PROPOSAL
Oleh
SYAHRIANTI
2016040038
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SAWERIGADING
MAKASSAR
2020
PERNYATAAN ORISINALITAS
Nama : SYAHRIANTI
NIM : 2016040038
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan isi
skripsi ini hasil karya orang lain atau dikutip tanpa menyebut sumbernya,
Yang Menyatakan
SYAHRIANTI
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Fakultas : Hukum
Pembimbing I Pembimbing II
MENGETAHUI
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sawerigading Makassar
DAFTAR ISI
iii
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan masalah 5
C. Tujuan penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Arbitrase 7
1. Pengertian Arbitrase 7
2. Jenis-jenis Arbitrase 8
3. Sumber Hukum 9
B. Sengketa Pertanahan 11
1. Pengertian Sengketa Pertanahan 11
C. Tipologi Sengketa Pertanahan 13
D. Faktor-faktor terjadinya Sengketa Pertanahan 16
1. Faktor Hukum 19
2. Faktor Non-hukum 20
E. Hak-hak atas Tanah sebagai Objek Sengketa
Pertanahan 21
1. Hak Milik 25
2. Hak Guna Usaha 28
3. Hak Guna Bangunan 30
4. Hak Pakai 32
5. Hak Sewa Bangunan 34
F. Bentuk- bentuk Penyelesaian 36
BAB III METODE PENELITIAN 39
A. Jenis Penelitian 39
B. Sumber Data 39
C. Metode Pengumpulan Data 40
D. Instrument Penelitian 40
E. Analisis Data 41
DAFTAR PUSTAKA 42
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2006), hal 3.
1
oleh pihak yang bersengkata.Dengan demikian arbitrase tidak
2
Ibid, hal 4
3
Gatot Soemartono, Op Cit, hal 27
2
arbitrase tersebut bersifat Final dan Binding 4, di mana dengan
sengketa.
Oleh karena itu harus dikelola secara cermat pada masa sekarang
3
karena itulah kepentingan pribadi atas tanah tersebut dikorbankan
tanah dengan mendapat ganti rugi yang tidak berupa uang semata
menjual miliknya, yang benar dia hanya menjual jasa memelihara dan
ekonomis, juga mempunyai nilai sosial yang berarti hak atas tanah
tidak mutlak.
hak yang diberikan atas tanah kepada warga negaranya yang dijamin
negaranya berupa paling utama Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak
untuk Memungut Hasil Hutan dan hak-hak lain yang tidak termasuk
4
Berdasarkan pemahaman yang demikian itu lembaga penyelesaian
B. Rumusan Masalah
biaya, waktu, tenaga, penelitian akan lebih terarah pada tujuan yang
C. Tujuan Penelitian
5
1. Untuk mengetahui dan menganalisis penyeleseain sengketa tanah
D. Manafaat Penelitian
a. Manfaat teoritik
b. Manfaat Praktik
BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA
A. Arbitrase
1. Pengertian Arbitrase
2. Jenis-jenis Arbitrase
6
Subekti, Aneka Perjanjian, cet-10, Pt Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 18.
7
Dalam suatu hubungan bisnis atau perjanjian, selalu ada
a. Arbitrase Ad-Hoc
7
Gatot Soemartono. Arbitrase dan mediasi di Indonesia. (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka
Utama; 2006) hal. 86
8
atau memutus perselisihan tertentu, atau dengan kata lain
b. Arbitrase Institusional
3. Sumber Hukum
dalam hukum acara (hukum formal), maka bagi para pihak yang
8
Undang-Undang No 30 Tahun 1999 tentang arbitrase dan alternative penyelesaian
sengketa.
9
materialnya, yaitu hukum tanah nasional yaitu Undang-Undang No.
(UUPA).
normanya);
fungsi sosial9.
9
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Jilid 1, Edisi Revisi, Penerbit Djambatan,
Jakarta 1999
10
B. Sengketa Pertanahan
era orde lama, orde baru, era revormasi, dan sehingga saat
bentuk pengertian yaitu yang diberikan para ahli hukum dan yang
berlaku.
10
Sumarto “Penanganan dan Penyelesaian konflik pertanahan dan prinsip win-win
solution” oleh badan pertanahan nasional RI.2012 hlm 2.
