Anda di halaman 1dari 21

FORMULASI SEDIAAN BODY SCRUB RUMPUT LAUT

(Kappaphycus alvarezii) DENGAN PENAMBAHAN SERAT


GAMBAS (Luffa acutangula (L.) Roxb.)

USULAN PENELITIAN
Sebagai salah satu syarat melaksanakan penelitian pada Program Studi Ilmu
Perikanan

Disusun Oleh:
RADEN RORO KHANSA FEBI DHIA NAJLA
4443200046

PROGRAM STUDI ILMU PERIKANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumput laut menjadi salah satu hasil laut yang dapat dikembangkan dan
menjadi unggulan dalam komoditas perikanan di indonesia, dengan adanya
produktivitas rumput laut yang terus meningkat dilansir dari data
statistik.kkp.go.id, volume rumput laut di pasar ekspor tahun 2022 meningkat 93
% dengan total 180,6 ribu ton hingga nilai mencapai USD 345,11 juta (KKP
2022). Hal ini membuat tingginya peningkatan permintaan produksi pasar secara
global. Rumput laut kini banyak digunakan di berbagai industri baik pangan
maupun non pangan. Rumput laut memiliki banyak kelebihan salah satunya
yaitu senyawa bioaktif yang terkandung didalamnya, sehingga menjadi sumber
utama kebutuhan dalam kosmetik (Hafting et al. 2015).
Jenis rumput laut merah Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu
rumput laut yang dapat di gunakan untuk membuat sediaan kosmetik. Produk
olahan hasil K. alvarezii beragam dan memiliki nilai jual yang tinggi, menurut
data FAO (2020) lebih dari 1,5 juta ton rumput laut K. alvarezii dibudidayakan
pada tahun 2018 mencakup sekitar 4,7% dari seluruh spesies rumput laut di
seluruh dunia. Bubur rumput laut K. alvarezii. memiliki sejumlah komponen
bioaktif dengan nilai IC50 sebesar 127,23 ppm. Selain itu, K. alvarezii memiliki
vitamin C dan E berfungsi sebagai anti-aging, anti-inflamasi, dan menjaga
kelembapan pada kulit (Basuki 2022).
Kulit akan selalu terpapar karena beberapa faktor lingkungan termasuk
kelembapan, suhu, dan sinar matahari. Hal itu sangat mengganggu
keseimbangan alami pada kulit, sehingga kulit kehilangan kelembapan sampai
menjadi kering (Tricaesario dan Widayati 2016). Kelembapan di Indonesia
mencapai 80%, karena sinar matahari yang tinggi menyebabkan suhu udara
meningkat sampai 37℃ (Talarosha 2005). Sementara itu suhu yang dapat
membuat kelembapan dapat terjaga adalah pada rentang 22,8°C - 25,8°C
dengan kelembaban 70% (Alahudin 2014). Oleh karena itu diperlukanya nutrisi
kulit berupa kosmetik salah satunya adalah body scrub.
Bahan dasar dalam body scrub sama dengan krim pembersih pada
umumnya, namun mengandung bahan tambahan berupa butiran kasar yang
berfungsi sebagai bahan abrasiver untuk mengangkat sel kulit mati. Masyarakat
dalam beberapa dekade terakhir sudah mulai memilih produk pembersih dari
bahan alami karena lebih aman, jarang menimbulkan iritasi dan tidak
menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan. Penggunaan bahan sintetis
yang masih sering digunakan dalam dunia industri yaitu Polyethylene scrub
( PE scurb ) atau biasa disebut microbeads merupakan partikel kecil plastik
berbentuk bulat atau tidak beraturan sebagai bahan eksfoliasi produk Kosmetik.
Masalah toksikologi dari microbeads plastik ini adalah bahannya yang tidak
dapat terbiodegradasi (Miraj 2019). Oleh karena itu salah satu bahan alami yang
potensial untuk dijadikan scubber adalah serat gambas (Luffa acutangula L.)
Gambas termasuk tanaman yang berkembangbiaknya menggunakan biji.
Biasanya gambas yang digunakan adalah gambas tua yang sudah kering,
didalamnya mengandung serat yang sering dimanfaatkan sebagai spons mandi,
bantalan scrubber, keset, dan juga untuk peralatan pembersih. Serat gambas
dapat digunakan sebagai pengampelas untuk membersihkan kulit karena mampu
mengangkat sel kulit mati dan membuat sirkulasi darah pada kulit lancar.
Gambas juga mengandung vitamin A dan C yang membantu melawan radikal
bebas dan kulit kering. Selain itu gambas juga bersifat biodegradable dan
mudah terjangkau (Ahadianti et al. 2020).
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai
sediaan formulasi body scrub rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan
penambahan serat gambas (Luffa acutangula L.). Penelitian ini diharapkan
mampu menciptakan formulasi terbaik dari body scrub sehingga dapat membuat
produk kosmetik untuk solusi permasalahan kesehatan kulit dengan
menggunakan bahan – bahan alami yang belum banyak dimanfaatkan.

