BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
2
yang menjadi habitat rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektar atau
terbesar di dunia (Suparmi, 2013). Potensi rumput laut perlu terus digali,
mengingat tingginya keanekaragaman rumput laut di perairan Indonesia.
Merujuk data yang dirilis oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO)
pada 2019 melaporkan bahwa Indonesia memiliki kurang lebih 555 jenis dari
8.642 spesies rumput laut yang terdapat di dunia. Dengan kata lain, perairan
Indonesia sebagai wilayah tropis memiliki sumber daya plasma nutfah rumput
laut sebesar 6,42% dari total biodiversitas rumput laut dunia (Kurniaty et al.,
2019). Secara global terdapat 8000 jenis rumput laut, dan dibedakan menjadi
4 kelas berdasarkan kandungan pigmen yaitu rumput laut merah
(Rhodophyta), rumput laut hijau (Chlorophyta), rumput laut coklat
kekuningan (Chrysophyta) dan rumput laut coklat (Phaeophyta) (Safitri et al.,
2023). Dibalik peran ekologis dan biologisnya dalam menjaga kestabilan
ekosistem laut serta sebagai tempat hidup sekaligus perlindungan bagi biota
lain, golongan makroalga ini memiliki potensi ekonomis yaitu sebagai bahan
baku dalam industri dan kesehatan. Pemanfaatan rumput laut secara
kalangan industri yang mau melirik potensi rumput laut ini (Panjaitan et al.,
2021).
Sulawesi Selatan merupakan provinsi yang fokus utama pertumbuhan
laut di Indonesia dengan komitmen terbesar (29%) pada tahun 2016. Di
Provinsi Sulawesi Selatan, daerah penghasil rumput laut adalah Kabupaten
Takalar, Jeneponto, Luwu, dan Bulukumba. Pada tahun 2016, Kabupaten
Takalar menghasilkan rumput laut paling banyak. Pola pertumbuhan di Kab.
Takalar dari 2012 hingga 2016 sebesar 5,2% (Qalsum, Adhi, & Fariyanti,
2018). Salah satu Kabupaten nasional yang dianggap berhasil dalam budidaya
rumput laut adalah Takalar. Fakta bahwa Takalar memiliki pesisir laut yang
cukup panjang, landai, dan lebar hingga ratusan meter dari bibir pantai
menjadi keunggulan Kabupaten Takalar. Karena surutnya Laut Takalar,
budidaya rumput laut di Takalar dapat dilakukan secara sederhana. Menurut
Sumadri (2018), hal ini menjadikan Takalar sebagai lokasi yang sangat baik
metabolit primer seperti serat, vitamin, mineral, dan lain-lain. Selain itu
rumput laut juga memiliki kandungan metabolit sekunder yang dapat di
gunakan sebagai sumber senyawa bioaktif dalam bidang farmasi seperti
antibakteri, antivirus, dan antijamur (Siregar et al., 2012).
Salah satu jenis rumput laut yang kandungan metabolit sekundernya
dapat digunakan dalam bidang farmasi adalah anggur laut (Caulerpa
lentilifera). (Firda et al., 2022)
Caulerpa lentillifera merupakan salah satu jenis rumput laut dengan
rasa sangat mirip dengan telur salmon, tetapi segar dan harum, tanpa bau amis
4
telur ikan (Antara et al., 2022) beberapa orang menyebut bahwa bentuk dan
rasa Caulerpa ini juga menyerupai telur ikan caviar, sehingga dikenal sebagai
”green caviar”. Selain itu juga karena bentuknya menyerupai anggur,
sebagian orang menyebutnya sebagai “sea grape” atau anggur laut.
Makroalga hijau Caulerpa lentillifera merupakan sumber nutrisi yang
menjanjikan untuk masa depan karena manfaat dan komposisinya untuk
konsumsi manusia (Hakim & Malle, 2023).
Di beberapa daerah Caulerpa dikenal dengan sebutan Latoh (jawa),
Bulung Boni (Bali), Lawi-Lawi (Sulawesi selatan), sedangkan di Jepang
disebut Umi Budo. Caulerpa tumbuh secara alami pada beberapa daerah
perairan di Indonesia. Persebaran tumbuhan laut ini terletak di kawasan
perairan Jawa, Sumatra, dan Sulawesi Utara (Indarkasi et al., 2023).
Makroalga laut jenis Caulerpa sp memiliki thalus berwarna hijau seperti
tanaman rumput, terdiri dari banyak cabang tegak yang tingginya sekitar
putih jantan galur wistar yang mendapat pakan tinggi lemak secara signifikan
(Lau et al., 2020).
dapat digunakan sebagai sumber senyawa obat seperti flavonoid, fenol, tanin,
saponin, steroid, alkaloid, dan terpenoid. (Dwi Setyorini et al., 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Mapossa, (2018) . Pada tahun 2018 tentang
aktivitas antibakteri anggur laut Caulerpa didapatkan bahwa anggur laut
mempunyai kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya alkaloid,
flavonoid, fenol, tanin yang dapat berfungsi sebagai senyawa antibakteri.
