Anda di halaman 1dari 57

RENCANA PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN :FORMULASI, KARAKTERISASI DAN


TINGKAT PENENRIMAAN MASYARAKAT
TERHADAP GRANUL NUTRACEUTICAL
ANGGUR LAUT (Caulerpa lentilifera.)
NAMA MAHASISWA : Nur Wisdayanti Laadiy
NIM : 70100120003
PEMBIMBING 1 : Dr. apt. Isriany Ismail, S.Si., M.Si.
PEMBIMBING 2 : Dr. apt. Mukhriani, S. Si., M. Si.
PENGUJI KOMPETENSI : apt. Muh.Rusdi, S. Si., M. Si.
PENGUJI AGAMA : Dr. Asrul Muslim, S.Ag., M.Pd

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki luas wilayah sebagian


besar merupakan wilayah perairan. Berdasarkan data dari Badan Informasi
Geospasial, Tiga per-empat wilayah Indonesia merupakan laut seluas 5,9 juta
km2 , dengan panjang garis pantainya yaitu 95.161 km, yang merupakan garis
pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada (Hasanah, 2020).
Didalamnya terdapat 27,2% dari seluruh spesies flora dan fauna di dunia,
kekayaan biodiversitas laut yang sangat melimpah, terutama dalam sumber
hayati seperti ikan, terumbu karang, dan berbagai jenis rumput laut (Lestari,
2013). Rumput laut atau lebih dikenal dengan sebutan seaweed merupakan
salah satu sumber daya hayati yang sangat melimpah di perairan Indonesia
yaitu sekitar 8,6% dari total biota di laut (Antara et al., 2022). Luas wilayah

1
2

yang menjadi habitat rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektar atau
terbesar di dunia (Suparmi, 2013). Potensi rumput laut perlu terus digali,
mengingat tingginya keanekaragaman rumput laut di perairan Indonesia.
Merujuk data yang dirilis oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO)
pada 2019 melaporkan bahwa Indonesia memiliki kurang lebih 555 jenis dari
8.642 spesies rumput laut yang terdapat di dunia. Dengan kata lain, perairan
Indonesia sebagai wilayah tropis memiliki sumber daya plasma nutfah rumput
laut sebesar 6,42% dari total biodiversitas rumput laut dunia (Kurniaty et al.,
2019). Secara global terdapat 8000 jenis rumput laut, dan dibedakan menjadi
4 kelas berdasarkan kandungan pigmen yaitu rumput laut merah
(Rhodophyta), rumput laut hijau (Chlorophyta), rumput laut coklat
kekuningan (Chrysophyta) dan rumput laut coklat (Phaeophyta) (Safitri et al.,
2023). Dibalik peran ekologis dan biologisnya dalam menjaga kestabilan
ekosistem laut serta sebagai tempat hidup sekaligus perlindungan bagi biota

lain, golongan makroalga ini memiliki potensi ekonomis yaitu sebagai bahan
baku dalam industri dan kesehatan. Pemanfaatan rumput laut secara

ekonomis sudah dilakukan oleh beberapa negara sebagai bahan obat-obatan,


makanan tambahan, kosmetika, pakan ternak, dan pupuk organik. Rumput
laut telah dimanfaatkan sebagai makanan sehari-hari bagi penduduk Jepang,
Cina dan Korea, dan bahkan pada tahun 2005 nilai konsumsi rumput laut
mencapai dua milyar US$ (Bloom & Reenen, 2013). Ironisnya, di Indonesia,
rumput laut hanya dibiarkan sebagai sampah lautan, mengapung, hanyut
terbawa arus, ataupun terdampar di pinggir pantai (Suparmi, 2013).
Pemanfaatan rumput laut di Indonesia sampai saat ini terbatas sebagai bahan
makanan bagi penduduk yang tinggal di daerah pesisir dan belum banyak
3

kalangan industri yang mau melirik potensi rumput laut ini (Panjaitan et al.,
2021).
Sulawesi Selatan merupakan provinsi yang fokus utama pertumbuhan
laut di Indonesia dengan komitmen terbesar (29%) pada tahun 2016. Di
Provinsi Sulawesi Selatan, daerah penghasil rumput laut adalah Kabupaten
Takalar, Jeneponto, Luwu, dan Bulukumba. Pada tahun 2016, Kabupaten
Takalar menghasilkan rumput laut paling banyak. Pola pertumbuhan di Kab.
Takalar dari 2012 hingga 2016 sebesar 5,2% (Qalsum, Adhi, & Fariyanti,
2018). Salah satu Kabupaten nasional yang dianggap berhasil dalam budidaya
rumput laut adalah Takalar. Fakta bahwa Takalar memiliki pesisir laut yang
cukup panjang, landai, dan lebar hingga ratusan meter dari bibir pantai
menjadi keunggulan Kabupaten Takalar. Karena surutnya Laut Takalar,
budidaya rumput laut di Takalar dapat dilakukan secara sederhana. Menurut
Sumadri (2018), hal ini menjadikan Takalar sebagai lokasi yang sangat baik

untuk pertumbuhan budidaya rumput laut (Sumadri, 2018).


Rumput laut merupakan tumbuhan laut yang memiliki kandungan

metabolit primer seperti serat, vitamin, mineral, dan lain-lain. Selain itu
rumput laut juga memiliki kandungan metabolit sekunder yang dapat di
gunakan sebagai sumber senyawa bioaktif dalam bidang farmasi seperti
antibakteri, antivirus, dan antijamur (Siregar et al., 2012).
Salah satu jenis rumput laut yang kandungan metabolit sekundernya
dapat digunakan dalam bidang farmasi adalah anggur laut (Caulerpa
lentilifera). (Firda et al., 2022)
Caulerpa lentillifera merupakan salah satu jenis rumput laut dengan
rasa sangat mirip dengan telur salmon, tetapi segar dan harum, tanpa bau amis
4

telur ikan (Antara et al., 2022) beberapa orang menyebut bahwa bentuk dan
rasa Caulerpa ini juga menyerupai telur ikan caviar, sehingga dikenal sebagai
”green caviar”. Selain itu juga karena bentuknya menyerupai anggur,
sebagian orang menyebutnya sebagai “sea grape” atau anggur laut.
Makroalga hijau Caulerpa lentillifera merupakan sumber nutrisi yang
menjanjikan untuk masa depan karena manfaat dan komposisinya untuk
konsumsi manusia (Hakim & Malle, 2023).
Di beberapa daerah Caulerpa dikenal dengan sebutan Latoh (jawa),
Bulung Boni (Bali), Lawi-Lawi (Sulawesi selatan), sedangkan di Jepang
disebut Umi Budo. Caulerpa tumbuh secara alami pada beberapa daerah
perairan di Indonesia. Persebaran tumbuhan laut ini terletak di kawasan
perairan Jawa, Sumatra, dan Sulawesi Utara (Indarkasi et al., 2023).
Makroalga laut jenis Caulerpa sp memiliki thalus berwarna hijau seperti
tanaman rumput, terdiri dari banyak cabang tegak yang tingginya sekitar

2,5-6,0 cm. Batang pokok berukuran antara 16-22 cm. Terdapat


bulatan-bulatan seperti anggur pada puncak cabang, panjang setiap

puncak cabang sekitar 2,5- 10,0 cm (Yudasmara, 2015).


Kebanyakan masyarakat pesisir menggunakan anggur laut sebagai
makanan seperti sayuran segar, anggur laut dapat dikonsumsi dalam keadaan
mentah atau diolah bersama dengan lauk pauk lainnya. Anggur laut dapat
dijadikan sebagai lalapan saat dalam keadaan mentah. Cukup dengan
membilas menggunakan air bersih, mencabut beberapa akar-akar dan
kotoran lalu angur laut tersebut sudah siap untuk dikonsumsi (Fithriani,
2009).
5

Selain digunakan sebagai bahan pangan, anggur laut juga digunakan


sebagai obat penurun darah tinggi, kolesterol, gula darah dan juga
dimanfaatkan sebagai bahan campuran untuk obat anti jamur (Chew et al.,
2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nasrullah (2023) tentang
potensi sediaan nutraceutical anggur laut (Caulerpa lentilifera) sebagai
penurun kolesterol serta gula darah pada mencit yang dimana hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa anggur laut (Caulerpa lentilifera) ini efektif
menurunkan kolesterol serta gula darah dalam bentuk sediaan pakan mencit
dengan persen penurunan sebesar 20,86% (Nasrullah, 2022). Penelitian yang
dilakukan oleh Lau et al., (2020) terkait peran ekstrak anggur laut terhadap
penurunan kadar kolesterol (Low Density Lipoprotein) LDL rattus norvegicus
jantan yang mendapat diet tinggi lemak, yang dimana diperoleh hasil bahwa,
pemberian ekstrak anggur laut (Caulerpa sp) dengan dosis 10 gr/kgBB/hari
selama 14 hari mengakibatkan penurunan kadar kolesterol LDL serum tikus

putih jantan galur wistar yang mendapat pakan tinggi lemak secara signifikan
(Lau et al., 2020).

Anggur laut dengan berbagai keunggulan dan manfaat bagi kesehatan.


Menurut Burhanuddin, 2014 dalam Syarfaini et al., (2019), menyebutkan
anggur laut ini, mengandung protein 17-27%, lemak 0,08-1,9%, karbohidrat
39-50%, serat 1,3- 12,45% dan kadar abu 8,15-16,9% serta kadar air yang
tinggi 80-90%. Berdasarkan keunggulan tersebut, anggur laut sangat potensial
dikembangkan menjadi produk pangan yang sehat (Syarfaini et al., 2019).
Analisis fitokimia Caulerpa sp. Menunjukkan bahwa tumbuhan ini
mengandung senyawa metabolit sekunder (Indarkasi et al., 2023). Metabolit
sekunder merupakan senyawa organik yang disintesis oleh tumbuhan dan
6

dapat digunakan sebagai sumber senyawa obat seperti flavonoid, fenol, tanin,
saponin, steroid, alkaloid, dan terpenoid. (Dwi Setyorini et al., 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Mapossa, (2018) . Pada tahun 2018 tentang
aktivitas antibakteri anggur laut Caulerpa didapatkan bahwa anggur laut
mempunyai kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya alkaloid,
flavonoid, fenol, tanin yang dapat berfungsi sebagai senyawa antibakteri.
Senyawa antibakteri memiliki efektivitas dalam mengendalikan pertumbuhan
bakteri khususnya bakteri yang merugikan manusia (Mapossa, 2018).
Caulerpa lentilifera sangat mempunyai banyak manfaat dan hal
tersebut merupakan salah satu karunia Allah Subhanahu wa ta’ala seperti
yang disebutkan dalam QS al-Nahl/16:14 yang berbunyi:

ۚ ََ ْ ُ َ2َ ً َ2 ُ ْ ْ ُ ْ َ ْ َ ‫ ﱠ‬E َ ً ْ = ُ ْ ْ 88 2َ َ ْ َ2 َ ‫َ ُ َ ) ْ َ ﱠ‬
‫ﺴﻮﻧﻬﺎ‬M‫ﺔ ﺗﻠ‬J‫ﺮﺟﻮا ِﻣﻨﻪ ِﺣﻠ‬C‫ﺴﺘﺨ‬F‫ﺎ و‬DBC‫ﻠﻮا ِﻣﻨﻪ ﻟﺤﻤﺎ ﻃ‬7 ‫ﺤﺮ ِﻟﺘﺄ‬3‫وﻫﻮ اﻟِﺬي ﺳﺨﺮ اﻟ‬
َ 8 ْ َ 8) = ْ َ َُ َ َ 2ُ2 َ
‫ﺸﻜُﺮْون‬F ‫ﺘﻐْﻮا ِﻣْﻦ ﻓﻀِﻠٖﻪ َوﻟَﻌﻠ\ْﻢ‬Vْ‫ِﻪ َوِﻟﺘ‬Jْ‫َوﺗَﺮى اﻟﻔﻠﻚ َﻣَﻮاِﺧَﺮ ِﻓ‬

Terjemahnya :
“Dialah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat
memakan daging yang segar (ikan) darinya dan (dari lautan itu) kamu
mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu
berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan
agar kamu bersyukur.” (Kemenag, 2019)
Allah swt menciptakan lautan yang di dalamnya terdapat binatang dan
tumbuhan yang memiliki keunikan serta manfaat yang sangat luar biasa
sehingga kita dapat memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Sebagai
manusia kita harus mencari keunikan-keunikan yang ada didalam laut,
sehingga manfaatnya dapat dieksplorasikan.
7

Potensi pengembangan anggur laut ini sebagai bahan pengobatan


sangat besar, karena kandungan yang terdapat di dalamnya, diantaranya
dapat dimanfaatkan untuk bidang kesehatan dan pengobatan. Saat ini,
perkembangan pengobatan cukup bervariasi, seperti pengembangan dalam
bentuk sediaan nutraceutical yang perkembangannya terlihat lebih pesat
dibandingkan ke arah obat biasa (Zulaini et al., 2022). Penelitian yang
dilakukan oleh Hakim, (2023) tentang kajian penggunaan tepung lawi-lawi
(Caulerpa lentillifera) pada pembuatan sosis ikan bandeng dikatakan bahwa
rumput laut Caulerpa lentillifera dapat diolah menjadi tepung lawi-lawi, yang
dapat digunakan untuk membuat berbagai olahan makanan. Tepung anggur
laut disini dicampurkan dan diproses secara cepat untuk membuat sosis
berbahan dasar ikan bandeng dan didapatkan hasil bahwa sosis dengan
penambahan tepung anggur laut dapat diterima oleh konsumen (Hakim &
Malle, 2023).

Nutraceutical adalah jenis makanan yang memiliki manfaat untuk


kesehatan secara medis, termasuk pencegahan dan pengobatan penyakit.

Makanan seperti ini sering disebut medical foods, functional food, pharmafoods
dan nutritional supplement, yang menandakan bahwa komponennya dapat
memberikan manfaat untuk kesehatan, lebih dari sekedar nutrisi dasar
contohnya adalah sayuran dan buah-buahan serta makanan yang telah
diperkaya dengan gizi seimbang. Meskipun seluruh makanan bermanfaat
karena menyediakan zat gizi, nutraceutical mengandung bahan-bahan yang
meningkatkan kesehatan atau komponen-komponen alamiah yang memiliki
manfaat kesehatan potensial terhadap tubuh (Oktriyanto et al., 2023). Health
supplement atau suplemen kesehatan merupakan produk untuk melengkapi
8

zat gizi pangan yang terdapat satu atau dua lebih subjek seperti vitamin,
mineral, asam amino atau unsur lain yang bersumber dari tumbuhan atau
non tumbuhan yang memiliki nilai gizi atau efek fisiologis dalam angka
yang terkontrol (Utami et al., 2022).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Eka et al., (2023) tentang
pengembangan sediaan nutraceutical dari tanaman kubis (Brassica oleracea
L.) sebagai inovasi baru dengan mengolahnya menjadi tepung untuk dijadikan
Almond Crispy yang kemudian diberi nama “Ceamond Crispy” dengan
perbandingan tepung kubis ungu dan tepung protein sedang. Kemudian
didapatkan hasil dari uji hedonik bahwa pengembangan “Ceamond Crispy”
dapat diterima dengan respon yang positif oleh masyarakat dan mempunyai
potensi untuk dikembangkan menjadi suatu makanan inovatif yang
bermanfaat bagi jantung. Dengan demikian, membuktikan bahwa “Ceamond
Crispy” aman dikonsumsi oleh masyarakat dan dapat dikembangkan menjadi

makanan inovatif yang bermanfaat bagi kesehatan jantung (Eka et al., 2023).
Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Dipahayu et al., (2022) Ia

membahas tentang formulasi granul instan ekstrak etanol daun ubi jalar ungu
(ipomoea batatas L.) daun ubi jalar ungu yang dibuat menjadi sediaan granul
nutraceutical dengan bantuan bahan tambahan untuk membentuk sediaan
yang baik serta hasil karakteristik yang baik (Dipahayu et al., 2022). Kemudian
penelitian yang dilakukan oleh Firdaus et al.,(2014) tentang formulasi
nutraceutical sediaan gummy candies sari buah belimbing manis (Averrhoa
carambola. L). Sediaan nutraceutical dibuat dari bahan buah belimbing manis
(Averrhoa carambola. L) karena buah ini cukup diminati di kalangan
masyarakat, sehingga dibuat sediaan nutraceutical sehingga lebih praktis dan
9

menarik untuk dikonsumsi oleh masyarakat (Firdaus et al., 2014). Sediaan


nutraceutical sangat banyak macamnya bisa berbentuk dalam sediaan pil,
tablet, serbuk, dan granul, salah satu bentuk sediaan nutraceutical yang
mudah untuk dikembangkan serta praktis dikonsumsi adalah sediaan granul
(Elisabeth et al., 2018).
Granul merupakan gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil
dengan bentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebih
besar (Husni et al., 2020).
Dalam proses pembuatan granul memerlukan metode yang tepat.
Metode yang terpenting dari granulasi farmasetik, dapat digolongkan ke
dalam tiga kategori utama, yakni metode granulasi basah, metode granulasi
kering (disebut juga slugging) dan proses lain (humidification, priling, melt
peletization). Granulasi basah ialah proses menambahkan cairan pada suatu
serbuk atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan

pengadukan yang akan menghasilkan aglomerasi atau granul, sedangkan


granulasi kering adalah proses granulasi serbuk tanpa menggunakan cairan

granulasi (Siregar, 2010). Granul biasanya lebih tahan terhadap pengaruh


udara. Selama proses granulasi lebih mudah dilakukan apabila dibasahi oleh
pelarut, daripada mencampurkan beberapa macam serbuk yang cenderung
akan mengembang di atas permukaan pelarut, sehingga granulasi basah lebih
disukai untuk pengembangan suatu produk nutraceutical dan merupakan
suatu pilihan alternatif dalam mendapatkan khasiat dari anggur laut (Caulerpa
lentilifera) (Utami et al., 2022).
Sediaan granul yang baik didukung dengan bahan tambahan yang baik
pula, dalam proses pembuatan granul salah satu bahan tambahan yang
10

memiliki peran penting dalam pembuatan granul adalah bahan pengikat atau
binder. Bahan pengikat memiliki peran sebagai pengikat zat aktif dengan
bahan tambahan sehingga didapatkan granul yang baik, penggunaan binder
dapat memperbaiki kerapuhan serta kekuatan granul (Kusumo & Mita, 2016).
Selain penggunaan bahan pengikat, bahan tambahan pengisi juga sangat
penting dalam memformulasikan sediaan granul, agar menghasilkan sifat fisik
granul yang baik (Siregar, 2010).
Untuk mengetahui hasil granul yang baik perlu adanya karakterisasi
pada sediaan tersebut sehingga ada hasil data yang bisa membuktikan bahwa
sediaan tersebut benar-benar baik. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Mardiana et al.,(2023) terkait formulasi dan uji stabilitas fisik granul instan
talas (Colocasia esculenta L) dan sintrong (Crassocephalum crepidioides)
sebagai suplemen kesehatan. Penelitian tersebut memformulasikan
tumbuhan talas dan sintrong menjadi sebuah sediaan granul instan, kemudian

dilakukan uji stabilitas berdasarkan waktu penyimpanan meliputi uji waktu


alir, sudut diam, indeks kompresibilitas, kandungan lembab dan waktu larut

(Mardiana & Fauzi, 2023). Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Husni et
al.,(2022) terkait formulasi dan uji stabilitas fisik granul instan serbuk kering
tangkai genjer (limnocharis flava (L.) buchenau.) sebagai suplemen penambah
serat. Penelitian tersebut membuat granul instan dari serbuk kering tangkai
genjer (limnocharis flava (L.) buchenau.) kemudian dilakukan uji karakteristik
meliputi lima parameter uji yaitu waktu alir, sudut diam, indeks
kompresibilitas, kandungan lembab dan waktu larut (Husni et al, 2022).
Berdasarkan gambaran di atas maka pada penelitian ini akan dilakukan
formulasi, karakterisasi dan tingkat penerimaan masyarakat terhadap sediaan
11

granul nutraceutical untuk menambah alternatif pemanfaatan anggur laut


sebagai pengobatan berbagai penyakit dengan cara konsumsi yang lebih
praktis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana komposisi (jenis dan konsentrasi) formula yang tepat
untuk membentuk granul nutraceutical dari anggur laut (Caulerpa
lentilifera) dengan karakterisasi yang baik ?
2. Bagaimana tingkat penerimaan masyarakat terhadap aplikasi
nutraceutical granul anggur laut (Caulerpa lentilifera) ?
C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Definisi Operasional
Terdapat Berbagai Macam Istilah yang ada pada naskah ini

,diantaranya:
a. Formulasi adalah suatu proses mengubah zat aktif atau ekstrak anggur

laut (Caulerpa lentilifera) dengan bantuan eksipien, menjadi suatu bentuk


sediaan granul.
b. Karakterisasi adalah parameter yang diukur pada formula sediaan granul
anggur laut (Caulerpa lentilifera) meliputi uji organoleptis, susut
pengeringan, kecepatan alir granul, sudut istirahat, kadar air, waktu
melarut, serta uji pH sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
c. Anggur laut (Caulerpa lentilifera) merupakan salah satu genus alga laut
dari Famili Caulerpa ceaedan termasuk spesies dari Kelas Chlorophyceae
(alga hijau ) Diambil dari Kabupaten Takalar.
12

d. Granul merupakan gumpalan gumpalan dari partikel-partikel yang lebih


kecil dengan bentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal
yang lebih besar.
e. Nutraceutical secara umum diketahui sebagai pangan fungsional, medical
foods, functional food, pharmafoods dan nutritional supplement, yang
dimana sampel yang digunakan yaitu anggur laut (Caulerpa lentilifera)
yang akan dikembangkan menjadi sediaan granul nutraceutical.
2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup Formulasi granul nutraceutical
anggur laut (Caulerpa lentilifera) dan pengujian karakterisasinya.
D. Kajian Pustaka Terdahulu
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Fadhila et al., 2022) dengan judul
“Instant Granules of Mangosteen Peel (Garcinia Mangostana L.) Ethanol Extract
as Antioxidants” menggunakan metode granulasi basah untuk membuat granul

instant yang memiliki empat formula dengan penggunaan xanthan gum


sebagai zat pensuspensi dengan variasi formula 3%, 3%, 1%, 1% dan

maltodekstrin sebagai penambah kelarutan dengan variasi konsentrasi 5%,


10%, 15%, 20% . Aktivitas antioksidan diperiksa menggunakan metode DPPH.
Berdasarkan hasil penelitian, formula 4 dengan konsentrasi xanthan gum 1%,
dan konsentrasi maltodextrin 20%, mempunyai sifat terbaik dengan
penyusutan pengeringan sebesar 1,80%, laju aliran 11,54 ± 1,56 g/s, sudut
istirahat 29,112 ± 0,45ᵒ, indeks carr sebesar 14,043 ± 1,9%, dan laju dispersi
0,164 g/s. Tidak ada residu dalam larutan. Bentuk dan rasa formula ini paling
bisa diterima. Aktivitas antioksidan dari ekstrak dan granul instan tidak
berbeda nyata, dengan IC50 sebesar 34,64 μg/ml dan 44,12 μg/ml, masing-
13

masing. Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa formula 4


dengan konsentrasi xanthan gum 1% dan maltodekstrin 20%, mampu untuk
dikembangkan sebagai suplemen antioksidan. Kesamaan penelitian di atas
dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu metode granulasi basah untuk
pembuatan instant granul dari bahan alam. Adapun perbedaan penelitian
diatas dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu perbedaan terhadap
sampel yang digunakan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Sari et al., 2023) dengan judul
Formulation of Instant Granules from Ethanolic Extract of Melinjo Peel (Gnetum
gnemon L) Extract as Anti-Hyperuricemi. Penelitian ini menggunakan dua
formulasi granul instan ekstrak kulit melinjo dengan bahan PVP sebagai
variasi konsentrasinya. Adapun pengguna PVP yaitu 1 g, dan 3 g. Pengujian
waktu aliran, pengujian sudut diam, pengujian indeks kompresibilitas, kadar
air pengujian, dan pengujian waktu pelarutan semuanya merupakan bagian

dari pengujian fisik pemeriksaan butiran instan. Adapun granul instan kedua
formulasi tersebut berwarna kuning, hasil uji waktu alir dalam keadaan baik

kategori (44 g/s dan 81 g/s), hasil pengujian sudut diam berada di kategori
sifat aliran sangat baik (19° dan 16°), yaitu hasil uji kompresibilitas, uji kadar
air, dan uji waktu larut dilakukan tiga kali lipat, pada hari ke 0, ke 7, dan ke 14,
dan hasilnya berada pada kategori baik. Kesimpulannya, fisik ciri butiran
instan ekstrak kulit melinjo kedua formulasi tersebut telah memenuhi
persyaratan untuk semua parameter pengujian dan memiliki nilai yang tinggi
kemungkinan untuk diproduksi sebagai sediaan anti hiperurisemia. Kesamaan
penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu formulasi
instant granul dengan dengan metode granulasi basah. Adapun perbedaan
14

penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada


sampel yang digunakan peneliti.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Katrin Heatubun et al., 2022)
dengan judul “Pengaruh Penambahan Konsentrasi Sari Kayu Manis
(Cinnamomum Verum) terhadap Kadar Air, Kadar Abu, dan Kadar Protein
Minuman Instan Anggur Laut (Caulerpa sp)”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkarakterisasi pengaruh penambahan konsentrasi sari kayu manis dalam
pembuatan minuman instan anggur laut. Penelitian ini menggunakan a
completely randomized experimental design, dengan perlakukan penambahan
konsentasi sari kayu manis 0%, 1%, 2%, 3%, dan 4%. Hasil penelitian
menunjukan bahwa minuman instan anggur laut (Caulerpa sp) dengan
penambahan sari kayu manis menyebabkan terjadinya penurunan kadar air
sebesar 3,8%-0,97% dan meningkatkan nilai kadar abu sebesar 1,50-2,40%
serta kadar protein sebesar 1,92-2,05%. Perbedaan dari penelitian diatas

dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sampel yang digunakan dan
adapun persamaan yang dilakukan penelitian di atas dengan penelitian yang

akan dilakukan yaitu sama mengembangkan granul instant dari tumbuhan.