1.2 Rumusan Masalah


Pembuatan body scrub rumput laut dapat menjadi solusi pengembangan
produksi rumput laut K. alvarezii yang masih jarang dimanfaatkan dalam
industri kosmetik sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi rumput laut dan
juga dengan penambahan serat gambas (Luffa acutangula L.) menjadi alternatif
bahan alami dalam pembuatan scrub. Kebutuhan akan produk kosmetik seperti
body scrub membutuhkan bahan aktif alami memberikan peluang terhadap
potensi pemanfaatan rumput laut K. alvarezii dan serat gambas (Luffa
acutangula L.) sebagai bahan dasar kosmetik.

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu menemukan formulasi terbaik pada sediaan
body scrub rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan penambahan serat
gambas ( Luffa acutangula L.).

1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah mengembangkan pemanfaatan rumput laut
Kappaphycus alvarezii sebagai sediaan farmasi dalam bentuk kosmetik yaitu
body scrub rumput laut dengan penambahan serat gambas ( Luffa acutangula L.)
sebagai scrub alami.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kappaphycus alvarezii


Kappaphycus alvarezii merupakan rumput laut merah yang biasanya
dikenal Eucheuma cottoni. Sebab karaginan yang dihasilkan berupa fraksi
kappa-karagenan sehingga sekarang mengubah namanya menjadi Kappaphycus
alvarezii. Rumput laut jenis K. alvarezii merupakan salah satu produk dengan
Keragaman multi fungsi, menyebabkan komoditas ini sangat populer sehingga
masih menjadi bisnis potensial dan andalan dalam perdagangan luar maupun
dalam negri karena sederhana dan relatif mudah, serta teknik budidayanya
sampai waktu panen lebih singkat (Khotijah 2020). Rumput laut ini merupakan
jenis Rhodophyta yang telah banyak menjadi produk hasil perikanan yang
terkenal di seluruh dunia karena kaya akan kandungan nutrisi dan zat gizinya
yang bermanfaat untuk berbagai kebutuhan kehidupan manusia, baik sebagai
bahan pangan seperti makanan maupun sebagai bahan campuran berbagai
produk industri, kosmetik, kertas dan kedokteran.
Pemanfaatan rumput laut dapat dimaksimalkan dengan diversifikasi
produk olahan rumput laut (Lubis et al. 2013). Rumput laut Kappaphycus
alvarezii mengandung protein, lipid, karbohidrat, α tokoferol, mineral, vitamin
C, dan vitamin E dan dapat mensintesis senyawa mycosporine (MAAs) yang
berperan dalam absorpsi sinar UV (Maharany et al. 2017). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa K. alvarezii memiliki kemampuan salah satunya sebagai
antioksidan yang dapat mencegah proses oksidasi radikal bebas yang tanpa kita
sadari terbentuk secara terus menerus di dalam tubuh. Adapun kelebihan
antioksidan juga akan mempengaruhi proses penyembuhan luka (Yanuarti et al.
2017).
K. alvarezii memiliki potensi untuk bahan zat aktif dalam kosmetik
karena banyak senyawa bioaktif yang terkandung seperti florotanin, flavonoid
yang berperan sebagai pertahanan dari radiasi sinar ultra violet (UV) dan sebagai
antioksidan alami. Rumput laut mengandung sumber nutrisi yang lengkap
dengan berbagai variasi jumlahnya. Perbedaan kandungan nutrisi disebabkan
oleh perbedaan spesies, lokasi dan temperatur musiman, kondisi panen, dan
umur panen (Hardjani et al. 2017).

2.2 Serat Gambas (Luffa acutangula L.)


Tanaman gambas termasuk dalam macam labu-labuan Cucurbitaceae.
Akarnya yang melingkar dan batangnya yang berbentuk silinder panjang dengan
permukaan kasar dan garis memanjang berwarna kehijauan dan yang sudah tua
ditandai berwarna kecoklatan. Tanaman gambas berasal dari biji, kemudian bibit
gambas yang berkualitas bisa menghasilkan tanaman yang disebut gambas
(Luffa acutangula L.) dengan hasil sangat baik (Ashari dan Maulidah 2017).
Tanaman tahunan yang menyebar dari dataran rendah hingga dataran tinggi
adalah tanaman gambas. berbagai bagian tanaman Buah yang masih muda
dikonsumsi. Buah Gambas Ini bermanfaat bagi kesehatan dalam banyak hal dan
dapat digunakan sebagai obat. Secara historis gambas dapat digunakan untuk
mengobati luka lalu mempunyai kandungan antioksidan yang mampu membuat
radikal bebas stabil dan kandungan vitamin c untuk menutrisi kulit serta
mencegah timbulnya kriput (Sari 2020).
Microbeads yang dilarang muncul dalam produk perawatan pribadi, dan
upaya telah dilakukan untuk menggantikannya, yaitu dengan menggunakan
selulosa karena partikel/manik-manik selulosa memiliki manfaat terdegradasi
seperti instalasi pengolahan air limbah yang ada saat ini, sehingga menghindari
akumulasi di ekosistem perairan. Selain itu selulosa dapat terurai dalam tanah
sebagai bahan biodegradasi, mudah di temukan, dapat di perbaharui.
Berdasarkan penelitian Mazali & Alves (2005) Serat Luffa ini memiliki 60 %
selulosa, 30 % hemiselulosa dan 10 % lignin yang dapat di manfaatkan dalam
berbagai tujuan industri. Tanaman gambas memiliki kandungan protein,
karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, kalium, sodium, dan vitamin A,
vitamin B1, vitamin C, Vitamin K, flavonoid dan saponin, serta mineral penting
lainnya (Aharudin et al. 2020). Selain untuk dikonsumsi, buah gambas juga
dimanfaatkan sebagai obat ketika masih segar untuk keperluan analisis
makroskopis dan digunakan dalam bentuk kecil dan bubuk digunakan untuk
histochemical, behavior dan fitochemical (Sigit et al. 2016).

