Anda di halaman 1dari 13

GANGGUAN PERNAFASAN

ASMA
TRI WIDAYATI – 52019050001 – 2A FARMASI
EPIDEMIOLOGI

Di amerika, 14 sampai 15 juta orang mengidap asma, dan kurang


lebih 4,5 juta di antaranya adalah anak-anak.

Di Indonesia?
Merupakan salah satu penyakit utama yang menyebabkan pasien
memerlukan perawatan. Baik dirumah sakit maupun di rumah.

Setengah dari semua kasus asma berkembang sejak masa


kanak-kanak, sedangkan sepertiganya pada masa dewasa
sebelum umur 40 tahun.

Dapat dimulai pada segala usia, mempengaruhi pria dan wanita


tanpa kecuali, dan bisa terjadi pada setiap orang pada segala
etnis.
ASMA

PowerPoint
Asma adalah gangguan inflamasi pada jalan
Presentation

napas. Pasien mengalami episode batuk, mengi,


dada terasa sesak, dan dispnea yang sering
memburuk pada malam atau pagi hari.
FAKTOR PEMICU ASMA

01 ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA adalah infeksi di
saluran pernapasan, yang menimbulkan gejala batuk, pilek,
disertai dengan demam.

02 Allergen
Allergen adalah obat yang digunakan untuk mengobati pilek,
bersin-bersin, mata berair, gatal pada mata, hidung, tenggorokan
atau kulit, yang disebabkan oleh reaksi alergi dan influenza.

03 Obat-obatan
Obat pereda nyeri anti-inflamasi nonsteroid (aspirin, naproxen, dan
ibuprofen) dan obat penghambat beta (biasanya diberikan pada penderita
gangguan jantung atau hipertensi).

04 Paparan Zat Udara


Asap kimia, asap rokok, dan polusi udara.
GEJALA DAN TANDA
01 Mengi pada saat menghirup nafas

02 Dada sesak yang terjadi berulang dan nafas tersengal-


sengal

03 Riwayat batuk yang memburuk pada malam hari

04 Hambatan pernafasan yang reversibel


secara bervariasi pada siang hari
PATOFISIOLOGI
 Asma diawali ketika ada suatu alergen seperti HDM
yangmerangsang pelepasan mediator inflamasi yang
kemudianmengaktifkan sel imun di sel target di saluran nafas,
yangkemudian menimbulkan bermacam-macam efek seperti
bronkokontriksi, hipersekresi mukus, dan stimulasi refleks saraf.
Pada asma terjadi mekanisme hiperreponsif bronkus daninflamasi,
kerusakan sel epitel, kebocoran mikrovaskuler dankerusakan
saraf.

Hiperresponsif bronkus merupakan respon bronkus yang


berlebihan berupa penyempitan bronkus akibat suatu
rangsangan. Limfosit t memiliki peran penting dalam
patogenesisasma, karena adanya suatu alergen akan melalui
dendritkemudian dipresentasikan ke sel T berikatan dengan
reseptor selT (TCR) CD4 dan CD8 yang kemudian melepaskan
mediator 
inflamasi seperti IL-2, IL-3, IL-4, IL-13, TNF- α, dan TGF-β
MANIFESTASI KLINIK

01 ASMA KRONIK 02 ASMA PARAH AKUT


  Asma kronik ditandai dengan episode dispenia yang   Asma yang tidak terkontrol dapat berlanjut menjadi
disertaidengan bengek, tetapi gambaran klinik asma keadaan akut ketika inflamasi, edema saluran udara,
beragam. Pasiendapat mengeluarkan sempit dada, batuk akumulasi mukusberlebihan, dan bronkospasmus parah
(terutama pada malam hari), atau bunyi saat bernafas. Hal menyebabkanpenyempitan saluran udara yang serius yang
ini sering terjadi saat latihan fisik tetapi dapat terjadi secara tidak responsif terhadap terapi bronkhodilator biasa.
spontan atauberhubungan dengan alergen tertentu.
  Pasien mungkin mengalami kecemasan dan
  Tanda-tandanya termasuk bunyi saat ekspirasi dengan mengeluhkandispnea parah, nafas pendek, sesak dada,
pemeriksaan auskulasi, batuk kering yang berulang, atau atau rasa terbakar.Mereka mungkin hanya dapat
tanda atopi. mengatakan beberapa katadalam satu nafas. Gejala tidak
responsif terhadap penangananyang biasa.
  Asma dapat bervariasi dari gejala harian kronik sampai
gejalayang berselang. Terdapat keparahan dan remisi   Tanda termasuk bunyi yang terdengar dengan auskultasi
berulang, daninterval antar gejala dapat mingguan, saatinspirasi san ekspirasi, batuk kering yang berulang,
bulanan, atau tahunan. takhipnea,kulit pucat atau kebiruan dan dada yang
mengembang disertaidengan retraksi interkostal dan
  Keparahan ditentukan oleh fungsi paru-paru dan gejala supraklavilar. Bunyi nafas dapat hilang bila obstruksi sangat
sebelum terapi disamping jumlah obat yang diperlukan parah.
untukmengontrol gejala
TERAPI