11
Rusmadi Murad “Penyelesaian sengketa hukum atas tanah” Bandung; Alumni, 1999.
Hal 22-23
11
Menurut peraturan Menteri Agraria atau kepala BPN Nomor 1 Tahun 1999
suatu hak, memberikan hak atas tanah, dan mendaftarkan hak atas tanah
secara sosio-politis.
12
Lihat Pasal 1 butir 1 Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPTN Nomor 1 Tahun 1999
Tentang tata cara penanganan sengketa pertanahan.
13
Lihat Pasal 1 butir 2 Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
pengkajian dan Penanganan kasus pertanahan
12
Selanjutnya dalam Petunjuk Teknis Nomor 01/JUKNIS/D.V/2007
14
Badan Pertanahan Nasional, Op Cit. Diakses pada tanggal 12 Desember 2013.
13
Hasim Purba15Dalam tulisan jurnalnya secara umum mengklarifikasikan
lainnya.
preman.
reform.
untuk pembangunan.
15
Hasim Purba, “Reformasi Agraria dan Tanah untuk rakyat : Sengketa Petani VS
Perkebunan “ Jurnal Law Review, V. X No 2. UPH 2010. Hal 167. Bandingkan dengan
Widyanto, “Potret Konflik Agraria di Indonesia” Bhumi, Jurnal Ilmiah Pertanahan PPPM-
STPN, Nomor 37 tahun 12, April 2013. Hal 23-24.
16
Sholih Mua’di, “Penyelesaian sengketa hak atas tanah perkebunan melalui cara
Nonlitigasi (suatu study Litigasi dalam situasi Transisional)” Semarang: Disertasi program
Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, 2008. Hal 1
14
Sedangkan menurut BPN RI secara garis besar tipologi konflik pertanahan
tertentu yang tidak a belum dilekati hak (tanah Negara) maupun yang
mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak
sertifikat hak atas tanah lebih dari 1 (satu). Dan sertifikat pengganti,
suatu bidang tanah tertentu yang telah diterbitkan sertipikat hak atas
tanah pengganti.
15
6) Akta Jual Beli Palsu, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,
kepentingan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui
letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak tertentu
berkaitan dengan subyek atau obyek hak atas tanah atau mengenai
Syaiful Azam, “Eksistensi Hukum Tanah dalam mewujudkan tertib hukum agraria”
17
Makalah Fakultas Hukum USU- Digitized by USU digital Library, 2003. Hal 1.
16
Konflik pertanahan sudah mengakar dari zaman dulu hingga sekarang,
Salah satu bidang yang mengatur tata kehidupan warga Negara yang juga
tunduk pada hukum yaitu bidang pertanahan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945
Sumber masalah/ konflik pertanahan yang ada sekarang antara lain 20:
merata
nonpertanian.
18
Sumarto, Op. Cithal 4.
19
Elfachri Budiman , “Peradilan Agraria (Solusi Alternatif penuntasan Sengeketa Agraria)”
Jurnal Hukum USU Vol. 01. No.1, Tahun 2005. Hal 74,
20
Elfachri Budiman, Ibid. Hal 75. Bandingkan dengan Noer Fauzi Rachman, “Rantai
Penjelas Konflik-konflik Agraria yang Kronis, Sistematik, dan Meluas di Indonesia”,
Bhumi, Jurnal Ilmiah Pertanahan PPPM- STPN, Nomor 37 Tahun 12, April 2013. Hlm 5.
17
3. Kurangnya keberpihakaN kepada masyarakat yang golongan
ekonominya lemah.
pembebasan tanah.
perilaku negatif.
Maria S.w. Sumarjono, “Tanah dalam Perseptif Hak Ekonomi Sosial Budaya” Jakarta:
21
Kompas, 2008. Hal 112-113.Lihat juga yang dikutip Sumarto Op. Cit hal. 4
18
5) Konflik data yang disebabkan karena informasi yang tidak lengkap,
penilaian.
non-hukum22:
a) Faktor Hukum
Faktor Hukum ini terdiri dari tiga bahagian yaitu 23:adanya tumpang
tata usaha Negara. Dalam bentuk konflik tertentu, salah satu pihak
22
Sumarto Op. Cit. Hal, 4-6
23
Ibid. Hal 5
19
(dalam hal konflik disertai tindak pidana) atau akan menang secara
b) Faktor non-hukum
20
maka timbul perubahan pola pikir masyarakat terhadap
dipertahankan sekuatnya.