2.3 Body Scrub


Body scrub adalah jenis sediaan farmasi berupa produk kecantikan yang
dapat merawat permukaan luar tubuh. Secara alami kulit yang mati akan
terkelupas sendirinya dalam kurun waktu dua minggu atau lebih. Namun
pengangkatan sel kulit mati yang membandel dan lama terkelupas dapat di
percepat pengangkatanya dengan penggunaan body scrub. Dalam sediaan body
scrub mengandung butiran kasar atau abrasiver yang tujuan utamanya sebagai
eksfolian pembersih kotoran dan mengangkat sel kulit mati. Bahan yang biasa
digunakan yaitu Polyethylene scrub ( PE scurb ) juga disebut microbeads
umumnya terbuat dari polietilen atau polistiren dan polipropilena, yang memiliki
suhu leleh rendah dan transisi fase cepat sehingga cocok untuk menciptakan
struktur berpori pada kosmetik dan produk lainnya (Hardesty et al. 2019).
Mikroplastik atau manik-manik mikro telah digunakan untuk menggantikan
bahan pengelupas alami, namun semakin banyak bukti yang menunjukkan
bahwa jumlah mikroplastik di ekosistem kita meningkat, dengan konsekuensi
eko-toksikologi yang belum dapat dikonfirmasi.
Penggunaan kosmetik dan produk perawatan kesehatan lainnya yang
mengandung microbeads tiba-tiba meningkat berkali-kali lipat. Oleh karena itu
ada kebutuhan mendesak untuk menyadari hal ini dari sudut pandang
toksikologi.
Bahan alami pembuatan scrub yang dapat terdegradasi menjadi solusi untuk
mengurangi polusi plastik. Pemanfaatan body scrub untuk kulit sangat banyak
karena penggunaan sabun saja tidak menjamin kulit ternutrisi dengan baik
apabila tidak di imbangi dengan pemakaian body scrub. Banyak jenis lulur yang
beredar belakangan ini, dengan memberi berbagai khasiat yang berbeda beda
seperti mencerahkan, melembabkan juga dengan macam - macam varian aroma.
Dalam kandunganya body scrub memenuhi standar sni yang ada, seperti pH
yaitu berdasarkan SNI 16-4399-1996 dengan rentang yaitu 4,5-8,0.
Peningkatan minat konsumen terhadap bahan bahan alami untuk produk
perawatan kulit meningkat secara signifikan, karena bahan alami memberikan
keuntungan yang lebih terjamin dan potensial seperti efek lembut terhadap kulit,
efek iritasi lebih minim, dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan. Bahan bahan alami seperti serat oyong, ampas kopi, oat, nanas dan
sebagainya untuk alternatif pengganti scrubber sintetis. Beberapa penelitian
mengkonfirmasi bahwa dampak positif dalam penggunaan bahan alami untuk
pembuatan body scrub yang dapat membantu mengangkat sel kulit mati,
melebabkan kulit, mencerahkan kulit serta efek nyaman pada kulit. Penggunaan
bahan alami juga meningkatkan kepercayaan konsumen dalam produk yang di
beli karena alami untuk rutinitas perawatan kulit ( Yuniarsih et al. 2023).

