Anda di halaman 1dari 11

PEMANFAATAN DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn) DALAM

PEMBUATAN SABUN ORGANIK

SMP SWASTA BONAPASOGIT SEJAHTERA


PARMAKSIAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Kebersihan merupakan hal yang sangat penting karena semakin
banyaknya penyakit yang timbul karena bakteri dan kuman dan hal-hal lain
yang membuat tubuh menjadi kotor. Bahkan di zaman sekarang ini sabun
bukan hanya digunakan untuk membersihkan diri, tetapi juga ada beberapa
sabun yang sekaligus berfungsi untuk melembutkan kulit, memutihkan kulit,
maupun menjaga kesehatan kulit. Dalam pembuatan sabun sering digunakan
bermacam-macam lemak ataupun minyak sebagai bahan baku. Jenis-jenis
minyak ataupun lemak yang digunakan dalam pembuatan sabun ini akan
mempengaruhi sifat-sifat sabun tersebut, baik dari segi kekerasan, banyaknya
busa yang dihasilkan, maupun pengaruhnya bagi kulit (Maripa, 2018).
Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut padat (batang)
karena sejarah dan bentuk umumnya. Keunggulan dari sabun padat yaitu lebih
ekonomis, lebih cocok untuk kulit berminyak, kadar pH lebih tinggi
dibandingkan dengan sabun cair, lebih mudah membuat kulit kering, sabun
padat ini juga memiliki kandungan gliserin yang bagus untuk mereka yang
punya masalah kulit (Effendi, 2019).
Indonesia merupakan negara tropis memiliki beraneka ragam tumbuhan
yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Tanaman yang tumbuh
memiliki khasiat sebagai obat. Salah satu tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat
adalah jambu biji. Menurut Kartasapoetra, 1996 daun jambu biji mengandung
minyak diantaranya minyak atsiri 0,4%, damar 3%, tanin 9%, minyak lemak 6%
dan sebagainya. Selain itu daun jambu biji mengandung zat lain selain tanin, seperti
,vitamin, asam psidiolat, asam kratogolat, asam ursolat asam oleanolat, asam
guajaverin, dan asam ursolat. Selain itu Daun jambu biji kaya akan senyawa
flavonoid, khususnya kuersetin. Senyawa flavonoid memiliki aktivitas antioksidan
yang dapat mereduksi radikal bebas. Senyawa flavonoid terdiri dari kalkon, flavon,
flavonon, flavonol, isoflavon dan katekin yang memiliki aktivitas antioksidan
(Zuhra, dkk, 2008).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Indriani (2006), menunjukkan daun
jambu putih yang dimaserasi menggunakan etanol 70% memiliki potensi
antioksidan terbaik. Ekstrak daun jambu biji dapat dimanfaatkan sebagai zat
antioksidan dalam sabun cair.. Sabun merupakan senyawa kimia (Dwinda, 2018)
dari garam natrium atau kalium (Jalaluddin, 2019) pada asam lemak yang berasal
dari minyak nabati (Syafei,2018) atau lemak hewani (Retnowati, 2013). Sabun
dapat berwujud padat atau cair yang dapat membersihkan kulit dari kotoran, minyak
dan bakteri. Sabun cair mampu mengemulsikan air, kotoran/minyak. Sabun cair
efektif untuk mengangkat kotoran yang menempel pada permukaan kulit baik yang
larut air maupun larut lemak dan membersihkan bau pada kulit serta memberikan
aroma yang enak dicium (Stefanie et.al 2017).
Sabun cair mempunyai beberapa keunggulan dari pada sabun padat, yang
berdasarkan pendapat konsumen bahwa sabun cair lebih higienis, Produk sabun cair
menguntungkan, praktis serta ekonomis bagi konsumen dan produksi sabun lebih
mudah dang menguntungkan bagi produsen. Bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan sabun semakin bervariasi maka produsen sabun pun berlomba-lomba
mencari formula sabun untuk memproduksi sabun yang ekonomis, higienis, tidak
membahayakan kesehatan mudah diolah, mudah didapat serta memiliki nilai jual
terjangkau (Hangga 2009).
Penambahan bahan alami yang aman bagi kesehatan, sabun cair sendiripun
perlu dikembangkan karena dapat memberikan pengaruh positif atau fungsi tertentu
terhadap sabun cair yang dihasilkan. Fungsi tersebut antara lain memberikan kesan
halus kesan lembut, melembabkan kulit dan memilik aktivitas antibakteri dan
memberikan aroma wangi bila di gunakan. Selain itu, dengan penambahan bahan
alami tersebut diharapkan dapat memberikan aroma dan sebagai anti bakteri sabun
cair.