Senyawa antibakteri memiliki efektivitas dalam mengendalikan pertumbuhan
bakteri khususnya bakteri yang merugikan manusia (Mapossa, 2018).
Caulerpa lentilifera sangat mempunyai banyak manfaat dan hal
tersebut merupakan salah satu karunia Allah Subhanahu wa ta’ala seperti
yang disebutkan dalam QS al-Nahl/16:14 yang berbunyi:
ۚ ََ ْ ُ َ2َ ً َ2 ُ ْ ْ ُ ْ َ ْ َ ﱠE َ ً ْ = ُ ْ ْ 88 2َ َ ْ َ2 َ َ ُ َ ) ْ َ ﱠ
ﺴﻮﻧﻬﺎMﺔ ﺗﻠJﺮﺟﻮا ِﻣﻨﻪ ِﺣﻠCﺴﺘﺨFﺎ وDBCﻠﻮا ِﻣﻨﻪ ﻟﺤﻤﺎ ﻃ7 ﺤﺮ ِﻟﺘﺄ3وﻫﻮ اﻟِﺬي ﺳﺨﺮ اﻟ
َ 8 ْ َ 8) = ْ َ َُ َ َ 2ُ2 َ
ﺸﻜُﺮْونF ﺘﻐْﻮا ِﻣْﻦ ﻓﻀِﻠٖﻪ َوﻟَﻌﻠ\ْﻢVِْﻪ َوِﻟﺘJَْوﺗَﺮى اﻟﻔﻠﻚ َﻣَﻮاِﺧَﺮ ِﻓ
Terjemahnya :
“Dialah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat
memakan daging yang segar (ikan) darinya dan (dari lautan itu) kamu
mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu
berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan
agar kamu bersyukur.” (Kemenag, 2019)
Allah swt menciptakan lautan yang di dalamnya terdapat binatang dan
tumbuhan yang memiliki keunikan serta manfaat yang sangat luar biasa
sehingga kita dapat memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Sebagai
manusia kita harus mencari keunikan-keunikan yang ada didalam laut,
sehingga manfaatnya dapat dieksplorasikan.
7
Makanan seperti ini sering disebut medical foods, functional food, pharmafoods
dan nutritional supplement, yang menandakan bahwa komponennya dapat
memberikan manfaat untuk kesehatan, lebih dari sekedar nutrisi dasar
contohnya adalah sayuran dan buah-buahan serta makanan yang telah
diperkaya dengan gizi seimbang. Meskipun seluruh makanan bermanfaat
karena menyediakan zat gizi, nutraceutical mengandung bahan-bahan yang
meningkatkan kesehatan atau komponen-komponen alamiah yang memiliki
manfaat kesehatan potensial terhadap tubuh (Oktriyanto et al., 2023). Health
supplement atau suplemen kesehatan merupakan produk untuk melengkapi
8
zat gizi pangan yang terdapat satu atau dua lebih subjek seperti vitamin,
mineral, asam amino atau unsur lain yang bersumber dari tumbuhan atau
non tumbuhan yang memiliki nilai gizi atau efek fisiologis dalam angka
yang terkontrol (Utami et al., 2022).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Eka et al., (2023) tentang
pengembangan sediaan nutraceutical dari tanaman kubis (Brassica oleracea
L.) sebagai inovasi baru dengan mengolahnya menjadi tepung untuk dijadikan
Almond Crispy yang kemudian diberi nama “Ceamond Crispy” dengan
perbandingan tepung kubis ungu dan tepung protein sedang. Kemudian
didapatkan hasil dari uji hedonik bahwa pengembangan “Ceamond Crispy”
dapat diterima dengan respon yang positif oleh masyarakat dan mempunyai
potensi untuk dikembangkan menjadi suatu makanan inovatif yang
bermanfaat bagi jantung. Dengan demikian, membuktikan bahwa “Ceamond
Crispy” aman dikonsumsi oleh masyarakat dan dapat dikembangkan menjadi
makanan inovatif yang bermanfaat bagi kesehatan jantung (Eka et al., 2023).
Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Dipahayu et al., (2022) Ia
membahas tentang formulasi granul instan ekstrak etanol daun ubi jalar ungu
(ipomoea batatas L.) daun ubi jalar ungu yang dibuat menjadi sediaan granul
nutraceutical dengan bantuan bahan tambahan untuk membentuk sediaan
yang baik serta hasil karakteristik yang baik (Dipahayu et al., 2022). Kemudian
penelitian yang dilakukan oleh Firdaus et al.,(2014) tentang formulasi
nutraceutical sediaan gummy candies sari buah belimbing manis (Averrhoa
carambola. L). Sediaan nutraceutical dibuat dari bahan buah belimbing manis
(Averrhoa carambola. L) karena buah ini cukup diminati di kalangan
masyarakat, sehingga dibuat sediaan nutraceutical sehingga lebih praktis dan
9
memiliki peran penting dalam pembuatan granul adalah bahan pengikat atau
binder. Bahan pengikat memiliki peran sebagai pengikat zat aktif dengan
bahan tambahan sehingga didapatkan granul yang baik, penggunaan binder
dapat memperbaiki kerapuhan serta kekuatan granul (Kusumo & Mita, 2016).