Tujuan Tujuan Tujuan


Menjaga fungsi paru Megurangi beta Menjaga aktivitas
agonis aksi pendek tingkat normal

Tujuan Tujuan Tujuan


Mencegah timbulnya Mencegah Mencegah
gejala yang kronis dan progestivitas kekambuhan
mengganggu seperti berkurangnya fungsi
batu dan sesak nafas paru
STRATEGI TERAPI
TERAPI NON
FARMAKOLOGI
Edukasi Pasien
Edukasi pasien dan keluarga, untuk menjadi
mitra dokter dalam penatalaksanaan asma.

Pengukuran Peak Flow Meter


.
TERAPI FARMAKOLOGI
Perlu dilakukan pada pasien dengan asma sedang sampai berat.

Komunikasi yang Baik Terapi Jangka Panjang


Kunci kepatuhan pasien. Untuk mengendalikan keparahan gejala
asma, dan mencegahnya kambuh
secara berkelanjutan serta komplikasi
asma. Terapi jangka panjang biasanya
melibatkan penggunaan obat hirup
(inhaler asma atau nebulizer).

Terapi Jangka Pendek


Untuk segera meredakan serangan
asma akut saat kejadian. Obat ini juga
bisa digunakan sebagai pilihan
pertolongan pertama untuk serangan
asma mendadak.
TERAPI NON
FARMAKOLOGI
 Pendidikan pasien adalah wajib untuk meningkatkan
kepatuhanpengobatan, manajemen diri keterampilan,
dan penggunaanlayanan kesehatan

 Pengukuran obyektif aliran udara obyektif dengan


pengukur aliran puncak rumah mungkin tidak
meningkatkan hasil pasien.NAEPP menganjurkan
pemantauan DTP hanya untuk pasiendengan asma
persisten berat yang mengalami
kesulitanmempersepsikan obstruksi jalan napas.

  Menghindari pemicu alergi yang diketahui dapat


memperbaikigejala, mengurangi pengobatan
gunakan, dan kurangi BHR.Pemicu lingkungan
(misalnya, hewan) harus dihindari di pasienyang
sensitif, dan perokok harus didorong untuk berhenti.

  Pasien dengan asma berat akut harus menerima


oksigen untukmempertahankan PaO2 lebih besar dari
90% (> 95% pada kehamilan dan penyakit jantung).
Dehidrasi harus diperbaiki; berat jenis urin dapat
membantu mengarahkan terapi padaanak-anak
ketika penilaian status hidrasi sulit dilakukan.
TERAPI
FARMAKOLOGI
 Metilxantin
 Teofilin tampaknya menghasilkan bronkodilatasi
melaluifosfodiesterase nonselektif inhibisi.
Methylxanthine tidakefektif oleh aerosol dan harus
dikonsumsi sistemik (secaraoral atau IV). Teofilin
lepas lambat lebih disukai untuk pemberian oral,
sedangkan bentuk kompleknya dengan
ethylenediamine (aminofilin) lebih disukai sediaan
parenteralkarena meningkatkan kelarutannya.

 Anti kolinergik
Ipratropium bromida dan tiotropium bromida
merupakan inhibitor kompetitif reseptor muskarinik.
Zat ini menghasilkanbronkodilatasi hanya pada
bronkokontriksi yang dimediasikolinergik.
Antikolinergik merupakan bronkodilator efektif
tetapitidak sekuat agonis β
STUDI KASUS
Ny.Rischa berusia 27 tahun mengeluh sesak ± 4 jam sebelum masuk rumah sakit
(SMRS).

PEMERIKSAAN LABORATORIUM Terapi umum :


DARAH
 Hb: 12,9 gr/dL  02 3 lpm NK
 Eritrosit: 4,2 juta/mm
 Leukosit: 12.600/mm  Inhalasi salbutamol /20 menit (3x dalam 1
 Hitung jenis sel: eosinofil 4 % jam)

DIAGNOSA : Asma Akut Sedang  Metilprednisolon 62,5 mg iv


PROGNOSA
 Quo ad vitam: ad bonam  Evaluasi dalam 1 jam
 Quo ad functionam: dubia ad bonam
 Keluhan sesak berkurang namun
wheezing masih ada,

 RR 24x/mnt, N 105x/menitn Rh+/+, Wh +/


+

 R/rujuk RS
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai