PENDAHULUAN
Kota Palopo merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi rumput laut
yang sangat besar di Provinsi Sulawesi Selatan. Sebagian besar wilayah Kota
Palopo didominasi oleh pesisir sehingga budidaya rumput laut merupakan mata
pencaharian terbesar di wilayah Palopo. Saat ini, budidaya rumput laut tidak
hanya dilakukan di perairan pantai (laut) tetapi juga sudah mulai digalakkan
pesisir. Teknologi yang digunakan dalam kegiatan budidaya rumput laut masih
kerja yang tidak banyak serta menghasilkan keuntungan yang cukup besar.
Selain itu, komoditas rumput laut (Eucheuma cottonii) adalah komoditas ekspor
keragenan dan vitamin C serta kandungan zat lainnya yang baik untuk tubuh.
senyawa yang penting dalam melindungi sel terhadap radikal bebas. Dalam
antioksidan untuk melindungi kulit dari radikal bebas akibat UV, sebagai anti
penuaan, perlindungan sel tubuh dan pemutih (Hermanus dan Arwan 2014).
1
polisakarida. Karagenan dalam rumput laut mengandung serat (dietary fiber)
yang sangat tinggi. Serat yang terdapat pada karaginan merupakan bagian dari
serat gum yaitu jenis serat yang larut dalam air. Karagenan dapat terekstraksi
dengan air panas yang mempunyai kemampuan untuk membentuk gel. Sifat
pembentukan gel pada rumput laut ini dibutuhkan untuk menghasilkan pasta
penyakit ice-ice rumput laut (Rahman et al. 2021; Rahman et al. 2020b; Rahman
menghasilkan produk dengan cita rasa, aroma, serta tekstur yang khas, selain itu
2
alba) dengan pengenceran yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan
fermentasi daun mangrove (Sonneratia alba) dengan dosis yang berbeda untuk
dan kandungan karagenan rumput laut (Eucheuma cottoni) yang diberikan cairan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieriaceae
Genus : Eucheuma
besar (macroalgae) yang termasuk tanaman tingkat rendah dan termasuk divisi
4
thallophyta. Rumput laut (Eucheuma cottonii) memiliki sifat morfologi yang mirip,
karena rumput laut tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar, batang
hanyalah thallus. Bentuk thallus rumput laut bermacam-macam antara lain, bulat
seperti tabung, pipih, gepeng, dan bulat seperti kantong dan rambut dan
populer dibudidayakan di laut. Ciri-ciri rumput laut adalah tidak mempunyai akar,
batang maupun daun sejati tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus.
Rumput laut tumbuh di alam dengan melekatkan dirinya pada karang, lumpur,
pasir, batu, dan benda keras lainnya. Keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-
kadang berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau merah. Perubahan warna
sering terjadi hanya karena faktor lingkungan, kejadian ini merupakan suatu
merah). Ciri-ciri umum anta lain : terdapat tonjolan-tonjolan (nodule) dan duri
berwarna hijau kemerahan bila hidup dan bila kering berwarna kuning
hijau terang, hijau olive dan cokelat kemerahan. Percabangan thallus berujung
5
dua-dua) atau trichotomus (sistem percabangan tiga-tiga) (Anggadireja et al.,
pantai terumbu (reef). Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran
air laut yang tetap, variasi suhu harian yang kecil dan substrat batu karang mati
kondisi perairan yang sesuai untuk budidaya rumput laut (Eucheuma cottonii)
Rumput laut (Eucheuma cottonii) berasal dari perairan Sabah (Malaysia) dan
khususnya daerah Lampung, Maluku, dan Selat Alas Sumba (Meiyana et al.,
2001).
alginat. Agar-agar adalah asam sulfanik yaitu ester dari galakto linier yang
menjadi 3 jenis yaitu Kappa, Iota dan Lamda karagenan (Akbar, S., Kurnia, B.,
6
Karagenan juga mempunya sifat larut dalam air panas (70°C), air dingin, susu
berbagai minuman dan makanan. Karagenan dapat membentuk gel dengan baik
Salah satu jenis rumput laut yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
makanan yaitu jenis rumput laut (Eucheuma cottonii) (Aslan, 1991 dalam
rumput laut (Eucheuma cottonii) masih minim, termasuk kandungan gizi rumput
sebagian besar merupakan senyawa garam seperti natrium dan kalsium. Selain
itu juga merupakan sumber vitamin seperti vitamin A, B1, B2, B6, B12 dan
vitamin C serta mengandung mineral seperti K, Ca, Na, Fe, dan iodium (Somala,
W. 2002).
Berat kering Kadar air % 13,9 Protein % 2,6 Lemak % 0,4 Karbahidrat % 5,7
Serat kasar % 0,9 Karaginan % 67,5 Vitamin C % 12,0 Riboflavin (mg/100 gr) 2,7
Mineral (mg/100 gr) 22,390 Ca Ppm 2,3 Cu Ppm 2,7 (BPPT (2011).
