PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bahan masakan seperti saus, sambal, acar, asinan, sayur-sayuran dan produk
makanan kaleng.
Cabai (Cabai giling) dan saus Cabai. Pada industri minuman, ekstrak Cabai
2003). Produksi Cabai Rawit di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
terus naik. Data BPS dan Direktorat Jendral Holtikultura menunjukkan bahwa
1
Tabel 1. Perkembangan Produksi Cabai Rawit di Indonesia tahun 2015-2019
dikarenakan Cabai Rawit memiliki umur simpan yang pendek. Faktor yang
menghasilkan CO₂, air, dan energi. Selain respirasi buah juga akan mengalami
transpirasi, dimana transpirasi adalah penguapan air dari dalam sel melalui
umur buah terjadi gesekan pada lapisan alami tersebut sehingga terdegradasi
2
dan menghilang. Untuk itu diperlukan pelapisan (coating) untuk mencegah
tidak merusak mutu produk yaitu dengan pengaplikasikan lapisan tipis atau
pada permukaan buah sehingga dapat menghalangi penguapan air, gas dan
terhindar dari kontak langsung dengan oksigen, agar proses pematangan pada
buah bisa diperlambat. Lapisan ini juga tidak berbahaya sehingga dapat
Lidah Buaya adalah salah satu jenis bahan yang dapat dijadikan edible
hasil yang lebih baik. Lidah Buaya diketahui mengandung zat anti biotik serta
3
Indriyani (2006) CMC (Carboxyil Methyl Cellulose) digunakan sebagai
terhadap edible coating Lidah Buaya yang diaplikasikan pada buah Tomat
buah, dari hasil tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
4
2. Mengetahui kualitas dari Cabai Rawit (Capsicum frustescens L.) setelah
D. Manfaat Penelitian
frustescens L.) dan dapat menjadi informasi bagi pihak yang terkait seperti
pada suhu rendah dengan perlakuan edible coating berbahan dasar lidah buaya
Cabai Rawit (Capsicum frustescens L.) dapat tersedia secara kontinyu dengan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
hingga 135 cm. Akar dari Cabai Rawit adalah akan tunggang. Akar Cabai
Memiliki batang yang kaku dan daun tunggal. Helaian daun berbentuk bulat
(Tjandra, 2011).
Cabai Rawit juga kaya akan kandungan vitamin A, B, dan C (Tjandra, 2011).
Selain itu Cabai Rawit juga mengandung zat gizi seperti karbohidrat, lemak,
protein, kalsium(Ca), besi (Fe), dan fosfor (P) (Prajnanta (2007) dalam Arifin
(2010)).
yang singkat, yaitu 2 sampai 3 hari setelah masa panen. Faktor yang
6
yang tidak mengenal musim, artinya Cabai Rawit dapat ditanam kapanpun
digunakan sebagai antimikroba, anti bakteri, anti inflanmasi, dan anti jamur
(Natsir, 2013).
Pelepah lidah buaya terdiri dari mucilage gel (lendir). Bagian Lidah
berbentuk gel. Gel Lidah Buaya dijadikan sebagai bahan edible coating
sebagai terapi tumor, anti diabetes ,anti kanker, dan anti mikroba. (Dweck dan
C. Edible Coating
bahan makanan. Bahan ini digunakan diatas dan diantara peoduk dengan cara
7
merendam, menyikat, menyemprot dan membungkus sehingga memberikan
tahanan yang selektif terhadap transmisi uap air dan gas, dan memberikan
permukaan buah untuk memperlambat keluarnya uap air, gas dan menghindari
kontak dengan oksigen agar proses pemasakan dan pencoklatan pada buah
penurunan kualitas dari produk pertanian. Edible coating juga dapat member
coating pada buah dan sayur bertujuan untuk memperbaiki umur simpan dan
kualitas tampilan pada buah dan sayur (Baldwin et al, 2012). Keuntungan
penggunan lapisan edible coating pada buah yaitu untuk melindungi buah
8
digunakan luas dalam industri pangan. Rumus molekul yaitu C 6 H 16 NaO8
atau butiran yang tidak dapat larut dalam organik namun dapat larut dalam air,
dan mengendap pada Ph kurang dari 3 dan stabil pada rentang Ph 3 sampai 10.
