Anda di halaman 1dari 55

FORMULASI DAN UJI KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA

EKSTRAK KEONG SAWAH (PILA AMPULLACEA) DENGAN


SCRUB TEPUNG CANGKANGNYA PADA SEDIAAN
SCRUB BODY CREAM

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Kefarmasian (S-1 Farmasi)

Oleh
Fanny Anggita Dyah Luckytasari
NIM: 52019050070

PEMBIMBING :
1. Dr.Apt.Endang Setyowati,M.Sc
2. Apt.Eko Retnowati,M.Si,M Farm

PROGRAM STUDI S1-FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2022
HALAMAN

PERSETUJUAN
HALAMAN

PENGESAHAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan
judul " Formulasi Dan Uji Karakteristik Fisikokimia Ekstrak Keong Sawah (Pila
Ampullacea) Dengan Scrub Tepung Cangkangnya Pada Sediaan Scrub Body
Cream". Laporan proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengerjakan skripsi pada program Strata-1 di Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Kudus.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan


selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Rusnoto, SKM., M. Kes (Epid) selaku Rektor Universitas Muhammadiyah


Kudus.

2. Indanah, M.Kep.Ners, Sp.Kep.An selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas


Muhammadiyah Kudus

3. Apt. Zaenal Fanani, M.Sc selaku Ketua Program Studi S1 Farmasi Universitas
Muhammadiyah Kudus.

4. Dr. Apt. Endang Setyowati, M.Sc selaku Pembimbing Utama yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan sehingga
pemulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini

5. Apt. Eko Retnowati, M.Si.,M.Farm selaku Pembimbing Anggota yang telah


meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan sehingga
pemulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini

6. Seluruh staf Laboratorium Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah


Kudus yang telah membimbing serta mengarahkan penulis selama melakukan
penelitian.

7. Kedua orang tua yang senantiasa mendoakan dan mencurahkan kasih


sayangnya dan selalu memberikan nasehat, kritik, dan semangat dan motivasi
sehingga skripsi ini bisa selesai tepat waktu
8. Keluarga besar Universitas Muhammadiyah Kudus, khususnya teman-teman
seperjuangan dari S1 Farmasi

9. Seluruh civitas akademik Jurusan Farmasi Universitas Muhammadiyah Kudus


yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis.

10. Seluruh pihak yang terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu selama proses penyusunan skripsi.

Penulis menyadari proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai


kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan
perbaikannya sehingga akhirnya laporan proposal skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa
dikembangkan lagi lebih lanjut. Aamiin.

Kudus , Juli 2022


DAFTAR ISI

FORMULASI DAN UJI KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA EKSTRAK KEONG


SAWAH (PILA AMPULLACEA) DENGAN SCRUB TEPUNG CANGKANGNYA
PADA SEDIAAN BODY CREAM SCRUB ...................................................... 1
HALAMAN .......................................................................................................... 2
PERSETUJUAN .................................................................................................. 2
HALAMAN .......................................................................................................... 3
PENGESAHAN ................................................................................................... 3
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 4
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 6
DAFTAR TABEL ................................................................................................. 8
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. 9
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... 10
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ 11
BAB I................................................................................................................. 12
PENDAHULUAN ............................................................................................... 12
A. Latar Belakang ................................................................................... 12
B. Perumusan Masalah .......................................................................... 15
C. Tujuan penelitian ............................................................................... 15
D. Manfaat penelitian ............................................................................. 15
E. Keaslian Penelitian ............................................................................... 16
F. Ruang lingkup ....................................................................................... 17
BAB II................................................................................................................ 17
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 17
A. Landasan teori ................................................................................... 17
B. Kerangka teori ................................................................................... 33
C. Hipotesis ............................................................................................ 34
BAB III............................................................................................................... 35
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 35
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 35
B. Desain Penelitian ............................................................................... 36
C. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian.............................................. 45
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 47
E. Intrumen penelitian ............................................................................... 47
F. Tekhnik analisis data ............................................................................ 48
G. Kode Etik ............................................................................................ 49
H. Jadwal Penelitian ............................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 51
DAFTAR TABEL

Table 1.1 Keaslian Penelitian

Tabel 3.1 Defini Operasional

Tabel 3.2 Formulasi Basis Scrub Body Cream

Tabel 3.3 Formulasi Scrub Body Cream


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Keong Sawah (Pila Ampullacea)

Gambar 2.2 Kulit

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Gambar 3.1 Keangka Konsep


DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia kaya sumber daya alam hayati maupun non hayati.
Salah satu sumber daya alam non hayati yang melimpah adalah
keong. Walaupun, cukup banyak jenis keong yang telah
dimanfaatkan sebagai sumber pangan yang kaya gizi dan
mempunyai komponen bioaktif yang baik, namun masih lebih banyak
yang belum termanfaatkan secara maksimal, salah satunya adalah
keong sawah(Pila ampullacea) terutama cangkang keong sawah.
dengan ketersediannya yang berlimpah diharapkan keong sawah
dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan dapat dikembangkan
untuk menjadi produk inovasi bernilai ekonomis tidak hanya sebagai
bahan makanan saja sehingga hanya daging keong yang dapat
dimanfaatkan menyebabkan limbah cangkang yang sangat
melimpah. Hingga saat ini, limbah cangkah keong sawah(Pila
ampullacea) lebih banyak diolah sebagai pakan ternak (unggas)
(Nasution, P., Sumiati, S., & Wardhana, I W, 2013).

Keong sawah (Pila ampullacea) merupakan siput air tawar


yang mudah dijumpai di sawah dan danau seperti yang kita ketahui
selama ini masyarakat memanfaatkan keong sawah hanya sebagai
bahan makanan untuk dikonsumsi dan diolah sebagai menu
makanan ,makanan seperti tumis keong, sate keong, dan keong
rebus dan hanya memanfaatkan bagian daging dari keong sehingga
menyumbang sampah cangkang keong yang menumpuk dan tidak
dimanfaatkan untuk menjadi produk yang inovatif dan bermanfaat
bagi masyarakat. Keong sawah sangat cepat berkembang dan tidak
memerlukan perlakuan khusus untuk membudidayakan keong
sawah ,sangat mudah ditemukan di sawah sawah dan bahkan
dianggap sebagai parasite bagi para petani sehingga keong sawah
dihargai dengan harga murah.Pemanfaatan keong terbatas pada
konsumsi daging keong oleh sebagian masyarakat yang
menyebabkan cangkangnya sangat melimpah dan mudah
ditemukan (Nurhaeni ,et al (2019). Delvita, H., Djusmaini, D., & Ramli
(2015) menyatakan Kalsium karbonat bisa juga terdapat pada
cangkang hewan. Salah satu nya terdapat pada cangkang jenis siput
yang telah diteliti kandungan kalsium karbonat (CaCO3) nya seperti
cangkang keong sawah . CaCO3 yang merupakan bahan abrasif
sehingga dapat berpotensi dan dimanfaatkan sebagai scrub dalam
pembuatan body scrub. Dengan begitu diharapkan cangkang keong
dapat dimanfaatkan menjadi produk yang berharga seperti
digunakan sebagai bahan aktif dalam pembuatan kosmetik.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal I-


2020 pertumbuhan industri kimia, farmasi, dan obat tradisional
termasuk kosmetik tumbuh 5,59%. Pertumbuhan pasar kosmetik di
Indonesia juga diproyeksikan naik 7% pada 2021. Menurut laporan
Organic Personal Care Product Market for Skin Care, Hair Care, Oral
Care and Cosmetics 2012-2018, diprediksi akan terjadi peningkatan
pasar untuk produk natural dan organik karena semakin mudah
akses informasi saat ini yang dipengaruhi banyaknya beauty blogger
dan akun media sosial yang memberikan banyak edukasi benefit
produk natural. Selain itu semakin banyak bukti bahwa beberapa
bahan kimia tertentu dapat mempengaruhi masalah kesehatan, dari
masalah kesuburan, keguguran, sampai dengan kanker. Salah satu
komponen yang dibutuhkan dalam kosmetik adalah antioksidan

Secara alami tubuh manusia memiliki sistem antioksidan


untuk menangkal reaktivitas radikal bebas secara berkelanjutan,
namun jika jumlah radikal bebas dalam tubuh berlebih maka
dibutuhkan antioksidan tambahan (Erguder et.al., 2007 dalam
Nurjanah et.al., 2011). Antioksidan secara alami terdapat pada
semua bahan pangan, baik yang berasal dari daratan maupun
perairan. Bahan pangan yang berasal dari perairan khususnya dari
kelas gastropoda, banyak mengandung komponen-komponen
bioaktif dan antioksidan (Anand, et. al., 2010).
Jenis-jenis Gastropoda yang telah diteliti dan mengandung
antioksidan antara lain, lintah laut (Discodoris sp.) (Nurjanah, et al.,
2011), Lymnaea stagnalis (Vorontsova, et al., 2010), dan
Pleuroploca trapezium (Anand, et al., 2010). Andayani, R., L. Yovita
& Maimunah. (2008) menyebutkan Gastropoda memiliki komponen
bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Komponen
bioaktif adalah deteksi awal pengujian golongan senyawa dari suatu
bahan, dimana senyawa fitokimia menjadi salah satu senyawa yang
berpotensi sebagai antioksidan (Andayani, R., L. Yovita &
Maimunah, 2008). Contoh komponen bioaktif tersebut adalah jenis
alkaloid, steroid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon. Senyawa-
senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan biasanya berasal dari
golongan fenolat, flavonoid dan alkaloid yang merupakan senyawa
polar.