Selain penggunaan bahan pengikat, bahan tambahan pengisi juga sangat
penting dalam memformulasikan sediaan granul, agar menghasilkan sifat fisik
granul yang baik (Siregar, 2010).
Untuk mengetahui hasil granul yang baik perlu adanya karakterisasi
pada sediaan tersebut sehingga ada hasil data yang bisa membuktikan bahwa
sediaan tersebut benar-benar baik. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Mardiana et al.,(2023) terkait formulasi dan uji stabilitas fisik granul instan
talas (Colocasia esculenta L) dan sintrong (Crassocephalum crepidioides)
sebagai suplemen kesehatan. Penelitian tersebut memformulasikan
tumbuhan talas dan sintrong menjadi sebuah sediaan granul instan, kemudian
(Mardiana & Fauzi, 2023). Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Husni et
al.,(2022) terkait formulasi dan uji stabilitas fisik granul instan serbuk kering
tangkai genjer (limnocharis flava (L.) buchenau.) sebagai suplemen penambah
serat. Penelitian tersebut membuat granul instan dari serbuk kering tangkai
genjer (limnocharis flava (L.) buchenau.) kemudian dilakukan uji karakteristik
meliputi lima parameter uji yaitu waktu alir, sudut diam, indeks
kompresibilitas, kandungan lembab dan waktu larut (Husni et al, 2022).
Berdasarkan gambaran di atas maka pada penelitian ini akan dilakukan
formulasi, karakterisasi dan tingkat penerimaan masyarakat terhadap sediaan
11
,diantaranya:
a. Formulasi adalah suatu proses mengubah zat aktif atau ekstrak anggur
dari pengujian fisik pemeriksaan butiran instan. Adapun granul instan kedua
formulasi tersebut berwarna kuning, hasil uji waktu alir dalam keadaan baik
kategori (44 g/s dan 81 g/s), hasil pengujian sudut diam berada di kategori
sifat aliran sangat baik (19° dan 16°), yaitu hasil uji kompresibilitas, uji kadar
air, dan uji waktu larut dilakukan tiga kali lipat, pada hari ke 0, ke 7, dan ke 14,
dan hasilnya berada pada kategori baik. Kesimpulannya, fisik ciri butiran
instan ekstrak kulit melinjo kedua formulasi tersebut telah memenuhi
persyaratan untuk semua parameter pengujian dan memiliki nilai yang tinggi
kemungkinan untuk diproduksi sebagai sediaan anti hiperurisemia. Kesamaan
penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu formulasi
instant granul dengan dengan metode granulasi basah. Adapun perbedaan
14
dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sampel yang digunakan dan
adapun persamaan yang dilakukan penelitian di atas dengan penelitian yang
Terdapat 5 skala dalam uji hedonik: sangat suka (5), suka (4), cukup suka (3),
tidak suka (2), dan sangat tidak suka (1). Skala tersebut dianalisis dengan
menggunakan metode Kruskal-Wallis, Friedman, ANOVA RAL, ANOVA RAK, uji
BNT, analisis standard error, dan analisis spider web . Skor penilaian panelis
pada parameter warna dan rasa yang dianalisis menggunakan Kruskal-Wallis,
Friedman, dan ANOVA menunjukkan hasil yang berkorelasi. Uji Friedman
menghasilkan data skor penilaian parameter aroma yang berbeda dengan uji
lainnya. Analisis rerata skor penilaian berdasarkan uji BNT, standard error,
dan spider web menunjukkan bahwa teh kakao lebih disukai oleh panelis
dibandingkan teh herbal lain dalam parameter warna dan rasa. Dapat
disimpulkan bahwa teh kakao merupakan teh herbal tanaman pohon dengan
nilai tingkat kesukaan responden tertinggi berdasarkan berbagai pendekatan
analisis statistik. Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu uji hedonik atau yang lebih dikenal uji rasa suka, dan
nutraceutical.
2. Untuk mendapatkan informasi ketertarikan masyarakat untuk
2. Untuk Mahasiswa
Dari hasil penelitian ini merupakan ilmu yang diperoleh selama kuliah
serta wawasan tentang formulasi beserta karakterisasi dari granul
nutraceutical anggur laut (Caulerpa lentilifera).
3. Untuk Masyarakat
Bagi masyarakat memberikan dasar ilmiah mengenai pengetahuan
tentang pengembangan Anggur laut (Caulerpa lentilifera) serta pemanfaatan
anggur laut (Caulerpa lentilifera) dengan cara yang lebih praktis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Genus : Caulerpa
Species : Caulerpa lentillifera
(Nurfa, 2021).
18
19
3. Morfologi
Caulerpa adalah golongan alga hijau, thallus (cabang) berbentuk
lembaran, batangan dan bulatan, berstruktur lembut sampai keras dan
siphonous. Rumpun terbentuk dari berbagai ragam percabangan, mulai dari
sederhana sampai yang kompleks seperti yang terlihat pada tumbuhan tingkat
tinggi, ada yang tampak seperti akar, batang dan daun. Keberadaan anggur laut
tersebar hampir diseluruh perairan Indonesia. Umumnya mereka tumbuh di
laut dangkal dengan aliran air yang tenang dan menempel pada substrat pasir.
Tumbuhan ini memiliki spektrum kimia dan biologi yang cukup luas, termasuk
kemampuan melawan radikal bebas dengan antioksidan. Terdiri dari
ramuli, Ramuli sendiri merupakan organ utama dari pecabangan stolon yang
berfungsi sebagai organ cabang, tekstur dari ramuli agak gembos dan
lunakyang membentuk bulatan kecil yang sering saling berdekatan di
sepanjang cabang berjarak sekitar 3-5 cm. Thallus memiliki warna hijau tua
dan diameter 1-2 mm. Caulerpa lentillifera memiliki thallus dimana cabangnya
seperti anggur dan tanaman merambat bulat dengan ramuli mulai dari 17
tinggi dengan kadar protein sampai 30%, kemudian tumbuhan ini kaya akan
antioksidan dan karatenoid yang sangat bermanfaat bagi tubuh, kecepatan
tumbuhnya tinggi dan mudah untuk dikembangkan (Astuti et al., 2021).
Anggur laut (Caulerpa sp) memiliki kandungan lain seperti tanin,
karotenoid, flavonoid dan fenolik yang dimana masing-masing memiliki fungsi
yang berbeda (Lantah et al., 2017). Selain kandungan kimia tersebut anggur
laut juga terkenal dengan kandungan caulerpinnya. Anggur laut (Caulerpa sp)
mengandung senyawa seperti caulerpin. Caulerpin merupakan pigmen tidak
beracun dan mempunyai struktur bis-indol yang unik (Fajar et al., 2014).
Menurut Lenny (2006), caulerpin merupakan senyawa hasil metabolisme
sekunder yang dimiliki oleh genus alga Caulerpa dan merupakan senyawa
bioaktif dari kelompok senyawa alkaloid. Menurut Sitorus et al (2006),
dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat terjadi jika
penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama, senyawa tersebut sangat
mudah mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya
oksigen. Caulerpin dapat menimbulkan rasa pedas pada pemberiannya. Pada
ekstrak anggur laut (Caulerpa sp) apabila diberikan dengan volume yang
tinggi dapat menghilangkan beberapa senyawa yang terkandung dalam
anggur laut, yang dapat mengakibatkan menghilangkan fungsi anggur laut
sebagai antimikroorganisme, antioksidan dan antiinflamasi (Ridhowati,
2016).
5. Manfaat
Caulerpa lentillifera telah ditemukan memiliki fungsi yang
berhubungan dengan kesehatan yang dapat digunakan untuk perawatan
medis dan pencegahan berbagai penyakit diantaranya:
21
a. Anti hipertensi
Cardiovascular disease (CVD) adalah salah satu penyakit tidak menular
yang merupakan penyebab kematian terbesar secara global, selain kanker,
diabetes, dan penyakit pernapasan kronis, pada orang berusia antara 30
hingga 70 tahun (Wijesekara & Kim, 2010). Hipertensi, atau peningkatan
tekanan darah arteri, merupakan faktor risiko utama CVD, mempengaruhi
15% hingga 20% populasi dunia, inhibitor ACE memblokir konversi
angiotensin I menjadi angiotensin II, mengakibatkan relaksasi pembuluh
darah dan penurunan tekanan darah (Cheung et al., 2015). Produsen farmasi
telah mengkomersialkan banyak ACE inhibitor untuk menurunkan
konsentrasi angiotensin II untuk pengobatan hipertensi; namun, obat-obatan
ini memiliki efek samping yang merugikan, sehingga menekankan perlunya
mengembangkan penghambat alami yang berasal dari makanan dengan lebih
sedikit efek samping yang tidak diinginkan (Torruco-Uco et al., 2009).