menggantikan produk seperti agar -agar, gum arab, gelatin, tragancanth dan
karageenan.
yang memiliki jumlah padatan yang besar atau kental hanya memerlukan
untuk menciptakan tekstur produk yang lebih kental. Menurut Feri manoi
(Badan Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik) (2006) bahwa jumlah CMC
yang diijinkan untuk bercampur dengan bahan lain adalah berkisar dari 0.5%
9
Cellulose) mempunyai beberapa kelebihan salah satunya yaitu dapat mengikat
Sumoprastowo (2004) Salah satu cara agar buah dan sayuran tetap sgar dalam
waktu yng cukup lama adalah menekan kerja enzim yang dilakukan dengan
pada suhu rendah mampu meperpanjang masa simpan bahan pangan karna
masa simpan dari bahan pangan. Hal ini bukan hanya dikarenakan proses
lemari es yang memiliki suhu -2°C sampai dengan +20°C. Pendinginan dapat
10
tergantung dari jenis bahan pangan. Penyimpanan pada suhu rendah adalah
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Gorontalo.
seperangkat uji kadar vitamin C, alat pendukung (alat tulis, dan buku catatan).
frustescens L.) ukuran panjang 5-6 cm dengan warna orange. Lidah buaya
(Aloevera L.) dan aquades digunakan untuk membuat bahan edible coating.
C. Metode Penelitian
R0 = Kontrol
12
D. Prosedur Penelitian
kotoran ysng masih menempel. Setelah itu, dilakukan proses trimming dan
menghilangkan yellow sap (lendir kuning) pada Lidah Buaya. Setelah itu
sebanyak 5 liter dan gel lidah buaya sebanyak 2.5 liter, setelah itu,
13
Proses pembuatan Larutan Lidah Buaya
14
Gambar 1. Prosedur Pembuatan Larutan Lidah Buaya (Ida Humaeroh, 2016)
15
Gambar 2. Proses Pembuatan Edible Coating Lidah Buaya
masih melekat pada kulit Cabai Rawit. Setelah dicuci dan dikeringkan
Cabai Rawit dicelupkan kedalam larutan gel lidah buaya selama kurang
menit. setelah itu disimpan pada lemari pendingin dengan suhu 20°C.
selama 12 hari untuk di amati dan di analisis sifat fisik dan kimia setiap 6
hari sekali.
16
Gambar 3. Prosedur Pelapisan Edible Coating Lidah Buaya pada Cabai
E. Parameter Pengamatan
dari Cabai Rawit. Penentuan susut dilakukan dengan pengukuran bobot buah
Cabai Rawit setiap 6 hari sekali. Dimana bobot buah Cabai Rawit sebelum
setelah dilakukan perlakuan merupakan bobot akhir (W1). Jadi selisih dari
W 0−W 1
Sb= X 100 %
W0
Dimana :
Sb = Susut Bobot (%)
W0 = Bobot Awal
W1 = Bobot Akhir
17
2. Pengukuran Kadar Vitamin C (Susanto, 2018)
dilakukan titrasi dengan 0.01 nyodium hingga berwanna biru atau abu-abu. 1
ml titrasi X 0.88=….mg
tiga huruf yakni a ,b dan L. Nilai a terdri dari a+ yang berarti warna merah
dengan nilai 0 sampai 60 dan –a berarti warna hijau dengan nilai 0 sampai
-60. Nilai L berarti tingkatan untuk kecerahan [L= 100 (putih) dan L= 0
(hitam)]. Semakin meningkatnya nilai a*,b * dan L pada buah Cabai Rawit
18
Gambar 4. Reprsentasi warna dari nilai hue
dengan titik pengukuran yaitu pada sisi bagian ujung, bagian tengah dan
warna.