pihak-pihak yang bersengketa dalam hal ini adalah manusia itu sendiri
25
UUPA merupakan bentuk wujud menifestasi dari pada Dekrit Presiden Republik
Indonesia, 5 Juli 1959 dan Pasal 33 UUD 1945
21
dalam Bab II Bagian Umum Pasal 16 Ayat (1) UUPA, menyebutkan
bahwa hak-hak atas tanah terdiri dari, Hak Milik, Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa, Hak membuka Tanah,
Hak Memungut Hasil Hutan, dan hak-hak lainnya yang tidak termasuk
dalam Pasal 53 UUPA yaitu seperti, Hak Gadai, Hak Usaha Bagi Hasil,
(1) dan ayat (2) UUPA, Hak-hak atas tanah seperti yang disebutkan di
hukum.
menggunakan tanah, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang
tinggi.
22
maka penentuan hak-hak atas tanah didasarkan pula pada sistematik
Hak-hak atas tanah yang disebutkan dalam Pasal 16 UUPA 27, sangat
erat hubungannya dan sekaligus bentuk wujud Pasal 33 ayat (3) UUD
1945 yang mengaskan bahwa: “Bumi dan Air kekayaan Alam yang
Pasal 29, Ide Negara sesuai dengan konsepsi UUD 1945 adalah
23
Menurut Wiyono30, Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 ini tidak sekedar
besarnya.
Indonesia.
1) Hak milik
30
Ibid. Hal 39-40
31
Ibid. Hal 40.
24
Menurut Pasal 20 ayat (1) UUPA Hak Milik adalah hak turun
tanah lainnya33.
dengan Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, dan
tanah yang dipunyai orang, hanya hak miliknya yang “terkuat dan
terpenuh”34Selain itu, Sifat khas dari Hak Milik adalah hak yang
“turun menurun”.
Hak Milik disebut sebagai hak terkuat dan terpenuh yang berarti
32
Urip Santoso, “Hukum Agraria kajian komprefensif” Jakarta; kencana pradana nadia
grop, 2012. Hal 92-93.
33
Adrian Sutedy “Peralihan Hak Atas tanah dan Pendaftarannya” Jakarta; Sinar Grafika,
2007. Hal 60
34
Ibid. Hal 60
25
yang berarti Hak Milik tersebut dapat diwarisi oleh ahli waris yang
mempunyai tanah35.
bahwa Hak milik dapat terjadi dengan dua cara yaitu ayat (1)
terjadinya Hak Milik secara derivative yaitu Hak Milik atas tanah
Ibid. Hal 61
35
Urip Santoso, “ Hukum Agraria kajian Konrefensif” Jakarta; Kencana prenada grop,
36
2012. Hal 98
26
d. Hapusnya Hak Milik
berikut:
2. Hak atas tanah yang turun menurun dan dapat beralih dan
dialihkan
27
a. Pengertian Hak Guna Usaha
Menurut Pasal 28 ayat (1) Hak Guna Usaha adalah hak untuk
perkembangan zaman.
untuk waktu paling lama 25 (dua puluh lima) tahun, jika suatu
28
perusahaan hak memerlukan waktu yang lebih lama maka haknya
dapat diperpanjang lagi dalam jangka waktu paling lama 35 (tiga puluh
dengan baik sesuai dengan keadaan sifat dan tujuan pemberian hak.