Proses isolasi lendir Pila Ampullacea dapat dilakukan melalui


2 cara yaitu elektrik shok dan metode isolasi sentrifugasi., Metode
isolasi sentrifugasi digunakan untuk memisahkan molekul peptida
berdasarkan berat molekulnya sehingga peptide yang didapatkan
merupakan peptida murni lendir Pila Ampullacea . Menurut Factiyah
et al.(2011) fungsi dari proses isolasi sentrifugasi adalah
memisahkan debris (organel sel yang tidak hancur ) dan
makromelekul penyusun protein salah satunya peptide ,dengan
sentrifugassi debris atau organel sel akan mengendap di dasar
tabung sedangkan mikromolekul terlarut dalam buffer.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian dengan judul “Formulasi dan uji karakteristik
fisikokimia ekstrak keong sawah(pila ampullaceal) dengan scrub
tepung cangkangnya pada sediaan body cream scrub”.
B. Perumusan Masalah
Bagaimanakah formulasi dan uji karakteristik fisikokimia
ekstrak keong sawah(pila ampullaceal) dengan scrub tepung
cangkangnya pada sediaan body cream scrub.

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi dan uji


karakteristik fisikokimia ekstrak keong sawah (Pila ampullacea)
dan scrub tepung cangkang-nya pada sediaan scrub body cream
dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengatahui uji fitokimia ekstrak keong sawah (Pila


ampullacea) meliputi uji tanin, uji saponin, uji flavonoid,
uji triterpenoid.
b. Untuk mengatahui formulasi kombinasi ekstrak keong
sawah (Pila ampullacea) dan scrub tepung cangkang-nya
pada sediaan scrub body cream dengan konsentrasi 5%,
10%, 15%.
c. Untuk mengatahui uji karakteristik fisikokimia ekstrak
keong sawah (Pila ampullacea) dan scrub tepung
cangkang-nya pada sediaan scrub body cream meliputi uji
organoleptis, uji homogenitas, uji ph, uji daya sebar, uji
daya lekat, uji viskositas dan uji iritasi.

D. Manfaat penelitian
1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan serta wawasan dan juga


pengalaman langsung dan Menciptakan produk baru yaitu body
cream scrub yang mengandung ekstrak keong sawah(Pila
ampullaceal) yang dapat diterima oleh masyarakat.
2. Bagi Intuisi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan untuk
referensi bagi peneliti selanjutnya sebagai data dasar, referensi,
dan juga informasi bahan kajian kefarmasian lebih lanjut dimasa
yang akan datang tentang manfaat ekstrak keong sawah(Pila
ampullaceal) sebagai bahan dasar kosmetika.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada
masyarakat tentang pemanfaatan ekstrak keong sawah(Pila
ampullacea) sebagai bahan dasar kosmetika.

E. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian yang dilakukan peneliti berjudul
“Formulasi dan uji karakteristik fisikokimia ekstrak keong sawah(pila
ampullaceal) dengan scrub tepung cangkangnya pada sediaan body
cream scrub”. Adapun penelitian sejenis yang pernah dilakukan
adalah :

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Nama Judul penelitian Hasil penelitian Perbedaan


peneliti penelitian
Reni Pitria Uji aktivitas lendir Hasil penelitian Perbedaan dari
(2018) keong sawah (Pila menunjukkan bahwa lendir penelitian ini adalah
Ampullacea) di keong sawah (Pila bentuk sediaan
daerah ngronggo ampullacea) memiliki daya yang dibuat dan
kota kediri dalam hambat terhadap bakteri pengujian yang
menghambat Staphylococcus aureus dan dilakukan,
pertumbuhan Staphylococcus albus. formulasi.
Staphylococcus Pada konsentrasi 10%
aureus dan sampai 100% tidak memiliki
Staphylococus konsentrasi yang efektif
albus melaikan pada kontrol
positif chloramphenicol
mampu menghambat
bakteri Staphylococcus
aureus. Pada konsentrasi
100% dan kontrol positif
chloramphenicol mampu
efektif dalam menghambat
pertumbuhan bakteri
Staphylococcus albus.
Desy Sintesis kitosan Hasil penelitian Perbedaan dari
Yustiyani cangkang keong menunjukkan bahwa penelitian ini adalah
(2019) sawah (Pila terdapat perbedaan pada kombinasi ekstrak,
Ampullacea) dan masing-masing bentuk sediaan
pemanfaatanya perbandingan. Pada kontrol yang dibuat dan
sebagai antijamur positif ketokonazole 2% pengujian yang
Fusarium dengan larutan kitosan dilakukan,
oxysporum konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5% formulasi.
dan 2%, memiliki
perbedaan yang signifikan,
sehingga konsentrasi
kitosan tersebut belum
memberikan hasil yang baik
seperti kontrol positif
sebagai antijamur Fusarium
oxysporum.
Haslianti,Mita Karakteristik Hasil yang diperoleh Pengujian yang
Gabriella In keong kowoe dan menunjukan Jenis pelarut dilakukan, metode
the, aktivitas yang terbaik untuk ekstraksi ekstraksi , formulasi
Ermayanti antioksidannya senyawa aktif keong kowoe
Ishak (2017) yaitu pelarut metanol (polar)
dengan hasil rendemen
sebesar 6,63%. Potensi
senyawa bioaktif pada
keong kowoe tergolong
sedang dimana nilai IC50
yaitu 111,28 ppm.

F. Ruang lingkup
1. Ruang lingkup waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan agustus 2022 - September
2023
2. Ruang lingkup tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmasi Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiya Kudus.
3. Ruang lingkup materi
Ruang lingkup materi pada penelitian ini adalah melakukan uji
karakteristik fisikokimia dan membuat formulasi sediaan body
cream scrub ekstrak keong sawah (Pila ampullacea) dengan
scrub dari cangkangnya .

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori
1. Tinjuauan tentang Keong Sawah (Pila Ampullacea)
a. Klasifikasi keong sawah (Pila Ampullacea)
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Superfamili : Ampullariodidae
Famili : Ampullariidae
Bangsa : Ampullariini
Genus : Pila
Spesies : Pila ampullaceal
b. Morfologi keong sawah (Pila Ampullacea)

Gambar 2.1 Keong Sawah

Keong sawah (Pila ampullacea) merupakan hewan


dengan kelas gastropoda yang masuk dalam famili
ampullariidae dan dapat ditemukan di Asia Tenggara seperti
Filipina, Singapura, Kalimantan, Sumatra, Jawa dan lain-lain
(Papellero et.al . 2019) . Keong jenis ini sering dijumpai di
sawah, parit atau irigasi, kolam danau atau lahan basah yang
terdapat air tawar, bakau rawa-rawa dalam jumlah yang
banyak (Delvita, H., Djusmaini, D., & Ramli , 2015). Keong ini
dapat bertahan selama musim kemarau. Dan makanan keong
sawah ini yaitu semua yang ada di habitatnya, namun keong
sawah menyukai sayuran atau tumbuh-tumbuhan. Namun jika
terjadi musim kemarau yang sangat panjang maka keong
sawah ini juga dapat memakan hewan-hewan mati seperti
ikan mati, katak, krustasea dan juga serangga (Komalamisra,
C., Nuamtanong, S., & Dekumyoy, P. ,2009). atau melakukan
hibernasi. (Papellero et.al . 2019) Keong sawah memiliki
cangkang yang berfungsi untuk mendukung dan melindungi
tubuhnya yang lunak. Ukuran cangkang keong sawah
bervariasi dengan tinggi 90-100 mm dan lebar 85-90 mm
(Papellero et.al . 2019). Bentuk dari keong sawah menyerupai
siput murbai (keong mas), namun perbedaannya yaitu keong
sawah memiliki warna cangkang hijau pekat sampai hitam
atau dalam penelitian lain dikatakan bahwa warna cangkang
keong sawah yaitu hijau terang hingga coklat oranye dengan
ikatan spiral yang berwarna kemerahan dan bentuk cangkang
lebih bundar dan permukaan cangkang lebih halus, selain itu
cangkang keong sawah lebih kaku dan berkapur(Delvita, H.,
Djusmaini, D., & Ramli , 2015).

c. Kandungan kimia

Lendir keong memiliki campuran bahan aktif yang


dapat menyehatkan dan merawat kulit yang rusak seperti
allantoin, kolagen, elastin, dan asam glikolat disertai dengan
glikoprotein (achacin) dan mukopolisakarida. Allantoin atau 5-
ureidohydantoin adalah salah satu produk oksidasi asam urat.
Berdasarkan regulasi FDA (Food and Drug Administration),
allantoin aman dan efektif untuk perlindungan kulit. Adapun
peran allantoin adalah membantu mengatasi kerusakan kulit,
membantu proliferasi sel, penyembuhan luka, dan
meningkatkan kadar air pada matriks ekstraseluler. Oleh
karenanya, allantoin banyak digunakan dalam berbagai
produk kosmetik, seperti sampo, lotion, cream, lipstick, dan
berbagai agen pharmaceutical topikal, termasuk anti acne.
Asam Glikolat atau asam alfa-hidroksi asetat memiliki
kemampuan yang luar biasa untuk penetrasi kulit,
meningkatkan sintesis kolagen oleh fibroblast, dan untuk
memodulasi degradasi matriks serta sintesis kolagen melalui
keratinocyte-released cytokines, mempercepat peremajaan
kulit, dan mencegah pembentukan melanin oleh melanosit
melalui penghambatan tirosinase, dan meningkatkan
pigmentasi oleh ultraviolet. Penggunaan asam glikolat dalam
kosmetik biasanya dalam konsentrasi maksimal 10% dengan
pH minimal 3,5 (Laneri et al., 2019)