7
2.2 Biologi Daun Mangrove (Sonneratia alba)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Sonneratiaceae
Genus : Sonneratia
Mangrove (Sonneratia alba) atau lebih dikenal dengan nama daerah pedada
atau bogem, adalah jenis mangrove yang dapat dimakan buahnya. Buah pedada
bola, dan ujung buah tersebut bertangkai. Buah tersebut tidak beracun dan
8
langsung dapat dimakan. Buah pedada memiliki rasa yang asam dan aroma
saponin juga termasuk dalam senyawa yang dapat menangkal radikal bebas.
Senyawa saponin ini banyak terdapat didaun. Sesuai penelitian Poonam Gawali,
(2017) daun mangrove (Sonneratia alba) memiliki aktivitas antioksidan yang kuat
karena memiliki nilai IC50 sebesar 87,5 µg/mL. Hal ini dikarenakan daun
9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang di peroleh secara langsung dari tempat
penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data yang di peroleh dari sumber-
sumber yang telah ada, yaitu beberapa literatur mengenai pemberian cairan
sebagai berikut:
5 Kamera Dokumentasi
10
7 Koran Penutup Fermentator
16 Kamera Dokumentasi
17 Perahu Transportasi
air kelapa tua dan air laut sedikit demi sedikit. Gula merah dan air kelapa tua
11
3. Kemudian saya simpan di tempat yang tidak terkena cahaya matahari
langsung, setelah itu dibiarkan selama dua minggu hingga tercium aroma
botol plastik.
4. Metode yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah metode longline
menggunakan tali yang dibentangkan dari satu titik ke titik yang lain dengan
panjang 12 m.
5. Menyiapkan wadah budidaya dari tali nylon nomor 4 sebagai bentangan tali
6. Penggunaan bibit untuk setiap rumpun yaitu 100 gr, dengan kedalaman
7. Memilih bibit rumput laut yang baik dan jenis rumput laut (Eucheuma cottonii)
yang akan digunakan dengan melihat keadaan bibit yang berwarna cerah,
memiliki banyak thallus, dan tidak memiliki bercak pada thallus, serta tidak
12
10. Sampel rumput laut (Eucheuma cottonii) dicuci dan dibersihkan dengan air
11. Lalu sampel rumput laut dikirim minimal 100g per sampel, ke Laboratorium
B1 A2 B3
13
3.6 Variabel Penelitian
14
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja JT. 2011. Laporan Forum Rumput Laut. Pusat Riset Pengolahan
Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.Jakarta.
Akbar, S., Kurnia, B., dan Istiqomah. 2001. Teknologi Budidaya Rumput Laut
(Kappaphicus alvarezii). Lampung: Departemen Kelautan dan Perikanan
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Balai Budidaya Laut.
BPPT. 2011. Manfaat dan Pengolahan Rumput Laut. Jurnal Pangan dan Agro
Industri. 2 (3): 1-7.
Meiyana, M., Evalawati dan Prihaningrum, A.,(2001). Biologi Rumput Laut. Balai
Budidaya Laut, Lampung
Rahman SA, Mutalib Y, Sangkia FD, Athirah A, Marlan, Kadir M, Pattirane CP.
2020a. Evaluation of inhibitory potential of mangrove leaves extract
15
Avicennia marina for bacteria causing ice-ice disease in seaweed
Kappaphycus alvarezii. IOP Conf. Series:Earth and Environmental
Science. 564: 1-6.
Rahman SA, Djawa SK, Syahrul. 2021. Penggunaan produk cairan fermentasi
daun mangrove untuk pengendalian penyakit ice-ice dan peningkatan
produksi rumput laut Kappaphycus alvarezii. Monsu’ani Tano. 5 (1).
Accepted.
Rahman SA, Mutalib Y. 2015. Pemberian dosis MOL buah maja (Agle marmelos)
yang berbeda terhadap laju pertumbuhan rumput laut (Kappaphycus
alvarezii). Jurnal Agrokompleks. 4 (9): 12-20.
16