Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN

PENINGKATAN NILAI TAMBAH OKRA MELALUI USAHA


BROWNIES
(Studi kasus Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di Kota Makassar)

Disusun Oleh:
1. ARMAYANI (189012014025)
2. MAYLANI PAQUITA SARI (1912014035)
3. UDATUL KHAERA (1912014040)
4. NURALYA MULYANI (19012014044)
5. YUYUN ARNITA YURISKA (180120149)

SAMPUL

Pada
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2022
PROPOSAL PENELITIAN
PENINGKATAN NILAI TAMBAH OKRA MELALUI USAHA
BROWNIES
(Studi kasus Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di Kota Makassar)
HALAMAN PENGESAHAN

Yang Disusun dan Diajukan Oleh :


1. ARMAYANI (189012014025)
2. MAYLANI PAQUITA SARI (1912014035)
3. UDATUL KHAERA (1912014040)
4. NURALYA MULYANI (19012014044)
5. YUYUN ARNITA YURISKA (180120149)

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Andi Tenri Darhyati. S.P., M.P


Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui,
Ketua Program Studi Agribisnis

Dr. Awaluddin Yunus, S.P., M.Pd.


DAFTAR ISI
SAMPUL.......................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................v
I. PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................3
C. Tujuan Penelitian..........................................................................3
D. Manfaat Penelitian........................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................7
A. Tanaman Okra (Abelmschus Esculentus (L.) Moench)................7
B. Budidaya Tanaman Okra..............................................................9
C. Brownies......................................................................................10
D. Nilai Tambah...............................................................................10
B. Pemasaran..................................................................................13
E. Kondisi Umum Lingkungan (Makassar)......................................14
F. Penelitian Terdahulu...................................................................14
G. Kerangka Pikir.............................................................................16
III. METODE PENELITIAN..................................................................27
A. Tempat dan Waktu......................................................................27
B. Jenis Penelitian...........................................................................27
C. Sumber Data...............................................................................27
D. Metode Pengumpulan Data........................................................27
E. Analisis Data...............................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................29
DAFTAR GAMBAR
No Uraian Halaman