Pada penelitian yang dilakukan oleh (Wangiyana & Triandini, 2022)
tentang “Uji hedonik teh herbal daun tanaman pohon menggunakan berbagai
pendekatan statistik” Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji hedonik
terhadap berbagai teh herbal tanaman pohon dengan menggunakan beberapa
pendekatan metode statistik. Daun kakao, kersen, jambu biji, alpukat, dan
kelor diolah menjadi bahan baku teh herbal melalui beberapa proses
kemudian dilakukan uji hedonik. Uji hedonik dilakukan pada teh herbal
melibatkan 30 orang panelis dengan rentang usia 18 tahun – 33 tahun.
15

Terdapat 5 skala dalam uji hedonik: sangat suka (5), suka (4), cukup suka (3),
tidak suka (2), dan sangat tidak suka (1). Skala tersebut dianalisis dengan
menggunakan metode Kruskal-Wallis, Friedman, ANOVA RAL, ANOVA RAK, uji
BNT, analisis standard error, dan analisis spider web . Skor penilaian panelis
pada parameter warna dan rasa yang dianalisis menggunakan Kruskal-Wallis,
Friedman, dan ANOVA menunjukkan hasil yang berkorelasi. Uji Friedman
menghasilkan data skor penilaian parameter aroma yang berbeda dengan uji
lainnya. Analisis rerata skor penilaian berdasarkan uji BNT, standard error,
dan spider web menunjukkan bahwa teh kakao lebih disukai oleh panelis
dibandingkan teh herbal lain dalam parameter warna dan rasa. Dapat
disimpulkan bahwa teh kakao merupakan teh herbal tanaman pohon dengan
nilai tingkat kesukaan responden tertinggi berdasarkan berbagai pendekatan
analisis statistik. Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu uji hedonik atau yang lebih dikenal uji rasa suka, dan

perbedaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat


pada sampel yang digunakan dan bentuk sediaan yang berbeda.

Pada penelitian yang dilakukan oleh (Husni et al, 2022) tentang


“formulasi dan uji stabilitas fisik granul instan serbuk kering tangkai genjer
(limnocharis flava (L.) Buchenau.) sebagai suplemen penambah serat”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendapatkan formula terbaik granul instan secara
fisik. Granul instan dibuat dengan metode granulasi basah menggunakan
variasi konsentrasi PVP sebagai pengikat. Uji stabilitas fisik granul instan
dilakukan pada suhu kamar selama satu bulan meliputi uji waktu alir, sudut
diam, indeks kompresibilitas, kandungan lembab dan waktu larut. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa waktu alir granul 8-14 detik untuk 100 gram
16

granul, sudut diam sekitar 40°, indeks kompresibilitas 11-15%, kandungan


lembab sekitar 2% dan waktu larut 1-2 menit. Berdasarkan hasil uji stabilitas
fisik, formula terbaik granul instan serbuk kering tangkai genjer adalah F2
dengan komposisi serbuk kering tangkai genjer 100 mg, laktosa 70%, PVP 3%,
aspartam 1,5%, manitol 20%, natrium benzoat 0,5%, green tea flavor 5% b/b
dan etanol q.s dengan total bobot granul 1000 mg. Persamaan penelitian di
atas dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada metode,bentuk
sediaan serta uji karakteristik sediaan tersebut, kemudian perbedaannya
terletak pada sampel yang digunakan.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini
yaitu :
1. Untuk mendapatkan formulasi nutraceutical granul anggur laut
(Caulerpa lentilifera) dengan karakteristik yang baik sebagai sediaan

nutraceutical.
2. Untuk mendapatkan informasi ketertarikan masyarakat untuk

aplikasi penggunaan granul nutraceutical anggur laut (Caulerpa


lentilifera) yang diminati masyarakat.
F. Manfaat Penelitian
1. Untuk Institusi Pendidikan
Dari hasil penelitian ini dapat digunakan oleh UIN Alauddin Makassar
sebagai tambahan pengetahuan terkait pemanfaatan tumbuhan anggur laut
(Caulerpa lentilifera) sebagai sediaan granul nutraceutical.
17

2. Untuk Mahasiswa
Dari hasil penelitian ini merupakan ilmu yang diperoleh selama kuliah
serta wawasan tentang formulasi beserta karakterisasi dari granul
nutraceutical anggur laut (Caulerpa lentilifera).
3. Untuk Masyarakat
Bagi masyarakat memberikan dasar ilmiah mengenai pengetahuan
tentang pengembangan Anggur laut (Caulerpa lentilifera) serta pemanfaatan
anggur laut (Caulerpa lentilifera) dengan cara yang lebih praktis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian tanaman anggur Laut (Caulerpa lentilifera)


1. Nama Lain
Anggur laut (Caulerpa sp) dikenal di beberapa daerah dengan sebutan
Latoh (jawa), Bulung Boni (Bali), Lawi-Lawi (Sulawesi selatan),
sedangkan di Jepang disebut Umi Budo. (Yudasmara, 2015)
2. Klasifikasi
Klasifikasi Alga Caulerpa lentilifera
Regnum : Plantae
Division : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Ordo : Caulerpales
Familly : Caulerpaceae

Genus : Caulerpa
Species : Caulerpa lentillifera

(Nurfa, 2021).

Gambar.1 Anggur laut (Caulerpa lentilifera )

18
19

3. Morfologi
Caulerpa adalah golongan alga hijau, thallus (cabang) berbentuk
lembaran, batangan dan bulatan, berstruktur lembut sampai keras dan
siphonous. Rumpun terbentuk dari berbagai ragam percabangan, mulai dari
sederhana sampai yang kompleks seperti yang terlihat pada tumbuhan tingkat
tinggi, ada yang tampak seperti akar, batang dan daun. Keberadaan anggur laut
tersebar hampir diseluruh perairan Indonesia. Umumnya mereka tumbuh di
laut dangkal dengan aliran air yang tenang dan menempel pada substrat pasir.
Tumbuhan ini memiliki spektrum kimia dan biologi yang cukup luas, termasuk
kemampuan melawan radikal bebas dengan antioksidan. Terdiri dari
ramuli, Ramuli sendiri merupakan organ utama dari pecabangan stolon yang
berfungsi sebagai organ cabang, tekstur dari ramuli agak gembos dan
lunakyang membentuk bulatan kecil yang sering saling berdekatan di
sepanjang cabang berjarak sekitar 3-5 cm. Thallus memiliki warna hijau tua

dan diameter 1-2 mm. Caulerpa lentillifera memiliki thallus dimana cabangnya
seperti anggur dan tanaman merambat bulat dengan ramuli mulai dari 17

hingga 31 dan diameter 1,26 milimeter (Pulukadan et al., 2013).


4. Kandungan Kimia
Caulerpa mengandung nutrisi tinggi dan tidak mengandung zat yang
berbahaya bagi tubuh sehingga tumbuhan ini sangat aman utuk dikonsumsi
sehari hari. Selain itu, seluruh bagian tumbuhan rumput laut ini dapat
dikonsumsi. Kandungan gizi rumput laut ini dalam kadar 100 gr, yaitu energi
18 kkal, protein 0,5 gr, lemak 0,9 gr, karbohidrat 2,6 gr, kalsium 307 mg, fosfor
307 mg, zat besi 9,9 mg, vit A 01 μg, dan kandungan vit C 3 mg. Rumput laut
ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah memiliki nutrisi yang
20

tinggi dengan kadar protein sampai 30%, kemudian tumbuhan ini kaya akan
antioksidan dan karatenoid yang sangat bermanfaat bagi tubuh, kecepatan
tumbuhnya tinggi dan mudah untuk dikembangkan (Astuti et al., 2021).
Anggur laut (Caulerpa sp) memiliki kandungan lain seperti tanin,
karotenoid, flavonoid dan fenolik yang dimana masing-masing memiliki fungsi
yang berbeda (Lantah et al., 2017). Selain kandungan kimia tersebut anggur
laut juga terkenal dengan kandungan caulerpinnya. Anggur laut (Caulerpa sp)
mengandung senyawa seperti caulerpin. Caulerpin merupakan pigmen tidak
beracun dan mempunyai struktur bis-indol yang unik (Fajar et al., 2014).
Menurut Lenny (2006), caulerpin merupakan senyawa hasil metabolisme
sekunder yang dimiliki oleh genus alga Caulerpa dan merupakan senyawa
bioaktif dari kelompok senyawa alkaloid. Menurut Sitorus et al (2006),
dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat terjadi jika
penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama, senyawa tersebut sangat

mudah mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya
oksigen. Caulerpin dapat menimbulkan rasa pedas pada pemberiannya. Pada

ekstrak anggur laut (Caulerpa sp) apabila diberikan dengan volume yang
tinggi dapat menghilangkan beberapa senyawa yang terkandung dalam
anggur laut, yang dapat mengakibatkan menghilangkan fungsi anggur laut
sebagai antimikroorganisme, antioksidan dan antiinflamasi (Ridhowati,
2016).
5. Manfaat
Caulerpa lentillifera telah ditemukan memiliki fungsi yang
berhubungan dengan kesehatan yang dapat digunakan untuk perawatan
medis dan pencegahan berbagai penyakit diantaranya:
21

a. Anti hipertensi
Cardiovascular disease (CVD) adalah salah satu penyakit tidak menular
yang merupakan penyebab kematian terbesar secara global, selain kanker,
diabetes, dan penyakit pernapasan kronis, pada orang berusia antara 30
hingga 70 tahun (Wijesekara & Kim, 2010). Hipertensi, atau peningkatan
tekanan darah arteri, merupakan faktor risiko utama CVD, mempengaruhi
15% hingga 20% populasi dunia, inhibitor ACE memblokir konversi
angiotensin I menjadi angiotensin II, mengakibatkan relaksasi pembuluh
darah dan penurunan tekanan darah (Cheung et al., 2015). Produsen farmasi
telah mengkomersialkan banyak ACE inhibitor untuk menurunkan
konsentrasi angiotensin II untuk pengobatan hipertensi; namun, obat-obatan
ini memiliki efek samping yang merugikan, sehingga menekankan perlunya
mengembangkan penghambat alami yang berasal dari makanan dengan lebih
sedikit efek samping yang tidak diinginkan (Torruco-Uco et al., 2009).

Dalam studi in vitro, hidrolisat protein dari C. lentillifera diperoleh


dengan menggunakan empat enzim berbeda: α-

chymotrypsin; pepsin; termolisin; tripsin. Semua hidrolisat yang diperoleh


telah menunjukkan sifat penghambat ACE, dengan hidrolisat termolisin
menunjukkan penghambatan tertinggi dengan penghambatan 90,64% pada
konsentrasi dosis 1 mg/mL (Sato et al., 2002).
b. Anti-Hiperlipidemia
Lipid merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia. Namun, asupan lipid yang tinggi dapat menyebabkan obesitas
dan hiperlipidemia. Hiperlipidemia ditandai dengan peningkatan total
cholesterol (TC), low-density lipoprotein (LDL), very low-density lipoprotein
22

(VLDL), dan penurunan high-density lipoprotein (HDL) (Lee et al., 2020). Hal
ini merupakan faktor risiko penyakit jantung yang utama, dan telah dikaitkan
dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular pada pasien ini. Meskipun
obat-obatan yang saat ini digunakan dalam praktik medis sangat efektif dalam
menurunkan kadar LDL, obat-obatan tersebut memiliki efek samping yang
menyebabkan pasien mencari pengobatan dengan menggunakan obat-obatan
yang aman dan berasal dari alam. Saat ini, banyak penelitian yang
mengevaluasi efek polisakarida rumput laut dalam menurunkan kadar lipid
darah. Evaluasi terutama dilakukan berdasarkan percobaan in vivo dan in
vitro. Dalam percobaan in vitro, tikus diberi diet high cholesterol and high fat
(HCF) untuk membuat studi model hiperlipidemia. Kemudian, tikus diobati
dengan polisakarida rumput laut untuk menentukan faktor terkait lipid darah,
laju penghambatan lipase, dan kapasitas pengikatan garam empedu (Lee et al.,
2020).