Dimana:
19
lain bau tidak sedap, perubahan warna, perubahan bentuk, dan perubahan
tekstur .
visual yaitu terdapat tekstur yang sudah lunak, tangkai buah sudah layu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
20
pada buah, dimana semakin tinggi nilai susut bobot, maka semakin berkurang
tingkat kesegaran pada suatu bahan pangan. Susut bobot yang terjadi pada
produk hortikultura yaitu sejak awal panen hingga saat dikonsumsi dimana
Tabel 2. Hasil Analisis Sidik Ragam Nilai Rata-Rata Pengukuran Susut Bobot
Cabai Rawit.
Waktu Pengamatan
Perlakuan
6 HSP 12 HSP
R0 13.07d 15.49c
R1 7.73c 11.5b
R2 7.22b 10.24ab
R3 6.05a 9.81a
Keterangan : HSP : hari setelah perlakuan; R0: kontrol ; R1: 12gr CMC ; R2:
25gr CMC ; R3: 37gr CMC.
Hasil uji lanjut BNT taraf 1 % pada tabel 2 bahwa berbagai perlakuan
berbeda nyata untuk susut bobot dalam penyimpanan pada suhu rendah.
susut bobot yang rendah dibandingan dengan perlakuan yang lain. Hal ini
21
digunakan maka akan mampu menekan terjadinya susut bobot pada Cabai
Rawit.
Susut Bobot
18
15
12
9
6
3
0
0 HSP 6 HSP 12 HSP
R0 R1 R2 R3
22
(Gambar 5). Hal ini dikarenakan adanya proses penguapan air akibat proses
respirasi dan transparasi. Hal ini sesuai dengan pendapat (Siagian, 2009
dalam Evi et al, 2016) Susut bobot merupakan hilangnya air pada buah akibat
bahan pangan dan menghasilkan CO2, energi dan air yang menguap melalui
bahan pangan.
Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa susut bobot pada Cabai Rawit yang
tidak diberi lapisan edible coating (R0) lebih tinggi dari Cabai Rawit yang
diberi lapisan edible coating hal tersebut dikarenakan Cabai Rawit yang tidak
dibandingkan dengan perlakuan R1, R2, R3 susut bobot dapat ditekan dengan
Methyl Cellulose (CMC) yang berbeda. Hal ini disebabkan karena edible
Menurut (Julianti & Nurminah, 2007 dalam Alsuhendra et al, 2011) Susut
bobot pada buah yang diberi edible coating mampu mencegah kehilangan air
akibat penguapan. Edible coating merupakan barrier yang baik terhadap air
dan oksigen. Selain itu, edible coating juga mampu memperlambat laju
23
resprasi sehingga banyak digunakan dalam proses pengemasan produk bahan
pangan
B. Kadar Vitamin C
dengan kandungan vitaminnya yang cukup tinggi. Pada 100 gram buah
Waktu Pengamatan
Perlakuan
6 HSP 12 HSP
R0 4.65a 3.34a
R1 5.02ab 4.5ab
R2 5.02ab 4.71ab
R3 5.2b 4.76b
24
Keterangan : HSP : hari setelah perlakuan; R0: kontrol ; R1: 12gr CMC ;
R2: 25gr CMC ; R3: 37gr CMC.
Hasil uji lanjut dengan uji BNT taraf 1% pada Tabel 3,
rendah berbeda nyata pada hari ke-6 dan 12 setelah perlakuan dimana
perlakuan R3 yang memiliki kadar vitamin C yang tertinggi hal ini diduga
pelapisan edible coating lidah buaya yang disimpan pada suhu rendah dapat
Kadar Vitamin C
6
5.5
R0
5 R1
4.5 R2
R3
4
3.5
3
0 HSP 6 HSP 12 HSP
25
Gambar 6. Grafik Vitamin C Cabai Rawit Selama Penyimpanan pada
berbagai perlakuan CMC. Keterangan : HSP : hari setelah perlakuan; R0:
kontrol ; R1: 12gr CMC ; R2: 25gr CMC ; R3: 37gr CMC.
penurunan kadar vitamin C tanpa pelapisan edible coating lidah buaya (R0)
coating lidah buaya, karena terjadi pemasakan dan merusak dinding sel
buah yang disebabkan laju respirasi yang cepat sehingga terjadi penurunan
26
sehingga dapat memperlambat proses respirasidan transpirasi dimana
C. Pengukuran Warna
Warna merupakan hal pertama yang dilihat para konsumen dalam
pada Cabai Rawit dilakukan pada hari ke-0, ke-6 dan ke-12.