1. Tanaman Okra (Abelmschus Esculentus)....................................8


2. Skema Kerangka Pikir.................................................................16
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis sehingga memiliki iklim yang
sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman okra. Namun
dengan adanya penurunan kesuburan tanah, menjadikan tanaman okra
tidak dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal. Peningkatan
produktivitas tanaman okra dapat dilakukan dengan pengaturan jarak
tanam dan pemupukan. Jarak tanam yang tepat dapat mengurangi tingkat
kompetisi tanaman dengan tanaman lain maupun dengan gulma dalam
memperebutkan cahaya matahari, air, dan unsur hara.
Tanaman okra yang memiliki banyak khasiat mulai dikenal
dikalangan masyarakat saat ini, sehingga program peningkatan mutu okra
terus dilakukan untuk dapat memenuhi permintaan masyarakat. Dalam
satu hektar biasanya okra berpotensi menghasilkan 15-18 ton. Beberapa
mayoritas penghasil benih okra yang di datangkan ke Indonesia adalah
China, Malaysia dan Taiwan. Namun, jika kualitas dari produk okra
Indonesia mengalami peningkatan, bukan tidak mungkin Indonesia juga
akan menjadi negara pengekspor tanaman okra kedepan.
Penggunaan media sosial berkembang pesat di seluruh dunia,
termasuk juga di Indonesia. Media sosial tidak hanya digunakan oleh
individu sebagai alat untuk berbagi informasi tetapi juga digunakan
sebagai media untuk melakukan komunikasi pemasaran bagi sebuah
organisasi atau perusahaan.
Menurut Sidding (2017) Tanaman okra (Abelmochus esculethus (L).
atau yang lebih dikenal dengan kacang bendi merupakan sayuran buah
yang berasal dari Afrika dapat diolah menjadi beragam makanan serta
berkhasiat bagi kesehatan. Okra merupakan sayuran yang penting yang
menduduki peringkat ke tiga setelah bawang dan tomat. Buah okra segar
per 100 g mengandung air 81,50 g, asam askorbat 59.00 mg, betakaroten
385,00 mg, thiamin 0,25 mg, Vitamin B2 2,80 mg, niacin 0,20 mg, energi
235.000 kJ (56.oo kkal), protein 4,40 g, lemak 0,60 g, karbohidrat 11,30 g,
serat 2,10 g, Ca 532,00 mg, P 70.000 mg, Fe 0,70 mg (Benchasri, 2009).
Juga mengandung glutation yaitu serat yang sangat penting bagi tubuh
karena dapat mencegah terjadinya konstipasi, obesitas,
hiperkolesterolemia, diabetes dan kanker kolon (Zaenab, 2017). Okra juga
dapat menurunkan resiko cacat pada tabung syaraf janin dalam
kandungan. Tanaman sejenis okra kaya akan manfaat terutama untuk
kesehatan. Adapun khasiat dari tanaman okra yaitu menurunkan kadar
gula darah, menurunkan kolestrrol, mencegah osteoporosis, kaya
antioksidan, dan kandungan anti kanker (Ismail, Rahmadillah, 2018).
Tujuan pembuatan produk ini yang berbahan dasar dari okra yang
diolah menjadi brownies, karena okra sendiri memiliki kandungan gizi
yang cukup tinggi, dari 100 g buah muda okra mengandung 33 kalori, 7 g
karbohidrat, 3,2 g serat dan 81 mg kalsium. Buah okra umum
dimanfaatkan sebagai terapi obat untuk beberapa macam penyakit,
seperti disentri, kelainan lambung, kelainan usus besar, nyeri tenggorokan
dan penyakit gonore. Senyawa pada buah okra dapat membantu
penderita dibetes mellitus, karena kemampuannya menurunkan kadar
gula darah dalam tubuh (Pratiwi dkk., 2016).
Pengoptimalisasian lahan sebagai usaha peningkatan produksi
tanaman okra dapat dilakukan antara lain dengan pengaturan jarak tanam
dan penyiangan. Pengaturan jarak tanam bertujuan untuk memberikan
ruang tumbuh untuk tiap tanaman supaya tumbuh dengan baik. Jarak
tanam akan berpengaruh pada 3 persaingan tiap tanaman dalam
mendapatkan cahaya, air dan unsur hara (Lestariarti, 2017). Selain
pengaturan jarak tanam, untuk menangani masalah gulma, penggunaan
bahan kimia berupa herbisida masih banyak diminati oleh petani karena
dapat mengurangi waktu dan tenaga untuk menyiang. Namun
penggunaan herbisida dikhawatirkan dapat mengenai organisme bukan
sasaran, oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian gulma yang efektif,
aman dan ramah lingkungan.
Dari sinilah kemudian muncul pertanyaan apakah pembuatan
cemilan brownies dengan tambahan bahan utana okra efektif dalam
pemasaran produk unggulan pertanian sehingga pada akhirnya bisa
menjadi sarana dalam meningkatkan pendapatan petani maupun negara.
Jadi berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penulis berfikir
untuk mengangkat kasus ini guna untuk menganalisis “”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mempromosikan tanaman okra ke masyarakat
melalui produk brownies okra ?
2. Bagaimana keuntungan dari pengolahan produk brownies okra ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui cara mempromosikan tanaman okra ke
masyarakat melalui produk brownies okra.
2. Untuk mengetahui tingkat keuntungan dari pengolahan produk
brownies okra.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pengusaha, hasil dari penelitian ini dapat memberikan
informasi kepada.
2. Perguruan tinggi dan masyarakat umum, hasil penelitian ini
berfungsi untuk menambah bahan literature serta pengetahuan
mengenai cara.
3. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran serta bahan pertimbangan dalam
menyusun kebijakan pertanian dikemudian hari.
4. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk melatih
kemampuan penerapan teori perkuliahan, menambah
pengetahuan mengenai, dan bahan masukan bagi penelitian
selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Okra (Abelmschus Esculentus (L.) Moench)