Dalam studi in vivo, pengobatan tikus HCF dengan 5% C.


lentillifera kering selama 16 minggu secara signifikan menurunkan berat

badan sebesar 39,5%, meningkatkan kadar HDL sebesar 48,7%, menurunkan


TC sebesar 18,4%, LDL sebesar 34,6%, dan kadar trigliserida. sebesar 33,7%,
dan menurunkan tingkat peroksidasi lipid sebesar 9%, tingkat glutathione
peroksidase eritrosit sebesar 31,8% dan tingkat katalase sebesar 3,14%,
dibandingkan dengan tingkat yang sama pada tikus HCF(Matanjun &
Muhammad, 2010).
c. Aktivitas antimikroba dan antibakteri
Antimikroba adalah senyawa yang masing-masing membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroba patogen, sedangkan antibiotik dan
23

antijamur adalah senyawa yang membantu membunuh mereka. Antimikroba


terutama berdampak pada sel mikroba, menargetkan lapisan ganda fosfolipid
membran sel, menghancurkan sistem enzim, dan mengubah materi genetik
bakteri (Kumar et al., 2021).
Metabolit sekunder dari rumput laut seperti polifenol atau senyawa
bioaktif lainnya dapat mengganggu permeabilitas sel mikroba, dan
mengganggu fungsi membran, sehingga menyebabkan apoptosis sel . Dalam
sebuah penelitian, potensi antibakteri ekstrak C. lentillifera dan kaulerpin
terhadap empat strain patogen mikroba makanan yang umum, yaitu E.
coli , Salmonella sp., Streptococcus sp., dan Staphylococcus aureus, dievaluasi
(Nagappan & Vairappan, 2014).
d. Anti-Diabetes dan Anti-Hiperglikemik
Diabetes adalah jenis kelainan metabolisme yang dianggap sebagai
masalah kesehatan kronis secara global. Gangguan ini terjadi ketika pankreas

tidak memproduksi cukup insulin, Diabetes Tipe-1, atau ketika tubuh tidak
dapat menggunakan insulin secara efektif saat produksi, Diabetes Tipe-2

(Statistik Kesehatan Dunia 2022).


Rumput laut telah banyak digunakan untuk pengobatan anti-diabetes
(Khairuddin et al., 2020). Ekstrak etanol C. lentillifera telah dinilai baik dalam
percobaan in vivo dan in vitro yang menghasilkan efek anti-diabetes yang
positif.
Menurut American Diabetes Association, hiperglikemia mengacu pada
kadar glukosa darah tinggi di mana glukosa darah lebih besar dari 125 mg/dL
saat berpuasa lebih dari 180 mg/dL 2 jam setelah makan. Ketika 10 mg/kg dan
50 mg/kg ekstrak hidroetanol dari C. lentillifera diberikan pada tikus albino
24

jantan, hal ini menginduksi efek antihiperglikemik yang signifikan pada


keadaan puasa dan pemuatan 2 jam postprandial (Abouzid et al., 2014).
e. Antioksidan
Senyawa fitokimia antioksidan dapat mengais spesies oksigen reaktif
dan nitrogen dalam tubuh manusia, memperlambat atau mencegah timbulnya
penyakit terkait stres oksidatif seperti kanker, penyakit kardiovaskular,
keterlambatan perkembangan seksual, penyakit ginjal dan hati, penyakit saraf,
penyakit pernafasan, dan rheumatoid arthritis (Pizzino et al., 2017). Salah
satu manfaat kesehatan paling menonjol dari C. lentillifera adalah sifat
antioksidannya. Secara keseluruhan, C. lentillifera terlihat memiliki
kandungan fenolik dan flavonoid yang tinggi, sehingga memiliki sifat
pereduksi yang baik (Dawood Shah et al., 2020).
d. Umur dan waktu panen
Panen pada waktu yang tepat merupakan salah satu parameter penting

yang harus dipertimbangkan dalam pemeliharaan rumput laut, panen rumput


laut sebelum waktunya akan menurunkan kualitas rumput laut, efisiensi

waktu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kuantitas. Lama tanam


rumput laut mempengaruhi kandungan nutrisi, baik secara kuantitas maupun
kualitas (Hurtado et al.,2008).
Berdasarkan umur panen, tertinggi didapatkan pada umur panen 42
hari setelah tanam (6 minggu) pada masing masing kombinasi perlakuan jarak
tanam dan kedalaman, dengan kadar protein tertinggi didapatkan pada
kombinasi jarak tanam 30 cm dengan kedalaman 50 cm sebesar 13,80%.
Umumnya umur panen rumput laut sekitar 1-2 bulan (Talakua et al., 2011).
25

B. Nutraceutical
1. Pengertian Nutraceutical
Istilah "nutraceutical" diciptakan dari "nutrition" dan "pharmaceutical"
pada tahun 1989 oleh Stephen De Felice, pendiri dan ketua Foundation for
Innovation in Medicine (FIM), Cranford. Menurut De Felice, nutraceutical dapat
didefinisikan sebagai, makanan (atau bagian dari makanan) yang memberikan
manfaat medis atau kesehatan, termasuk pencegahan dan/atau pengobatan
suatu penyakit.(Kalra, 2003). Istilah ini diterapkan pada produk yang diisolasi
dari produk herbal suplemen makanan (nutrisi) pola makan tertentu dan
makanan olahan seper sereal sup, dan minuman yang selain nutrisi juga
digunakan sebagai obat Sehingga dapat disimpulkan bahwa nutraseutikal
merupakan produk hasil isolasi (tumbuhan, hewan, dan mikroba) yang
mampu memberikan nutrisi dengan efek meningkatkan kesehatan tubuh
(Mcclements et al., 2015).

Di Amerika istilah produk "nutraceutical" diatur sebagai obat-obatan


bahan makanan dan suplemen makanan Istilah ini tidak mempunyai definisi

yang sama di berbagai negara, namun biasanya diartikan sebagai yang


diisolasi dari makanan yang umumnya dijual dalam bentuk obat yang biasanya
tidak berhubungan dengan makanan produk nutraceutical dapat didefinisikan
sebagai suatu zat yang memiliki manfaat fisiologis atau memberikan
perlindungan terhadap penyakit kronis (Marpaung, 2020).
Terapi yang dilakukan dengan menggunakan nutraseutikal akan
mampu menjadi penunjang terapi pengobatan karena dapat menurunkan
memberikan pengobatan yang sangat membantu bagi pengguna (Michelle,
2019).
26

2. Bentuk-bentuk sediaan nutraceutical


Banyak produk nutraceutical yang beredar di masyarakat ada dalam
bentuk minuman kesehatan, minuman berenergi, selain itu ada beberapa
bentuk lain seperti vitamin dan mineral (Putri et al., 2021). Penelitian yang
dilakukan oleh (Firdaus et al., 2014) ia membuat formulasi nutraseutikal
sediaan gummy candies sari buah belimbing manis (averrhoa carambola. L).
Penelitian yang dilakukan oleh (Mardiana & Fauzi, 2023) tentang formulasi
granul instan talas (colocasia esculenta l) dan sintrong (crassocephalum
crepidioides) dibuat menjadi bentuk sediaan suplemen kesehatan. Kemudian
penelitian yang dilakukan oleh (Djarot & Badar, 2017) yaitu formulasi buah
sirsak (Annona muricata) dibuat menjadi sediaan nutraceutical berupa
minuman instant.
3. Jenis jenis nutraceutical
Nutraceuticals adalah produk yang berasal dari sumber makanan

dengan manfaat kesehatan tambahan, selain nilai gizi dasar yang terdapat
dalam makanan. Hal ini sering kali dikaitkan dengan pencegahan atau

pengobatan kondisi medis tertentu. Berikut adalah beberapa jenis


nutraceutical yang umum: suplemen diet, suplemen herbal, makanan
fungsional ,makanan medis, produk jamu , minuman protein, minuman , teh
herbal (Kalra, 2003).
C. Granul
1. Pengertian Granul
Granul merupakan gumpalan gumpalan dari partikel-partikel yang
lebih kecil dengan bentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal
27

yang lebih besar. Granul juga merupakan sediaan multiunit berbentuk


agglomerat dari partikel kecil serbuk (ansel H. , 1989).
Granul mengalir lebih baik dibandingkan dengan serbuk karena
memiliki bentuk yang lebih bulat. Dari bahan asal yang sama, bentuk granul
biasanya lebih stabil secara fisik dan kimia daripada serbuk dan biasanya
lebih tahan terhadap pengaruh udara. Granul dibuat bukan hanya
mengandung unsur-unsur obat saja tetapi juga zat warna, zat penambah rasa
dan bahan penambah lainnya yang diinginkan (ansel H. , 1989).
2. Granulasi
a. Pengertian
Granulasi adalah proses dari pembesaran ukuran partikel. Pada proses
ini partikel-partikel kecil dikumpulkan menjadi lebih besar sehingga
terbentuk gumpalan-gumpalan permanen, tetapi partikel-partikel yang
awalnya tetap teridentifikasi. Dalam banyak hal, proses ini digunakan untuk

memproduksi tablet atau kapsul. Granul juga dapat digunakan secara langsung
sebagai suatu bentuk sediaan untuk membuat bahan-bahan obat untuk

diberikan dalam bentuk sachet, kapsul, atau produk-produk yang dilarutkan


secara instant (Seem et al., 2015).
3. Metode granulasi
Teknologi granulasi dibagi menjadi dua berdasarkan tipe proses, yaitu:
a. Granulasi kering
Merupakan formasi granulasi yang baik untuk produk yang sensitif
dengan adanya kelembaban dan panas, pada granulasi kering serbuk
dicampur kemudian dikompres hingga menjadi sediaan yang kompak tanpa
menggunakan panas dan pelarut, kemudian dihancurkan kembali untuk
28

mendapatkan granul yang baik. Pengkompres massa granul dibagi menjadi


dua metode, yaitu slugging dan roller compaction (Saikh, 2013).
b. Granulasi Basah
Merupakan metode granulasi terluas yang digunakan dalam bidang
farmasi menggunakan tambahan berupa cairan liquid (dengan atau tanpa
pengikat) untuk bubuk sehingga membuat massa basah atau granul dengan
penambahan bubuk bersama dengan adesif, metode ini biasanya digunakan
untuk bahan-bahan yang tahan terhadap lembab dan panas. (gloria, 2018).
Prinsip dari granulasi basah adalah membasahi serbuk atau campuran
serbuk yang diinginkan dengan pasta pengikat, dan diayak dengan ayakan
mesh tertentu untuk mendapatkan ukuran granul yang diinginkan. Tahapan
yang berbeda dari metode lainnya adalah bahan yang dibasahi, penggilingan
basah, serta pengeringan. Pada metode tersebut granul dibentuk dengan cara
mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan.

Metode itu membutuhkan larutan atau suspensi yang mengandung pengikat


yang biasanya ditambahkan pada campuran serbuk. Pelarut yang

ditambahkan tidak boleh berlebihan karena massa yang terbentuk hanya


boleh lembap bukan basah seperti pasta. Selanjutnya proses pengeringan
dilakukan untuk mengurangi kelembapan sampai pada tingkat optimum
karena proses pengeringan memegang peranan penting dalam granulasi
basah. Selama pengeringan, granul perlu sesekali diaduk untuk mencegah
terjadinya adhesi dengan wadah pengeringan (Sharimina & Dolih, 2018).
Adapun keuntungan dari metode granulasi basah yaitu :
1) Meningkatkan laju alir dan karakteristik kompresi serta
meningkatkan masa jenis granul
29

2) Distribusi lebih baik pada warna dan kelarutan obat jika


ditambahkan bersama larutan pengikat.
3) Mengurangi debu
4) Melindungi segragasi bubuk
5) Permukaan dari hidrofobik menjadi lebih hidrofilik (Agrawal et
al.,2011).
Selain itu adapun keuntungan granulasi basah menurut Elisa, 2018
yaitu:
1) Kohesifitas dan kompresibilitas diperbaiki dengan adanya
penambahan bahan pengikat yang akan melapisis tiap partikel
serbuk, sehingga partikel-partikel tersebut akan saling melekat
membentuk granul.
2) Untuk zat aktif dalam dosis tinggi yang mempunyai sifat alir dan
kompresibilitas rendah yang dibuat dengan metode granulasi basah

membutuhkan bahan pengikat yang lebih sedikit karena digunakan


dalam bentuk larutan.

