PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pangan. Cabai rawit digunakan sebagai bumbu dapur, yakni sebagai bahan
penyadap berbagai masakan, antara lain sambal, saus, aneka sayur, acar,
lalap, asinan dan produk - produk makanan kaleng. Dalam industri makanan,
selera m akanan bagi kebanyakan orang sebagai bumbu berbagai masakan dan
hidangan makanan, buah cabai diproses menjadi saus cabai dan pasta cabai
(cabai giling). Dalam industri minuman, ekstrak bubuk cabai rawit digunakan
Cabai Rawit dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terus naik. Data BPS dan
1
Tabel 1. Perkembangan produksi Cabai Rawit di Indonesia tahun 2014-2018
Meningkatnya tingkat produksi dari cabai rawit ini maka perlu adanya
penanganan pasca panen terhadap cabai rawit. Hal ini disebabkan karena
cabai rawit memiliki umur simpan yang relative pendek, yaitu 2-3 hari setelah
masa panen. Faktor yang menyebabkan pendeknya masa simpan pada cabai
rawit adalah terjadinya kontak atau respirasi (Suyonto et al., 2016). Menurut
seperti karbohidrat, protein, dan lemak yang akan menghasilkan CO₂, air, dan
adalah penguapan air dari dalm sel melalui lentisel dan stomata yang
cepat.
buah terjadi gesekan pada lapisan alami tersebut sehingga terdegradasi dan
2
menghilang. Untuk itu diperlukan pelapisan (coating) untuk mencegah proses
tidak merusak mutu produk yaitu dengan pengaplikasikan lapisan tipis atau
permukaan buah untuk menghambat keluarnya gas, uap air dan menghindari
Lidah buaya adalah salah satu jenis yang dapat dijadikan edible coating.
panen yang baik. Pelapisan lidah buaya yang berasal dari gel tanaman lidah
serta memperpanjang masa simpan cabai rawit. Lidah buaya dikenal memiliki
zat anti biotic dan anti jamur yang dapat menghambat pertumbuhan
3
Penelitian ini juga akan digunakan CMC (Carboxyil Methyl Cellulose),
emulsifier agar larutan lebih stabil. Emulsifier yang dapat digunakan antara
merupakan derivate selulosa yang sifatnya mengikat air dan sifatnya dan
terhadap edible coating Lidah buaya yang diaplikasikan pada buah tomat
buah, dari hasil diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
B. Rumusan Masalah
4
2. Bagaimana pengaruh edible coating gel lidah buaya yang ditambahkan
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
frustescens L.) dan dapat menjadi informasi bagi petani dan pihak yang terkait
dalam penyimpanan cabai rawit (Capsicum frustescens L.) pada suhu dingin
perubahan mutu cabai rawit (Capsicum frustescens L.) sehingga cabai rawit
(Capsicum frustescens L.) dapat tersedia secara kontinyu dengan mutu yang
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cabai rawit adalah tanaman perdu yang tingginya hanya sekitar 50-135
cm. tanaman ini tumbuh tegak lurus ke atas. Akar cabai rawit merupakan akar
tunggang. Akar tanaman ini umumnya berada dekat dengan permukaan tanah
dan 10 melebar sejauh 30-50 cm secara vertikal, akar cabai rawit dapat
menembus tanah sampai kedalaman 30-60 cm. Batangnya kaku dan tidak
bulat telur memanjang atau bulat telur bentuk lanset, dengan pangkal runcing
alkaloid, resin, dan minyak atsiri. Selain itu, cabai ini juga kaya akan
karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), besi (Fe), vitamin (salah satunya adalah
flavonoid, dan minyak esensial juga kerkandung dalam tanaman ini (Prajnanta
yang relative singkat, yaitu 2-3 hari setelah masa panen. Faktor yang
6
menyebabkan pendeknya masa simpan pada Cabai Rawit adalah terjadinya
yang tidak mengenal musim, artinya cabai rawit dapat ditanam kapanpun
atau di swalayan.
fibroblast, yang berperan penting dalam proses penyembuhan luka. Dari segi
Kandungan aloe vera seperti zinc, zat besi, sodium, kalium, kalsium,
Pelepah tanaman lidah buaya terdiri dari dua bagian utama, yaitu
mucilage gel dan exudate (lendir). Bagian lidah buaya berbentuk gel sehingga
berpotensi untuk dijadikan bahan edible coating karena gel terdiri dari
7
polisakarida yang mengandung banyak komponen fungsional yang mampu
yang memiliki aktivitas antiviral, anti diabetes, anti kanker, dan anti mikroba,
serta meningkatkan proliferasi sel-sel yang terluka. Selain itu, gel lidah buaya
Hary, 2018).
C. Edible Coating
bahan makanan. Bahan ini digunakan di atas atau di antara produk dengan
memberikan tahanan yang selektif terhadap transmisi gas dan uap air, serta
permukaan buah untuk menghambat keluarnya gas, uap air dan menghindari
berbahaya bila ikut dikonsumsi bersama buah (Gennadious dan Weller, 1990
kualitas dan kehilangan hasil. Edible coating juga memberikan efek yang
8
hampir sama dengan penyimpanan modified atmosphere. Edible coating pada
buah dan sayuran berprospek untuk dapat memperbaiki kualitas tampilan dan
et al, 2011).
perlakuan alkali dan monochloro acetic acid atau garam natrium yang
berbentuk butiran atau bubuk yang larut dalam air namun tidak larut dalam
organic, stabil pada rentang pH 3-10 dan mengendap pada pH kurang dari 3,
pengikat air, pengental, stabilisator emulsi, dan tekstur gum. CMC (Carboxyil
9
Methyl Cellulose) mampu menggantikan produk-produk seperti gelatin, gum
Menurut Sumoprastowo (2004), Salah satu cara agar buah dan sayuran
tetap segar dalam waktu yang lama adalah menekan kerja enzim yang
10
Menurut Koswara (2009), Penyimpanan di suhu rendah dapat
kehilangan air dan pelayuan, perubahan warna dan tekstur, menunda proses
jaringan-jaringan dalam bahan pangan. Hal ini tidak hanya disebabkan karena
penyimpanan pada suhu yang digunakan rata-rata masih di atas titik beku
bahan. Suhu yang digunakan biasanya berkisar antara -1°C sampai +4°C pada
11
atau beberapa minggu, tergantung kepada jenis bahan pangannya.
suhu rendah adalah cara terbaik untuk mempertahankan kualitas cabai dengan
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Gorontalo.
frustescens L.). Bahan yang digunakan untuk membuat edible coating adalah
refrigator, seperangkat uji kadar vitamin C, alat pendukung (alat tulis, buku
C. Metode Penelitian
Metode penelitian dari penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan dari penelitian ini
A0 = Sebagai Kontrol
13
D. Prosedur Penelitian
lidah buaya dengan 5 liter aquades. Setelah itu, Lidah buaya disaring
dengan saringan yang berukuran 100 mesh dan dipanaskan pada suhu
0,5%, 1%, dan 1,5%. Setelah itu, didinginkan sampai suhu ruang.
pada kulit cabai rawit. Cabai rawit dicelupkan kedalam larutan gel lidah
cabai rawit tanpa diberi lapisan edible coating untuk control pembanding.
14
Cabai rawit disimpan selama 12 hari dan dan di analisis dan di amati sifat
15
Larutan Lidah Buaya
Perlakuan
R0 = Kontrol
R1 = 12 g
Pengadukan R2 = 25 g
R3 = 37 g
Edible Coating Lidah Buaya
Cabai Rawit
Cabai rawit tanpa edible coating Cabai rawit dengan edible coating
16
E. Parameter Pengamatan
Susut bobot adalah salah satu faktor yang mengindikasikan mutu buah
cabai rawit. Penentuan susut bobot dilakukan dengan mengukur bobot buah
cabai rawit setiap 6 hari sekali. Bobot awal (W0) ditentukan pada bobot buah
cabai sebelum perlakuan, sedangkan bobot akhir (W1) ditentukan pada bobot
buah setelah perlakuan. Jadi susut bobot yaitu selisih dari bobot pada sebelum
sebagai berikut :
W 0−W 1
Sb= X 100 %
W0
Keterangan :
2. Pengukuran Kerusakan
kimiawi suatu bahan pangan yang tidak diinginkan atau penyimpangan dari
17
kebusukan. Ciri-ciri Kebusukan antara lain bau tidak sedap, perubahan warna,
yaitu terdapat tekstur yang sudah lunak, tangkai buah sudah layu bahkan
sekali.