Sektor pertanian merupakan sektor yang menopang kehidupan
sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini karena sektor pertanian
mampu memberikan pemasukan dalam mengatasi krisis yang terjadi
(Khaina, 2012). Okra (Abelmoschus esculentus L.) adalah tanaman
ekonomis penting, tumbuh di daerah tropis dan bagian subtropis.
Tanaman ini cocok untuk dibudidayakan sebagai tanaman taman serta
perkebunan komersial besar. Di Indonesia budidaya tanaman okra masih
jarang ditemui, karena belum banyak petani yang mau menanamnya,
sehingga konsumsi sayuran okra ini masih rendah, akan tetapi
belakangan ini nama okra mulai banyak dikenal terutama di sumatera
utara di mana sudah banyak dibicarakan dari mulut ke mulut, bahwa
tanaman okra sangat baik untuk penderita diabetes, karena sangat ampuh
menurunkan gula darah dan kolesterol.
Okra (Abelmschus Esculentus) merupakan tanaman asli afrika dan
telah tumbuh di berbagai Negara di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Tanaman okra merupakan tergolong tanaman tahunan yang dapat
ditanam pada tanah yang berpasir hingga tanah liat serta mengandung
banyak bahan organic. Pohon okra memiliki batang berwarna hijau dan
memiliki sedikit percabangan. Batang tumbuh hingga 1-2 meter, batang
tanaman okra memiliki bulu halus pada permukaannya. Bunga tanaman
okra merupakan bunga tunggal yang terletak di bawah daun atau dalam
tandan semu, berwarna kuning, dengan panjang tangkai bunga mencapai
7 cm. Bagian daun okra berukuran lebar dan berbentuk seperti lima jari
dengan pertulangan daun menyirip yang berukuran 10- 25 cm. Pada
bagian buah mempunyai bentuk silindris hingga kapsul bentuk pyramid,
dengan panjang sekitar 5-35 cm, diameter 1-5 cm, memanjang dan
membentuk berongga,setengah ronnga, atau tidak berongga. Buahnya
berwarna seperti hijau muda, ungu kehijauan dan hijau kekuningan. Biji
berbentuk bundar dan berwarna kehitaman, dengan diameter 3-6 mm
(Maesen, 1997). Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Abelmoschus
Spesies : Abelmoschus esculentus
(Watson dan Preedy, 2016).

Gambar 1. Tanaman Okra (Abelmschus Esculentus)

Seratus gram buah okra mengandung 88% air, 2,1% protein, 0,2%
lemak, 8% karbohidrat, 1,7% serat, dan 0,2% abu (Akanbi dkk., 2010).
Buah okra diketahui dapat digunakan sebagai obat untuk beberapa
penyakit kronis, seperti untuk pemulihan disentri, iritasi lambung, iritasi
usus besar, radang tenggorokan dan penyakit gonore (Lim, 2012).
Kandungan senyawa buah okra juga dapat memulihkan penderita dibetes
mellitus karena mampu menurunkan gula darah dalam tubuh (Amin,
2011). Tanaman okra dapat ditanam pada segala musim, baik pada
musim hujan maupun kemarau, namun okra tidak tahan terhadap
genangan air, sebaliknya okra tahan terhadap kekeringan (Rachman dkk,
1991). Tanaman okra memerlukan suhu hangat untuk dapat tumbuh
dengan baik dan sebaliknya tidak dapat tumbuh dengan baik pada suhu
rendah dalam jangka waktu yang lama. Temperatur optimum yang
diperlukan adalah 21-30°C, dengan minimum temperatur 18°C dan
maksimum 35°C.
Okra berperan penting dalam menyediakan karbohidrat, protein,
lemak, mineral, dan vitamin. Pentingnya gizi yang terkandung dalam buah
okra menjadikan tanaman tersebut banyak diproduksi secara komersial.
Namun, di beberapa negara tropis belum dapat dicapai hasil produksi okra
yang optimum (2-3 ton/ha) dan kualitas yang tinggi, karena terus terjadi
penurunan kesuburan tanah (El-Kader, 2010).