3) Kecepatan pelepasan zat aktif yang bersifat hidrofob dapat


diperbaiki dengan metode ini, yaitu dengan memilih pelarut yang
cocok.
4. Komposisi sediaan granul
Dalam membuat sediaan granul, sama seperti sediaan lainnya perlu ada zat
aktif dengan bahan tambahan agar mendapatkan hasil yang baik seperti:
a. Bahan pengisi (filler atau diluent)
Zat pengisi yaitu suat zat yang ditambahkan ke dalam formulasi sediaan
granul bertujuan untuk penyesaian bobot dan ukuran granul sehingga sesuai
30

dengan persyaratan, untuk membantu kemudahan dalam pembuatan granul,


dan meningkatkan kualitas sediaan granul. Zat pengisi yang umumnya
digunakan yaitu pati (amilum), laktosa, manitol, sorbitol, dan lain-lain (Siregar,
2010).
b. Bahan pengikat (binder)
Zat pengikat bertujuan agar granul tidak pecah dan retak dan dapat
dibentuk menjadi tablet (Anief, 1994). Ada dua golongan pengikat yaitu bahan
gula atau bahan polimerik. Bahan polimerik terdiri atas dua kelas, yang
pertama yaitu polimer alam seperti pati, atau gom akasia, tragakan dan
gelatin; dan yang kedua adalah polimer sintesis seperti polivinilpirolidon,
metilselulosa, etilselulosa, dan hidrosipropilselulosa (Siregar, 2010).
c. Bahan penghancur (disintegrant)
Zat penghancur dimaksudkan untuk memudahkan pecahnya sediaan
granul ataupun yang sudah jadi tablet ketika berkontak dengan cairan saluran

pencernaan dan mempermudah absorbsi (Lachman dkk, 2010). Disintegrant


idealnya menyebabkan tablet hancur tidak saja dengan granul yang dikempa,

tetapi juga menjadi partikel serbuk yang berasal dari granul (Siregar, 2010).
d. Bahan perasa dan pewarna
Bahan pemberi rasa sangat penting dalam pembuatan granul ataupun
tablet. Apa yang dirasa mulut saat menyicipi sediaan tersebut sangat terkait
dengan penerimaan konsumen nantinya dan berarti juga sangat berpengaruh
terhadap kualitas produk. Dalam formula sediaan granul, bahan perasa yang
digunakan umumnya juga merupakan bahan pengisi sediaan tersebut, seperti
manitol (Syamsuni, 2007).
31

Penggunaan zat pemberi warna dalam sediaan farmasi untuk tujuan


estetika, sebagai pembantu sensori untuk pemberi rasa yang digunakan, dan
untuk tujuan kekhasan dari produk. Umumnya pewarna yang dipakai harus
sinergis dengan rasa yang digunakan pada sediaan. Untuk sediaan granul
ataupun yang telah menjadi tablet dan kapsul biasanya membutuhkan
perbandingan zat warna yang lebih besar (± 0,1%) untuk mencapai warna
yang diinginkan daripada dengan sediaan cair (Widiati, 2016).
5. Cara pembuatan granul
Cara pembuatan granul biasanya banyak cara yang bisa digunakan
tergantung juga dari metode granulasi yang dipilih, biasanya ada dengan cara
yang sederhana seperti menggunakan ayakan untuk membentuk sediaan
granul, dan juga ada yang telah menggunakan alat dari proses pencampuran
hingga proses pengemasan. Untuk cara pembuatan granul instant
menggunakan metode granulasi basah. Biasanya dilakukan dengan cara

bahan yang diperlukan dalam formula ditimbang sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan untuk membuat sejumlah granul instan dan campur, kemudian

diaduk. Setelah semua bahan tercampur rata dan homogen kemudian


tambahkan pembasah sedikit demi sedikit sampai terbentuk massa yang
dapat dikepal. Setelah terbentuk massa yang kempal kemudian diayak
dengan menggunakan ayakan yang telah ditentukan. Setelah berubah menjadi
granul kemudian ditebarkan diatas selembar kertas yang lebar dalam
nampan yang dangkal, dikeringkan pada suhu 40-50°C. Kemudian diayak
dengan ayakan yang lebih kecil, kemudian granul di tempatkan di wadah
kedap udara, lalu siap untuk dilakukan uji karakterisasi granul (Husni et al,
2022).
32

6. Evaluasi sediaan granul


Menurut Lachman, 1994 Evaluasi granul merujuk kepada sifat-sifat
granulasi yang meliputi :
a. Ukuran Partikel
Ukuran partikel granul dapat mempengaruhi waktu hancur, kerapuhan
granul, daya mengalir granul serta kinetika kecepatan pengeringan dari
granulasi basah. Pengaruh ukuran granul dan distribusi ukuran yang tepat
pada persyaratan-persyaratan proses, karakter granul akhir tergantung pada
bahan yang formulasi serta konsentrasinya, juga peralatan yang dipakai serta
kondisi proses.
b. Luas Permukaan
Pengukuran luas permukaan berbagai serbuk obat yang telah
dihaluskan penting bagi obat-obat yang kelarutannya dalam air terbatas.
Ukuran partikel dan terutama luas permukaan dapat mempengaruhi

kecepatan melarut. Di dalam praktik pengukuran luas permukaan granul


jarang di lakukan. Biasanya bila ingin mengetahui efek permukaan granul

terhadap sifat-sifat yang dapat diukur dari produk akhir, maka yang diukur
adalah ukuran partikel, biasanya terdapat hubungan yang terbalik antara
ukuran partikel dan luas permukaan.
c. Kerapatan granul
Kerapatan granul dapat mempengaruhi kompresibilitas,porositas
tablet, kelarutan dan sifat-sifat lainnya. Ada dua metode untuk menentukan
kerapatan granul, keduanya mempergunakan piknometer. Yang pertama
memakai air raksa sebagai cairan pengisis sela, sedangkan yang kedua
memakai pelarut yang bertekanan permukaan rendah dan tidak melarutkan
33

granulnya. Ketepatan metode ini tergantung pada kemampuan cairan pengisi


sela memasuki pori-pori granul. Kerapatan diukur dari volume cairan pengisi
sela yang dipindahkan oleh sejumlah tertentu granul dalam piknometer.
d. Kekuatan dan Keregasan Granul
Granul adalah gumpalan partikel yang saling mengikat dengan
kekuatan tertentu. Kekuatan granul basah tergantung pada tegangan
permukaan cairan dan gaya kapiler. Pengukuran kekuatan granul ditujukan
untuk memperkirakan besarnya gaya mengikat granul satu dengan yang
lainnya. Besarnya gaya yang didapat sudah tentu tergantung dari bahan dasar,
jenis dan jumlah granulator, alat yang dipakai dan lain-lain.
e. Pengujian Sudut Diam
Metode corong yang tegak dan kerucut yang berdiri bebas memakai
corong yang dijaga agar ujungnya berada pada satu ketinggian yang
dikehendaki H di atas kertas grafik yang terletak pada bidang horizontal.

Bubuk atau granul dituang perlahan-lahan sampai ke ujung corong. R adalah


jari-jari dari alas tumpukan yang berbentuk kerucut

f. Pengujian Kecepatan Alir Granul


Kecepatan aliran ini dipakai sebagai metode untuk menetapkan
kemampuan mengalir. Aliran bahan yang keluar dari hopper ke dalam alat
timbangan dipantau terus menerus. Alatnya sederhana dan hasilnya mudah
untuk diinterpretasikan, sehingga metode ini sangat pragmatis. (lachman L. ,
1994)
g. Hausner’s ratio
Hausner ratio merupakan salah satu metode dalam menetapkan sifat
alir serbuk atau granul dengan cara mengukur tapped density dan bulk density.
34

Rasio < 1,00 menunjukkan sifat alir yang sangat baik, sedangkan rasio > 1,60
menunjukkan sifat alir yang sangat-sangat buruk (Jayani et al., 2021).
h. Index komprebilitas
Kompresibilitas merupakan kemampuan granul untuk membentuk
tablet dengan tekanan tertentu. Kompresibilitas juga biasanya disebut dengan
index carr’s yang dapat digunakan untuk menentukan sifat alir. Semakin besar
nilai kompresibilitas menunjukkan granul memiliki sifat alir yang kurang baik.
(Archer et al., 2020)
7. Uji penerimaan masyarakat terhadap granul nutraceutical
a. Uji hedonik
Uji hedonik merupakan sebuah pengujian dalam analisa sensori
organoleptik yang digunakan untuk mengetahui besarnya perbedaan kualitas
diantara beberapa produk sejenis dengan memberikan penilaian atau skor
terhadap sifat tertentu dari suatu produk dan untuk mengetahui tingkat

kesukaan dari suatu produk (Vanmathi et al., 2019).


b. Metode dan instrumen

Menurut Usman, Husaini dan Akbar S, Purnomo (2008) data dapat


dikumpulkan langsung oleh peneliti melalui pihak yang disebut sumber
primer, dan data yang dikumpulkan oleh peneliti melalui pihak kedua atau
tangan kedua disebut sumber sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui
wawancara kepada pihak lain tentang objek dan subjek yang diteliti, dan
mempelajari dokumentasi-dokumentasi tentang objek dan subjek yang
diteliti.
35

Teknik pengumpulan data yang bisa gunakan adalah:


1. Angket (Kuesioner) Metode ini ialah dengan cara menyebarkan angket
dan mengumpulkan data-data dari berbagai pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Mengemukakan
kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya.
2. Observasi Mengadakan pengamatan langsung ke lapangan untuk
mendapatkan informasi secara jelas dan lebih akurat mengenai variabel yang
diteliti.
3. Belajar Sastra Pengumpulan informasi yang berhubungan dengan
teori-teori yang bekaitan dengan masalah dan variabel yang diteliti.
Studi literatur tersebut diperoleh dari perpustakaan,skripsi angkatan
terdahulu, buku-buku, media elektronik (internet).

4. Wawancara Dilakukan melalui teknik komunikasi langsung kepada


pihak yang bersangkutan. Wawancara ini dilakukan kepada beberapa orang

untuk memberikan penilaian langsung (Sugiyono, 2011).


c. Teknik analisis data
Data hasil uji hedonik merupakan salah satu parameter penting dalam
pengembangan produk pangan sehingga umumnya dianalisis dengan
berbagai pendekatan metode statistik baik parametrik dan non-parametrik
(Asmare & Begashaw, 2018). Beberapa uji hedonik pada bahan pangan
menggunakan pendekatan statistik non-parametrik menggunakan metode
KurskalWallis dan Friedman-Conover. Beberapa penelitian lain
menggunakan pendekatan statistik parameterik melalui uji ANOVA (Mareta,
36

2019). Terdapat pula penelitian uji hedonik bahan pangan yang


menggunakan kombinasi pendekatan statistik non-parametrik dan
parameterik dalam analisisnya (Suradi, 2007). Selain itu analisis statistik data
uji hedonik bisa dilakukan secara deskriptif dan inferensial. (Wangiyana &
Triandini, 2022).
D. Tinjauan Islami
1. Tanda kebesaran Allah SWT
Istilah yang popular tentang obat dalam berbagai teks-teks keagamaan
ialah dawa’ (bentuk tunggal) atau adwiyah (bentuk jamak) yang berarti obat.
Sedangkan kata da’ yang seakar dengan istilah di atas adalah penyakit (Rahim,
Naid, Abu Nawas 2007, 1-3).