2.4 Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian terdahulu mengenai pembuatan formulasi body scrub
rumput laut disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1. Penelitian terdahulu mengenai pembuatan formulasi body scrub rumput
laut
Judul Penulis Perlakuan Hasil penelitian
(Tahun)
Pengaruh Persentase Ahadian Penambahan Perlakuan terbaik adalah
Penambahan Bubuk ti et al. bubuk oyong bubuk oyong dengan
Serat Oyong (Luffa (2020) 5%,7%,9%,11 presentase 9 % dengan
acutangula) dan %. lama pengadukan 20
Lama Pengadukan menit. Dengan hasil
terhadap diperoleh pH 4,60,
Karakteristik Krim viskositas 37.600 cp,
Body Scrub homogen, daya sebar 4,6
cm, daya lekat 9,88 detik,
rasio pemisahan= 1 dan
nilai organoleptik
penerimaan keseluruhan
5,90 (agak suka sampai
suka).
Karakteristik dan Aminah 0,1 %, 0,2%, 0, Pengaruh penambahan
Aktivitas et al. 3%, 0,4% ekstrak rumput laut K.
Antioksidan ( 2021) alvarezii terhadap aktivit
Sabun Padat Transpa as antioksidan sabun
ran dengan Penamba padat transparan
han Ekstrak Rumput memiliki nilai sebesar
Laut Kappaphycus a 76,41 ppm - 108,49 ppm.
lvarezii Perlakuan 0,4% (76,41
ppm)
memiliki aktivitas antiok
sidan kuat.
Analisis Kandungan Abbas et Penambahan Penambahan rumput laut
Senyawa Bioaktif al. rumput laut Kappaphycus alvarezii
Lotion Rumput Laut (2022) Kappaphycus ke
Kappaphycus alvarezii 5 % dalam lotion meningkatk
alvarezii (kelompok an tiga senyawa bioaktif
eksperimen) pada lotion yaitu flavonoi
dan 0% d, tanin dan triterpenoid.
(kelompok Kandungan bioaktif yang
kontrol). paling tinggi adalah tanin
dengan kadar 24% dalam
satu gram lotion.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2023 – januari 2024.
Pembuatan body scrub rumput laut, Pengujian hedonik, tipe emulsi, daya sebar,
pH, kelembapan, iritasi, dan sentrifugasi bertempat di Labolatorium Teknologi
Hasil Perikanan (TPHP) , Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Pengujian Antioksidan dan viskositas bertempat di labolatorium
Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Gajah Mada.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Baskom, Kompor, Panci,
saringan, pisau, saringan, nampan, sodet, blender. Alat yang digunakan dalam
pengujian yaitu timbangan analitik, gelas beaker, timbangan digital, hotplate
stirerr, sentrifugasi, tabung sentrifugasi, pH meter, tabung reaksi, cawan petri,
pipet tetes, spatula, skin moisture analyzer .
Bahan dalam penelitian ini terdiri dari bahan kima dan bahan baku alami,
yaitu Rumput laut Kappaphycus alvarezii yang diperoleh dari Desa Lontar
Tirtayasa Serang, Banten. Tanaman gambas yang diperoleh dari Pasar Kota
Bogor dan bahan pendukung lainnya yang digunakan yaitu Asam stearate, Setil
alkohol, Propilen glikol, Gliserin, Triethanolamin (TEA), Phenoxyethanol,
Akuades, methylene blue, Kertas milimeter blok, fragrance vanilla.

3.3 Rancangan Penelitian


Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode eksperimental
laboratorium. Analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 taraf perlakuan dan 2 kali ulangan.
Mengacu pada penelitian (Yanuarti et al. 2022) dengan modifikasi. Dengan
taraf perlakuan yang diberikan sebagai berikut :
OR (kontrol) = Pembuatan Body scrub dengan penambahan gambas ( Luffa
acutangula L.) 9 % tanpa rumput laut.
OR (10 % & 9% ) = Pembuatan Body scrub dengan penambahan bubur
rumput laut 10% dan serat gambas ( Luffa acutangula L.).
OR (15 % & 9%) = Pembuatan Body scrub Kappaphycus Alvarezii rumput
laut 15 % dan serat gambas ( Luffa acutangula L.).
OR (20 % & 9 %) = Pembuatan Body scrub Kappaphycus Alvarezii rumput
laut 20 % dan serat gambas ( Luffa acutangula L.).
3.4 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 3 tahap yaitu tahap
pertama pembuatan bubur rumput laut Kappaphycus alvarezii, tahap kedua
pembuatan bubuk serat gambas Luffa acutangula L. dan tahap terakhir
pembuatan formulasi sediaan body scrub.
3.4.1 Pembuatan Bubur Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii.)
Rumput laut segar Kappaphycus alvarezii dicuci dengan air bersih. Lalu
siapkan air bersih dengan menambahkan perasan air jeruk nipis kemudian
direndam selama 48 jam, setiap 12 jam penggantian air agar bau amis yang ada
pada rumput laut Kappaphycus alvarezii hilang. Selanjutnya rumput laut
diblender hingga halus dan lembut sampai teksturnya seperti bubur. Setelah
halus, rumput laut dimasak sampai mendidih. Pemasakan ini dilakukan
selama 30 menit. Kemduian di dinginkan pada suhu ruang (Belang et al. 2021).
Rumput laut
Kappaphycus alvarezii

Pencucian

Perendaman air jeruk nipis 48 jam

Penghalusan rumput laut dengan blender

Pemasakan hingga mendidih 30 menit

Pendinginan pada suhu ruang

Bubur rumput laut

Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan bubur rumput laut


(Kappaphycus alvarezii)

3.4.2 Pembuatan bubuk serat gambas ( Luffa acutangula L.).


Pembuatan Scrub dari Serat gambas atau gambas yang telah di cuci
hingga bersih setelah itu keringkan serat menggunakan oven dengan waktu
sekitar 60 menit di suhu ± 2℃ sampai serat benar- benar kering dan dapat
dihancurkan dengan mudah. Pastikan serat gambas sudah kering dan hancurkan
dengan blender. Jika sudah hancur ayak serat dengan ayakan berukuran 40 mesh
(Ahadianti 2020).