TUJUAN
Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian ini mengangkat fenomena daun
jambu biji dan sabun pencuci piring dalam Karya Ilmiah yang berjudul
“Pemanfaatan Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn) Dalam Pembuatan Sabun
Organik” karena selama ini limbah daun jambu biji hanya dijadikan bahan limbah
padat dan sabun selalu berasal dari bahan kimia yang belum tentu terjamin
kesehatannya bagi manusia.
LUARAN
Luaran kegiatan penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif
baru dalam memenuhi ketersediaan produk sabun didalam negeri dengan biaya
murah dan kualitas yang cukup memenuhi SNI, dan penelitian ini dapat menjadi
acuan dalam penelitian-penelitian berikutnya yang mungkin dapat
menyempurnakan hasil produk dari penelitian yang telah kami lakukan saat ini.
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk sabun tersebut perlu dilakukan
kembali kajian mengenai variabel yang lebih optimal agar mendapat hasil yang
optimal pula.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Jambu Biji ( Psidium guajava Linn..)
Jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman perdu atau pohon kecil
dan bercabang banyak, tinggi 5 – 10 meter. Batang berkayu berbentuk bulat. Kulit
batang licin dan mengelupas. Batang bercabang dan berwarna coklat kehijauan.
Daun berupa daun tunggal berbentuk bulat telur dengan membulat. Tepi daun rata.
Daun tumbuh berhadapan. Panjang daun 6-14 cm dan lebarnya 3-6 cm. daun
berwarna hijau
kekuningan atau hijau. Bunga tungggal, bertangkai dan berada diketiak daun.
Kandungan kimia pada daun jambu biji (Psidium guajava L. ) Kandungan kimia
yang terdapat pada daun jambu biji selain tanin juga terdapat, asam ursolat, asam
psidiolat, asam kratogolat, asam oleanoleat, asam guajaverin dan vitamin
( Haryanto,S 2012).
Buah jambu biji lebih tinggi vitamin C daripada jeruk (80 mg vitamin C
dalam 100 g buah) dan mengandung jumlah yang cukup vitamin A juga. Buah
jambu biji juga merupakan sumber yang baik dari pectin-serat makanan. Daun
jambu biji kaya akan flavonoid, khususnya quercetin. Banyak aktivitas terapeutik
jambu ini dikaitkan dengan flavonoid tersebut. Flavonoid telah menunjukkan
aktivitas antibakteri. Quercetin diduga berkontribusi terhadap efek anti-diare jambu
biji; ia mampu merelaksasikan otot polos usus dan menghambat kontraksi usus
(Anonim, 2015).
Flavonoid merupakan golongan polifenol sehingga memiliki sifat kimia
senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Flavonoid
juga memiliki sejumlah gugus hidroksil sehingga pada umunya larut dalam pelarut
polar seperti etanol, methanol, butanol, aseton, air, dan sebagainya. Flavonoid
berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap
protein ekstraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri (Dewanti.
dkk, 2011).
Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom
karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6 -C3 -C6, yaitu dua cincin aromatik
yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk
cincin ketiga. Flavonoid merupakan senyawa nonpolar, terdapat dalam semua
tumbuhan hijau sehingga dapat ditemukan pada setiap ekstrak tumbuhan
(Markham, 1988). Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa
C6 -C3 -C6, artinya karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena
tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tigakarbon (Robinson, 1995).
Struktur flovanoid dapat dilihat seperti dibawah ini:

Gambar 1. Struktur Flavonoid


Bergantung pada posisi ikatan dari cincin aromatik benzena pada rantai
penghubung tersebut, kelompok flavonoid dibagi menjadi 3 kelas utama, flavonoid,
isoflavonoid, dan neoflavonoid. Perbedaan struktur kelas utama tersebut dapat
dilihat.

Gambar 2. Struktur Umum Flavonoid, Isoflavonoid, dan Neoflavonoid (Sari,dkk,


2019).
2.2 Sabun Pencuci Tangan
Sabun adalah garam alkali dari asam lemak berantai panjang. Karena
kebanyakan kotoran yang menempel pada permukaan berbentuk lapisan minyak
tipis, sulit membuangnya kecuali bila lapisan minyak tersebut diemulsikan dulu
dengan air (Wilbrahami, 1992). Sabun dihasilkan dari proses saponifikasi, yaitu
hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam NaOH (minyak dipanaskan
dengan NaOH) sampai terhidolisis sempurna. Asam lemak yang berikatan dengan
natrium ini dinamakan sabun (Ketaren, 1996).
Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak ataupun
zat pengotor lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak atau minyak
menggunakan larutan alkali dengan membebaskan gliserol. Lemak atau minyak
yang digunakan dapat berupa lemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak
ikan laut. Alkali yang digunakan pada penelitian ini menggunakan larutan NaOH
yang dapat membuat sabun menjadi padat Sabun adalah surfaktan yang digunakan
dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan
tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk pada umumnya (Maripa
2018).
Sedangkan, daun jambu biji yang memiliki sifat antibakteri atau antiseptik
yang dapat diolah menjadi penyusun sabun untuk membersihkan tubuh kita tetapi
tidak merusak lingkungan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium IPA Yayasan Bonapasogit
Sejahtera, Kecamatan Parmaksian, Kab. Toba.

