Anda di halaman 1dari 14

BODY SCRUB KOMBINASI PISANG (Musa acuminate) DAN KEDELAI

(Glycine max (L.) Merill) SEBAGAI PERAWATAN KULIT

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

ANDI QONIA MARIANA PO.713251171007

ELLY IRMA SUNARYO PO.713251171014

MERY LUSI TANIA PO.713251171027

NURFADHILLAH PO.713251171034

SULFAH ALFIA SYAM PO.713251171047

DIII-IIA

JURUSAN FARMASI

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2019
BAB I

PENGAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kosmetika tradisional adalah kosmetika yang terdiri dari bahan-bahan


yang berasal dari alam dan diolah secara tradisional. Di samping itu, terdapat
kosmetika semi- tradisional, yaitu kosmetika tradisional yang pengolahannya
dilakukan secara modern dengan mencampurkan zatzat kimia sintetik ke
dalamnya. Seperti bahan pengawet, pengemulsi dan lain-lain. Keberadaan
kosmetika tradisional yang dibuat dengan cara tradisional dari bahan baku
alami, tidak dapat dipungkiri telah diakui dan dirasakan manfaatnya bagi
masyarakat.

Body scrub merupakan kosmetika yang paling lumrah digunakan


sebagai perawatan kulit. Tujuannya adalah menghilangkan lapisan kulit yang
mati pada kulit tubuh, mencerahkan kulit sekaligus menghilangkan bau tak
sedap, mengabsropsi kotoran dan sebagai abrasiver, peeling sel kulit mati
pada lapisan tanduk, merangsang pertumbuhan sel kulit baru. Bahan-bahan
lulur ini dibuat dengan memanfaatkan beberapa jenis tanaman yang berkhasiat
dan telah lama terbukti digunakan orang-orang tua jaman dahulu untuk
perawartan kulit seperti pisang dan kedelai yang mampu membersihkan dan
menjadikan kulit sehat dan berseri.

Pisang merupakan tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang


dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa acuminata, M. balbisiana,
dan M. ×paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama.
Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun
menjari, yang disebut sisir. Hampir semua buah pisang memiliki kulit
berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa yang berwarna
jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai
bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral,
terutama kalium.

Pisang mengandung 68% air, 25% gula, 2% protein, 1% lemak dan


minyak, 1% serat selulosa. Pisang juga mengandung pati dan asam tanin,
vitamin A (300 IU per seratus gram), vitamin B dengan berbagai jenisnya,
B1, B2, B6 dan B12 (100 mg per 100 gram), persentase yang cukup dari
vitamin D, dan sedikit vitamin Z. Dan pisang juga mengandung kalsium
(100 mg per 100 gram), fosfor, besi, sodium, kalium, magnesium dan
seng. Kandungan inilah yang menyebabkan pisang banyak dimanfaatkan
untuk kosmetik, salah satunya untuk mengangkat sel kulit mati dan
mengurangi jerawat.

Kedelai merupakan bahan pangan yang sangat popular di kalangan


masyarakat. Hampir setiap hari sebagian besar masyarakat mengkonsumsi makanan
olahan berbasis kedelai, misalnya tempe, kecambah, susu kedelai, steak, dan lain-
lain. Alasan pemilihan kedelai sebagai bahan pangan adalah kandungan protein
serta kandungan gizi lainnya yang tinggi (Cahyadi, 2007).

Kandungan antioksidan yang terdapat dalam kedelai bermacam-


macam. Kedelai mempunyai kandungan antioksidan golongan polifenol
termasuk tannin, proanthocyanidin, antosianin, flavonoid (terutama
isoflavon), sehingga dapat melindungi tubuh dari paparan sinar mata hari
langsung dan dapat menutrisi kulit.

Kombinasi pisang dan kedelai kami gunakan dikarenakan body scrub


ini bertujuan untuk mengangkat sel-sel kulit mati sehingga kulit tampak lebih
cerah, bersih dan lembut. Smua ini ada terdapat dalam pisang dan kedelai.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Body scrub

Body scrub adalah perawatan tubuh dengan menggunakan lulur.