(VLDL), dan penurunan high-density lipoprotein (HDL) (Lee et al., 2020). Hal
ini merupakan faktor risiko penyakit jantung yang utama, dan telah dikaitkan
dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular pada pasien ini. Meskipun
obat-obatan yang saat ini digunakan dalam praktik medis sangat efektif dalam
menurunkan kadar LDL, obat-obatan tersebut memiliki efek samping yang
menyebabkan pasien mencari pengobatan dengan menggunakan obat-obatan
yang aman dan berasal dari alam. Saat ini, banyak penelitian yang
mengevaluasi efek polisakarida rumput laut dalam menurunkan kadar lipid
darah. Evaluasi terutama dilakukan berdasarkan percobaan in vivo dan in
vitro. Dalam percobaan in vitro, tikus diberi diet high cholesterol and high fat
(HCF) untuk membuat studi model hiperlipidemia. Kemudian, tikus diobati
dengan polisakarida rumput laut untuk menentukan faktor terkait lipid darah,
laju penghambatan lipase, dan kapasitas pengikatan garam empedu (Lee et al.,
2020).
tidak memproduksi cukup insulin, Diabetes Tipe-1, atau ketika tubuh tidak
dapat menggunakan insulin secara efektif saat produksi, Diabetes Tipe-2
B. Nutraceutical
1. Pengertian Nutraceutical
Istilah "nutraceutical" diciptakan dari "nutrition" dan "pharmaceutical"
pada tahun 1989 oleh Stephen De Felice, pendiri dan ketua Foundation for
Innovation in Medicine (FIM), Cranford. Menurut De Felice, nutraceutical dapat
didefinisikan sebagai, makanan (atau bagian dari makanan) yang memberikan
manfaat medis atau kesehatan, termasuk pencegahan dan/atau pengobatan
suatu penyakit.(Kalra, 2003). Istilah ini diterapkan pada produk yang diisolasi
dari produk herbal suplemen makanan (nutrisi) pola makan tertentu dan
makanan olahan seper sereal sup, dan minuman yang selain nutrisi juga
digunakan sebagai obat Sehingga dapat disimpulkan bahwa nutraseutikal
merupakan produk hasil isolasi (tumbuhan, hewan, dan mikroba) yang
mampu memberikan nutrisi dengan efek meningkatkan kesehatan tubuh
(Mcclements et al., 2015).
dengan manfaat kesehatan tambahan, selain nilai gizi dasar yang terdapat
dalam makanan. Hal ini sering kali dikaitkan dengan pencegahan atau
memproduksi tablet atau kapsul. Granul juga dapat digunakan secara langsung
sebagai suatu bentuk sediaan untuk membuat bahan-bahan obat untuk
tetapi juga menjadi partikel serbuk yang berasal dari granul (Siregar, 2010).
d. Bahan perasa dan pewarna
Bahan pemberi rasa sangat penting dalam pembuatan granul ataupun
tablet. Apa yang dirasa mulut saat menyicipi sediaan tersebut sangat terkait
dengan penerimaan konsumen nantinya dan berarti juga sangat berpengaruh
terhadap kualitas produk. Dalam formula sediaan granul, bahan perasa yang
digunakan umumnya juga merupakan bahan pengisi sediaan tersebut, seperti
manitol (Syamsuni, 2007).
31
bahan yang diperlukan dalam formula ditimbang sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan untuk membuat sejumlah granul instan dan campur, kemudian
terhadap sifat-sifat yang dapat diukur dari produk akhir, maka yang diukur
adalah ukuran partikel, biasanya terdapat hubungan yang terbalik antara
ukuran partikel dan luas permukaan.
c. Kerapatan granul
Kerapatan granul dapat mempengaruhi kompresibilitas,porositas
tablet, kelarutan dan sifat-sifat lainnya. Ada dua metode untuk menentukan
kerapatan granul, keduanya mempergunakan piknometer. Yang pertama
memakai air raksa sebagai cairan pengisis sela, sedangkan yang kedua
memakai pelarut yang bertekanan permukaan rendah dan tidak melarutkan
33
Rasio < 1,00 menunjukkan sifat alir yang sangat baik, sedangkan rasio > 1,60
menunjukkan sifat alir yang sangat-sangat buruk (Jayani et al., 2021).
h. Index komprebilitas
Kompresibilitas merupakan kemampuan granul untuk membentuk
tablet dengan tekanan tertentu. Kompresibilitas juga biasanya disebut dengan
index carr’s yang dapat digunakan untuk menentukan sifat alir. Semakin besar
nilai kompresibilitas menunjukkan granul memiliki sifat alir yang kurang baik.
(Archer et al., 2020)
7. Uji penerimaan masyarakat terhadap granul nutraceutical
a. Uji hedonik
Uji hedonik merupakan sebuah pengujian dalam analisa sensori
organoleptik yang digunakan untuk mengetahui besarnya perbedaan kualitas
diantara beberapa produk sejenis dengan memberikan penilaian atau skor
terhadap sifat tertentu dari suatu produk dan untuk mengetahui tingkat
Terjemahnya:
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah
banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuhan
tumbuhan yang baik?” (Kemenag, 2019).