Delvita, H., Djusmaini, D., & Ramli (2015) menyatakan


Kalsium karbonat bisa juga terdapat pada cangkang hewan.
Salah satu nya terdapat pada cangkang jenis siput yang telah
diteliti kandungan kalsium karbonat (CaCO3) nya seperti
cangkang keong sawah . CaCO3 yang merupakan bahan
abrasif. cangkang keong sawah memiliki kandungan senyawa
kitin yang selanjutnya dapat ditransformasi menjadi kitosan
(Nasution, P., Sumiati, S., & Wardhana, I W, 2013). Andayani,
R., L. Yovita & Maimunah. (2008) menyebutkan Gastropoda
memiliki komponen bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan
manusia. Komponen bioaktif adalah deteksi awal pengujian
golongan senyawa dari suatu bahan, dimana senyawa
fitokimia menjadi salah satu senyawa yang berpotensi
sebagai antioksidan (Andayani, R., L. Yovita & Maimunah,
2008). Contoh komponen bioaktif tersebut adalah jenis
alkaloid, steroid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon.
Senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan
biasanya berasal dari golongan fenolat, flavonoid dan alkaloid
yang merupakan senyawa polar.

2. Simplisia
Dalam buku Materia Medika Indonesia, ditetapkan definisi
bahwa simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan
sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga
dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani
dan simplisia pelikan (mineral). (Endarini, 2016)
a. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan
utuh, bagian tumbuhsn atau eksudat tumbuhan. Simplisia
nabati sering berasal dan berupa seluruh bagian tumbuhan,
tetapi sering berupa bagian atau organ tumbuhan seperti
akar, kulit akar, batang, kulit batang, kayu, bagian bunga dan
sebagainya. Di samping itu, terdapat eksudat seperti gom,
lateks, tragakanta, oleoresin, dan sebagainya.
b. Simplisia hewan,sepertihalnya dengan simplisia dari
tumbuhan diperoleh dari hewan piaraan atau hewan liar.
Hewan liar harus diburu, misalnya ikan paus, menjangan dan
lain-lain. Untuk mendapatkan simplisia dengan kondisi
optimum maka diusahakan sejauh mungkin hewan untuk
simplisia berasal dari hewan piaraan seperti pada tumbuhan
dibudidaya, misal tawon untuk menghasilkan madu yang
baik.Bahan obat seperti lanolin, produk susu, hormon, produk
endokrin dan beberapa enzim diperoleh dari hewan piaraan
seperti domba, sapi, babi dan sebagainya. Sebagai sumber
produk kelenjar hewan dan enzim biasanya rumah
penjagalan, dan dalam jumlah besar dapat dijadikan bahan
obat dalam farmasi. Mengenai proses dan pemurnian bahan
dari hewan tergantung dari simplisia masing- masing.
(Endarini, 2016)
c. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa
bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia
murni. (Parwarta, 2016)
3. Ekstrak

Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan


mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia
hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi buku
yang telah ditetapkan.(Emelda, 2019). Proses isolasi lendir dapat
dilakukan melalui 2 cara yaitu elektrik shok dan metode isolasi
sentrifugasi., Metode isolasi sentrifugasi digunakan untuk
memisahkan molekul peptida berdasarkan berat molekulnya
sehingga peptide yang didapatkan merupakan peptida murni
lendir Pila Ampullacea . Menurut Factiyah et al.(2011) fungsi dari
proses isolasi sentrifugasi adalah memisahkan debris (organel
sel yang tidak hancur ) dan makromelekul penyusun protein salah
satunya peptide ,dengan sentrifugassi debris atau organel sel
akan mengendap di dasar tabung sedangkan mikromolekul
terlarut dalam buffer.

4. Pembuatan tepung cangkang keong


Keong sawah diambil dari areal persawahan. Kemudian
dibersihkan kotoran yang menempel dan dilakukan perebusan
selama 1 jam. Daging yang menempel dipisahkan dari
cangkangnya. Dihancurkan cangkang keong kemudian di oven
pada suhu 105oC selama 30 menit untuk selanjutnya diblender
sehingga dihasilkan serbuk yang lebih halus, dan diayak dengan
ayakan 120 mesh.( Setianti, et.al 2021) .
5. Kulit

Kulit adalah suatu pembungkus yang elastik yang melindungi


tubuh dari pengaruh lingkungan, kulit juga merupakan alat tubuh
terberat dan terluas ukurannya yaitu 15% dari berat tubuh
manusia, rata rata tebal kulit 1-2 mm, kulit terbagi atas 3 lapisan
pokok yaitu, epidermis, dermis dan subkutan atau subkutis. Tikus
putih (Rattus novergicus) memiliki struktur kulit dan homeostatis
yang serupa dengan manusia (Wibisono, 2008).
Gambar 2.1 Anatomi kulit (Dikutip dari:
surabayaplasticsurgery, 2008)

Kulit melapisi seluruh permukaan eksternal kulit pada tubuh


manusia dan merupakan situs pertama dari interaksi dengan
dunia luar. Kulit bekerja sebagai pelindung yang mencegah
jaringan internal dari paparan trauma, radiasi ultra violet, suhu,
racun, dan bakteri. Fungsi penting lain dari kulit meliputi persepsi
sensori, pengawasan immunologi, termoregulasi, dan
pengaturan kehilangan cairan (Amirlak, 2015) .
Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi
pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga
bergantung pada lokasi tubuh. Kulit bervariasi dalam hal lembut,
tipis dan tebalnya. Kulit yang elastis dan longgar terdapat pada
palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang
terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis
terdapat pada muka, yang berambut kasar terdapat pada kepala
(Djuanda, 2003). Sistem integumen terdiri dari 2 lapis, berupa
epidermis dan dermis. Dua lapis ini bersandar pada lapisan lemak
subkutaneus, berupa pannikulus adiposus. Epidermis berasal
dari permukaan ektoderm yang dikolonisasi oleh pigmen yang
menggandung melanosit berasal dari neural crest, antigen
processing sel langerhans yang berasal dari sum-sum tulang dan
perasa tekanan pada sel merkerl berasal dari neural crest.
Dermis berasal dari mesoderm dan mengandung kolagen,
serabut elastik, pembuluh darah, struktur sensori, fibroblast
(Amirlak, 2015). Pembagian kulit secara garis besar tersusun
atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis,
dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas yang memisahkan
dermis dan subkutis. Subkutis ditandai dengan adanya jaringan
ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Tortora et al.,
2009). Histologis pada bagian epidermis dimulai dari stratum
korneum, stratum korneum adalah lapisan kulit yang paling luar
dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak
berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat
tanduk). (Djuanda, 2003).

6. Body scrub
Body scrub atau dikenal juga dengan istilah lulur mandi atau
lulur badan merupakan lulur yang digunakan saat tubuh dalam
keadaan basah (mandi). Luluran adalah aktivitas menghilangkan
kotoran, minyak atau sel kulit mati yang dilakukan dengan pijatan
diseluruh badan. Hasilnya dapat langsung terlihat, kulit lebih
halus, kencang, harum, dan sehat bercahaya.( Setianti et.al.,
2021)
Body scrub (lulur badan) merupakan perawatan tubuh oleh
dalam keadaan tubuh basah dengan menggunakan berbagai
ramuan, seperti herbal lulur badan. Tujuan penggunaan dari body
scrub (lulur badan) adalah untuk mengangkat sel kulit mati,
kotoran, dan membuka pori-pori sehingga pertukaran udara
bebas dan kulit menjadi lebih cerah dan putih. Meskipun
termasuk masih baru di dunia barat, scrub tubuh ini sudah
menjadi tradisi di negara-negara timur tengah selama berabad-
abad. Body scrub yang baik mempunyai butiran sehingga ketika
dipegang dan dioleskan terasa kasar sehingga semua kotoran
yang menempel pada kulit dapat terangkat. Butiran itu tidak boleh
terlalu kasar supaya tidak melukai kulit, terlalu halus sehingga
tidak berfungsi sebagai pengampelas, terlalu runcing, dan terlalu
bulat sehingga licin dan tidak bekerja sebagai pengampelas.(
Fauzi, A.R., dan Nurmalina, R. ,2012)

Menurut Azhiman, I.F. (2015) Body scrub dibedakan menjadi 2


jenis body scrub:

a. Body scrub tradisional yang terbuat dari rempah-rempah dan


tepung yang teksturnya kasar. Digunakan dengan cara
dioleskan dan digosok perlahan-lahan ke seluruh tubuh untuk
membersihkan badan dari kotoran serta mengangkat sel-sel
kulit mati pada tubuh sehingga kulit terlihat bersih dan halus.
b. Body scrub modern yang terbuat dari butiran scrub yang
dilengkapi lotion yang rata-rata terbuat dari susu. Body scrub
Bahan-bahan dasar body scrub sama dengan krim
penmbersih kulit pada umumnya yang mengandung lemak dan
penyegar. Scrub merupakan butiran-butiran kasar yang
bersifat sebagai pengampelas (abrasiver) agar bisa
mengangkat sel-sel kulit mati dari epidermis (Sari, Fety Puspita
,2017).modern menggunakan campuran bahan alami yang
berupa ekstrak agar lebih tahan lama dan praktis dalam
penggunaannya.