Produk lulur berupa krem yang mengandung butiran – butiran kasar
didalamnya. Bahan alami yang dapat digunakan sebagai bahan lulur antara
lain bengkoang, beras giling kasar, belimbing, jeruk nipis, pepaya, bunga-
bungaan, daun-daunan, biji cokelat, kopi dan kedelai (Traggono, 2007).

Scrub berfungsi mengangkat sel kulit mati dipermukaan kulit tubuh


yang kasar dan kusam, selain itu juga berfungsi membantu mempercepat
pergantian sel-sel kulit tubuh yang baru, bersih dan sehat. Scrub/peeling atau
lulur adalah perawatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggerakan
telapak tangan memutar sambil mnegusap permukaan kulit yang sudah diberi
produk lulur. Perawatan ini dapat dilanjutkan dengan perawatan body masker.
Perawatan ini diakhiri dengan bath terapy, dan pengolesan lotion, body cream
atau body butter untuk memaksimalkan hasil perawatan (Traggono, 2007).

Bahan-bahan body scrub dibuat dengan memanfaatkan beberapa jenis


tanaman yang berkhasiat dan telah lama terbukti digunakan orang-orang tua
jaman dahulu untuk perawatan kulit. Berikut manfaat body scrub (Traggono,
2007) :

1. Body scrub membantu menyehatkan kembali dan merawat kulit agar tidak
kusam, memutihkan kulit, mengencangkan dan menyehatkan kulit.
2. Body scrub membantu membuang sisa-sisa tumpukan sel-sel kulit mati
dan memberi nutrisi bagi kulit.
3. Body scrub membuat kulit menjadi halus.

B. Klasifikasi
1. Taksonomi Tanaman Pisang (Stover dan Simmonds, 1987)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa acuminata

Pisang mengandung 68% air, 25% gula, 2% protein, 1% lemak dan


minyak, 1% serat selulosa. Pisang juga mengandung pati dan asam tanin,
vitamin A (300 IU per seratus gram), vitamin B dengan berbagai jenisnya,
B1, B2, B6 dan B12 (100 mg per 100 gram), persentase yang cukup dari
vitamin D, dan sedikit vitamin Z. Dan pisang juga mengandung kalsium
(100 mg per 100 gram), fosfor, besi, sodium, kalium, magnesium dan
seng. Kandungan inilah yang menyebabkan pisang banyak dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan, baik sebagai obat maupun dalam kosmetik.

2. Taksonomi Kacang Kedelai


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub. Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polypetales
Famili : Leguminoseae
Sub. Famili : Papilionoideae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L.) Merill

Kandungan antioksidan didalam kacang kedelai dapat digunakan


sebagai anti aging karena memiliki efek dapat meremajakan kulit. Zat
aktif pada kedelai yang memiliki aktivitas fisiologis terkuat sebagai
antioksidan adalah flavonoid. Ada dua macam flavonoid utama pada
kedelai, yaitu daidzin dan genistin. Kedelai utuh memiliki kandungan
isoflavon lebih tinggi dibandingkan produk olahannya. Kandungan
antioksidan dalam kacang kedelai juga dapat digunakan untuk
melindungi tubuh dari pengaruh radikal bebas (Cahyono, 2007).

Preformulasi Bahan
1. Setil Alkohol
Pemerian : Berupa lilin, berwarna putih, berbentuk serpihan, granul,
kubus, bau dan rasa lemah.
Berat Molekul : 242,44 gram/mol
Kelarutan : Larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan meningkat dengan
peningkatan temperatur, praktis tidak larut dalam air. Ketika
dilelehkan dapat bercampur dengan lemak, paraffin padat atau
cair dan isopropil miristat.
Titik lebur : 49oC
Stabilitias : Setil alkohol stabil dengan asam, alkali, cahaya serta udara
dan tidak menjadi tengik.
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan oksidator kuat
Fungsi : Sebagai stiffening agent

2. Propilen glikol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau,
rasa sedikit tajam menyerupai gliserin
Kadar lazim : Sampai dengan 15 %
Kelarutan : Larut dengan aseton, kloroform, etanol 95%, gliserin dan air.
Larut pada 1:6 bagian eter
Stabilitias : Stabil saat dicampur dengan etanol 95%, gliserin,
higroskopis, terlindung dari cahaya. Stabil dalam wadah
tertutup, ditempat dingin dan bila terbuka cenderung
teroksidasi
Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan reagen oksidasi seperti kalium
permanganat
Fungsi : Humektan pada sediaan topikal (15%)
Sebagai kosolven pada sediaan topikal (5 – 80%)