Allah SWT. menciptakan seluruh alam semesta termasuk bumi dan


isinya dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Salah satu ciptaannya adalah
makhluk hidup seperti tumbuhan yang memiliki banyak manfaat. Berbagai

macam jenisnya dapat digunakan sebagai obat yang merupakan anugerah,


karena Allah SWT tidak memberi penyakit tidak dengan obat

(penyembuhnya). Inilah yang harus manusia pahami dan manfaatkan,


sebagaimana dalam firman Allah Qur’an surah Al- Jatsiya (45) ayat 12 :
ْ َ َُ َ = ُ 2ُ2 َ 2 8= ‫ﱠ‬ ) ُe =
‫ﺘﻐْﻮا ِﻣْﻦ ﻓﻀِﻠٖﻪ‬Vْ‫ﺮٖە َوِﻟﺘ‬C‫ﺎْﻣ‬aِ ‫ِﻪ‬Jْ‫ﺮَي اﻟﻔﻠﻚ ِﻓ‬C‫ْﺤَﺮ ِﻟﺘْﺠ‬3َ‫ اﻟِﺬْي َﺳﺨَﺮ ﻟ\ُﻢ اﻟ‬d ‫ا‬
َۚ ْ ُ 8 ْ َ ْ 8 ) َ = َ
‫۝‬gh ‫ﺸﻜﺮون‬F ‫وﻟﻌﻠ\ﻢ‬
Terjemahnya :

Allahlah yang telah menundukkan laut untukmu agar kapal-kapal dapat


berlayar di atasnya dengan perintah-Nya, agar kamu dapat mencari
sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur (Kemenag, 2019).
37

Tidakkah kalian perhatikan, wahai manusia, bahwa Allah Yang Maha


Esa lagi Mahakuasa-lah yang telah menundukkan laut, yakni memudahkannya
untuk kemaslahatan kamu agar kapal-kapal dapat berlayar di atasnya
membawa kamu dan barang-barang keperluanmu hingga ke tempat tujuan
dengan izin dan perintah-Nya, dan agar kamu dapat mencari sebagian karunia-
Nya, yang berupa hasil laut, seperti ikan dan hasil laut lainnya, dan juga agar
kamu bersyukur atas nikmat-nikmat Allah yang di anugerahkan-Nya itu
(Kementrian agama.,2022).
2. Pemanfaatan tumbuh tumbuhan
Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup ciptaan Allah SWT
yang beraneka ragam jenisnya dan tersebar luas di muka bumi. Tumbuhan
diketahui memiliki banyak manfaat bagi manusia maupun hewan Penciptaan
tanaman dengan berbagai manfaatnya ini telah terrmaktub dalam Al-Qur’an
surat As-Syu’ara’ ayat 7 yaitu sebagai berikut:
= ْ َ ‫ ﱢ‬8 َ ََْۢ= ْ = ْ َْ = kْ ََ ْ=َ=
(v) ‫ٍﻢ‬DBC‫ج ﻛ‬y‫ﻞ زو‬r ‫ﺘﻨﺎ ِﻓﻴﻬﺎ ِﻣﻦ‬V‫ﻢ أﻧ‬r ‫ض‬C ‫ ٱﻷر‬m‫أوﻟﻢ ﻳﺮوا ِإ‬

Terjemahnya:
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah
banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuhan
tumbuhan yang baik?” (Kemenag, 2019).

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menumbuhkan


berbagai macam tumbuhan yang baik. Maksud dari tumbuhan-tumbuhan yang
baik ini yaitu bahwa setiap tumbuhan memiliki banyak fungsi dan manfaat
meliputi sumber pangan, sumber papan, penghasil oksigen, dll. Selain itu,
tumbuhan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan herbal untuk mengobati
berbagai jenis penyakit. Dalam ayat diatas, Allah SWT juga mengisyaratkan
38

bahwa kita sebagai manusia dapat memperhatikan dan memanfaatkan


tumbuhan dengan baik, serta dapat mengembangkan serta memperluas ilmu
pengetahuan terutama tentang manfaat tumbuhan agar pemanfaatan
tumbuhan dapat diketahui lebih luas. Oleh karena itu, hubungan integrasi dari
penelitian ini dengan ayat tersebut yaitu dimana tumbuhan anggur laut ini
dapat digunakan sebagai bahan obat dalam bidang farmokologi dengan
kandungan metabolit sekundernya seperti flavonoid, tanin, fenol, steroid,
saponin, dan lain-lain.
Allah kemudian mengajak mereka untuk belajar dari alam seluruh, agar
mereka tahu bahwa hanya Allah saja yang berhak untuk disembah. Dan apakah
mereka yaitu orang musyrik itu, tidak memperhatikan apa yang mereka lihat
di hamparan bumi, betapa banyak Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai
macam pasangan tumbuh-tumbuhan yang baik dan membawa banyak sekali
kemanfaatan bagi manusia. Bukankah itu pertanda atas kekuasaan Allah, dan

anugerah-Nya yang tak terhingga kepada manusia? (Kementrian


agama.,2022).

Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pengobatan telah diketahui


sejak zaman terdahulu. Banyak manusia yang memanfaatkan tumbuhan
sebagai obat herbal karena terbukti dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Namun, mereka tidak mengetahui secara pasti kandungan yang terdapat pada
berbagai tumbuhan tersebut. Pemanfaatan tumbuhan dalam bidang
pengobatan ini akhirnya seakin berkembang seiring dengan perkembangan
industri farmasi ataupun obat herbal. Rasulullah SAW juga telah bersabda
yang tertulis dalam sebuah Hadis Riwayat Muslim No, 4084 sebagai berikut:
39

‫ َﻋﱠﺰ َوَﺟﻞﱠ‬d)‫ئ ﺑ•ْذن ا‬


َ َ ‫َ ََ ُ ﱠ‬ 8 َ َ ٌ ََ َ ‫ ﱢ‬8
ِ ِ ِ ِ ‫ﺮ‬C‫ِﻟ\ﻞ داٍء دواء ﻓِﺈذا أِﺻ†ﺐ دواء اﻟﺪاِء ﺑ‬

Artinya:
“Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk
suatu penyakit, maka akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah
‘azza wajalla.”) (HR. Muslim no. 4084 Kitab Salam, shahih)

Hadis di atas menjelaskan bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya dan
atas seizin Allah SWT maka penyakit tersebut dapat disembuhkan apabila
ditemukan obat yang tepat. Hadist tersebut secara tidak langsung
menandakan bahwa setiap penyakit yang Allah SWT turunkan kepada
manusia akan Allah turunkan pula obatnya. Oleh karena itu, kita manusia
sebagai khalifah di muka bumi ini yang mana Allah SWT berikan akal dan
fikiran sepatutnya kita harus meyakini, mempercayai, dan berusaha mengkaji

berbagai jenis tumbuhan dan kandungan senyawa metabolit sekunder yang


berpotensi sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit .
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang saat ini

semakin maju telah banyak penelitian-penelitian yang mengkaji kandungan


pada tumbuhan yang bermanfaat sebagai obat. Kandungan ini ialah senyawa
metabolit sekunder. Kandungan senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan
telah banyak diketahui dapat berpotensi sebagai bahan obat seperti
antibakteri, antioksidan, antikanker, dll. Salah satu jenis tumbuhan yang
diketahui memiliki aktivitas metabolit sekunder ialah tumbuhan anggur laut
(Caulerpa lentilifera) (Mapossa, 2018).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Caulerpa lentilifera memiliki
kandungan senyawa metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai
40

antibakteri, antivirus, antijamur, dll. Pada penelitian yang lain juga diketahui
bahwa senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuhan
anggur laut (Caulerpa lentilifera) meliputi flavonoid, tanin, saponin, steroid,
alkaloid, dan fenol. Adanya kandungan senyawa metabolit sekunder dalam
tumbuhan anggur laut (Caulerpa lentilifera) ini menjadikan anggur laut
berpotensi dalam bidang farmasi yang dapat digunakan sebagai pengobatan
suatu penyakit (Astuti et al., 2021).
Penciptaan tumbuhan dengan berbagai fungsi dan manfaatnya
merupakan salah satu bukti kekuasaan-Nya. Allah SWT dengan kekuasaanNya
dapat menciptakan segala sesuatu tanpa ada seorang pun yang dapat
menandingi-Nya. Sebagai manusia yang beriman seharusnya kita
mempercayai, meyakini, dan melakukan berbagai kajian-kajian salah satunya
mengenai manfaat tumbuhan sebagai obat sehingga keyakinan kita terhadap
kekuasaan Allah SWT juga semakin besar dan semakin bertambah pula

keimanan dan ilmu pengetahuan yang kita miliki. Dan atas seizin Allah SWT
kita juga dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan tersebut secara luas untuk

banyak orang karna sesungguhnya sebaik-baiknya manusia ialah yang


bermanfaat untuk orang lain dan pada dasarnya manusia hanya memiliki ilmu
pengetahuan yang terbatas sedangkan ilmu Allah SWT tidak akan ada
batasannya.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif (Sahrir.,
2021).
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimental laboratorium
berupa formulasi dan karakterisasi granul dari anggur laut (Caulerpa
lentilifera)
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi, Kimia
Analisis, dan Farmasetik Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Januari-selesai.

D. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Anggur laut
(Caulerpa lentilifera) yang diambil dari kabupaten Takalar.
E. Alat dan Bahan
1. Alat
Lemari pengering, mortir, stamper, perkamen, ayakan mesh 12 dan 16,
beaker glass ,batang pengaduk, blender serbuk , oven, kaca arloji, cawan
porselen, pipet tetes, sendok tanduk, gelas ukur, timbangan analitik, alat pH
meter.

41
42

2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu serbuk anggur (Caulerpa
lentilifera), xanthan gum, sari lemon, asam sitrat, maltodextrin, PVP K30, air
suling.
F. Prosedur kerja
1. Penyiapan sampel
a. Pengambilan sampel
Sampel yang digunakan adalah anggur laut (Caulerpa lentilifera).
Sampel diambil di Kabupaten Takalar (Iwan Hi. Kader, 2020).
b. Preparasi sampel
Sampel Anggur laut yang diperoleh kemudian dicuci menggunakan air
tawar dan dilakukan perendaman menggunakan air es selama 1 jam

menggunakan air suling hingga terlihat bersih, kemudian dilakukan


pengeringan sampel menggunakan tisu dan selanjutnya dimasukkan ke dalam

lemari pengering selama 2 hari hingga kering, setelah itu sampel yang telah
kering digerus menggunakan lumpang dan alu sampai halus, lalu kemudian
diayak dengan ayakan 60 (Nasrullah, 2023)
2. pembuatan granul
a. Formula granul anggur laut (Caulerpa lentilifera)

Bahan F1 F2 F3 F4 F5 F6

Sebuk 30 30 30 30 30 30
anggur laut

Xanthan 3 2 1 - - -
43

gum

Sari lemon qs qs qs - - -

Asam sitrat - - - 0,5 0,5 0,5

Manitol

Maltodextrin

PVP K30 5 5 5 5 5 5

b. Cara kerja
Cara pembuatan granul instan anggur laut (Caulerpa lentilifera)
menggunakan metode granulasi basah. Bahan yang diperlukan dalam formula
ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk membuat sejumlah
granul instan dan campur, kemudian diaduk. Setelah semua bahan tercampur
rata dan homogen kemudian tambahkan ekstrak jeruk nipis sedikit demi
sedikit sampai terbentuk massa yang dapat dikepal. Setelah terbentuk massa
yang kempal kemudian diayak dengan menggunakan ayakan no. 12. Setelah
berubah menjadi granul kemudian ditebarkan diatas selembar kertas yang
lebar dalam nampan yang dangkal, dikeringkan pada suhu 40-50°C. Kemudian
diayak dengan ayakan no. 16, kemudian granul di tempatkan di wadah kedap
udara, lalu siap untuk dilakukan uji karakterisasi granul.
G. Karakteriasi Granul
1. Organoleptik
Dilihat secara langsung mulai dari bentuk, warna, bau dan rasa dari
granul yang dihasilkan.
Persyaratan :Bentuk, warna yang dihasilkan sedapat mungkin sama antara
satu dengan yang lainnya (Elisabeth et al., 2018).
44

2. Uji kadar air


Pengujian kadar air dilakukan dengan cara memasukkan 5 g granul
kedalam alat moisture analyzer. Alat diaktifikan dan ditunggu selama 15 menit,
kemudian dilakukan pengukuran kadar air dengan suhu pemananasan 110º C
selama 15 menit.
Persyaratan: kadar air adalah kurang dari 2 – 4 % (Kemenkes, 2020).
3. Uji Kecepatan alir
Prosedur kerja untuk memperoleh granul dengan kualitas yang baik
yaitu sebanyak 100 g granul dimasukkan ke dalam corong yang tertutup
bagian bawahnya. Penutup dibuka dan alat pencatat waktu dihidupkan hingga
semua granul keluar dari corong dan membentuk timbunan di atas kertas
grafik, kemudian alat pencatat waktu dimatikan.

Persyaratan :Aliran granul yang baik adalah jika waktu yang diperlukan
untuk mengalirkan 100 gram tidak lebih dari 10 detik (Voight, 1994).