Body scrub dibedakan menjadi 2 bentuk(Azhiman, I.F. ,2015):

a. Krim yang memiliki tekstur butiran kasar dan dapat


mengangkat sel sel kulit mati.
b. Bubuk (powder) dengan zat aktif tertentu yang dapat
menutrisi kulit, biasanya dibuat dari susu, kelapa dan sari
bengkoang.
Berikut beberapa manfaat body scrub untuk tubuh. (Fauzi,
A.R., dan Nurmalina, R. ,2012):
a. Membuang sel kulit mati lebih maksimal.
Setiap hari kulit mengalami regenerasi. Mandi adalah
usaha membersihkan kulit dan membuang sel kulit mati.
Namun mandi saja tak cukup membersihkan semua sel
kulit mati, yang akhirnya menumpuk dan menyebabkan
kulit kusam. Body scrub membantu pengelupasan kulit
dengan lebih sempurna.
b. Menyehatkan kulit.
Dengan membersihkan lapisan sel kulit mati, berarti
kulit menjadi lebih sehat. Kulit yang bersih akan
merangsang tumbuhnya sel kulit baru, yang akan
menampilkan kulit yang lebih halus dan bersih.
c. Menghaluskan kulit.
Body scrub bekerja seperti mengampelas kulit,
sehingga kulit kasar akan hilang. Sesudah memakai body
scrub, kulit tubuh akan terasa lebih licin dan halus.
Manjakan kulit dengan melakukan scrub minimal 2 minggu
sekali, dan hal ini bisa dilakukan sendiri tanpa harus
memboroskan uang untuk datang ke salon.
7. Krim
krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi
yang mengandung air tidak kurang dari 60%, dan dimaksudkan
untuk pemakaian luar. (Farmakope Indonesia III,1979). krim
adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu
atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai. (Farmakope Indonesia IV,1995).
krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Ada dua tipe krim, krim tipe minyak-air dan tipe
air-minyak.( Lavi, Novita. ,2012)
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air sehingga dapat
dicucidengan air serta lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetik
dan estetika. Krim digolongkan menjadi dua tipe, yakni:
a. Tipe a/m, yakni air terdispersi dalam minyak. Contohnya
cold cream. Cold cream adalah sediaan kosmetika yang
digunakan untuk memberi rasa dingin dan nyaman pada
kulit.
b. Tipe m/a, yakni minyak terdispersi dalam air.
Contohnya,vanishing cream. Vanishing cream adalah
sediaan kosmetik yang digunakan untuk membersihkan,
melembabkan dan sebagai alas bedak. (Widodo, H.
,2013)
Secara garis besar krim terdiri dari 3 komponen yaitu bahan
aktif, bahan dasar dan bahan pembantu. Bahan dasar terdiri dari
fase minyak dalam fase air yang dicampur dengan penambahan
bahan pengemulsi (emulgator) kemudian akan membentuk basis
krim. (Muliyawan, D., dan Suriana, N. ,2013)

8. Formulasi standart body cream scrub


Formula standar yang digunakan.(Suryono, C., Ningrum, L., &
Dewi, T. R. ,(2018).
R/ Eekstrak 15%
Madu 5%
Setil alkohol 1%
Propilen glikol 5%
Trietanolamin (TEA) 1,2%
Asam stearat Gliserin 15%
Silica 2,5%
Parfum 0,01%
Akuades ad 100 ml

9. Tinjauan bahan
a. Asam Stearat

Asam stearat adalah campuran asam organik padat


yang diperoleh dari lemak. Pemeriannya yaitu keras,
berwarna putih atau kuning pucat, agak mengkilap, kristal
padat atau serbuk putih atau putih kekuningan, bau lemah
atau berasa lemak. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam
benzena, kloroform dan eter; larut dalam etanol (95%); praktis
tidak larut dalam air. Memiliki titik lebur 69- 70oC.
Penggunaannya dalam sediaan topikal sebesar 1-20%,
meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur dan
meningkatkan konsistensi. Tidak hanya itu, asam stearat juga
digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika direaksikan
dengan basa. (Rowe, R.C. ,2009)

b. Setil Alkohol

Setil alkohol berbentuk lilin, lempengan putih, granul


atau dadu. Memiliki bau yang lemah dan tidak berasa.
Kelarutannya yaitu larut dalam etanol (95%) dan eter, tidak
larut dalam air, larut saat dilebur dengan minyak, parafin cair
dan padat dengan titik lebur 45-520C. Dapat meningkatkan
stabilitas, memperbaiki tekstur sediaan, dan meningkatkan
konsistensi (Raymond, 2009). Dalam losion, krim dan salep,
digunakan karena sifat emoliennya dan sebagai bahan
pengemulsi. Sebagai emolien dan emulgator, digunakan
dalam konsentrasi 2-5%.( Rowe, R.C. ,2009)

c. Trietanolamin

Trietanolamin merupakan cairan kental yang bening,


tidak berwarna sampai kuning pucat dan memiliki bau
ammoniak yang lemah, bersifat sangat higroskopis, memiliki
titik lebur 20- 25°C dan pH 10,5. Kelarutannya yaitu mudah
larut dalam air, metanol dan aseton. Digunakan sebagai
bahan pengemulsi dengan konsentrasi 0,5-3%, pengatur pH
pada sediaan topikal, dan sebagai humektan. (Rowe, R.C.
,2009).

d. Propilen Glikol

Pemeriannya cairan kental, jernih, tidak berwarna,


tidak berbau, rasa agak manis, higroskopik. Kelarutan dapat
campur dengan air, dengan etanol (95%) P, dan dengan
kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat campur
dengan eter minyak tanah P, dan dengan minyak lemak. Jarak
didih pada suhu 1850C sampai 1890C tersuling tidak kurang
dari 95,0 % v/v (Depkes RI, 1979). Propilen glikol banyak
digunakan pelarut dan pembawa dalam pembuatan sediaan
farmasi dan kosmetik. Propilen glikol telah banyak digunakan
sebagai pelarut, humektan dan pengawet dalam berbagai
formulasi parenteral dan nonparenteral.(Rowe, R.C. ,2009)

e. Metil Paraben

Metil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0%


dan tidak lebih dari 101,0% C8H803. Pemerian metil paraben
berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih;
tidak berbau atau hampir tidak berbau dan berasa sedikit
terbakar. Kelarutannya larut dalam 500 bagian air, dalam 20
bagian air mendidih, dan dalam 3,5 bagian etanol (95%) P,
dan dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter P, dan
dalam larutan alkali hidroksi (Ditjen POM, 1979). Dapat
digunakan sendiri, kombinasi dengan pengawet paraben lain
atau dengan antimikroba lainnya. Lebih efektif terhadap gram
negatif daripada gram positif. Penggunaan dalam sediaan
topikal sebanyak 0,02-0,3% sebagai antimikroba, efektif pada
pH 4-8.( Rowe, R.C. ,2009)

f. Propil paraben
Propil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0%
dan tidak lebih dari 101,0% C10H1203. Propil paraben
digunakan sebagai bahan pengawet dengan konsentrasi
0,01- 0,6%. Aktivitas antimikroba ditunjukkan pada pH antara
4-8. Secara luas digunakan sebagai bahan pengawet dalam
kosmetik, makanan, dan produk farmasetika. Penggunaan
kombinasi paraben dalam meningkatkan aktivitas
antimikroba. Kelarutan yang sangat larut dalam aseton dan
eter, mudah larut dalam etanol dan metanol, sangat sedikit
larut dalam air. Titik didih propil paraben.(Raymond, Row C.
Shekey Daul. ,2009)

g. Parfum
Parfum merupakan preparat/sediaan cair yang
digunakan sebagai pewangi yang terdiri dari bahan alami atau
sintetik dan fiksatif. Parfum dibuat dengan cara
mencampurkan berbagai macam zat atau bahan kimia, baik
yang alami maupun buatan (sintetis) dengan formula
tertentu.( Aldo, Alvin. ,2015)
h. Aquadest

Aquadest adalah air murni yang diperoleh dengan cara


penyulingan. Air murni dapat diperoleh dengan cara
penyulingan, pertukaran ion, osmosis, atau dengan cara yang
sesuai. Air murni lebih bebas kotoran maupun mikroba. Air
murni digunakan dalam sediaan-sediaan yang membutuhkan
air terkecuali untuk parenteral, aquadest tidak dapat
digunakan.(Ditjen POM. ,1979)

10. Uji fitokimia


a. Alkaloid

Skrining alkaloid prinsipnya yaitu reaksi pengendapan


yang terjadi karena adanya penggantian ligan. Atom nitrogen
yang mempunyai pasangan elektron bebas pada alkaloid
dapat mengganti ion-ion dalam pereaksi dragendroff dan
pereaksi mayer (Marliana et al., 2005). Pereaksi dragendroff
dan meyer.

b. Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa yang umumnya


terdapat di tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan
aglikon flavonoid. Tujuan penambahan pita Mg dan HCl
berfungsi untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat pada
struktur flavonoid sehingga terbentuk garam flavilium
berwarna merah atau jingga (Ergina et al., 2014).pereaksi pita
MG dan HCL pekat.

c. Fenol
Fenol merupakan zat kristal yang tidak berwarna dan
memiliki bau khas, rumus molekul dari fenol adalah C6H5OH
dan strukturnya memiliki gugus hidroksil yang berikatan
dengan cincin fenil. Hasil positif mengandung fenol ditandai
dengan terjadinya perubahan warna menjadi perubahan
warna hijau, ungu, biru dan hitam. Hal ini terjadi karena
adanya reaksi antara fenol dengan FeCl3 yang membentuk
senyawa kompleks (Azizah et al., 2014).pereaksi FeCl3 5%.
d. Saponin
Saponin merupakan senyawa yang bersifat polar
sehingga dapat larut dalam pelarut seperti air dan saponin
juga bersifat non-polar karena memiliki gugus hidrofob yaitu
aglikon (sapogenin). Busa yang dihasilkan pada uji saponin
disebabkan karena adanya glikosida yang dapat membentuk
busa dalam air dan terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa
lainnya (Ningsih et al., 2016). Pereaksi air panas.
e. Tanin
Tanin merupakan salah satu senyawa yang termasuk
kedalam golongan polifenol,berasa pahit dan kelat. Sampel
dikatakan positif tanin jika terjadi perubahan warna menjadi
hijau kehitaman (Sangi et al., 2008). Pereaksi FeCl3 1%.
11. Uji sifat fisik
a. Organoleptik

Organoleptik adalah penilaian suatu mutu produk


berdasarkan panca indera manusia. Peniaian dengan panca
indera banyak dilakukan oleh para peneliti untuk menilai mutu
suatu produk terutama produk pertaniaan dan makanan.
Kriteria yang biasa digunakan untuk menilai suatu produk
yaitu dengan meliputi rasa, bau, warna dan tekstur.
(Khairunnissa, L. ,2016).

b. Daya sebar

Daya sebar adalah kemapuan suatu sediaan untuk


menyebar ditempat dimana sediaan itu diaplikasikan dan
salah satu karakteristik yang bertanggung jawab dalam
efektivitas sediaan. Persyaratan daya sebar krim yaitu 5 cm –
7 cm (Lumentut, 2018). Penentuan daya sebar dilakukan
dengan extensometer, yaitu dimana sampel diletakkan
dengan volume tertentu dipusat antara dua lempeng gelas,
dimana lempeng atasnya dibebani dengan anak timbangan
yang diletakkan diatasnya.( Ansel. C. Howard. ,2005)

c. pH
pH merupakan bagian penting yang ada di setiap sediaan
yang bertujuan untuk mengukur keasaman suatu sediaan.(
Thamrin, N. F. ,2012). Permukaan kulit memiliki pH pada
rentang 4,5 – 6,5 oleh karena itu pH sediaan yang akan dibuat
memiliki rentang tersebut. Pada rentang tersebut bahan aktif
lebih stabil dan dapat mengurangi bahan pengawet yang
digunakan (Mektildis, R. ,2018).
d. Viskositas
Viskositas adalah gesekan interval, gaya viskos melawan
gerakan sebagai fluida relatif terhadap yang lain. Viskositas
memiliki alat ukur yang disebut sebagai viskometer yang
berfungsi untuk mengukur koefisien zat. Persyaratan untuk
nilai viskositas krim adalah 2000 – 50000 cP.( Roosevelt,et.al
.,2018)
e. Daya Lekat Krim

Daya lekat krim diukur untuk mengetahui kualitas suatu


sediaan krim yang melekat pada kulit. Hal ini dilakukan karena
krim akan berhubungan dengan lamanya kontak krim dengan
kulit untuk mendapatkan efek terapi yang tercapai. Nilai yang
baik untuk daya lekat krim adalah 2 – 300 detik.( Ida, N., &
S.F, N. ,2012).

f. Homogenitas

Homogenitas dilakukan untuk melihat penyebaran zat


aktif pada suatu sediaan krim. Uji homogenitas dilakukan
dengan cara mengamati warna sediaan secara visual dan
memperhatikan apakah ada bagian-bagian yang tidak
tercampur dengan baik di dalam suatu sediaan krim. Krim
dinyatakan homogen jika terdapat persamaan warna yang
merata secara keseluruhan dan tidak ada partikel di dalam
krim.( Ida, N., & S.F, N. ,2012)

B. Kerangka teori

Keong sawah
Ethical clearance (Pila Ampullacea)

sortasi

Daging Cangkang
keong sawah keong sawah
Isolasi Pembuatan
sentrifugasi tepung
cangkang
keong sawah
Screening Lendir keong
fitokimia sawah

Formulasi sediaan
body cream scrub

Formulasi 1 Formulasi 2 Formulasi 3

Lendir keong sawah (Pila Lendir keong sawah (Pila Lendir keong sawah (Pila
Ampullacea) dan tepung Ampullacea) dan tepung Ampullacea) dan tepung
cangkang keong sawah cangkang keong sawah cangkang keong sawah
(Pila Ampullacea) (Pila Ampullacea) (Pila Ampullacea)
konsentrasi 5% konsentrasi 10% konsentrasi 15%

Uji karakteristik fisik Body Cream Scrub Uji iritasi

C. Hipotesis
Berdasarkan kerangkaAnalisis hasil
pemikiran penelitian merumuskan
hipotesis untuk penelitian ini yaitu :

Hipotsis Kerja (Ha) : Sediaan body cream scrub ekstrak keong


sawah (pila ampullacea) dan scrub dari cangkangnya memenuhi
kriteria sifat fisik dan uji iritasi yang baik.

Hipotesis Nol (Ho) : Sediaan body cream scrub ekstrak keong


sawah (pila ampullacea) dan scrub dari cangkangnya tidak
memenuhi kriteria sifat fisik dan uji iritasi yang baik.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian
eksperimental laboratorium. Metode eksperimen merupakan
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap sesuatu dalam kondisi yang terkendalikan,
penelitian bersifat kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh konsentrasi ekstrak 5%, F2 dengan konsentrasi 10%,
F3 konsentrasi 15% pada formulasi dan stabilitas fisik ekstrak
keong sawah (Pila ampullacea) dengan scrub tepung
cangkangya pada sediaan Body cream scrub.

B. Desain Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah post test control design ,
penelitian ini bersifat kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui
stabilitas fisik pada sediaan Body Cream Scrub dengan variasi
konsentrasi 5%, 10% dan 15%.
a. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dapat dilihat dari dua sisi yaitu peran
sifat. Dilihat dari segi perannya variabel penelitian ini
menggunakan 2 variabel yaitu:
1. Variabel independen (Bebas) adalah variabel yang
mempengaruhi atau menentukan variabel terikat. Dalam
penelitian ini variabel bebasnya adalah Konsentrasi
ekstrak keong sawah(Pila ampullaceal) pada Formulasi
Sediaan Body cream scrub yaitu 5%, 10%, dan 15%.
2. Variabel dependen (Terikat) adalah variabel yang
dipengaruhi. Dalam penelitian ini variabel terikatnya
adalah Uji Karakteristik Fisikokimia yang meliputi uji
organoleptik, uji pH , uji homogenitas, uji viskositas, uji
daya lekat, dan uji iritasi
b. Kerangka konsep penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian


visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap
konsep yang lainya,atau antara variable yang satu dengan
variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti

Variable bebas variable terikat

Formula sediaan body cream Uji karakteristik fisikokimia


scrub ekstrak keong sawah sediaan body cream scrub
(Pila ampullaceal) dengan ekstrak keong sawah (Pila
scrub yang terbuat dari ampullaceal) dengan scrub
cangkangnya. yang terbuat dari cangkangnya.
a.

Gambar 3.1 kerangka konsep

1. Definisi Konseptual dan Operasional


Berjuan untuk menghindari salah penafsiran atas
variabel yang akan diteliti pada penelitian ini, maka penulis
mencantumkan definisi operasional variable penelitian
dan juga skala pengukuran dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian Operasional
Variabel
bebas
Konsentrasi Ekstrak Timbangan Perbandingan Rasio
ekstrak keong analitik, konsentrasi
keong sawah(Pila gelas ukur Ekstrak
sawah(Pila ampullaceal) keong
ampullaceal) 5% sawah(Pila
Ekstrak ampullaceal)
keong sebagai
sawah(Pila bahan aktif
ampullaceal)
10%
Ekstrak
keong
sawah(Pila
ampullaceal)
15%
Variabel
Terikat
Pengujian Menunjukan Visual Sediaan tidak Ordinal
Organoleptis tampilan fisik (dengan mengalami
sediaan pancaindra) perubahan
Body cream bentuk,
scrub yang warna dan
meliputi tidak berubah
bentuk, bau
warna dan
bau pada
sediaan
Body cream
scrub
Pengujian Menunjukan Visual Memenuhi Ordinal
Homogenitas Body cream (dengan syarat apabila
scrub yang pancaindra) Body cream
sudah dan Objek scrub merata
tercampur Glass dan tidak ada
merata butiran-
butiran yang
belum
homogen
Pengujian Untuk pH pH sediaan Rasio
Ph menunjukkan Universal yang
derajat memenuhi
keasaman persyaratan
dari sediaan pH kulit yaitu
Body cream 4,5-6,5
scrub
Pengujian Bertujuan Alat uji daya Daya sebar Rasio
Daya Sebar untuk sebar yang baik
menjamin pada sediaan
kemeratan Body cream
Body cream scrub antara
scrub saat 5-7 cm
diaplikasikan
diatas
permukaan
kulit
Pengujian Bertujuan Visual Tidak terjadi Ordinal
Stabilitas untuk melihat (pancaindra) pemisahan
fisik stabilitas fisik dua fase
pada
sediaan
Body cream
scrub