B. Budidaya Tanaman Okra


Keberhasilan produksi tanaman okra sangat tergantung pada teknik
budidaya yang diterapkan. Tingkat kerapatan (populasi tanaman) dan
pemupukan yang diberikan pada tanaman okra menjadi perhatian
beberapa peneliti karena mempengaruhi sekaligus pertumbuhan dan hasil
produksi okra. Pemupukan NPK 200 dan 300 kg/ha memberikan hasil
lebih baik (24.3 – 24.5 t/ha) dibandingkan NPK 100 kg/ha terhadap hasil
(Iyagba et al., 2011). Sementara itu pemupukan N 200 kg/ha
menghasilkan pertumbuhan dan hasil produksi yang lebih tinggi
dibandingkan pemupukan N dosis yang lebih rendah (Jana et al., 2010).
Ada 2 tipe munculnya buah pada okra yaitu buah tunggal dan buah
bergerombol. Okra hijau yang memiliki tipe buah bergerombol memiliki
bunga yang mekarnya tidak serentak dalam satu tanaman. Bunga mekar
juga tidak serentak untuk setiap kelompok bunga yang ruas-ruasnya
berdekatan. Dengan demikian buah juga masak tidak serempak pada
setiap tanaman (Putri, 2006). Penentuan waktu panen yang tepat sangat
penting untuk mendapatkan produksi benih dengan viabilitas dan vigor
yang tinggi (Mugnisjah dan Setiawan, 1995), yaitu pada pemanenan yang
dilakukan pada saat masak fisiologis.
Waktu panen benih okra dilaporkan berbeda-beda yaitu 100-105 hari
setelah semai atau 50 hari setelah bunga mekar (Kirana, dkk, 2006), 30-
32 hari setelah anthesis (Dhankhar, dkk, 2004), dan 90-100 hari setelah
tanam (Ministry of Environment and Forest of India, 2009). Namun Putri
(2016) melaporkan waktu matang fisiologis benih okra hijau di kota
Padang adalah pada 42 – 46 hari setelah anthesis, ini mengindikasikan
perbedaan genotipe dan interaksi genotipe dengan lingkungan tempat
penanaman.

C. Brownies
Brownies merupakan jenis kue yang disukai berbagai kalangan baik
anak kecil maupun dewasa. Rasanya yang legit dan enak membuat kue
ini banyak digemari. Tingginya kadar gula dan miskin serat menjadi
pemicu berbagai gangguan penyakit seperti diabetes melitus.
NegaraIndonesia adalah negara yang kaya akan sayuran, buah segar,
dan hasil laut yang dapat dijadikan bahan pangan, namun rata-rata
konsumsi sayuran, buah, dan hasil laut masih rendah terutama untuk
masyarakat urban. Rendahnya konsumsi sayuran, buah dan hasil laut
yang mengandung yodium pada masyarakat kelompok dewasa dapat
menurunkan produktifitas. Salah satu pangan lokal yng dapat digunakan
sebagai alternatif pemenuhan serat harian yang mengandung yodium
tinggi adalah rumput laut (Anggraini, 2018).