4. Uji sudut diam


Sudut diam merupakan suatu sudut tetap yang terjadi antara timbunan
partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal jika sejumlah serbuk
dituang ke dalam alat pengukur. Sudut diam ditentukan dengan persamaan
Tan α = h/r dimana α adalah sudut diam, h adalah tinggi kerucut dan r adalah
jari-jari kerucut.
Persyaratan : Sudut diam yang baik antara 25- 40° (Lachman, 1994).
45

5. Uji Distribusi Ukuran Partikel


Pengukuran distribusi ukuran partikel dilakukan dengan mengayak
100 g granul menggunakan satu set pengayak standar dengan ukuran mesh
20, 30, 50, 60, 80 dan 100. Pengayak digetarkan dengan vibrator selama 20
menit dengan kecepatan getaran 60 rpm. Bobot granul yang terdapat pada
masing-masing pengayak di timbang untuk menentukan distribusi ukuran
partikel granul.
Persyaratan: Granul diharapkan memiliki sejumlah kecil fines (<10%)
(Kemenkes, 2020).
6. Penentuan Bobot Jenis Nyata
Sebanyak 40 g granul (W0) di masukkan kedalam gelas ukur 250 ml
lalu di catat volume nya(V0). Bobot jenis nyata di hitung dengan persamaan
ρ = 𝑤𝑜/𝑣𝑜 (Halim et al., 2012).
7. Uji Waktu Larut

Sebanyak 7 g granul dimasukkan kedalam 200 mL aquadest. Syarat


waktu larut yang baik pada sedian granul adalah kurang dari lima menit

dimulai saat granul tercelup ke dalam air sampai granul terlarut sempurna dan
menghasilkan gelembung-gelembung disekitar wadah mulai menghilang, di
lakukan tiga kali pengulangan.
Persyaratan: Granul yang baik memiliki waktu larut < 5 menit
(Kemenkes, 2020).
8. Uji susut pengeringan
Timbang seksama seluruh granul basah sebanyak 1-2 gram yang
sudah diayak dalam botol tertutup yang bobotnya sudah ditetepkan.
Panaskan pada suhu 105°C selama 1 jam, lalu didinginkan dalam eksikator
46

kemudian ditimbang lakukan pemanasan lagi sampai diperoleh selisih dua


kali penimbangan tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa (Kemenkes, 2020).
!"!"# %&%'(!"!"# %)*+,
Susut pengeringan = !"!"# %&%' x 100%

Persyaratan: selisih dua kali penimbangan tidak lebih dari 0,5 mg tiap
gram sisa (Kemenkes, 2020).
9. Uji volume sedimentasi
Penentuan banyaknya sedimen dengan menggunakan metode
sedimentasi dilakukan dengan cara timbang 5 gram granul kemudian larutkan
dalam 100 ml aqua destilata. Aduk selama 20 detik dan amati banyaknya
sedimen yang terjadi selama 1-15 menit.
Ket: Vo = volume awal
Vu = volume akhir
Persyaratan: Volume sedimentasi dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan F=Vu/ Vo (Ansel, 1989).

10. Uji redispersibilitas


Penentuan tinggi endapan dilakukan dengan cara 5 gram granul instan

dicampur dangan 100 ml air, diaduk selama 20 detik. Kemudian endapan


diukur dari menit pertama sampai menit ke 15 menggunakan alat atau tabung
reaksi yang berdiameter 2,5 cm (Mulyadi et al., 2011).
11. Uji hedonik
Uji hedonik ini dilakukan untuk menilai apakah granul instan anggur
laut (Caulerpa lentilifera) tersebut dapat diterima oleh masyarakat dengan
parameter uji bau, rasa dan penampilan baik dalam bentuk granul maupun
yang sudah dicampur di berbagai macam makanan. Pengamatan dilakukan
oleh 30 orang responden yang akan menilai dengan angka 1-10.
47

Persyaratan : nilai 1-5 menandakan konsumen kurang suka, dan nilai


6-10 menandakan konsumen suka terhadap sediaan (Mulyadi et al., 2011).
H. Analisis data
1. Pendekatan teoritis
Data yang diperoleh dari beberapa pengujian diatas dibandingkan
dengan persyaratan dalam Farmakope Indonesia maupun pustaka lain.
2. Pendekatan statistik
Analisis data menggunakan metode statistik yaitu anova satu jalan
yang dilanjutkan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan taraf kepercayaan
95%.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh


Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608,
700, Jakarta, UI Press.
Abouzid, S. F., Ahmed, O. M., Ahmed, R. R., Mahmoud, A., Abdella, E., & Ashour,
M. B. (2014). Antihyperglycemic effect of crude extracts of some Egyptian
plants and algae. Journal of Medicinal Food, 17(3), 400–406.
https://doi.org/10.1089/jmf.2013.0068
Antara, K. L., Fadjar, M., & Setijawati, D. (2022). Analisis Pertumbuhan
Caulerpa lentifera yang Terintegrasi dengan Budidaya Haliotis squamata.
Buletin Oseanografi Marina, 11(3), 347–357.
https://doi.org/10.14710/buloma.v11i3.47685
Archer, M. A., Kumadoh, D., Yeboah, G. N., Kyene, M. O., Kumatia, E. K., Antwi,
S., & Appiah, A. A. (2020). Formulation and evaluation of capsules
containing extracts of Cassia sieberiana for improved therapeutic
outcome. Scientific African, 10, e00609.
https://doi.org/10.1016/j.sciaf.2020.e00609
Astuti, N. A., Cokrowati, N., & Mukhlis, A. (2021). Cultivation of Seagrapes (
Caulerpa lentillifera ) in Controlled Containers with the Addition of
Different Doses of Fertilizers. 2(1), 1–6.
Bloom, N., & Reenen, J. Van. (2013). Potensi Dan Manfaat Rumput Laut Dari
Indonesia Sebagai Bahan Pangan Dan Kosmetika. Nber Working Papers,
1983, 89. http://www.nber.org/papers/w16019
Cheung, R. C. F., Ng, T. B., & Wong, J. H. (2015). Marine peptides: Bioactivities
and applications. In Marine Drugs (Vol. 13, Issue 7).
https://doi.org/10.3390/md13074006
Chew, Y. L., Lim, Y. Y., Omar, M., & Khoo, K. S. (2008). Antioxidant activity of
three edible seaweeds from two areas in South East Asia. Lwt, 41(6),
1067–1072. https://doi.org/10.1016/j.lwt.2007.06.013
Dawood Shah, M., Seelan Sathiya Seelan, J., & Iqbal, M. (2020). Phytochemical
investigation and antioxidant activities of methanol extract, methanol
fractions and essential oil of Dillenia suffruticosa leaves. Arabian Journal
of Chemistry, 13(9), 7170–7182.
https://doi.org/10.1016/j.arabjc.2020.07.022
Dipahayu, D., Rachmawati, F. N., & Safitri, D. (2022). Formulasi Granul Instan
Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Varietas Antin-
3. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 4(SE-1), 88–92.
https://doi.org/10.25026/jsk.v4ise-1.1693

48
49

Djarot, P., & Badar, M. (2017). Formulation and Production of Granule From
Annona Muricata Fruit Juice As Antihypertensive Instant Drink.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 9(5), 18.
https://doi.org/10.22159/ijpps.2017v9i5.16506
Dwi Setyorini, S., Eriyanto Yusnawan Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang
dan Umbi Jalan Raya Kendalpayak KM-, dan, & Timur, J. (2016).
Peningkatan Kandungan Metabolit Sekunder Tanaman Aneka Kacang
sebagai Respon Cekaman Biotik The Increase of Secondary Metabolite in
Legumes as a Response of Biotic Stress. Iptek Tanaman Pangan, 11(2),
167–174.
Eka, S., Ningrum, S., Lestari, L. W., Maulinda, R., Cahya, N., Khasanah, A.,
Rahmah, F. S., & Rahmayanti, M. (2023). World Nutrition Journal |. 74–84.
https://doi.org/10.25220/WNJ.V07.i1.0011
Elisabeth, V., YamLean, P. V. Y., & Supriati, H. S. (2018). Formulasi Sediaan
Granul Dengan Bahan Pengikat Pati Kulit Pisang Goroho (Musa acuminafe
L.) Dan Pengaruhnya Pada Sifar Fisik Granul. Jurnal Ilmiah Farmasi, 7(4),
1–11.
Fadhila, N., Sriwidodo, S., & Chaerunisaa, A. (2022). Instant Granules of
Mangosteen Peel (Garcinia Mangostana L.) Ethanol Extract as
Antioxidants. Sciences of Pharmacy, 1(1), 1–7.
https://doi.org/10.58920/sciphar01010001
Fajar, A., Ibrahim, R., & Dewi, E. (2014). Stabilitas Ekstrak Kasar Pigmen
Klorofil, Beta Karoten, dan Caulerpin Alga Hijau (Caulerpa Racemosa)
pada Suhu Penyimpanan yang Berbeda. Jurnal Pengolahan Dan
Bioteknologi Hasil Perikanan, 3(1), 1–10.
Firda, H., Junaidi, M., Dwi, B., & Setyono, H. (2022). The Effect Of Harvesting On
The Production And Antioxidant Activity Of Sea Grape ( Caulerpa Racemosa
) By Rigid Quadr. 2, 54–64.
Firdaus, F., Islamaya, W., & Fajriyanto, F. (2014). Formulasi Nutraseutikal
Sediaan Gummy Candies Sari Buah Belimbing Manis (Averrhoa
Carambola. L) Dengan Variasi Kadar Manitol Dan Corn Syrup Sebagai
Basis. Teknoin, 20(1), 1–11.
https://doi.org/10.20885/teknoin.vol20.iss1.art5
Fithriani, D. (2009). Potensi antioksidan caulerpa racemosa di perairan teluk
hurun Lampung. 25.
Hakim, I., & Malle, S. (2023). Kajian Penggunaan Tepung Lawi-Lawi ( Caulerpa
lentillifera) Pada Pembuatan Sosis Ikan Bandeng. Lutjanus, 14(1), 57–66.
Halim, A., Octavia, M. D., & Indriyani, R. (2012). Pengaruh besar ukuran partikel
perhadap sifat – sifat tablet metronidazol. Jurnal Farmasi Higea, 4(2), 74–
92.
50

Hasanah, F. T. (2020). Karakteristik wilayah daratan dan perairan Indonesia.


Jurnal Geografi, 20(13), 1–6.
Husni et al. (2022). Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Granul Instan Serbuk
Kering Tangkai Genjer (Limnocharis flava (L.) Buchenau.) Sebagai
Suplemen Penambah Serat. Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Volume 3 No
1, 3(8.5.2017), 2003–2005.
Indarkasi, R. H., Adam, M. A., Lumbessy, S. Y., & Kotta, R. (2023). Analisis
Pertumbuhan Rumput Laut Caulerpa racemosa dengan Menggunakan
Teknik Kantong. 2(1), 9–17.
Jayani, N. I. E., Salawane, B. L., Pelopolin, H. Y., & Rani, K. C. (2021). Formulation
and evaluation of two types of functional beverage granules made of
extracts of guava leaves, purple sweet potato and cinnamon. Tropical
Journal of Natural Product Research, 5(6), 1024–1029.
https://doi.org/10.26538/tjnpr/v5i6.7
Kalra, E. K. (2003). Nutraceutical - Definition and introduction. AAPS PharmSci,
5(3), 27–28. https://doi.org/10.1208/ps050325
Katrin Heatubun, A., Teknologi, J., Pertanian, H., & Pertanian, F. (2022).
Pengaruh Penambahan Konsentrasi Sari Kayu Manis (Cinnamomum
Verum) terhadap Kadar Air, Kadar Abu, dan Kadar Protein Minuman
Instan Anggur Laut (Caulerpa sp) Effect of Addition Cinnamon
(Cinnamomum verum) Levels on Moisture Content, Ash Content, and
Protei. Journal of Tropical Upland Resources ISSN, 04(02), 82–89.
Khairuddin, K., Sudirman, S., Huang, L., & Kong, Z. L. (2020). Caulerpa
lentillifera polysaccharides-rich extract reduces oxidative stress and
proinflammatory cytokines levels associated with male reproductive
functions in diabetic mice. Applied Sciences (Switzerland), 10(24), 1–14.
https://doi.org/10.3390/app10248768
Kumar, Y., Tarafdar, A., & Badgujar, P. C. (2021). Seaweed as a Source of Natural
Antioxidants: Therapeutic Activity and Food Applications. Journal of Food
Quality, 2021. https://doi.org/10.1155/2021/5753391
Kurniaty, I., Sari, F., & Fitriyano, G. (2019). Pelatihan Pengolahan Produk
Permen Jelly Dari. September.
Kusumo, N. N., & Mita, S. R. (2016). Review: Pengaruh natural binder pada hasil
granulasi parasetamol. Farmaka, 14(1), 228–235.
Lantah, P. L., Montolalu, L. A. D. Y., & Reo, A. R. (2017). Kandungan Fitokimia
Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Rumput Laut Kappaphycus
alvarezii (Phytochemical Content and Antioxidant Activity of Seaweed
Kappaphycus alvarezii Extracted with Methanol) Mahasiswa pada
Program Studi Teknologi Hasil Perikana. Jurnal Media Teknologi Hasil
Perikanan, 5(3), 167–173.
51