Dalam ayat (2) dijelaskan jika orang pindah warga Negara atau badan
hukum yang mempunyai Hak Guna Usaha tidak lagi memenuhi syarat
29
Namun, jika Hak Guna Usaha tersebut tidak dilepaskan atau dialihkan
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun maka hak tersebut hapus dengan
Dalam Pasal 34 disebutkan bahwa Hak Guna Usaha juga bias hapus
Menurut Pasal 35 ayat (1) Hak Guna Bangunan adalah hak untuk
Bangunan mirip dengan Hak Opstal (yang sudah dihapus), dan Hak
Opstal ini sudah digabung dengan Erfpacht (dulu diatur dalam buku
30
Jika jangka waktu selama 30 (tiga puluh) tahun telah habis, Hak Guna
ayat (2) atas permintaan pemegang hak dan dengan mengingat akan
merujuk pada Pasal 36 sama halnya dengan Hak Guna Usaha yaitu:
Dan jika orang pindah warga Negara atau badan hukum yang
dialihkan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun maka hak tersebut hapus
31
Menurut Pasal 37 Hak Guna Bangunan ini dapat terjadi karena dua
Hak Guna Bangunan juga bias hapus sebagai mana halnya Hak
4) Hak Pakai
pengertian Hak Pakai sebagai berikut : Hak Pakai adalah hak untuk
langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang member
32
asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan yang
tanahnya.
Dalam Pasal 41 ayat (2) Hak Pakai dapat diberikan dalam jangka
Pakai ini sedikit berbeda dengan halnya Hak Guna Usaha dan Hak
33
yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia.
Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan karena
kadang kala jika tanah yang dipunyai Hak Pakai adalah tanah yang
kemudian baru bisa dialihkan. Dan Hak Pakai atas tanah milik baru
sewa.
34
b. Tata Cara Pembayaran Sewa
Tata cara pembayaran uang sewa atas Hak Sewa bangunan ini
dalam ayat (2) dengan pembayaran satu kali atau pada tiap-tiap
Jika dilihat dalam ayat (3), sifat perjanjian sewa menyewa Hak
35
Menurut A.P. Perlindungan seperti yang dikutip Dayat Limbong 41
bahwa sampai saat ini pelakasanaan dari pada Hak Sewa untuk
bentuk yang sudah ada yaitu exs KUHPerdata. Dalam hak sewa
(contracteer vrijheid).
dapat didaftarkan42.
41
Dayat Limbong, Op. Cit. Hal 306.
42
Ibid. Hal 307.
36
Penyelesaian sengketa nonlitigasi merupakan penyelesaian di luar
netral43.
yang disertai dengan itikad baik oleh kedua pihak untuk menemukan win-
umum dan kerahasian para pihak terjamin serta proses beracaranya lebih
baru karena sifatnya adalah win lose, tidak responsif, waktu beracaranya
relatif lambat dan sering dilakukan dengan terbuka untuk umum 44.
dilakukan secara litigasi atau lembaga peradilan tidak lebih baik dari
43
Runtung, “Pemberdayaan Mediasi sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa di
Indonesia” Pidato Guru Besar Fakultas Hukum USU, Medan : USU Press. 2006. Hlm 2.
44
Frans Hendra Winarta, “Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitrase Nasional Indonesia
dan Internasional” Jakarta : Sinar Grafika, 2012. Hal 9-28
37
Dalam penyelesaian sengketa diluar pengadilan pihak yang bersengketa
penilaian ahli.
Dewi tuty muryati, B. Rini heryani “ pengaturan dan mekanisme penyelesaian sengketa
45
non litigasi dibidang perdagangan” Jurnal dinamika Sob, F. 13, 1 juni 2011. Hal 49
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Sumber Data
sebagai berikut:
tertulis dari para ahli peneliti hukum, bahwa bahan hukum itu
melalui arbitrase.
46
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif Empiris,
Celeban Timur Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hal. 157.
39
buku-buku teks, jurnal ilmiah, surat kabar (koran), pamphlet,
D. Instrumen Penelitian
40
E. Analisis Data
berikut47:
1. Deskriptif
2. Evaluatif
3. Perspektif
perspektif atau penilaian mengenai benar atau salah atau apa yang
DAFTAR PUSTAKA
47
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2010, hal 181.
41
Buku
Alumni, 1985.
A.P. Perlindungan-1
Dayat Limbong
Meluas di Indonesia”.
42
Eddy Ruchiyat, “Politik pertanahan Nasional sampai Orde Reformasi”
2012.
pertanahan.
pertanahan.
43
Pasal 16 penjelasan atas Undang-Undang No 5 Tahun 1960 tentang
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, Hak-hak Atas Tanah yang diatur dalam
Bandung: Alumni
Alumni, 1999.
2012.
44
Syaiful Azam, “Eksistensi Hukum Tanah dalam mewujudkan tertib
Sumarto
penyelesaian sengketa.
45