c. Detail Proses Penelitian


1. Ethical clearance
Ethical clearance ekstrak dan uji iritasi dilaksanakan di
laboratorium biologi fakultas MIPA, Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta.
2. Pengambilan sampel
Pengambilan sample keong sawah dilakukan didesa
Klaling kecamatan Jekulo kabupaten Kudus Jawa tengah.
3. Preparasi sampel
Keong sawah yang diambil dari area persawahan
didesa klaling kecamatan jekulo kabupaten kudus dengan
ukuran sedang hingga besar ,keong sawah dicuci
menggunakan air mengalir kemudian dibersihkan dengan
menyikat bagian luar keong sawah setelah itu dimasukan
kedalam wadah berisi air bersih dengan tujuan
membersihkan sampel dengan meminimalisir
pembuangan lerdir yang berlebih dengan menaruh keong
sawah kedalam wadah berisi air bersih selama 24 jam
diharapkan keong sawah dapat memproduksi lendir
dengan minim kontaminasi,setelah itu dilakukan
pembuatan ekstrak dan tepung cangkang dari keong
sawah (Pila ampullacea)
a. Ekstrak daging keong sawah (Pila ampullaceal)
Keong sawah yang digunakan setelah proses
pemisahan dengan cangkangnya kemudian dihaluskan
dengan menggunakan blender berkecepatan tinggi,
sampel yang telah halus dicampur dengan larutan buffer
fosfat pH 7, buffer fosfat digunakan untuk melarutkan dan
menjaga kestabilan pH sampel daging keong sawah (pila
ampulacea) . penggunaan buffer fosfat dengan pH dan
volume tertentu, menurut Michael (2011) berfungsi untuk
menstabilkan larutan garam dengan cara
menyeimbangkan pH dan tekanan osmotic agar struktur
sel tetap terjaga. Umtuk memelihara fungsi normal dari
organel sel, pH dari buffer fosfat pH 7 ini juga didasarkan
kondisi fisik lingkungan perairan laut yang memiliki range
antara 7-8,5, karena menurut inhiarto(2011) protein
sangat tidak stabil Ketika berada diluar sel. .
b. Tepung cangkang keong sawah (Pila ampullaceal)
Cangkang yang sudah dipisahkan dari dagingnya
dibersihkan lagi dari kotoran yang menempel dengan
menggunakan sikat kemudian dilakukan perebusan
selama 1 jam dengan air mendidih kemudian dioven pada
suhu 105C selama 30 menit untuk selanjutnya diblender
sehingga dihasilkan serbuk halus yang kemudian diayak
menggunakan ayakan 120 mesh sehingga didapat serbuk
tepung cangkang dari keong sawah.
4. Prosedur ekstraksi sentrifugasi
Proses Ekstraksi Sentrifugasi dilakukan untuk
memisahkan fraksi lendir dan daging Pila Ampullacea,
proses isolasi sentrifugasi menurut Ihtiarto (2011)
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Menyiapkan sample keong sawah (Pila Ampullacea)


yang akan di sentrifugasi
2. Melakukan sentrifugasi pada sample (Pila
Ampullacea) dengan kecepatan 18000 g selama 30
menit dan memisahkan hasil sentrifugasi berupa
larutan buffer, fraksi lendir dan daging keong sawah
(Pila Ampullacea).
3. Melakukan penyimpanan lendir yang sudah terpisah
dan siap digunakan.
5. Uji fitokimia
a. Alkaloid
Sebanyak 40 mg ekstrak ditambahkan 2 mL
kloroform dan 2 mL ammonia lalu disaring. Filtrat
ditambahkan 3 sampai 5 tetes H2SO4 pekat lalu
dikocok hingga terbentuk dua lapisan. Fraksi asam
diambil, kemudian ditambahkan pereaksi Mayer dan
Dragendorff masing-masing 4-5 tetes. Apabila
terbentuk endapan menunjukkan bahwa sampel
tersebut mengandung alkaloid, dengan pereaksi
Mayer memberikan endapan berwarna putih, dan
pereaksi Dragendorff memberikan endapan berwarna
kuning-merah (Wijaya ,2014)
b. Flavonoid
1 ml ekstrak kental dimasukkan kedalam tabung
reaksi, tambahkan 2 tetes HCl pekat lalu kocok kuat.
Selanjutnya tambahkan 0,5 gram serbuk magnesium
(Mg) dan kocok kuat. Adanya senyawa flavonoid
dtandai dengan adanya larutan berubah warna
menjadi jingga, merah, orange atau kuning (Wijaya,
2014).
c. Fenol
Fenol merupakan zat kristal yang tidak
berwarna dan memiliki bau khas, rumus molekul dari
fenol adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus
hidroksil yang berikatan dengan cincin fenil. Hasil
positif mengandung fenol ditandai dengan terjadinya
perubahan warna menjadi perubahan warna hijau,
ungu, biru dan hitam. Hal ini terjadi karena adanya
reaksi antara fenol dengan FeCl3 yang membentuk
senyawa kompleks (Azizah et al., 2014).pereaksi
FeCl3 5% (Wijaya, 2014).
d. Saponin
1 ml ekstrak kental dimasukkan kedalam tabung
reaksi dan ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan dan
kocok kuat. Amati terbentuknya busa setinggi 1-2 cm
dan busa tetap stabil ketika ditetesi larutan HCl (Illing
dkk, 2017).

e. Tanin
Sebanyak 1 gr ekstrak tangkai daun Talas
ditambahkan dengan air panas, kemudian di tetesi
menggunakan besi (III) klorida, keberadaan tanin
dalam sampel di tandai dengan timbulnya warna hijau
kehitaman(Wijaya, 2014).
6. Rancangan formulasi Body Cream Scrub
Tabel 3.2 formulasi
Bahan Konsentrasi %(b/v)
F1 F2 F3
Ekstrak keong 5 10 15
sawah(Pila
ampullaceal)
Tepung 5 10 15
cangkang keong
sawah(Pila
ampullaceal)
Setil alcohol 1 1 1
Propilen glikol 5 5 5
Trietnolamin 2 2 2
Asam stearate 15 15 15
Metil paraben 0,3 0,3 0,3
Propil paraben 0,1 0,1 0,1
Parfum 3 3 3
Aquadest Ad 100 Ad 100 Ad 100

a. Ditimbang semua bahan yang diperlukan.


b. Pisahkan bahan menjadi dua kelompok yaitu fase
minyak dan fase air.
c. Fase minyak terdiri dari asam stearat dan setil alkohol,
dilebur di atas penangas air dengan suhu 70°C,
kemudian ditambahkan propil paraben (massa I).
d. Fase air yang terdiri dari propilen glikol, trietanolamin
dan metil paraben dilarutkan di dalam air panas
dengan suhu 70°C (massa II).
e. Masukkan massa I ke dalam mortir panas, lalu
masukkan massa II sedikit demi sedikit digerus
konstan sampai terbentuk massa krim.
f. Setelah terbentuk massa krim, dicampurkan dengan
lendir dan tepung cangkang keong sawah (Pila
Ampullacea) sesuai konsentrasi sedikit demi sedikit,
digerus sampai terbentuk krim yang homogen.
g. Ditambahkan 3 tetes parfum, dihomogenkan sampai
terbentuk basis krim.
h. Dimasukan kedalam pot 100ml,ditutup rapat

7. Uji sifat fisik Body Cream Scrub


a. Organoleptik

Organoleptik adalah penilaian suatu mutu


produk berdasarkan panca indera manusia. Peniaian
dengan panca indera banyak dilakukan oleh para
peneliti untuk menilai mutu suatu produk terutama
produk pertaniaan dan makanan. Kriteria yang biasa
digunakan untuk menilai suatu produk yaitu dengan
meliputi rasa, bau, warna dan tekstur. (Khairunnissa,
L. ,2016).

b. Daya sebar

Daya sebar adalah kemapuan suatu sediaan


untuk menyebar ditempat dimana sediaan itu
diaplikasikan dan salah satu karakteristik yang
bertanggung jawab dalam efektivitas sediaan.
Persyaratan daya sebar krim yaitu 5 cm – 7 cm
(Lumentut, 2018). Penentuan daya sebar dilakukan
dengan extensometer, yaitu dimana sampel diletakkan
dengan volume tertentu dipusat antara dua lempeng
gelas, dimana lempeng atasnya dibebani dengan anak
timbangan yang diletakkan diatasnya.( Ansel. C.
Howard. ,2005)

c. viskositas
Viskositas adalah gesekan interval, gaya viskos
melawan gerakan sebagai fluida relatif terhadap yang
lain. Viskositas memiliki alat ukur yang disebut sebagai
viskometer yang berfungsi untuk mengukur koefisien
zat. Persyaratan untuk nilai viskositas krim adalah
2000 – 50000 cP.( Roosevelt,et.al .,2018)
d. Daya Lekat Krim

Daya lekat krim diukur untuk mengetahui


kualitas suatu sediaan krim yang melekat pada kulit.
Hal ini dilakukan karena krim akan berhubungan
dengan lamanya kontak krim dengan kulit untuk
mendapatkan efek terapi yang tercapai. Nilai yang baik
untuk daya lekat krim adalah 2 – 300 detik.( Ida, N., &
S.F, N. ,2012).

e. Homogenitas

Homogenitas dilakukan untuk melihat


penyebaran zat aktif pada suatu sediaan krim. Uji
homogenitas dilakukan dengan cara mengamati warna
sediaan secara visual dan memperhatikan apakah ada
bagian-bagian yang tidak tercampur dengan baik di
dalam suatu sediaan krim. Krim dinyatakan homogen
jika terdapat persamaan warna yang merata secara
keseluruhan dan tidak ada partikel di dalam krim.( Ida,
N., & S.F, N. ,2012).

f. Uji stabilitas fisik


Masing-masing formula krim dimasukkan ke
dalam pot plastik, disimpan pada suhu kamar dan
diukur parameter-parameter kestabilan seperti bau,
warna, dan terpisahnya emulsi selama penyimpanan
12 minggu dengan interval pengamatan pada saat
sediaan selesai dibuat, penyimpanan 0 (selesai
dibuat), 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 minggu (National Health
Surveillance Agency, 2005).
g. Analisis pH
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan
menggunakan alat pH meter. Cara: alat terlebih dahulu
dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapat
standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam
(pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut.
Kemudian elektroda dicucu dengan air suling, lalu
dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam
masing-masing konsentrasi yaitu ditimbang 0,25 gram
sediaan dan dilarutkan hingga 25 ml air suling.
Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan
tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH
sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter
merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).
h. Uji Iritasi Kulit

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan dengan


tujuan untuk mengetahui sifat iritatif sediaan. Sediaan
yang dipilih untuk uji iritasi ini adalah sediaan dengan
konsentrasi tertinggi yaitu konsentrasi 20%.Teknik
yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji pakai
(usage test). Uji iritasi ini dilakukan pada 15 orang
sukarelawan. Caranya, krim dengan konsentrasi
tertinggi yaitu 20% dioleskan di bagian kulit belakang
telinga atau pada bagian bawah lengan sukarelawan
kemudian dibiarkan 24 jam. Setelah 24 jam dihitung
dari pengolesan pertama, diamati reaksi yang terjadi.
Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan,
gatal-gatal, atau bengkak pada kulit belakang telinga
atau bagian bawah lengan yang di beri perlakuan
(Wasitaatmadja, 1997).

C. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini
adalah keong sawah (Pila ampulacea) yang didapat dari
persawahan di Desa Klaling, Kudus.
2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin
diteliti oleh peneliti yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut (Pradana, 2016)Sample
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel pada penelitian ini adalah keong
sawah (Pila ampullaceal) yang diambil dari persawahan di
desa Klaling,Kudus.
3. Detail Teknik pemilihan Sampel

Sample yang digunakan pada penelitian ini adalah 2 kg


Keong sawah yang diambil dari area persawahan didesa
Klaling kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Jawa tengah.

Kriteria Inklusi sampel: Keong sawah yang masih hidup


dengan ukuran sedang hingga besar.

Pengambilan sample pada penelitian ini menggunakan


tekhnik Purposive sampling. Purposive sampling merupakan
Teknik pengambilan sample yang dilakukan atas dasar
pertimbangan peneliti semata yang menganggap bahwa
unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota
sample yang diambil (Surahman 2016).

4. Tempat Penelitian
a. Pembuatan dan penelitian uji fisikokimia, uji karakteristik
sediaan body cream scrub ekstrak keong sawah (Pila
Ampullacea) ini akan dilaksanakan di Laboratorium
Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Kudus.
b. Penelitian Ethical clearance sediaan body cream scrub
ekstrak keong sawah (Pila Ampullacea) ini akan dilakukan
di Laboratorium farmasaetika Universitas Ahmad Dahlan.
5. Waktu penelitian
Penelitian formulasi dan uji karakteristik fisikokimia
ekstrak keong sawah (Pila Ampullacea) dengan scrub tepung
cangkangnya dalam sediaan body cream scrub ini akan
dilaksanakan pada November 2022 – September 2022.

D. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dari penelitian ini menggunakan
metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah
pendekatan penelitian yang mewakili paham positifisme,
positifisme memiliki arti yaitu keberadaan sesuatu merupakan
besaran yang dapat diukur. Pada penellitian ini, bertujuan untuk
mengetahui formulasi dan uji karakteristik fisikokimia Body
Cream Scrub ekstrak keong sawah (Pila ampullaceal) dengan
scrub tepung cangkangnya maka dapat dilihat dari perbandingan
konsentrasi ekstrak yaitu pada konsentrasi 5%, 10%, 15% untuk
melihat stabilitas fisik dari sediaan Body cream scrub.

E. Intrumen penelitian
Instrument penelitian dan cara penilaian data penelitian pada
penelitian ini adalah:

a. Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat
gelas, blender ,penangas air, kain kasa, alumunium foil,
oven, cawan porselin, labu ukur, gelas ukur, pipet tetes, pot
krim 100 gram, pH universal,sendok tanduk,obyek
glass,deglass,alat uji daya lekat,alat uji daya sebar,
viscometer, ayakan 120 mesh ,mortir ,stamper ,timbangan
analitik, corong kaca, erlemeyer.
b. Bahan penelitian
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah
ekstrak daging dan tepung cangkang keong sawah (Pila
ampullaceal), etil asetat, asam stearate, gliserin,metil
paraben, propil paraben, propilen glikol,TEA, setil alkohol,
aquades.
F. Tekhnik analisis data
Teknik analisis data dilakukan dengan cara hasil penelitian
yang diperoleh uji organoleptis, uji daya sebar, uji daya lekat, uji
viskositas, uji homogenitas, uji ph, uji dan uji iritasi dari tiga
formulasi Body Cream Scrub dengan variasi konsentrasi ekstrak
keong sawah dan scrub tepung cangkangya dianalisis dengan
cara deskriptif analitik dan ragram SPSS dengan
membandingkan sifat fisik yang baik dan masing masing sediaan
Body Ceam Scrub.

Persyaratan dalam menggunakan uji ANOVA adalah sebagai


berikut (Sudibyo dkk, 2014) :

1. Variabel dependen dapar bersifat kontinyu (continuous),


artinya bisa berupa data interval atau ratio
2. Variabel independen bersifat kategorial, yaitu terdiri dari dua
kelompok atau lebih.
3. Kasus/individu/sampel yang dianalisis memiliki nilai baik
pada variabel dependen maupun independent
4. Sampel/kelompok bersifat independent
5. Distribusi data untuk tiap kelompok (tiap level dari faktor)
mendekati normal. Bila distribusi data tidak normal,
khususnya yang memiliki kecondongan yang berat (heavily
skewed) atau ekor yang panjang, maka akan mengurangi
kekuatan uji ini. Dengan sampel yang moderat atau besar
pelanggaran normalitas alan menghasilkan nilai ρ yang tidak
begitu akurat
6. Varians harus homogen. Artinya varians kira-kira sama antar
kelompok. Bila asumsi ini dilanggar dan ukuran sampel
berbeda- beda antar kelompok, nilai ρ untuk uji F menjadi
tidak dapat dipercaya
7. Tidak ada nilai ekstrim (outliers)
8. Apabila asumsi normalitas varians atau nilai ekstrim yang
melandasi Uji Anova tidak dipenuhi maka dapat
menggunakan uji nonparametrik Kruskal-Wallis

G. Kode Etik
Klirens etik penelitian adalah instrumen untuk mengukur
keberterimaan secara etik dalam proses peneliian (LIPI, 2019).
Berikut adalah Prinsip umum etik penelitian yang tertulis dalam
pedoman standar etik penelitian dan pengebangan nasional,
kosmetik penelitian dan pegembangan Kesehatan nasional
kementrian Kesehatan republic Indonesia(2017):

1. Prinsip menghormati harkat martabat manusia (respect for


persons)

Prinsip respect for persons adalah penghormatan dari


otonomi seseorang yang mempunyai kebebasan untuk
memutuskan sendiri apa yang akan menjadi keputusannya
dalam penelitian, apakah ia akan mengikuti atau tidak
mengikuti penelitian dan juga ataukah mau meneruskan
keikutsertaan atau berhenti dalam tahap penelitian.

2. Prinsip berbuat baik (beneficence)


Prinsip beneficence ialah prinsip untuk menambah nilai
kesejahteraan pada manusia, tanpa mencelakainya. Prinsip
ini berkaitan dengan kewajiban untuk menolong orang lain,
yang dilaksanakan dengan mengusahakan memberikan
khasiat yang optimal dengan kerugian minimum. Ketentuan
dari prinsip ini adalah:
a. Risiko studi haruslah wajar, dibanding dengan khasiat yang
diharapkan
b. Desain pada riset wajib memenuhi dari persyaratan ilmiah
c. Para periset dapat melakukan riset dan dapat pula
melindungi kesejahteraan subjek penelitian
3. Prinsip tidak merugikan (non-maleficence)
menjelaskan apabila seseorang tidak bisa
melaksanakan hal yang berguna, maka hendaknya janganlah
membebani orang lain. Prinsip ini bertujuan supaya
responden tidak hanya diperlakukan sebagai fasilitas dan
sarana, namun juga harus diberikan perlindungan dari adanya
tindakan penyalahgunaan apa pun.

4. Prinsip keadilan (justice)

Prinsip ini menetapkan kewajiban agar


memperlakukan seseorang secara benar dan layak dalam
memperoleh haknya dan tidak membebani dengan perihal
yang bukan tanggung jawab dan kewajibannya. Prinsip ini
menyangkut keadilan yang menyeluruh (distributive justice)
yang mensyaratkan pembagian sepadan atau seimbang
(equitable), dalam perihal beban serta khasiat yang diperoleh
oleh subjek atau responden dari keterlibatannya dalam riset.

H. Jadwal Penelitian

Bulan
No Kegiatan Juni Juli Agus Sep Okt Nov Des Jan Feb
2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2023 2023
1. Pengajuan
dan ACC
Judul
2. Studi
Pendahuluan
3. Konsu BAB I,
II, III
(Pengajuan
Proposal)
4. Ujian
Proposal
5. Pengumpulan
Proposal
6. Penelitian
7. Analisi dan
Pengolahan
Data
8. Konsul BAB
IV, V, VI
9. Ujian Skripsi
10. Pemberkasan
Skripsi

DAFTAR PUSTAKA

1. Nurhaeni,Anggraini Sambali,Pasjan Satrimafitrah,dan


Jusman.(2019). Penentuan suhu dan pH hidtolisis kitosan dari
cangkang keong sawah (Pila ampulacea) terhadap berat molekul
hidrosilatnya kovalen: Jurnal Riset Kimia, 5(1): 90-99, April 2019 e-
ISSN:2477-5398
2. Nasution, P., Sumiati, S., Wardhana, I W. 2013. Studi penurunan
TSS, Turbidity dan COD dengan menggunakan kitosan dari limbah
cangkang keong sawah (Pila ampullaceal) sebagai biokoagulan
dalam pengolahan limbah cair PT. Sido muncul TBK Semarang.
Jurnal Teknik Lingkungan 4(1): 1- 10.
3. Mursal, I. L. P., Fikayuniar, L., Gunarti, N. S., Sugiharta, S., & Empon,
R. (2021).Pengaruh waktu deastilatasi terhadap hasil preparasi dan
karakteristik kitosan dari limbah tulang sotong(Sepiella inermis).
Jurnal Buana Farma: Jurnal Ilmiah Farmasi, 1(3), 47-55.
4. Delvita, H., Djusmaini, D., & Ramli. Pengaruh Variasi Temperatur
Kalsinasi Terhadap Karakteristik Kalsium Karbonat (CaCO3) Dalam
Cangkang Keong Sawah (Pila ampullacea) Yang Terdapat Di
Kabupaten Pasaman. Pillar Of Physics , vol. 6, no. 2, pp. 17–24,
2015.
5. Nurjanah, 2009. Karakterisasi Lintah Laut (Discodoris Sp.) dari
Perairan Pantai Pulau Buton sebagai Antioksidan dan Antikolesterol.
[Disertasi]. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
6. Anand, P., C. Chellaram, S. Kumaran, C.F. Shanthini. 2010.
Biochemical Composition and Antioxidant Activity of Pleuroploca
trapezium Meat. J. Chem. Pharm. Res., 2(4):526-535.
7. Vorontsova, Y.A., N.I .Yurloya, S.N. Vodyanitskaya, dan V.V.
Glupov. 2010. Activity of Detoxifying and Antioxidant Enzymes in the
Pond Snail Lymnaea stagnalis (Gastropoda:Pulmonata) During
Invasion by Trematode Cercariae. J. Ev. Bioc. and Pys, 46(1):28-34.
8. Andayani, R., L. Yovita dan Maimunah. 2008. Penentuan Aktivitas
Antioksidan, Kadar Fenolat Total dan Likopen pada Buah Tomat
(Solanum lycopersicum I). J. Sains dan Teknologi Farmasi, 13(1):
31- 37.
9. Papellero, J. H., Rivas, A. M. J. A., Rosero, B. A. M. | F. L. U. E. | E.
V. A., & Bunawan National High School, Chair, Filipino Innovators,
Researchers and Educators Organization, Bunawan, Agusan Del
Sur, Caraga, Philippines. (2019). Biosorption Capability of Kambu-
Ay Pila ampullacea Shell as Accumulation Indicator for Local
Monitoring of Lead Pb and Mercury Hg Pollutions In Agusan Marsh.
International Journal of Trend in Scientific Research and
Development, Volume-3(Issue-2), 245–257.
10. Kuswanto, G.A. 2013. Pengaruh Pemberian Rebon Dan Keong
Sawah Sebagai Pakan Tambahan Pada Belut (Monopterus albus)
Dalam Media Air Bersih Terhadap Kandungan Protein Dan Berat
Tubuh. Semarang : IKIP PGRI Semarang Fakultas Pendidikan
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan
Biologi.
11. Komalamisra, C., Nuamtanong, S., & Dekumyoy, P. (2009). Pila
ampullacea and Pomacea canaliculata, as New Paratenic Hosts of
Gnathostoma spinigerum. SOUTHEAST ASIAN J TROP MED
PUBLIC HEALTH, 40(2), 243–246.
12. Setianti,Diah Risma Okta, Dwi,S.Selamet,Khusna.2021.Pengaruh
natrium karboksimetilselulosa terhadap sifat fisik sediaam pasta gigi
cangkang keomg sawah,Seminar Nasioonal Kesehatan,2021.
13. Sarwadi, S. 2014. Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta:
Dunia Cerdas.
14. Fauzi, A.R., dan Nurmalina, R. 2012. Merawat Kulit dan Wajah.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Halaman 129-130.
15. Muliyawan, D., dan Suriana, N. 2013. A-Z Tentang Kosmetik.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
16. Widodo, H. 2013. Ilmu Meracik Obat untuk Apoteker. Yogyakarta: D-
Medika. Hal. 167-172.
17. Putri Kg.2013. Formulasi Sediaan Losio Tangan Dan Badan
Menggunakan Sari Kentang (Solanum Tuberosum L.) Sebagai
Bahan Pelembab
18. Tranggono RI, Latifah F. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Vol. 6, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta;
2007
19. Lavi, Novita. 2012. Sunscreen for travellers. Denpasar: Department
Pharmacy Faculty of Medicine, University of Udayana.
20. Azhiman, I.F. 2015. Formulasi Body Scrub Ekstrak Apel Dengan
Konsentrasi Setil Alkohol Sebagai Stiffening Agent dan Uji
Kestabilan Fisiknya.Karya Tulis Imiah : Jurusan Farmasi Poltekkes
Kemenkes,Palembang.
21. Sari, Fety Puspita.2017. Formulasi Body Scrub Ekstrak Biji
Lengkeng (Dimocarpus Longan L. Dengan Variasi Konsentrasi
Tween 80-Span 80 Dan Uji Kestabilitas Fisiknya. Karya Tulis Ilmiah
: DIII Farmasi Politeknik Kesehatan Palembang.
22. Rowe, R.C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th
edition. London:The Pharmaceutical Press.
23. Raymond, Row C. Shekey Daul. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Exipient 6th.London: Pharmaextade Press.
24. Aldo, Alvin. 2015. Penetapan Kadar Benzaldehid pada Sampel
Parfum “X” dari 3 Toko Parfum di Wilayah Surabaya Selatan.
Surabaya.
25. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
26. Suryono, C., Ningrum, L., & Dewi, T. R. (2018). Uji Kesukaan dan
Organoleptik Terhadap 5 Kemasan Dan Produk Kepulauan Seribu
Secara Deskriptif. Jurnal Pariwisata, 5(2), 95–106.
27. Lumentut, N., Jaya, H., & Melindah, E. (2018). Formulasi dan Uji
Stabilitas Fisik Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulit Buah Pisang
Goroho ( Musa acuminafe L .) Konsentrasi 12 . 5 % Sebagai Tabir
Surya. 9(2), 42–46.
28. Khairunnissa, L. (2016). Formulasi Sediaan Krim Sari Buah Mangga
(Mangifera indica L.) sebagai Pelembab Kulit.
29. Ansel. C. Howard. 2005 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Jakarta
:Universitas Indonesia.
30. Thamrin, N. F. (2012). Formulasi Sediaan Krim dari Ekstrak Etanol
Kunyit (Curcuma domesticae. Val) dan Uji Efektivitas terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus [Skripsi]. NASPA Journal, 124.
31. Mektildis, R. (2018). Formulasi Krim Ekstrak Etanol Kulit Batang
Faloak (Sterculia Quadrifida R.Br). Farmasi Poltekkes Kemenkes
Kupang.
32. Roosevelt, A., Lau, S. H. A., Syawal, H., & Karsa. (2018).
FORMULASI DAN UJI STABILITAS KRIME KSTRAK METHANOL
DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DARI KOTA BENTENG
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI
SELATAN. Akademi Farmasi Sandi Karsa. Program Studi D-Iii
Farmasi Sandi Karsa Makassar., 5, 19–25.
33. Ida, N., & S.F, N. (2012). Uji Stabilitas Fisik Gel Lidah Buaya (Aloe
Vera). Majalah Farmasi Dan Farmakologi, 16(2), 79–84.

Anda mungkin juga menyukai