3.2 Bahan dan Alat


1. Bahan
1. Daun Jambu Biji
2. Etanol PA
3. Asam Stearat
4. Asam Laurat
5. Asam Miristat
6. KOH
7. Minyak VCO
8. Gliserin
9. Aquades
10. Larutan Kuarsetin
2. Alat
1. Labu Ukur
2. Statif dan Klem
3. Gelas Ukur
4. Botol Sampel
5. Termometer
6. Batang Pengaduk
7. Pipet Ukur
8. Kertas Saring
9. Pipet Volume
10. Timbangan
11. Buret
3.3 Langkah-langkah Ekstrak Daun Jambu Biji
Daun Jambu Biji ditimbang sebanyak 500 gram direndam dengan
menggunakan pelarut etanol 70% sebanyak 3 liter dalam wadah yang
tertutup rapat dan diaduk setiap 24 jam. Larutan direndam selama 5 hari
pada suhu ruangan dengan diaduk satu kali setiap 24 jam, kemudian
larutan difiltrasi, sehingga diperoleh filtrat dan ditampung di dalam
botol kaca. Filtrat diuapkan menggunakan rotary evaporator hingga
diperoleh ekstrak kental lalu dilakukan remaserasi.
3.4 Prosedur Kerja
Aplikasi pada produk sabun mandi dilakukan dengan penambahan Ekstrak Daun
Jambu Biji dengan variasi konsentrasi. Prosedur pembuatan produk sabun mandi
padat ekstrak etanol daun jambu biji adalah sebagai berikut:
1. Masing- masing bahan yang akan digunakan dalam formulasi ditimbang
kemudian dipisahkan berdasarkan fasenya (kelarutan dalam air dan dalam
minyak).
2. Larutan NaOH 50% dicampurkan dengan minyak VCO dituangkan secara
perlahan-lahan sambil diaduk sampai homogen (massa 1).
3. Gliserin, aquadest dan NaCl merupakan fase air dicampurkan dalam wadah
yang berbeda sambil dilakukan pengadukan (massa 2).
4. Masaa 1 dan 2 dicampurkan sambil terus diaduk pada putaran penuh.
Pengadukan dilakukan sampai terbentuk emulsi cairan yang halus (massa 3).
5. Kedalam massa 3 kemudian ditambahkan pengaroma dan ekstrak daun
jambu biji dengan variasi konsentrasi yang telah dilarutkan dengan etanol
70% ditambahkan sambil terus dilakukan pengadukan.
6. Lalu tambahkan aquadest hingga volumenya 100 mL dan dilakukan
pengadukan sampai terbentuk massa cair sabun yang siap di cetak.
7. Setelah proses pembuatan sabun selesai dituang pada wadah cetakan sabun
dan didiamkan selama 1 hari/24 jam. Dilanjutkan sabun yang sudah
mengeras dipisahkan dari wadahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Pembuatan Sabun Herbal dari Daun Jambu Biji. Diakses : Kamis,
02 Februari 2023, Pkl. 03.00

Dewanti S, Wahyudi TM. 2011. Antibacterial activity of day leaf infuse (Folia
Syzygium polyanthum Wight) to Escherichia coli in-vitro [Skripsi].
Faculty of medicine, Airlangga Universitas.

Effendi, Teguh, dan Febrina Ompusunggu, 2019. “Pengaruh Penambahan


Ekstrak Daun Kelor Terhadap Warna , Aroma , Tekstur , Daya
Buih, Dosen Pnsd Dpk Program Studi Teknik Kimia Universitas
Pgri Palembang.” 4: 44-51.

Hangga, G. P. D. 2009. Pemanfaatan Kitosan dan Karagenan Pada Produk Sabun


Cair, Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institute Pertanian Bogor.

Haryanto, Sugeng. 2012. Ensiklopedi Tanaman Obat Indonesia. PALMALL.


Yogyakarta.

Indriani, S.20., 6. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium
guajava L.). J.II.Pert.Indon. 11: 1.

Ketaren. 1996. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:UI

Maripa. 2018. Pengaruh Konsentrasi Naoh Terhadap Kualitas Sabun Padat Dari
Minyak Kelapa (Cocos Nucifera) Yang Ditambahkan Sari Bunga
Mawar (Rosa L.). Journal Of Chemical Information And Modeling
53(9): 89–99

Sari, Fatma, Susanty, dan Kurniaty, Ika. 2019. Aplikasi Ekstrak Daun Jambu Biji
sebagai Zat Antioksidan Pada Sabun Mandi Cair. Laporan Akhir
Hibah Penelitian Internal Pakarti Fakultas Teknik UMJ. Hal 3-4.

Stefanie Amelia Dimpudus, Paulina V.Y Yamelan, Adhitya Yudistira, Formulasi


Sediaan Sabun Cair Antiseptic Ekstrak Etanol Bunga Pacar Air
(Inpatiens Balsamina L) dan Uji Aktivitas Terhadap Bakteri
Staphyloccus Aureus Secara in vitro, FMIPA UNSRAT. Manado.
p. 209
Zuhra, C.F., Tarigan, J.B., dan Sihotang, H., 2008, Aktivitas Antioksidan Senyawa
Flavonoid dari Daun Katuk (Sauropus androgunus (L) Merr.),
Jurnal Biologi Sumatera, 3 (1) : 1-7

Wilbraham , Antony C., Michael,S. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati.
Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai