml
100
8 𝑥 200
- Asam stearat 8% = = 16 g/ml
100

15 𝑥 200
- NaOH 30 % 15% = = 30 g/ml
100

10 𝑥 200
- Gliserin 10 % = = 20 g/ml
100

16 𝑥 200
- Alcohol 90% 16% = = 32g/ml
100

15 𝑥 200
- Gula pasir = = 30 g/ml
100

2,5 𝑥 200
- Coco DEA 2,5 = = 5 g/ml
100

- Aquadest ad 25 ml

E. Penimbangan bahan

- Zat aktif (lengkuas) = 2 g/ml

- Minyak kelapa/VCO = 40 g/ml

- Asam stearat = 16 g/ml

- NaOH 30 % = 30 g/ml

- Gliserin = 20 g/ml

- Alcohol 90% = 32g/ml

- Gula pasir = 30 g/ml

- Coco DEA = 5 g/ml

- Aquadest = ad 25ml

F. Cara kerja

- Disiapkan alat dan bahan

- Ditimbang bahan yang akan digunakan sesuai dengan formula

- Cetakan diolesidengan minyak terlebih dahulu

- Dilelehkan asam stearat, setelah meleleh tambahkan VCO


- Setelah suhu 70°C tambahkan NaOH 30%, aduk pada suhu 70°C

stabil hingga membentuk sabun

- Ditambahkan alcohol diaduk pada suhu 70°C

- Ditambahkan gliserin diaduk pada suhu 70°C

- Ditambahkan gula pasir diaduk pada suhu 70°C

- Ditambahkan coco DEA pada suhu 60°C (didinginkan)

- Ditambahkan zat aktif pada suhu 40°C

- Dituangkan hasil sabun kedalam cetakan tutup dengan kain insulasi

- Didiamkan hingga berubah menjadi padat

- Kemas dan beri label

- Dilakukan evaluasi

G. Evaluasi Sediaan

Evaluasi sediaan beserta persyaratannya yaitu :

1. Organoleptis

Sabun transparan diamati tentang warna, aroma dan

bentuk/tekstur, pengamatan organoleptik dilakukan untuk

mendapatkan perubahan fisik.

Syarat :

-Warna : Putih

-Bau : Bau khas VCO

-Tekstur : solid

2. Evaluasi pH

Evaluasi pH menggunakan alat pH universal, dengan cara

mencelupkan pH universal ke dalam sediaan sabun. Dilakukan

3 replikasi kemudian di rata-rata.


(Syarat : 9 - 11)

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengamati sediaan

secara visual apakah terdapat partikel kasar atau tidak.

Dilakukan 3 replikasi.

(Syarat : Homogen)

4. Ukur uji tinggi dan kestabilan busa

Uji saya lekat dilakukan dengan cara mengambil sabun dan

dimasukan kedalam gelas ukur lalu tambahkan aquadest dan

tutup mengguna menggunakan plastik lalu kocok

(syarat tinggi : 1,3 – 22 cm)


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Organoleptis

R1 R2 R3

Warna Putih Putih Putih

Bau Bau khas VCO Bau khas VCO Bau khas VCO

Tekstur Solid Solid Solid

Kesimpulan : Dari hasil evaluasi organoleptis dapat diketahui sediaan memiliki

warna dan tekstur yang baik yaitu berwarna putihdengan tekstur padat. Hasil

evaluasi sediaan sabun transparan memiliki bau khas vco

2. pH

R1 R2 R3

11 11 11

Kesimpulan : Dari hasil evaluasi didapatkan hasil pH 11 pada sediaan sabun

transparan dengan 3 kali replikasi. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa

sediaan memenuhi syarat pH yang baik yaitu 9 - 11

3. Homogenitas

R1 R2 R3

Tercampur merata Tercampur merata Tercampur merata

Kesimpulan : Dari hasil pengamatan secara visual untuk keseluruhan bentuk

sediaan sabun transparan dengan 3 kali replikasi, sediaan sabun transparan

tercampur merata dan homogen, sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan sabun

transparan homogen.
4. Uji ukur tinggi busa dan kestabilan busa

Tinggi awal Tinggi setelah didiamkan selama 5


menit
8 cm 6 cm

𝐻(𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟)
stabilan busa : 𝐻𝜊 (𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 ) 𝑋 100%

6
= 8 𝑥 100%

= 0,75 = 75%

B. Pembahasan

Sabun transparan merupakan sabun yang memiliki tingkat transparansi

paling tinggi. Sabun jenis ini memancarkan cahaya yang menyebar dalam

partikel-partikel kecil, sehinga obyek yang berada diluar sabun akan kelihatan

jelas (tembus pandang) [12]. Faktor yang dapat mempengaruhi transparansi

sabun adalah kandungan alkohol, gula, dan gliserin dalam sabun. Ketika sabun

akan dibuat jernih dan bening, maka hal yang paling penting adalah kualitas

gula, alkohol, dan gliserin. Kandungan gliserin baik untuk kulit karena berfungsi

sebagai pelembab pada kulit dan membentuk fasa gel pada sabun.

Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pembuatan sediaan sabun

transparan. Sabun padat transparan adalah sabun yang berbentuk batangan dengan

tampilan transparan, menghasilkan busa lebih lembut di kulit dan penampakannya

lebih berkilau dibandingkan jenis sabun lainnya. Sabun transparan sering disebut

sebagai sabun gliserin, karena pada proses pembuatan sabun transparan

ditambahkan 10 % gliserin. Tampilan sabun transparan yang menarik mewah dan

berkelas menyebabkan sabun transparan dijual dengan harga yang relatif lebih

mahal . Sabun mandi transparan adalah salah satu produk inovasi sabun yang
menjadikan sabun menjadi lebih menarik. Sabun transparan mempunyai busa

yang lebih halus dibandingkan dengan sabun opaque (sabun yang tidak

transparan).

Dalam pembuatan sabun, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan.

Adapun faktor – factor yang mempengaruhi proses pembuatan sabun adalah [11]:

1. Konsentrasi larutan Alkali

Konsentrasi alakali yang digunakan dihitung berdasarkan stokiometri reaksi,

dimana penambahan minyak harus sedikir berlebih agar sabun yang terbentuk

tidak memiliki nilai alkali bebas berlebih. Alkali terlalu pekat akan

menyebabkan terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasenya tidak homogen,

sedangkan jika alkali yang digunakan terlalu encer, maka reaksi akan

membutuhkan waktu yang lebih lama.

2. Suhu

Ditinjau dari segi termodinamikan, kenaikan suhu akan menurunkan

rendemen sabun, hal ini dapat dilihat dari persamaan (1) berikut: d ln K dT = ∆H

RT (1) Karena reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis (ΔH negatif),

maka dengan kenaikan suhu akan dapat memperkecil harga K (konstanta

keseimbangan), tetapi jika ditinjau dari segi kinetika, kenaikan suhu akan

menaikan kecepatan reaksi.

3. Pengadukan

Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probobalitas interaksi molekul-

molekul reaktan yang bereaksi. Jika interaksi antar molekul reaktan semakin

besar, maka kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar pula. Hal ini sesuai

dengan persamaan Arhenius dimana konstanta kecepatan reaksi k akan semakin


besar dengan semakin sering terjadinya interaksi yang disimbolkan dengan

konstanta A.

4. Waktu

Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak

yang dapat tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika

reaksi telah mencapai kondisi setimbangnya, penambahan waktu tidak akan

meningkatkan jumlah minyak yang tersabunkan [4].

Dalam praktikum pembuatan sediaan sabun transparan ini setelah dilakukan

uji evaluasi pada sediaan sabun transparan dengan zat aktif lengkuas, didapatkan

hasil evaluasi organoleptis yaitu sediaanwarna putih , warna putih ini berasal dari

pewarna alami perasan lengkuas . Oleh karena pada pembuatansabun transparan

tidak menggunakan parfum didapatkan bau khas VCO, maka maka sabun

transparan yang telah dibuat memiliki tekstur solid dengan kekuatan yang baik

sehingga tidak mudah patah pada saat diaplikasikan. Untuk hasil uji homogenitas

menunjukkan bahwa sabun transparan dari perasan lengkuas telah homogen yang

ditandai dengan sediaan sabun transparan dapat tercampur merata dan tidak

terdapat butir-butir kasar. Selanjutnya untuk uji pH dapat disimpulkan bahwa

sediaan sabun transparan dinyatakan memenuhi persyaratan pH sebesar 11

(standar persyaratan 9 - 11). Untuk hasil dari pengujian uji ukur tinggi busa dan

kestabilan busa menunjukkan bahwa formula Sabun trnsparan memenuhi syarat

Uji ukur tinggi busa dan kestabilan busa

Tinggi awal Tinggi setelah


didiamkan selama 5
menit
8 cm 6 cm
𝐻(𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟)
stabilan busa : 𝐻𝜊 (𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 ) 𝑋 100%

6
= 8 𝑥 100%

= 0,75 = 75%
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hasil uji PH memnuhi syarat yaitu 11

2. Pada hasil organoleptis sabun transparan pada tiga replikasi hasil uji

warna sabun berwarna putih, bentuk sabun solid dan bau memiliki bau

khas VCO

3. Pada uji homogenitas ketiga replikasi mendapatkan hasil homogeny

karena tidak ada partikel

4. Pada uji tinggi busa dan kestabilan busa memenuhi syarat 0,75 = 75%

B. Saran

Pada saat proses pembuatan sediaan sabun transparan untuk penggunaan

zat aktif lengkuas sebagai pewangi alami dibuat atau ditambahkan dalam

konsentrasi yang tinggi agar sediaan sabun transparan menghasilkan bau

khas lengkuas yang kuat.


DAFTAR PUSTAKA

Ani Suryani, Erliza Hambali, Mira Rivai. ” Pemanfaatan Minyak Jarak Pagar dan

Gliserin dari Hasil Samping Produksi Biodiesel untuk Pembuatan Sabun ”,

2006.

Bailey, Edward. ” Bailey’s Industrial Oil and Fat Products ”, 1996.

Malik, R.K, K.c. Dingra. ” Handbook On Soap Industries, Small Industry

Research Institut “. New Delhi, 1975

Fachmi, Pengaruh Penambahan Gliserin dan Sukrosa terhadap Mutu Sabun

Transparan, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Indonesia, 2008.

Nita Maharani Setyoningrum, Optimasi Formula Sabun Transparan dengan Fase

Minyak Virgin Coconut Oil dan Surfaktan Cocoamidopropyl Betaine:

Aplikasi Desain Faktorial, 2010, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,

Indonesia.
LAMPIRAN

A. LKH yang sudah di acc


B. Proses pembuatan sediaan

Anda mungkin juga menyukai