Serat gambas

Pencucian

Pengeringan dengan oven 60 menit 2℃


Penghancuran dengan blender

Pengayakan serat dengan ayakan ukuran 40 mesh

Bubuk serat
gambas

Gambar 4. Diagram alir proses pembuatan bubuk serat gambas (Luffa


acutangula L.)

3.4.3 Formulasi sediaan body scrub


Pembuatan pada bahan bahan body scrub ini mengandung 2 fase yaitu :
fase air dan fase minyak. Kedua fase tersebut dipanaskan pada suhu 70-75 °C
sampai homogen. Setelah fase minyak dan air bercampur dan membentuk masa
emulsi, kira-kira pada suhu 40-45℃ dimasukkan bubur rumput laut dan bubuk
serat gambas serta nipagin sedikit demi sedikit sampai homogen. Aduk sampai
homogen selama 20 menit. Ditambahkan fragrance lavender aduk hingga
tercampur rata. Kemudian sediaan body scrub di taruh di dalam wadah yang
tidak tembus cahaya. Formulasi mengacu pada penelitian (Yanuarti et al. 2022)
dengan modifikasi.
Tabel 2. Formulasi sediaan sabun cair yang dibuat berbagai konsentrasi 1:1, 1:2,
dan 2:1
Bahan Konsentrasi Fungsi
RT0 RT1 RT2 RT3
Asam stearat 15 15 15 15 pengemulsi
Setil alkohol 1 1 1 1 pelembut
Propilen glikol 5 5 5 5 pelembab
Gliserin 3 3 3 3 pelembab
Triethanolamin (TEA) 2,1 2,1 2,1 2,1 pengemulsi
Aquades Add Add Add Add pelarut
100 100 100 100
Nipagin 1 1 1 1 pengawet

Fragrance 3 3 3 3 pewangi
Rumput Laut 0 10 15 20 zat aktif
Kappaphycus Alvarezii
Serat Gambas 9 9 9 9 zat aktif
Keterangan : Add 100: Penambahan akuades sampai 100%, OR0
(penambahan serat gambas 9% tanpa rumput laut), OR1 (Rumput laut dan
serat gambas 9%), OR 2 (Rumput laut dan serat gambas 9% ), OR3 (Rumput
laut dan serat gambas 9% ).

Asam Triethanol
stearat, amin,
Setil Fase minyak Fase air Propilen
alkohol glikol,Gli
serin,
Aquades

Pemanasan pada suhu 70-75 °C

Penambahan bubur rumput laut, bubuk serat gambas,


dan nipagin pada suhu 40-45 ℃

Pengadukkan hingga homogen 20 menit

Penambahan fragrance

Pengadukan hingga homogen

Body scrub ditaruh diwadah tidak tembus cahaya

Body Scrub

Uji : 1. pH, viskositas, antioksidan,


sentrifugasi, tipe emulsi, daya sebar,
kelembapan, iritasi, uji biodegradable.
2. hedonik : warna, aroma, kenampakan
dan tekstur.
Gambar 5. Diagram alir proses pembuatan Body scrub rumput laut
Kappaphycus Alvarezii. dengan penambahan serat gambas (Luffa acutangula
L.).

3.5 Prosedur Analisa


Adapun parameter yang dianalisa pada sediaan Body scrub yaitu pH,
viskositas, antioksidan, sentrifugasi, tipe emulsi, daya sebar, kelembapan, iritasi,
uji dan hedonik.
3.5.1 Uji nilai pH
Nilai pH diuji dengan cara menimbang sediaan body scrub sebanyak 1
gram lalu diencerkan dengan menggunakan akuades 10 ml. kemudian di ukur
pH sediaanya menggunakan pH meter (Musdalipah et al. 2016). Standar pH
kulit yang baik itu berkisar 4,5-6,5 (Nugroho 2016).
3.5.2 Uji Viskositas
Tingkat kekentalan sediaan body scrub diuji dengan viskositas. Pengujian
dilakukan menggunakan viscometer Brookfield, sediaan di masukkan ke dalam
beaker glass sebanyak 100 gr, kemudian pindle diturunkan kedalam sediaan
sampai batas yang ditentukan. Pengukuran dilakukan dengan kecepatan 20rpm
(Swastika et al. 2013). kemudian dibaca skalanya ketika jarum merah yang
bergerak telah stabil. Lalu nilai viskositas dihitung.
3.5.3 Uji Antioksidan
Pengujian Antioksidan mengacu pada Penelitian (Wulan et al. 2019)
menggunakan metode DPPH ( 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil) sebanyak 0,5 mL
ekstrak yang telah diencerkan. ditambahkan masing-masing 1,5 mL larutan
DPPH dan divortex selama 2 detik. Berubahnya warna ungu menjadi warna
kuning menunjukkan efisiensi penangkal radikal bebas. Diukur absorbansi pada
spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 517 nm, setelah diinkubasi
selama 30 menit dengan suhu 37℃. Aktivitas penangkapan radikal bebas
(persen inhibisi) dihitung sebagai persentase berkurangnya warna DPPH dengan
menggunakan rumus :
bb−bs
Rumus % 𝑖𝑛ℎ𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖 = x 100
bb
Keterangan : ab = absorbansi blanko (control)
as = absorbansi sampel ( mengandung sampel)