Lau, R., PRABOWO, S., & RIAMI, R. (2020). Pengaruh Pemberian Ekstrak
Anggur Laut terhadap Penurunan Kadar Kolesterol LDL Rattus
norvegicus Jantan yang Mendapat Diet Tinggi Lemak. Hang Tuah Medical
Journal, 17(2), 192. https://doi.org/10.30649/htmj.v17i2.340
Lee, Y. Y., Choo, O. sung, Kim, Y. J., Gil, E. S., Jang, J. H., Kang, Y., & Choung, Y. H.
(2020). Atorvastatin prevents hearing impairment in the presence of
hyperlipidemia. Biochimica et Biophysica Acta - Molecular Cell Research,
1867(12), 118850. https://doi.org/10.1016/j.bbamcr.2020.118850

Lestari, M. M. (2013). Potensi dan tantangan pengelolaan sumberdaya


kelautan dalam penciptaan masyarakat pesisir yang siap menjawab
perkembangan zaman. Jurnal Selat, 1(1), 8–12.
Mapossa, J. B. (2018). Kajian Potensi Ekstrak Anggur Laut (Caulerpa racemosa)
Sebagai Antibakteri Terhadap Bakteri Escherichia coli DAN
Staphylococcus aureus Study. New England Journal of Medicine,
372(2),24992508.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7556065%0A
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC39450
7%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.humpath.2017.05.005%0Ahttps://do
i.org/10.1007/s00401-018-1825
z%0Ahttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27157931
Mardiana, L., & Fauzi, M. (2023). Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Granul
Instan Talas (Colocasia Esculenta L) Dan Sintrong (Crassocephalum
Crepidioides) Sebagai Suplemen Kesehatan. JIKES : Jurnal Ilmu Kesehatan,
1(2), 173–178.
Mareta, D. T. (2019). Hedonic Test Method for Measuring Instant Pindang
Seasoning Powder Preferences. Journal of Science and Applicative
Technology, 3(1), 34. https://doi.org/10.35472/jsat.v3i1.195
Marpaung, A. M. (2020). Functional Food and Nutraceutical Biotechnology. J.
Functional Food & Nutraceutical, 1(2), 63–85.
Matanjun, P., & Muhammad, K. (2010). Functional Food Laboratory, Faculty of
Food Science and Technology and 2 School of Food Science and Nutrition,
University of Malaysia Sabah, Kota Kinabalu, Sabah; and 3 Faculty of
Veterinary Medicine, University of Putra Malaysia, Serdang, Selangor,
Malay. Journal of Medicinal Food, 13(4), 1–10.
Mcclements, D. J., Zou, L., Zhang, R., Salvia-Trujillo, L., Kumosani, T., & Xiao, H.
(2015). Enhancing Nutraceutical Performance Using Excipient Foods:
Designing Food Structures and Compositions to Increase Bioavailability.
Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety, 14(6), 824–847.
https://doi.org/10.1111/1541-4337.12170
Mulyadi, M. D., Astuti, I. Y., & Dhiani, B. A. (2011). Formulasi Granul Instan Jus
Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa L) dengan Variasi Konsentrasi
Povidon sebagai Bahan Pengikat serta Kontrol Kualitasnya. Pharmacy,
8(3), 29–41.
52

Nagappan, T., & Vairappan, C. S. (2014). Nutritional and bioactive properties


of three edible species of green algae, genus Caulerpa (Caulerpaceae).
Journal of Applied Phycology, 26(2), 1019–1027.
https://doi.org/10.1007/s10811-013-0147-8
Nasrullah, N. N. (2022). Potensi Nutraseutikal Alga Selada (Ulva lactuca), Agar
Merah (Gracilaria verrucosa), Anggur Laut (Caulerpa lentilifera), Agar
Hijau (Eucheuma cottoni), Alga Coklat (Sargassum), Sebagai Makanan
Untuk Pencegahan Hiperkolesterol Dan Hiperglikemia Pada Mencit. In
skripsi,Uin Alauddin Makassarn (Vol. 2, Issue 8.5.2017, pp. 2003–2005).

Oktriyanto, A. F., Ramadhani, U. K. S., & Karim, D. D. A. (2023). Aktivitas


Antioksidan Sediaan Nutrasetikal Gummy Candy dari Rebusan Daun
Sirsak (Annona muricata L.) dengan Variasi Konsentrasi Gelatin dan
Pektin. PharmaCine : Journal of Pharmacy, Medical and Health Science,
4(2), 120–140. https://doi.org/10.35706/pc.v4i2.10078
Panjaitan, R. S., Vesselaldo, M., Michael, M., & Kurniawan, W. (2021). Farmasi
Kelautan: Manfaat Rumput Laut Dalam Kehidupan Sehari-Hari. Abdimas
Galuh, 3(2), 265. https://doi.org/10.25157/ag.v3i2.5528
Pizzino, G., Irrera, N., Cucinotta, M., Pallio, G., Mannino, F., Arcoraci, V.,
Squadrito, F., Altavilla, D., & Bitto, A. (2017). Oxidative Stress: Harms and
Benefits for Human Health. Oxidative Medicine and Cellular Longevity,
2017. https://doi.org/10.1155/2017/8416763
Pulukadan, I., Keppel, R. C., & Gerung, G. S. (2013). A study on bioecology of
macroalgae, genus Caulerpa in northern Minahasa Waters, North
Sulawesi Province. Aquatic Science & Management, 1(1), 26.
https://doi.org/10.35800/jasm.1.1.2013.1965
Putri, Y. D., Warya, S., & Afdina, M. (2021). Formulasi Granul Instan
Antioksidan Ekstrak Etanol Bawang Dayak (Eleutherine americana Merr.)
Dengan Variasi Pengikat PVP K30. Jurnal Sains Dan Teknologi Farmasi
Indonesia, 10(2), 58. https://doi.org/10.58327/jstfi.v10i2.157
Safitri, E., Rachmadiarti, F., Biologi, J., Matematika, F., Pengetahuan, I.,
Universitas, A., & Surabaya, N. (2023). Analisis Parameter Kualitas Air
Untuk Habitat Rumput Laut Caulerpa racemosa. 12, 299–306.
https://journal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio/indeks
Saikh, M. A. A. (2013). a Technical Note on Granulation Technology: a Way To
Optimise Granules. International Journal of Pharmaceutical Sciences and
Research, 4(1), 55–67.
Sari, D. P., Fahriati, A. R., & Maelaningsih, F. S. (2023). Formulation of Instant
Granules from Ethanolic Extract of Melinjo Peel (Gnetum gnemon L)
Extract as Anti-Hyperuricemia. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 13(August),
140–149.
53

Sato, M., Hosokawa, T., Yamaguchi, T., Nakano, T., Muramoto, K., Kahara, T.,
Funayama, K., Kobayashi, A., & Nakano, T. (2002). Angiotensin I-
converting enzyme inhibitory peptides derived from wakame (Undaria
pinnatifida) and their antihypertensive effect in spontaneously
hypertensive rats. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 50(21),
6245–6252. https://doi.org/10.1021/jf020482t
Seem, T. C., Rowson, N. A., Ingram, A., Huang, Z., Yu, S., de Matas, M., Gabbott, I.,
& Reynolds, G. K. (2015). Twin screw granulation - A literature review.
Powder Technology, 276, 89–102.
https://doi.org/10.1016/j.powtec.2015.01.075
Sharimina, V. G., & Dolih, G. (2018). Review Artikel: Formulasi dan Evaluasi
Sediaan Granul Effervescent dan Sediaan Tablet dengan Metode Granulasi
Basah. Farmaka, 16(1), 117–123.
Siregar. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet (dasar-dasar praktis).
Siregar, A. F., Sabdono, A., & Pringgenies, D. (2012). Potensi Antibakteri
Ekstrak Rumput Laut Terhadap Bakteri Penyakit Kulit Pseudomonas
aeruginosa , Staphylococcus epidermidis , dan Micrococcus luteus dari
Laboratorium Balai Kesehatan Jawa. Journal Of Marine Research, 1(2),
152–160. https://doi.org/10.14710/jmr.v1i2.2032
Suparmi, A. S. (2013). Kajian Pemanfaatan Sumber Daya Rumput Laut Dari
Aspek Industri dan Kesehatan. Jurnal Majalah Ilmiah Sultan Agung,
44(118), 95–116.
Suradi, K. (2007). Tingkat Kesukaan Bakso dari Berbagai Jenis Daging Melalui
Beberapa Pendekatan Statistik (The Hedonic Scaling of Meatball from
Various kind of Meat on Several Statistic Approached). Jurnal Ilmu Ternak,
7(1), 52–57. https://doi.org/10.33588/rn.3609.2002613
Torruco-Uco, J., Chel-Guerrero, L., Martínez-Ayala, A., Dávila-Ortíz, G., &
Betancur-Ancona, D. (2009). Angiotensin-I converting enzyme inhibitory
and antioxidant activities of protein hydrolysates from Phaseolus lunatus
and Phaseolus vulgaris seeds. Lwt, 42(10), 1597–1604.
https://doi.org/10.1016/j.lwt.2009.06.006
Utami, S. M., Ismaya, N. A., Ratnaningtyas, T. O., & Yunarto, N. (2022). Formulasi
Sediaan Minuman Serbuk Fungsional Kombinasi Biji Jagung (Zea mays L.
) dan Madu. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 109–117.
https://doi.org/10.22435/jki.v0i0.5536
Vanmathi, S. M., Monitha Star, M., Venkateswaramurthy, N., & Sambath Kumar,
R. (2019). Preterm birth facts: A review. Research Journal of Pharmacy and
Technology, 12(3), 1383–1390. https://doi.org/10.5958/0974-
360X.2019.00231.2
Wangiyana, I. G. A. S., & Triandini, I. G. A. A. H. (2022). Uji Hedonik Teh Herbal
Daun Tanaman Pohon Menggunakan Berbagai Pendekatan Statistik.
54

Journal of Agritechnology and Food Processing, 2(2), 43–53.


Wijesekara, I., & Kim, S. K. (2010). Angiotensin-I-converting enzyme (ACE)
inhibitors from marine resources: Prospects in the pharmaceutical
industry. Marine Drugs, 8(4), 1080–1093.
https://doi.org/10.3390/md8041080
Yudasmara, G. A. (2015). Budidaya Anggur Laut (Caulerpa Racemosa) melalui
Media Tanam Rigid Quadrant Nets Berbahan Bambu. JST (Jurnal Sains Dan
Teknologi), 3(2). https://doi.org/10.23887/jst-undiksha.v3i2.4481

Zulaini, L., Dalimunthe, G. I., & Kunci, K. (2022). Formulasi Sediaan Gummy
Candies Sari Sawi Pakcoy (Brassica Rapa L) Dengan Variasi Sukrosa
Sebagai Pemanis. Journal of Health and Medical Science, 1(2), 69–77.
https://pusdikra-publishing.com/index.php/jkes/home
55

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Skema kerja


1. Preparasi sampel Anggur laut (Caulerpa lentilifera)

Anggur laut (Caulerpa lentilifera)

Pencucian
+ air tawar
Perendaman

+ air es

Penghilangan air

+ lap tisu

Pengeringan

+ lemari pengering

Penghalusan
Blender + ayakan 60

Serbuk anggur laut


56

2. Cara pembuatan granul anggur laut (Caulerpa lentilifera)

Serbuk anggur laut (Caulerpa lentilifera)

Penimbangan
Zat aktif + bahan tambahan

Pencampuran

Pembentukan massa kempal

+ air sedikit demi sedikit


Pengayakan
Ayakan no 12

Pengeringan

Oven suhu 40°-50°


Pengayakan

Ayakan no 16
Penyimpanan

Wadah kedap udara

Pengujian karakterisasi
57

3. Karakterisasi granul anggur laut (Caulerpa lentilifera)

Granul anggur laut (Caulerpa lentilifera)

karakterisasi

organoleptik Susut Kecepatan Sudut istirahat Volume Homogenitas Bobot jenis redispersibilitas hedonik
Kadar air
pengeringan alir sedimentasi nyata

Analisis data

Anda mungkin juga menyukai