18
huruf yaitu L, a, dan b. Nilai L menunjukkan tingkatkan untuk kecerahan
[L=100 (putih) dan L=0 (hitam)]. Nilai a terdiri dari a= yang menunjukkan
warna merah dengan nilai 0 hingga 60 dan –a yang menunjukkan warna hijau
dengan nilai 0 hingga -60. Nilai L, a*, dan b* yang semakin meningkat
pada buah cabai merah menunjukkan adanya proses pemasakan cabai rawit.
yang telah dikalibrasi. Pengukuran warna dilakukan pada tiga titik yaitu, sisi
bagian pangkal, sisi bagian tengah, dan sisi bagian ujung. Pengukuran
dilakukan setiap 6 hari sekali. Hasil dari pengukuran untuk nilai a dan b
0hue dapat dilihat pada gambar 4. Nilai 0hue menandakan warna murni
Keterangan :
19
b = warna kuning (positif), warna biru (negatif).
20
DAFTAR PUSTAKA
Al-Juhaimi, F., Kashif G dan Elfadil EB. 2012. Effect of Gum Arabic Edible
Coating on Weight Loos, Firmness and Sensory Characteristics of
Cucumber (Cucumis SativusL.) Fruit During Storage. J.Bot,.Vol
4(4):1439-1444.
Alimatul, H. 2017. Aplikasi Pelapisan Lidah Buaya (Aloe Vera L.) Untuk
Meningkatkan Daya Simpan Buah Pepaya Callina (Carica Papaya L.
IPB9). Skripsi. Insitut Pertanian Bogor.
Arifin, I., 2010, Pengaruh Cara dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Cabai
Rawit (Capsicum frutencens L var. Cengek), Skripsi. Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Badan Pusat Statistik, 2018. Produksi Cabai Rawit Menurut Provinsi 2014-2018.
Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Baldwin, EA. 1999. Edible Coating For Fresh Fruit and Vegetables: Past, Present
and Future. Dalam : Krochta JM, Baldwin EA, Nisperos-Carriedo MO, Eds.
Edibles Coatings and films To Improve Food Quality. Lancaster. Techtomic
Pub. CO. Inc
Bambang. 2003. Cabai Rawit : Teknik Budi Daya & Analisis Usaha Tani.
Penerbit Kanisius. Jakarta. Hal. 6, 34.
21
Dermawan, Asep & Harpenas, 2010. Budidaya Cabai Unggul. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Dweck AC and Reynold T. 1999. Aloe vera Leaf Gel : a review update. J
Ethnopharmacology. 68:3-37.\
Hary S. 2018. Pengaruh Lapisan Lidah Buaya (Aloe vera L.) Dengan
Penambahan CMC (Carboxy Methyl Cellulose) Yang Berbeda Terhadap
Daya Simpan Buah Tomat (Lycopersicon esculentum) Di Suhu Rendah.
Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Gorontalo.
Indriyani, L. Indrarti, & E. Rahimi, 2006. Pengaruh Carboxyl Methyl Cellulose
(CMC) dan Gliserol Terhadap Sifat Mekanik Lapisan Tipis Komposit
Bakterial Selulosa. Jurnal Sains Materi Indonesia.
Krotcha JM. 1994. Edible Coatings and Films to Improve Food Quality.
Departement Of Food Science and Technology. Departement Of Biological
and Agricultural Engineering University of California. Davis, California,
U.S.A.
Marpudi SL, Abirami LSS, Pushkala R, Srividya N. 2011. Enhacemment Of
Storage Life And Quality Maintenance Of Papaya Fruits Using Aloe
Vera Based Antimicrobial Coating. Indian Jurnal Of Biotechnology. 10:83-
89
Pantastico, E.R. 1989. Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan
Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropik dan Subtropik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
22
Rusendi, Dadi. Sudaryanto. Nurjannah, Sarifah. Widyasanti, Asri. Rosalinda, S.
2010. Penuntun Praktikum MK. Teknik Penanganan Hasil Pertanian.
Unpad.
Santoso, B., D. Saputra., & R. Pambayun, 2004. Kajian Teknologi Coating Dari
Pati dan Aplikasinya Untuk Pengemas Priner Lempok Durian. Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan, 15(3):239-244./
Setiadi. 2006. Cabai Rawit, Jenis dan Budidaya. Jakarta : Penebar Swadaya.
Sumoprastowo, 2004. Memilih dan Menyimpan Sayur Mayur, Buah Buahan, dan
Bahan Makanan. Jakarta. Bumi Aksara.
Suyonto, M., Fettiyuna, dan Tiara, J. 2016. Kajian Iradiasi Gamma Terhadap
Karakteristik Cabai Rawit Untuk Memperpanjang Masa Simpan
[skripsi]. Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Universitas Padjadjaran.
Tjandra, E., 2011. Panen Cabai Rawit Di Polybag. Cahaya Atma Pustaka.
Yogyakarta
23