Artinya:
“Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk
suatu penyakit, maka akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah
‘azza wajalla.”) (HR. Muslim no. 4084 Kitab Salam, shahih)
Hadis di atas menjelaskan bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya dan
atas seizin Allah SWT maka penyakit tersebut dapat disembuhkan apabila
ditemukan obat yang tepat. Hadist tersebut secara tidak langsung
menandakan bahwa setiap penyakit yang Allah SWT turunkan kepada
manusia akan Allah turunkan pula obatnya. Oleh karena itu, kita manusia
sebagai khalifah di muka bumi ini yang mana Allah SWT berikan akal dan
fikiran sepatutnya kita harus meyakini, mempercayai, dan berusaha mengkaji
antibakteri, antivirus, antijamur, dll. Pada penelitian yang lain juga diketahui
bahwa senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuhan
anggur laut (Caulerpa lentilifera) meliputi flavonoid, tanin, saponin, steroid,
alkaloid, dan fenol. Adanya kandungan senyawa metabolit sekunder dalam
tumbuhan anggur laut (Caulerpa lentilifera) ini menjadikan anggur laut
berpotensi dalam bidang farmasi yang dapat digunakan sebagai pengobatan
suatu penyakit (Astuti et al., 2021).
Penciptaan tumbuhan dengan berbagai fungsi dan manfaatnya
merupakan salah satu bukti kekuasaan-Nya. Allah SWT dengan kekuasaanNya
dapat menciptakan segala sesuatu tanpa ada seorang pun yang dapat
menandingi-Nya. Sebagai manusia yang beriman seharusnya kita
mempercayai, meyakini, dan melakukan berbagai kajian-kajian salah satunya
mengenai manfaat tumbuhan sebagai obat sehingga keyakinan kita terhadap
kekuasaan Allah SWT juga semakin besar dan semakin bertambah pula
keimanan dan ilmu pengetahuan yang kita miliki. Dan atas seizin Allah SWT
kita juga dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan tersebut secara luas untuk
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif (Sahrir.,
2021).
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimental laboratorium
berupa formulasi dan karakterisasi granul dari anggur laut (Caulerpa
lentilifera)
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi, Kimia
Analisis, dan Farmasetik Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Januari-selesai.
D. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Anggur laut
(Caulerpa lentilifera) yang diambil dari kabupaten Takalar.
E. Alat dan Bahan
1. Alat
Lemari pengering, mortir, stamper, perkamen, ayakan mesh 12 dan 16,
beaker glass ,batang pengaduk, blender serbuk , oven, kaca arloji, cawan
porselen, pipet tetes, sendok tanduk, gelas ukur, timbangan analitik, alat pH
meter.
41
42
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu serbuk anggur (Caulerpa
lentilifera), xanthan gum, sari lemon, asam sitrat, maltodextrin, PVP K30, air
suling.
F. Prosedur kerja
1. Penyiapan sampel
a. Pengambilan sampel
Sampel yang digunakan adalah anggur laut (Caulerpa lentilifera).
Sampel diambil di Kabupaten Takalar (Iwan Hi. Kader, 2020).
b. Preparasi sampel
Sampel Anggur laut yang diperoleh kemudian dicuci menggunakan air
tawar dan dilakukan perendaman menggunakan air es selama 1 jam
lemari pengering selama 2 hari hingga kering, setelah itu sampel yang telah
kering digerus menggunakan lumpang dan alu sampai halus, lalu kemudian
diayak dengan ayakan 60 (Nasrullah, 2023)
2. pembuatan granul
a. Formula granul anggur laut (Caulerpa lentilifera)
Bahan F1 F2 F3 F4 F5 F6
Sebuk 30 30 30 30 30 30
anggur laut
Xanthan 3 2 1 - - -
43
gum
Sari lemon qs qs qs - - -
Manitol
Maltodextrin
PVP K30 5 5 5 5 5 5
b. Cara kerja
Cara pembuatan granul instan anggur laut (Caulerpa lentilifera)
menggunakan metode granulasi basah. Bahan yang diperlukan dalam formula
ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk membuat sejumlah
granul instan dan campur, kemudian diaduk. Setelah semua bahan tercampur
rata dan homogen kemudian tambahkan ekstrak jeruk nipis sedikit demi
sedikit sampai terbentuk massa yang dapat dikepal. Setelah terbentuk massa
yang kempal kemudian diayak dengan menggunakan ayakan no. 12. Setelah
berubah menjadi granul kemudian ditebarkan diatas selembar kertas yang
lebar dalam nampan yang dangkal, dikeringkan pada suhu 40-50°C. Kemudian
diayak dengan ayakan no. 16, kemudian granul di tempatkan di wadah kedap
udara, lalu siap untuk dilakukan uji karakterisasi granul.
G. Karakteriasi Granul
1. Organoleptik
Dilihat secara langsung mulai dari bentuk, warna, bau dan rasa dari
granul yang dihasilkan.
Persyaratan :Bentuk, warna yang dihasilkan sedapat mungkin sama antara
satu dengan yang lainnya (Elisabeth et al., 2018).