D. Nilai Tambah
Konsep nilai tambah menurut (Soekartawi 2003), pengolahan hasil
pertanian merupakan komponen kedua dalam kegiatan agribisnis setelah
komponen produksi pertanian. Banyak pula dijumpai petani yang tidak
melaksanakan pengolahan hasil yang disebabkan oleh berbagai sebab,
padahal disadari bahwa kegiatan pengolahan ini dianggap penting, karena
dapat meningkatkan nilai tambah. Komponen pengolahan hasil pertanian
menjadi penting karena pertimbangan diantaranya sebagai berikut :
a) Meningkatkan nilai tambah
b) Meningkatkan kualitas hasil
c) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja
d) Meningkatkan ketrampilan produsen
e) Meningkatkan pendapatan produsen
Menurut Subekti (2004), nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan
adalah selisih antara nilai komoditas yang mendapat perlakuan pada
tahap tertentu dengan nilai korbanan yang digunakan selama proses
produksi berlangsung. Nilai tambah menunjukkan balas jasa untuk modal,
tenaga kerja dan manajemen perusahaan. Salah satu kegunaan
menghitung nilai tambah adalah untuk mengukur besarnya jasa terhadap
para pemilik faktor produksi.
Perjalanan dari produsen ke konsumen, produk-produk pertanian dan
olahannya, merupakan perlakuan-perlakuan sehingga menimbulkan nilai
tambah, besar nilai tambah tergantung dari teknologi yang dipergunakan
dan perlakuan produk tersebut. Besarnya nilai tambah karena proses
pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku ditambah input
lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan (Soehardjo 1989) dalam
(Subekti 2004).
Menurut Sudiono (2001), menerangkan bahwa ada dua cara untuk
menghitung nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk
pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk
pengolahan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor
pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah
bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja. Sedang faktor pasar yang
berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku
dan nilai input lain, selain bahan bakar dan tenaga kerja.
Metode Hayami sendiri memiliki kelebihan dan kelemahan, adapun
kelebihan dari metode Hayami ini antara lain (Tunggadewi 2009):

1) Dapat diketahui besarnya nilai tambah dan output.


2) Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik faktor-
faktor produksi seperti tenaga kerja, modal, sumbangan input
lain, dan keuntungan.
Metode Hayami sendiri memiliki kelebihan dan kelemahan, adapun
kelebihan dari metode Hayami ini antara lain (Furqanti 2003) dalam
(Tunggadewi 2009):
1) Dapat diketahui besarnya nilai tambah dan output
2) Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik faktor-
faktor produksi seperti tenaga kerja, modal, sumbangan input
lain, dan keuntungan.
3) Prinsip nilai tambah menurut Hayami dapat digunakan untuk
subsistem lain selain pengolahan seperti analisis nilai tambah
pemasaran.
Kelemahan dari metode Hayami, yaitu (Furqanti 2003) dalam
(Tunggadewi 2009).
1) Pendekatan rata-rata tidak tepat jika pada unit usaha yang
menghasilkan banyak produk dari satu jenis bahan baku.
2) Tidak dapat menjelaskan nilai output produk sampingan.
3) Sulit menentukan pembanding yang dapat digunakan untuk
mengatakan apakah balas jasa terhadap pemilik faktor produksi
sudah layak atau belum.
Dari proses pengolahan komoditas pertanian akan diperoleh nilai
tambah. Pengertian nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai
suatu produk atau komoditas karena mengalami proses pengolahan,
pengangkutan, ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam
proses pengolahan nilai tambah dapat didefenisikan sebagai selisih antara
nilai produk denga nilai bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk
tenaga kerja (Nur 2013).
Besarnya nilai tambah karena proses pengolahan didapat dari
pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap nilai produk
yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Dengan kata lain nilai
tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, model dan
manajemen yang dapat dinyatakan secara matematik sebagai berikut:

Nilai Tambah = f (K,B,T,U,H,h,L)

Dimana : K = Kapasitas Produksi


B = Bahan baku yang digunakan
T = Tenaga kerja yang digunakan
U = Upah tenaga kerja
H = Harga Output
h = Harga bahan baku
L = Nilai input lain (nilai dari semua korbanan yang terjadi
selama proses perlakuan untuk menambah nilai).

Dari hasil perhitungan tersebut akan dihasilkan keterangan sebagai


berikut :
1) Perkiraan nilai tambah (dalam rupiah).
2) Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (dalam
%).
3) Imbalan bagi tenaga kerja (dalam rupiah).
4) Imbalan bagi modal dan manajemen (keuntungan yang diterima
perusahaan), dalam rupiah (Sudiono, 2001).
Industri pengolahan hasil pertanian dapat menciptakan nilai tambah.
Jadi konsep nilai tambah adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi
karena adanya input fungsional seperti perlakuan dan jasa yang
menyebabkan bertambahnya kegunaan dan nilai komoditas selama
mengikuti arus komoditas pertanian (Nur, 2013).