3.5.4 Uji Sentrifugasi


Pengujian sentrifugasi ini dilakukan dengan memasukan 5 g sediaan body
kedalam tabung sentrifugasi. Kemudian diatur 3000 rpm dalam waktu 15 menit
pada suhu ruang (Ermawati et al. 2017). Uji sentrifugasi ini menggambarkan
kestabilan lotion karena pengaruh gravitasi yang setara selama 1 tahun (Sinaga
et al. 2015).

3.5.5 Uji Tipe Emulsi


Sebanyak 1 tetes sediaan lulur krim ditempatkan di atas gelas objek
kemudian tambahkan 1 tetes larutan methylene blue lalu campur hingga merata,
amati dibawah mikroskop, jika terbentuk warna biru homogen pada fase luar
maka menunjukkan terbentuknya emulsi tipe minyak dalam air (m/a) 1 (Lestari et
al. 2023).

3.5.6 Uji Daya Sebar


Uji daya sebar dilakukan dengan sebanyak 1 g sediaan body scrub
ditimbang lalu diletakkan di tengah kaca dan ditutup dengan kaca penutup
lainnya kemudian diamkan 5 detik untuk mendapatkan berapa diameter daerah
yang terbentuk. Selanjutnya menambah beban pada kaca 500 g. dibiarkan
selama 1 menit setelah itu ukur diameter sebarnya kemudian diulangi dengan
beban yang berbeda sampai mencapai batas diameter daya sebar yang baik
(Sopianti et al. 2021).

3.5.7 Uji Kelembapan


Uji kelembapan sediaan body scrub dilakukan dengan cara mengoleskan
sediaan body scrub pada lengan bawah panelis, dilakukan setiap pagi dan malam
hari. Uji ini dilakukan selama 5 hari kepada 10. Pengamatan hasil dilakukan
dengan mengamati langsung perubahan fisik dan menguji kelembapan kulit
dengan alat skin analyzer (Yusuf et al. 2019).

3.5.8 Uji Biodegradable


Uji biodegradable dilakukan dengan menggunakan metode penguburan atau soil
burial cara pengujianya yaitu taruh bubuk serat gambas dalam wadah kemudian
kubur dalam tanah dan diamati penguraiannya selama 12 hari. Sebelum dikubur
timbang sampel terlebih dahulu. Cek sampel setiap 3 hari untuk melihat
perubahan fisik yang terjadi selama 12 hari mengacu pada penelitian
(wahyuningtiyas & Suryanto 2017) dengan modifikasi. Data yang telah di
dapatkan kemudian dihitung presentase biodegradasinya menggunakan rumus :

Oa – O b
Hilangnya massa biodegradasi % ¿ x 100 %
Oa
Keterangan : Oa = massa serat gambas sebelum di lakukan penanaman
Ob= massa serat gambas setelah di lakukan penanaman
(terdegradasi).

3.5.9 Uji Hedonik


Uji hedonik dilakukan oleh panelis mahasiswa Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa dengan jumlah 30 orang sebanyak 30 orang. Panelisan diminta menilai
dengan cara menggosokan body scrub ke punggung tangan. Penilaian sediaan
body scrub dikategorikan dalam 5 tingkatan yaitu: (1 = tidak suka, 2 = kurang
suka, 3 = netral, 4 = suka, 5 = sangat suka). Parameter Penilaian meliputi
parameter warna, aroma, kenampakan dan tekstur dengan metode uji skoring
menurut (Subeki et al. 2018).

3.6 Analisis data


Pada pengujian nilai pH, uji viskositas, uji antioksidan, uji sentrifugasi, uji
tipe emulsi, uji daya sebar, uji kelembapan dan uji iritasi menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat taraf perlakuan dan dua kali
ulangan, kemudian diolah menggunakan software Microsoft excel 2019 dan
SPSS versi 20.0. dengan selang kepercayaan 95% (α = 0,05). Apabila terdapat
pengaruh yang nyata maka akan dilakukan uji lanjut menggunakan uji Duncan.
Sedangkan Data hasil pengujian sensori dianalisis menggunakan uji Krusskal
Wallis.