Waktu Pengamatan
Perlakuan
6 HSP 12 HSP
R0 59.79 53.91
R1 55.97 50.07
R2 53.30 48.66
R3 52.08 44.36
Keterangan : HSP : hari setelah perlakuan; R0: kontrol ; R1: 12gr CMC ;
R2: 25gr CMC ; R3: 37gr.
27
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dengan uji BNT 1% pada tabel
nyata (lampiran 3) tetapi mengalami penurunan pada hari ke-6 dan ke-12.
Dimana perlakuan R3 yang paling rendah hal ini diduga karena perlakuan
Warna
70
65
60
55
50
45
40
0 HSP 6 HSP 12 HSP
R0 R1 R2 R3
28
Gambar 7. Grafik Pengukuran Warna Cabai Rawit Selama Penyimpanan
pada berbagai perlakuan CMC. Keterangan : HSP : hari setelah perlakuan;
R0: kontrol ; R1: 12gr CMC ; R2: 25gr CMC ; R3: 37gr CMC.
Hasil analisis pada Gambar 7 menunjukkan bahwa nilai Cabai Rawit
klorofil dan terjadi sintesa karoten, xantofil dan likopen sehingga warna
Cabai Rawit R0 (Kontrol) yang tidak diberi lapisan lebih tinggi dari Cabai
Rawit yang diberi lapisan edible coating lidah buaya. Hal ini dikarenakan
selama pematangan pigmen klorofil pada Cabai Rawit akan dirombak secara
29
perlahan menjadi pigmen antosianin. Pigmen ini akan dirombak kembali
bergantung pada aktivitas fisiologi atau laju respirasi. Semakin tinggi laju
respirasi maka perombakan akan terjadi dengan cepat dan bahan pangan
D. Kerusakan
Cabai yang sudah lunak, warna Cabai yang sudah mulai kecoklatan dan
hari sekali pada masa penyimpanan Cabai Rawit dengan suhu rendah. Pada
Waktu Pengamatan
Perlakuan
6 HSP 12 HSP
R0 24.67a 26.33a
R1 17.33b 21.00b
R2 13.33b 16.00c
R3 8.33c 11.33d
30
Keterangan : HSP : hari setelah perlakuan; R0: kontrol ; R1: 12gr CMC ;
R2: 25gr CMC ; R3: 37gr CMC.
Berdasarkan hasil analisis tabel 5 memperlihatkan bahwa disetiap
perlakuan berbeda nyata selama penyimpanan hari ke-6 dan ke-12. Hal ini
didukung oleh hasil uji lanjut BNT 1% yang menunjukan setiap perlakuan
nilai kerusakan yang terendah. Hal ini diduga karena pelapisan edible
Kerusakan
30
25
20
15
10
5
0
6 HSP 12 HSP
R0 R1 R2 R3
31
Gambar 8. Grafik Pengukuran Tingkat Kecerahan (L) Cabai Rawit Selama
Penyimpanan pada berbagai perlakuan CMC. Keterangan : HSP : hari
setelah perlakuan; R0: kontrol ; R1: 12gr CMC ; R2: 25gr CMC ; R3: 37gr
CMC.
Gambar 8 menunjukan bahwa nilai kerusakan pada hari ke 6 dan ke 12
salah satu bahan pangan yang rentan mengalami kerusakan karena memiliki
mikroba tumbuh didalamnya hal ini bisa menurukan kualitas dari buah
32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
33
mutu dan kualitas Cabai Rawit. Perlakuan terbaik dalam aplikasi edible
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk buah Cabai Rawit
34
2. Perlu dilakukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai metode uji
pada penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
35
Al-Juhaimi, F., Kashif G dan Elfadil EB. 2012. Effect of Gum Arabic Edible Coating
on Weight Loos, Firmness and Sensory Characteristics of Cucumber
(Cucumis SativusL.) Fruit During Storage. J.Bot,.Vol 4(4):1439-1444.