B. Pemasaran
Menurut Yuwono, dkk (2011) pemasaran adalah segala usaha bisnis
sehingga dapat memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang diinginkan
semua konsumen. Pemasaran merupakan ilmu yang menelaah terhadap
aliran barang secara fisik dan ekonomis dari produksi melalui lembaga
pemasaran kepada konsumen. Pemasaran berperan untuk membantu
menjembatani kesenjangan antara kebutuhan produsen dan konsumen.
Untuk membantu pengertian produsen yang lebih baik terhadap
kebutuhan konsumen sehingga produsen dapat melakukan pekerjaan
yang lebih baik untuk memenuhinya.
Menurut Rosita (2008) Konsep pemasaran muncul pada
pertengahan tahun 1950-an. Pemasaran adalah kegiatan untuk
menyampaikan barang dan jasa mulai dari titik produksi ke titik konsumsi.
Secara umum, pemasaran merupakan kegiatan sebelum berproduksi
artinya sudah direncanakan sebelumnya. Pemasaran adalah suatu
kegiatan ekonomi dalam melakukan koordinasi dari produksi sampai
konsumsi.

E. Kondisi Umum Lingkungan (Makassar)


Walaupun okra sudah ditanam di beberapa tempat di Indonesia
terutama di Sulawesi selatan dan buahnya dapat dijumpai di swalayan
besar, namun tanaman ini masih belum dikenal baik di Indonesia. Belum
banyak informasi mengenai kultivar yang berpotensi hasil tinggi dan
adaptif di Indonesia. Didaerah Makassar itu sendiri okra yang
dibudidayakan di lorong-lorong kota Makassar ini telah menembus pasar
retail modern seperti Glael yang beralamat di Jalan Sultan Hasanuddin
Makassar. Tanaman ini belum begitu dikenal oleh masyarakat kota
Makassar dan masih sedikit masyarakat yang mengkomsumsi buah okra
dan hanya terbatas untuk sayuran saja. Maka dari itu untuk dikenal lebih
jauh terhadapa tanaman okra di kalangan masyarakat serta meningkatkan
nilai tambah yaitu okra diolah menjadi brownies, dimana brownies pada
umumnya telah dikenal lebih jauh dikalangan masyarakat.

F. Penelitian Terdahulu
Menurut Patel dkk, 2013 bahwa hasil rata-rata per hektar okra
diperkirakan 143,90 kwintal. Produksi tertinggi ditemukan pada April
(20,78%) dan terendah pada bulan Desember (0,65%). Tertinggi harga
pada bulan Desember (Rs. 3200/ q) atau sekitar Rp.677.382,92 dan
terendah pada bulan Oktober (Rs 1073/ q) atau sekitar Rp.227,134,96.
Keseluruhan biaya per kwintal pemasaran okra diperkirakan (Rs. 271.50)
atau sekitar Rp.574,717,1. Di samping berbagai komponen biaya, biaya
komisi pun 36,83 persen, grading dan biaya pengepakan adalah 16,57
persen, bongkar muat, dan biaya penimbangannya adalah 18,41 persen
diikuti oleh biaya transportasi 13,61 persen dari total biaya pemasaran.
Penyebaran harga total diamati 39 persen dari harga konsumen saat
produksinya dijual melalui pedagang grosir dan pengecer. Itu efisiensi
pemasaran yang diperkirakan okra adalah 1,56 untuk pasar Deesa di
Gujarat Utara.
Menurut Kelechi dkk., 2013 terdapat delapan (8) saluran pemasaran
yang diidentifikasi. Dari model koefisien ini, yang ditentukan tingkat
konsentrasi dalam kaitannya dengan struktur pasar-pasar grosir dan
eceran, tidak ada hambatan untuk masuk dan keluar dari pasar selama
periode musim kemarau. Adapun persentase yang tertinggi (93%) pada
margin pemasaran pemasar. Peran pemerintah sangat diperlukan dalam
membangun dan memperbaiki usang jalan, serta membangun yang baru,
yang pada gilirannya akan membawa pengurangan biaya transportasi dan
minimisasi kerugian sayuran dalam proses pemasaran harus didorong.
Menurut Ngebede dkk., 2014 bahwa sebagian besar responden
berada di dalam usia produktif aktif mereka, dengan usia rata-rata 30,5
tahun, jenis kelamin laki-laki mendominasi proses produksi sementara
76,7% menikah memperoleh setidaknya pendidikan menengah 41,7%
yang dibantu kemampuan mereka untuk memahami dan mengadopsi
inovasi baru dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas. Produksi
skala kecil dilakukan dengan ukuran lahan sebesar 0,5 ha menunjukkan
tingkat produksi yang subsistem. Pengolahan dilakukan dengan teknik
tradisional. Pemasaran hasil produksi dilakukan di Sektor pertanian dan
pasar lokal, Pemanfaatan okra segar dan kering sebagian besar yaitu
untuk membuat sup. Kendala utama yang dihadapi petani di daerah
tersebut adalahfluktuasi harga dan jalan yang buruk. Jika kendala ini
ditangani dengan baik dapat meningkatkan produktivitas yang tinggi.
G. Kerangka Pikir