DAFTAR PUSTAKA

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2022. KKP ajak investor garap
potensi industri penngolahan rumput laut di indonesia.
Abbas B, Susilowati A, Putri T W. 2022. Analisis kandungan senyawa bioaktif
lotion rumput laut Kappaphycus alvarezii. Journal Perikanan.12 (4) :
623-631.
Ahadianti K M, Wrasiati L P, Putra G P G. 2020. Pengaruh persentase
penambahan bubuk serat oyong (Luffa acutangula) dan lama
pengadukan terhadap karakteristik krim body scrub. Jurnal Rekayasa dan
Manajemen Agroindustri. 8 (3) : 472-483.
Aharudin A, Mustapa K, Jura M R. 2020. Analysis of flavonoid leiveils in
eixtract of gambas fruit (Luffa acutangula L) originating from thei
villagei of Posona district Parigi Moutong. Jurnal Akadeimika Kimia.
9(2):102–106
Alahudin, Muchlis, Jayadi. 2014. Kondisi lingkungan sekitar terhadap
kenyamanan termal rumah sewa (studi kasus rumah sewa di kel.
seringgu jaya merauke). Jurnal ilmiah mustek anim. 3 : 21-37.
Aminah S, Kusumaningrum I, Mismawati A. 2021. Karakteristik dan Aktivitas
Antioksidan Sabun Padat Transparan Dengan Penambahan Ekstrak
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii. J. Aquawarman. 7(1): 30-37.
Angriani L. 2019. Potensi ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) sebagai
pewarna alami lokal pada berbagai industri pangan. Canrea Journal.
2(2) : 32–37.
Basuki S, Devitasari R. 2022. Manfaat vitamin E pada kulit. Jurnal Klinik dan
Riset Kesehatan. 1(2) : 116-126.
Belang A S L, Ngginak J, Nge S T. 2021. Analisis protein, tekstur dan rasa es
krim berbahan dasar rumput laut merah (Kappaphycus alvarezii). Jurnal
ilmiah teknologi pertanian agrotechno.6(2) : 85-91.
Budiasih K S. 2017) Kajian potensi farmakologis bunga telang (Clitoria
ternatea). Prosiding seminar nasional kimia UNY. 21(4) : 183–188.
Ermawati D E, Martodihardjo S, Sulaiman T N S. 2017. Optimasi komposisi
emulgator formula emulsi air dalam minyak jus buah stroberi (Fragaria
vesca L.) dengan metode simplex lattice design, Journal of
pharmaceutical science and clinical research. 2 : 78-79.
Food and Agriculture Organization (FAO). 2017. Waters suitability and carrying
capacity area for fish and seaweed in West Nusa Tenggara. FAO. Jakarta.
79 p.
Hafting J, Craigie J, Stengel D, Loureiro R, Buschmann A, Yarish C. 2015.
Prospects and challenges for industrial production of seaweed bioactives.
J Phycol. 51(5) : 821–837.
Handito D, Basuki E, Saloko S, Dwikasari L D, Triani, E. 2021. Analisis
komposisi bunga telang (Clitoria ternatea) sebagai antioksidan alami
pada produk pangan. Prosiding saintek LPPM Universitas Mataram. 4(1)
: 64 – 70.
Hardesty B D, Polidoro B, Compa M, Shim WJ, Widianarko B, Wilcox C. 2019.
Multiple approaches to assessing the risk posed by anthropogenic plastic
debris. Mar Pollut Bull. 114 (6) : 188 – 193.
Hardjani K D, Suantika G, Aditiawati P. 2017. Nutritional Profile of Red
Seaweed Kappaphycus alvarezii after Fermentation using
Saccharomyces Cerevisiaeas a Feed Supplement for White Shrimp
Litopenaeus vannamei Nutritional Profile of Fermented Red Seaweed.
Journal of Pure and Applied Microbiology. 11 (4) : 1637-1645.
Irfan M. 2013.Rumput Laut Kappahycus alvarezii Komoditi Perikanan
Potensial. Lepkhair Press. Ternate. 101 hal.
Jelantik N P A C P, Cahyaningsih E. 2022. Potensi antioksidan bunga telang
(Clitoria ternatea L.) sebagai penghambat hiperpigmentasi akibat
paparan sinar ultraviolet. 16(1) : 45-54.
Kamara A B, Sawaneh I A, Tarawally M. 2021. The adverse effects of plastics
pollution on the environment, health of animals and human beings.
IRJET. 8(10) : 1445 – 1449.
Lestari N W D I, Harjanti R, Ekowati D 2023.Activity tests of sunscreen
emulgel preparation of tamanu oil (Calophyllum inophyllum L.)
combined with titanium dioxide (TiO2). Indonesian Journal of
Pharmacetical Education (e-Journal). 3(2): 343-358.
Lubis YM, Erfiza NM, Ismaturrahmi, Fahrizal. 2013.Pengaruh konsetrasi
rumput laut (Eucheuma cottonii) dan jenis tepung pada pembuatan mie
basah. Rona teknik pertanian. 6(1) : 413- 420
Maharany F, Nurjanah, Suwandi R, Anwar E, Hidayat T. 2017.
Kandungan bioaktif rumput laut Padina australis dan Eucheuma