Alimatul, H. 2017. Aplikasi Pelapisan Lidah Buaya (Aloe Vera L.) Untuk
Meningkatkan Daya Simpan Buah Pepaya Callina (Carica Papaya L. IPB9).
Skripsi. Insitut Pertanian Bogor.
Badan Pusat Statistik, 2019. Produksi Cabai Rawit Menurut Provinsi 2015-2019.
Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Baldwin, EA. 1999. Edible Coating For Fresh Fruit and Vegetables: Past, Present
and Future. Dalam : Krochta JM, Baldwin EA, Nisperos-Carriedo MO, Eds.
Edibles Coatings and films To Improve Food Quality. Lancaster. Techtomic
Pub. CO. Inc
Bambang. 2003. Cabai Rawit : Teknik Budi Daya & Analisis Usaha Tani. Penerbit
Kanisius. Jakarta. Hal. 6, 34.
36
Dweck AC and Reynold T. 1999. Aloe vera Leaf Gel : a review update. J
Ethnopharmacology. 68:3-37.
Fitrianingstyas Sofie Imsa dan Tri Dewanti Widyaningsih, 2015. Pengaruh
Penggunaan Lesitin dan CMC Terhadap Sifat Fisik, Kimia, dan Organoleptik
Margarin Sari Apel Manalagi (Syifertris mill) Tersuplemenentasi Minyak
Kacang Tanah. Jurnal Pangan dan Agroindustri, Vol.3 No.1. Teknologi Hasil
Pertanian. Universitas Brawijaya Malang.
Krotcha JM. 1994. Edible Coatings and Films to Improve Food Quality. Departement
Of Food Science and Technology. Departement Of Biological and
Agricultural Engineering University of California. Davis, California, U.S.A.
Lathifa, H. 2013. Pengaruh pati sebagai bahan dasar edible coating dan suhu
penyimpanan terhadap kualitas buah tomat (Lycopersicon esculentum Mill).
(Skripsi). Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang
Miskiyah, W., dan Winarti. 2009. Formula dan aplikasi edible coating pada paprika
(capsicum annum) untuk meningkatkan masa simpan minimal 10 hari.
Laporan Akhir Tahun. Balai Besar Penelitan dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian,. Bogor.
Pantastico, E.R. 1989. Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-
buahan dan Sayur-sayuran Tropik dan Subtropik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
37
Prajnanta, Final. 2007. Agribisnis Cabai Hibrida. Jakarta: Penebar Swadaya.
Santoso, B., D. Saputra., & R. Pambayun, 2004. Kajian Teknologi Coating Dari Pati
dan Aplikasinya Untuk Pengemas Priner Lempok Durian. Jurnal Teknologi
dan Industri Pangan, 15(3):239-244./
Setiadi. 2006. Cabai Rawit, Jenis dan Budidaya. Jakarta : Penebar Swadaya.
Susanto Hary., 2018. Pengaruh Lapisan Lidah Buaya (Aloe vera L.) Dengan
Penambahan CMC (Carboxy Methyl Cellulose) Yang Berbeda Terhadap
Daya Simpan Buah Tomat (Lycopersicon esculentum) Di Suhu Rendah.
Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Gorontalo.
Susilowati. 2008. Isolasi dan identifikasi senyawa karotenoid dari cabai merah
(Capsicum annum L). Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN): Malang.
38
Suyonto, M., Fettiyuna, dan Tiara, J. 2016. Kajian Iradiasi Gamma Terhadap
Karakteristik Cabai Rawit Untuk Memperpanjang Masa Simpan [skripsi].
Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Universitas Padjadjaran.
Tjandra, E., 2011. Panen Cabai Rawit Di Polybag. Cahaya Atma Pustaka.
Yogyakarta
Umam, K., 2017. Respon Kualitas Cabai Rawit Merah Terhadap Suhu Penyimpanan.
