Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

MARGIN BAB 6cm JANGAN LUPA

1.1. Latar Belakang


Rumput laut merupakan salah satu komoditas bahan alam kelautan yang
saat ini menjadi primadona di pasar global. Rumput laut juga merupakan salah
satu produk dari bahan alam kelautan yang memiliki potensi cukup besar untuk
dikembangkan di Indonesia. Perairan Indonesia hampir menguasai 65% potensi
perairan CTI (Coral Triangle Initial) yang potensial untuk tumbuh kembang
berbagai jenis rumput laut (Anggadireja, 2009).
Berdasarkan statistik produksi kelautan budi daya menurut komoditas
utama pada tahun 2007-2013, produksi rumput laut budi daya Indonesia
meningkat 23,00% dari tahun 2007-20014 dengan total produksi pada tahun 2007
sebesar 2.963.556 ton dan pada tahun 2009-2014 meningkat sebesar 4,00%
dengan total produksi adalah sebesar 3.082.113 ton (Anon, 2010). Produksi
rumput laut di proyeksikan rata-rata meningkat pertahun sebesar 32% (dari tahun
2011-2015) atau meningkat sebesar 39% dari tahun 2009-2015. Data statistik
menunjukan bahwa pada tahun 2010 hingga 2015, produksi rumput laut nasional
mencapai 3.082.113 ton. Artinya, di Indonesia telah menguasai sekitar 50%
produk rumput laut hasil budi daya di dunia untuk jenis Padina australis sp. ,
Gracilaria sp. dan Eucheuma. Total produksi rumput laut nasional masih
didominasi oleh lima provinsi penghasil rumput laut terbesar, yaitu berturut-turut
Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Bali, Sulawesi Tengah dan Nusa
Tenggara Barat. Peningkatan produksi rumput laut nasional diiringi pula oleh
peningkatan tujuan utama ekspor, seperti China, Filipina, Vietnam, Hongkong dan
Korea Selatan (BPPT dan ISS, 2006 dalam Concon, 2011).
2

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahwa pada sampel 6 jenis


rumput laut, yaitu Boodlea composita, Padina australis, Sargasssum crassifolium,
Ulva fasciata, Halimeda gracis dan Chaetomorpha crassa terhadap bakteri
Escherichia coli didapatkan hasil daya hambat terhadap bakteri Escherichia coli
yang paling tinggi adalah rumput laut jenis Padina australis dengan lama inkubasi
24 jam menghasilkan 5,5 mm daya hambat dan dengan lama inkubasi 48 jam
menghasilkan 5,8 mm daya hambat. (Trias Timurmiatiningsih, dkk, Universitas
Pakuan Bogor, 2008). Padina australis telah diteliti memiliki banyak manfaat.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa thalus pada Padina australis kaya akan
kalsium sebesar 6,15% dan logam bermanfaat lain seperti natrium, kalium,
magnesium, dan zat besi. Selain itu, rumput laut juga mengandung vitamin-
vitamin, seperti A, B1, B2, B6, B12, dan C, betakaroten, serta mineral, seperti
kalium, kalsium, fosfor, natrium, zat besi, chlor, alumunium, mangan, nitrogen
dapat larut, sulfur, silicon, rubidium, strontium, barium, titanium, cobalt, boron,
kalium, protein, mineral dan iodium. Oleh karena itu, pemanfaatannya sebagai
makanan oleh masyarakat pesisir sangatlah bermanfaat untuk memenuhi asupan
mineral guna memelihara kesehatan, di industri farmasi (gelling agent,
pengemulsi) dan pada industri kosmetik bisa dijadikan sebagai sabun mandi
(Wasitaatmadja, S.M., 1997).
Salah satu produk kosmetika berbahan dasar rumput laut adalah sabun
mandi, merupakan bahan yang di gunakan untuk mandi, membersihkan kotoran
pada badan dan menjaga kesehatan kulit tubuh, yang terbuat dari campuran reaksi
saponifikasi atau reaksi penyabunan.. Yang salah satunya adalah sabun padat
transparan, merupakan sabun bening dengan kandungan tinggi gliserin, sehingga
sering disebut sebagai sabun gliserin. Sabun transparan, mirip seperti kaca,
dimana objek yang berada dibalik sabun dapat terlihat dengan jelas. Berbeda
dengan sabun translosen, walaupun cahaya dapat menembus sabun sehingga
menyebabkan cahaya tersebut dapat tersebar dan menghasilkan ukuran kristal
yang sangat kecil, namun objek di balik sabun tidak terlihat dengan jelas (Krupa
and Hill, 1993).
3

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka di dapatkan sebuah


rumusan masalah sebagai berikut :

Apakah rumput laut Padina australis sp. dapat di jadikan sediaan sabun
padat transparan yang memiliki daya hambat bakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus ?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Apakah rumput laut jenis Padina australis dapat diformulasikan
menjadi sediaan sabun padat transparan.
2. Untuk mengetahui formulasi yang terbaik berdasarkan evaluasi sifat
fisik sediaan sabun padat transparan Rumput Laut Padina australis.
3. Untuk mengetahui daya hambat ekstrak rumput laut Padina australis
terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang cara membuat
“Formulasi sediaan Sabun Padat Transparan dan Uji Daya Hambat
Ekstrak Rumput Laut Padina Australis terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus” serta pengaplikasian terhadap ilmu yang sudah
di dapat selama masa perkuliahan.
2. Bagi Kampus atau Institusi
Penelitian ini bisa di jadikan sebagai referensi bagi mahasiswa untuk
masa mendatang dan sumber ilmu di Perpustakaan Akademi Farmasi
Hang Tuah – Jakarta.
3. Bagi Pembaca atau Masyarakat
Memberi informasi kepada pembaca atau masyarakat bahwa Rumput
Laut jenis Padina australis mengandung senyawa fenol sebagai
antibakteri dalam pembuatan sabun dengan metode yang cukup
mudah.

Anda mungkin juga menyukai