44
Persyaratan :Aliran granul yang baik adalah jika waktu yang diperlukan
untuk mengalirkan 100 gram tidak lebih dari 10 detik (Voight, 1994).
dimulai saat granul tercelup ke dalam air sampai granul terlarut sempurna dan
menghasilkan gelembung-gelembung disekitar wadah mulai menghilang, di
lakukan tiga kali pengulangan.
Persyaratan: Granul yang baik memiliki waktu larut < 5 menit
(Kemenkes, 2020).
8. Uji susut pengeringan
Timbang seksama seluruh granul basah sebanyak 1-2 gram yang
sudah diayak dalam botol tertutup yang bobotnya sudah ditetepkan.
Panaskan pada suhu 105°C selama 1 jam, lalu didinginkan dalam eksikator
46
Persyaratan: selisih dua kali penimbangan tidak lebih dari 0,5 mg tiap
gram sisa (Kemenkes, 2020).
9. Uji volume sedimentasi
Penentuan banyaknya sedimen dengan menggunakan metode
sedimentasi dilakukan dengan cara timbang 5 gram granul kemudian larutkan
dalam 100 ml aqua destilata. Aduk selama 20 detik dan amati banyaknya
sedimen yang terjadi selama 1-15 menit.
Ket: Vo = volume awal
Vu = volume akhir
Persyaratan: Volume sedimentasi dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan F=Vu/ Vo (Ansel, 1989).
48
49
Djarot, P., & Badar, M. (2017). Formulation and Production of Granule From
Annona Muricata Fruit Juice As Antihypertensive Instant Drink.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 9(5), 18.
https://doi.org/10.22159/ijpps.2017v9i5.16506
Dwi Setyorini, S., Eriyanto Yusnawan Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang
dan Umbi Jalan Raya Kendalpayak KM-, dan, & Timur, J. (2016).
Peningkatan Kandungan Metabolit Sekunder Tanaman Aneka Kacang
sebagai Respon Cekaman Biotik The Increase of Secondary Metabolite in
Legumes as a Response of Biotic Stress. Iptek Tanaman Pangan, 11(2),
167–174.
Eka, S., Ningrum, S., Lestari, L. W., Maulinda, R., Cahya, N., Khasanah, A.,
Rahmah, F. S., & Rahmayanti, M. (2023). World Nutrition Journal |. 74–84.
https://doi.org/10.25220/WNJ.V07.i1.0011
Elisabeth, V., YamLean, P. V. Y., & Supriati, H. S. (2018). Formulasi Sediaan
Granul Dengan Bahan Pengikat Pati Kulit Pisang Goroho (Musa acuminafe
L.) Dan Pengaruhnya Pada Sifar Fisik Granul. Jurnal Ilmiah Farmasi, 7(4),
1–11.
Fadhila, N., Sriwidodo, S., & Chaerunisaa, A. (2022). Instant Granules of
Mangosteen Peel (Garcinia Mangostana L.) Ethanol Extract as
Antioxidants. Sciences of Pharmacy, 1(1), 1–7.
https://doi.org/10.58920/sciphar01010001
Fajar, A., Ibrahim, R., & Dewi, E. (2014). Stabilitas Ekstrak Kasar Pigmen
Klorofil, Beta Karoten, dan Caulerpin Alga Hijau (Caulerpa Racemosa)
pada Suhu Penyimpanan yang Berbeda. Jurnal Pengolahan Dan
Bioteknologi Hasil Perikanan, 3(1), 1–10.
Firda, H., Junaidi, M., Dwi, B., & Setyono, H. (2022). The Effect Of Harvesting On
The Production And Antioxidant Activity Of Sea Grape ( Caulerpa Racemosa
) By Rigid Quadr. 2, 54–64.
Firdaus, F., Islamaya, W., & Fajriyanto, F. (2014). Formulasi Nutraseutikal
Sediaan Gummy Candies Sari Buah Belimbing Manis (Averrhoa
Carambola. L) Dengan Variasi Kadar Manitol Dan Corn Syrup Sebagai
Basis. Teknoin, 20(1), 1–11.
https://doi.org/10.20885/teknoin.vol20.iss1.art5
Fithriani, D. (2009). Potensi antioksidan caulerpa racemosa di perairan teluk
hurun Lampung. 25.
Hakim, I., & Malle, S. (2023). Kajian Penggunaan Tepung Lawi-Lawi ( Caulerpa
lentillifera) Pada Pembuatan Sosis Ikan Bandeng. Lutjanus, 14(1), 57–66.
Halim, A., Octavia, M. D., & Indriyani, R. (2012). Pengaruh besar ukuran partikel
perhadap sifat – sifat tablet metronidazol. Jurnal Farmasi Higea, 4(2), 74–
92.