[Skripsi]. Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor
39
6 HSP
Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
I II III
R0 13.6 13.6 12 39.2 13.07
R1 8.23 7.14 7.83 23.2 7.73
R2 7.42 6.78 7.47 21.67 7.22
R3 6.39 6.41 5.35 18.15 6.05
Total 35.64 33.93 32.65 102.22 8.52
Uji
Lanjut
R0 13.07 d
R1 7.73 c
R2 7.22 b
R3 6.05 a
BNT 1% 0.88
12 HSP
40
Ulangan Total Rata-Rata
Perlakuan
I II III
R0 15.34 15.87 15.26 46.47 15.49
R1 11.6 11.89 11.01 34.5 11.5
R2 10.2 10.28 10.24 30.72 10.24
R3 9.25 10.15 10.03 29.43 9.81
Total 46.39 48.19 46.54 141.12 11.76
Uji
Lanjut
R0 15.49 c
R1 11.5 b
R2 10.24 ab
R3 9.81 a
BNT 1% 0.64
41
Lampiran 2. Rataan Hasil Analisis Laboratorium dan Analisis Sidik Ragam
Parameter Vitamin C
6 HSP
Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
I II III
R0 4.44 4.81 4.7 13.96 4.65
R1 5.01 5.03 5.01 15.05 5.02
R2 5.04 4.91 5.11 15.07 5.02
R3 5.40 5.10 5.09 15.61 5.20
Total 19.89 19.85 19.91 59.70 4.98
Uji
Lanjut
R0 4.65 a
R1 5.02 ab
R2 5.02 ab
R3 5.20 b
BNT 1% 0.64
42
12 HSP
Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
I II III
R0 3.34 3.26 5.39 10.00 3.34
R1 4.39 4.52 4.59 13.51 4.50
R2 4.71 4.61 4.79 14.12 4.71
R3 4.73 4.76 4.77 14.27 4.76
Total 17.17 17.15 19.54 51.90 4.33
Uji
Lanjut
R0 3.34 a
R1 4.50 ab
R2 4.71 ab
R3 4.76 b
BNT 1% 0.20
43
Lampiran 3. Rataan Hasil Analisis Laboratorium dan Analisis Sidik Ragam
Parameter Warna
6 HSP
Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
I II III
R0 46.01 66.73 66.61 179.35 59.78
R1 55.35 47.40 65.16 167.91 55.97
R2 68.31 52.07 39.52 159.90 53.30
R3 58.92 49.11 48.20 156.23 52.08
Total 228.59 215.31 219.49 663.39 55.28
12 HSP
Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
I II III
R0 52.40 56.72 52.60 161.72 53.91
R1 46.82 49.03 54.34 150.19 50.06
R2 46.60 47.65 51.72 145.97 48.66
R3 38.46 45.98 48.63 133.07 44.36
Total 184.28 199.38 207.29 590.95 49.25
44
SK DB JK KT F HIT F 0.05 F 0.01
PLK 3 139.93 46.64 3.33 tn 4.04 5.63
GALAT 8 112.06 14.01
TOTAL 11 251.99
KK 0.08 %
Parameter Kerusakan
6 HSP
Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
I II III
R0 24 23 27 74 24.67
R1 18 17 17 52 17.33
R2 14 14 12 40 13.33
R3 6 8 11 25 8.33
Total 191 15.92
Uji
Lanjut
R0 24.67 c
R1 17.33 b
R2 13.33 b
R3 8.33 a
BNT 1% 4.28 12 HSP
45
Ulangan
Perlakuan Total Rata-Rata
I II III
R0 28 27 24 79 26.33
R1 22 21 20 63 21.00
R2 17 16 15 48 16.00
R3 12 12 10 34 11.33
Total 224 18.67
Uji
Lanjut
R0 26.33 d
R1 21.00 c
R2 16.00 b
R3 11.33 a
BNT 1% 2.77
46
a. Pengambilan lidah buaya sebagai bahan edible coating
47
d. Pembuatan edible coating lidah buaya
48
- Pengukuran Aquades
49
- Penyaringan Gel Lidah Buaya yang sudah dicampurkan dengan aquades
50
- Mengukur suhu sampai 75°
51
R1 (12 gram)
R2 (25 gram)
R3 (37 gram)
f. Pelapisan Edible coating
52
g. Penampakan Cabai Rawit pada hari ke-6 setelah perlakuan
R0 R1
53
R2 R3
h. Penampakan Cabai Rawit pada hari ke-12 setelah perlakuan
R0 R1
R2 R3
54