cotonii sebagai bahan baku krim tabir surya. Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia. 20(1) : 10-17.
Maulidah N I, Ashari S. 2017. Pengaruh tingkat kematangan dan lama
pengeringan terhadap mutu benih gambas hibrida (Luffa acutangula).
5(3): 417 – 424.
Mazali I O, Alves O L. 2005. Morphosynthesis: high fidelity inorganic replica of
the fibrous network of loofa sponge (Luffa cylindrica). Anais Da
Academia Brasileira de Ciências. 77(1) : 25– 31.
Miraj S S, Parveen N, Zedan H S. 2019. Plastic microbeads: small yet mighty
concerning. International Journal of Environmental Health Research.
31(2) : 1 – 17.
Molyneux P. 2004. The use of stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH)
for estimating antioksidan activity. Songklanakarin Journal Science
Techology. 26(2) : 211-219.
Musdalipah, Haisumanti, Reymon. 2016. Formulasi Body Scrub Sari Ubi Jalar
Ungu (Ipomoea batatas L.) Varietas Ayamurasaki. 5(1) : 88–98.
Ninla Elmawati Falabiba. 2019. Pengaruh faktor budaya terhadap keputusan
pembeliaan Lo`I Mw`E Mbojo dikota Bima. 5 : 101–111.
Nogroho, C. 2016. Pengaruh mengkonsumsi buah nanas terhadap pH saliva pada
santriwati usia 12-16 tahun pesantren perguruan sukahideng kabupaten
Tasikmalaya. Jurnal Arsa. 11(1) : 10-15.
Nurwidodo, Rahardjanto A, Husamah, Mas’odi, Mufrihah A. 2017. Potensi,
kendala, dan strategi pengembangan budidaya rumput laut berbasis
kolaborasi di daerah kepulauan sapeken kabupaten sumenep. Prosiding
seminar nasional III tahun 2017. Prodi Pendidikan Biologi-FKIP dengan
PSLK Universitas Muhammadiyah Malang.
Sari M F. Dulbari D, Ahyuni D, Budiarti L, Saputra H. 2020. Perkecambahan
benih kisik lampung (Luffa spp.) berdasarkan letak posisi biji dalam
buah. 2 (2) : 73 -81.
Sigit J, Listyowati R, Fitriana S H, Mahmudah R B, Purborini N. 2016. Luffa
acutangula sebagai alternatif penurun kadar glukosa darah. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah. 1(1) : 1-6.
Sinaga A A, Luliana S, Fahrurroji A. 2015. Losio antioksidan buah naga merah
(Hylocereus polyrhizus Britton and Rose). Pharm Sci Rest. 2 (1) : 11-20.
small yet mighty concerning, International Journal of Environmental Health
Research
Sopianti D S, Tree S. 2021. Lulur krim dari ekstrak agarosa gelidium Sp. dan uji
dengan metode DPPH, sebagai kandidat senyawam antioksidan. Jurnal
Ilmiah Pharmacy. 8 (1) : 209-220.
Subeki A I P, Setyani S, Nurainy F. 2018. Kajian formulasi daun singkong
(Manihot esculenta) dan rumput laut (Eucheuma cottonii) terhadap sifat
sensor dan kimia nori. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan
Teknologi Pertanian. 7: 357–365.
Swastika A, Mufrod, Purwanto. 2013. Aktivitas antioksidan krim ekstrak sari
tomat (Solanum lycopersicum L.). Trad Med Journal. 18(3) : 132-140.
Talarosa, Basaria. 2005. Menciptakan Kenyamanan Termal dalam Bangunan.
Jurnal Sistem Teknik Industri. 6 (3) : 148 – 158.
Tricaesario C, Widayati R I. 2016. Efektifitas krim almond oil 4% terhadap
tingkat kelembaban kulit. Jurnal Kedokteran Diponegoro. 5(4) : 599 –
610.
Wulan, Yudistira A, Rotinsulu H. 2019. Uji aktivitas antioksidan dari ekstrak
etanol daun Mimosa pudica Linn. Menggunakan metode DPPH.
Pharmacon. 8(1) : 106 – 113.
Yanuarti R, Nurfitriyana N, Zuchryanto M, Pratama G, Munandar A, Ilhamdy A
F. 2021(a). Formulation and evaluation of sunscreen cream from
Moringa oleifera and Turbinaria conoides. E3S web of conferences.
324(1) : 1-4.
Yanuarti R, Septiana D C, Nurfitriyana, Pratama G, Haryati S, Kurniawan I D,
Putri D K. 2022. Aktivitas antioksidan dan stabilitas fisik sediaan body
scrub bubur rumput laut Turbinaria decurrens dan kencur
(Kaempferia galanga). Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia.
25(3) : 364-372.
Yuniarsih N, Rosidah R S N, Ismanita S S, Putri N S, Azzahra M M, Lutfiyah A,
Fitriyani A, Sari K. 2023. Sediaan Bodyscrub Dengan Bahan Alam
Sebagai Exfoliating: Literature Riview. Journal Of Social Science
Research. 3 (2) : 7579-7592.
Yusuf N A, Hardianti B, Lestari I A, Sapra A, Tinggi S, Farmasi I. (2019).
Formulasi dan evaluasi lip balm liofilisat buah tomat (Solanum
Lycopersicum L.) sebagai pelembab. Jurnal ilmiah manuntung. 5(1) :
115–121.

Anda mungkin juga menyukai