50
Lau, R., PRABOWO, S., & RIAMI, R. (2020). Pengaruh Pemberian Ekstrak
Anggur Laut terhadap Penurunan Kadar Kolesterol LDL Rattus
norvegicus Jantan yang Mendapat Diet Tinggi Lemak. Hang Tuah Medical
Journal, 17(2), 192. https://doi.org/10.30649/htmj.v17i2.340
Lee, Y. Y., Choo, O. sung, Kim, Y. J., Gil, E. S., Jang, J. H., Kang, Y., & Choung, Y. H.
(2020). Atorvastatin prevents hearing impairment in the presence of
hyperlipidemia. Biochimica et Biophysica Acta - Molecular Cell Research,
1867(12), 118850. https://doi.org/10.1016/j.bbamcr.2020.118850
Sato, M., Hosokawa, T., Yamaguchi, T., Nakano, T., Muramoto, K., Kahara, T.,
Funayama, K., Kobayashi, A., & Nakano, T. (2002). Angiotensin I-
converting enzyme inhibitory peptides derived from wakame (Undaria
pinnatifida) and their antihypertensive effect in spontaneously
hypertensive rats. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 50(21),
6245–6252. https://doi.org/10.1021/jf020482t
Seem, T. C., Rowson, N. A., Ingram, A., Huang, Z., Yu, S., de Matas, M., Gabbott, I.,
& Reynolds, G. K. (2015). Twin screw granulation - A literature review.
Powder Technology, 276, 89–102.
https://doi.org/10.1016/j.powtec.2015.01.075
Sharimina, V. G., & Dolih, G. (2018). Review Artikel: Formulasi dan Evaluasi
Sediaan Granul Effervescent dan Sediaan Tablet dengan Metode Granulasi
Basah. Farmaka, 16(1), 117–123.
Siregar. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet (dasar-dasar praktis).
Siregar, A. F., Sabdono, A., & Pringgenies, D. (2012). Potensi Antibakteri
Ekstrak Rumput Laut Terhadap Bakteri Penyakit Kulit Pseudomonas
aeruginosa , Staphylococcus epidermidis , dan Micrococcus luteus dari
Laboratorium Balai Kesehatan Jawa. Journal Of Marine Research, 1(2),
152–160. https://doi.org/10.14710/jmr.v1i2.2032
Suparmi, A. S. (2013). Kajian Pemanfaatan Sumber Daya Rumput Laut Dari
Aspek Industri dan Kesehatan. Jurnal Majalah Ilmiah Sultan Agung,
44(118), 95–116.
Suradi, K. (2007). Tingkat Kesukaan Bakso dari Berbagai Jenis Daging Melalui
Beberapa Pendekatan Statistik (The Hedonic Scaling of Meatball from
Various kind of Meat on Several Statistic Approached). Jurnal Ilmu Ternak,
7(1), 52–57. https://doi.org/10.33588/rn.3609.2002613
Torruco-Uco, J., Chel-Guerrero, L., Martínez-Ayala, A., Dávila-Ortíz, G., &
Betancur-Ancona, D. (2009). Angiotensin-I converting enzyme inhibitory
and antioxidant activities of protein hydrolysates from Phaseolus lunatus
and Phaseolus vulgaris seeds. Lwt, 42(10), 1597–1604.
https://doi.org/10.1016/j.lwt.2009.06.006
Utami, S. M., Ismaya, N. A., Ratnaningtyas, T. O., & Yunarto, N. (2022). Formulasi
Sediaan Minuman Serbuk Fungsional Kombinasi Biji Jagung (Zea mays L.
) dan Madu. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 109–117.
https://doi.org/10.22435/jki.v0i0.5536
Vanmathi, S. M., Monitha Star, M., Venkateswaramurthy, N., & Sambath Kumar,
R. (2019). Preterm birth facts: A review. Research Journal of Pharmacy and
Technology, 12(3), 1383–1390. https://doi.org/10.5958/0974-
360X.2019.00231.2
Wangiyana, I. G. A. S., & Triandini, I. G. A. A. H. (2022). Uji Hedonik Teh Herbal
Daun Tanaman Pohon Menggunakan Berbagai Pendekatan Statistik.
54
Zulaini, L., Dalimunthe, G. I., & Kunci, K. (2022). Formulasi Sediaan Gummy
Candies Sari Sawi Pakcoy (Brassica Rapa L) Dengan Variasi Sukrosa
Sebagai Pemanis. Journal of Health and Medical Science, 1(2), 69–77.
https://pusdikra-publishing.com/index.php/jkes/home
55
LAMPIRAN
Pencucian
+ air tawar
Perendaman
+ air es
Penghilangan air
+ lap tisu
Pengeringan
+ lemari pengering
Penghalusan
Blender + ayakan 60
Penimbangan
Zat aktif + bahan tambahan
Pencampuran
Pengeringan
Ayakan no 16
Penyimpanan
Pengujian karakterisasi
57
karakterisasi
organoleptik Susut Kecepatan Sudut istirahat Volume Homogenitas Bobot jenis redispersibilitas hedonik
Kadar air
pengeringan alir sedimentasi nyata
Analisis data