Tanaman Okra
(Abelmschus Esculentus L.)

Produk
Brownis Okra

Promosi

Tingkat Keuntungan

Gambar 2. Skema Kerangka Pikir


III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar. Penentuan lokasi
penelitian di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kota Makassar.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2022.

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah studi kasus dengan melihat satu Instansi di
Kota Makassar.

C. Sumber Data
Data yang digunakan selama penelitian ini berlangsung meliputi :
1. Data primer yaitu daya yang diperoleh dari hasil wawancara dengn
responden observasi, dokumentasi.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari tempat usaha
hidroponik di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

D. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk
mendapatan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi,
wawancara, dokumentasi, kuisioner.
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat
langsung terhadap objek penelitian, yaitu dengan mengamati kegiatan –
kegiatan pelaksanaan usaha sayur hidroponik di CV. Akar Hidroponik di
Kota Makassar.
2. Wawancara
Dengan melakukan wawancara langsung kepada responden
penelitian terkait usaha sayur hidroponik untuk mengumpulkan informasi
yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan
pengalaman pribadi.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan peneliti disini berupa foto, gambar
dalam usaha sayuran hidroponik di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
di Kota, Makassar. Dengan adanya hasil penelitian dari observasi dan
wawancara akan membuat penelitian ini dapat dipercaya apabila didukung
oleh foto atau gambar yang terkait dengan penelitian.

E. Analisis Data
a) Metode Analisis Deskriptif
Metode Analsis deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel
atau lebih (variabel yang berdiri sendiri) tanpa membuat perbandingan
dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain Sugiyono
(2013).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif
analisis dengan pendekatan kuantitatif merupakan metode yang bertujuan
menggambarkan secara sistematis dan faktual tentang fakta-fakta serta
hubungan antar variabel yang diselidiki dengan cara mengumpulkan data,
mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi data dalam pengujian
hipotesis statistik.
b) Metode analisis
Efektivitas media online dikatakan efektif pada saat jumlah penjualan
secara online lebih besar dibandingkan dengan penjualan offline.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyanum, M. N., Tantawi, A. R., & Siregar, R. S. (2019). Analisis Saluran


Pemasaran Okra (Abelmoschus esculentus L.) di Kecamatan Medan
Kota. Jurnal Agriuma, 1(1), 21-32.

Raditya, J., Purbajanti, E. D., & Slamet, W. (2017). Pertumbuhan dan


produksi okra (Abelmoschus esculentus L.) pada level pemupukan
dan jarak tanam yang berbeda (Doctoral dissertation, Fakultas
Peternakan Dan Pertanian Undip).

A RAHMAWATI, A. R. (2005). PENGARUH FAKTOR-FAKTOR


PRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI RUMPUT
LAUT (Eucheuma cottoni sp.) BERBASIS AGRIBISNIS DI
KABUPATEN JENEPONTO (Doctoral dissertation, Universitas
Hasanuddin).

Anda mungkin juga menyukai