3. Asam Stearat
Pemerian : Berwarna putih agak kuning, agak mengkilap, kristal/bubuk
putih kekuningan sedikit berbau
Bobot molekul : 284,47 gram/mol
Titik lebur : 69 – 70 oC
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam benzen, karbon tetraklorid,
kloroform dan eter. Larut dalam etanol 95%, heksana,
propilen glikol. Tidak larut dalam air
Stabilitias : Asam stearat adalah material yang stabil, antioksidan juga
dapat ditambahkan pada asam stearat.
Inkompatibilitas : Asam stearat tidak tercampurkan dengan kebanyakan logam
hidroksida dan basa, agen pereduksi dan agen pengoksidasi.
Basis ointment yang dibuat dari asam stearat dapat
menunjukkan pengeringan atau penggumpalan berkaitan
dengan reaksi ketika dicampurkan dengan garam zink atau
garam kalsium.
Fungsi : Pada penggunaan topikal, asam stearat digunakan sebagai
agen pengemulsi dan agen untuk meningkatkan kelarutan.

4. TEA
Pemerian : Cairan tidak berwarna sampai kuning pucat, memiliki bau
amoniak
Bobot molekul : 149,19 gram/mol
pH : 10,5
Kelarutan : Dapat bercampur dengan aseton, metanol, air dan karbon tetra
klorid. Kelarutan 1 : 24 dalam benzen, kelarutan 1:63 dalam
etil eter.
Stabilitias : TEA dapat berubah menjadi cokelat pada paparan udara dan
cahaya. Harus disimpan dalam wadah kedap udara, terlindung
dari cahaya, tempat sejuk dan kering
Inkompatibilitas : Bereaksi dengan asam mineral membentuk kristal garam
dan
eter, dengan asam lemak tinggi larut dalam air memiliki
karakteristik sabun. Bereaksi dengan tembaga membentuk
kompleks garam
Fungsi : Agen pengemulsi dan stabilizer

5. Gliserin
Pemerian : Serbuk putih, butiran / berbentuk kubus yang memiliki bau
khas dan rasa hambar.
Bobot molekul : 92,09 gram/mol
Titik lebur : 17,8 oC
Kelarutan : Larut dalam air, etanol, metanol. Sedikit larut dalam aseton.
Praktis tidak larut dalam benzen, kloroform, dan minyak.
Kelarutan dalam eter 1:500, kelarutan dalam etil asetat 1:11
Stabilitias : Gliserin bersifat higroskopis, gliserin murni tidak mudah
dioksidasi oleh atmosfer dibawah kondisi penyimpanan biasa,
tapi akan terdekomposisi oleh panas dan akan berubah
menjadi zat yang toksik. Gliserin membentuk kristal jika
disimpan pada temperatur rendah. Kristal tidak meleleh
sampai penghangatan hingga 20oC
Inkompatibilitas : Gliserin dapat meledak apabila dicampur dengan agen
pengoksidasi kuat seperti kromium trioksida atau potasium
permanganat. Dalam larutan cair, hasil reaksi pada kecepatan
lebih lambat dengan membentuk beberapa produk oksidasi
Fungsi : Pada sediaan topikal dan kosmetik, gliserin digunakan sebagai
humektan dan emolient.

6. Aquadest
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
Stabilitias : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk
fisik (es, uap, air). Air harus disimpan dalam wadah yang
sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaanya harus
terlindungi dari kontaminasi partikel – partikel ion dan bahan
organik yang dapat menaikan konduktifitas dan jumlah
karbon organik. Serta harus terlindungi dari partikel – partikel
lain dan mikroorganisme yang dapat tumbuh
Inkompatibilitas : Bereaksi dengan bahan eksipien lain yang mudah
terhidrolisis
Fungsi : Sebagai fase air

FORMULA ASLI

Formula yang digunakan untuk 50 gram pembuatan sediaan body scrub cream
Ekstrak pisang 2%
Scrub Kedelai 0,1%
Setil Alkohol 4%
Propilen Glikol 5%
TEA 1%
Asam stearat 1%
Gliserin 10%
Parfum q.s
Aquadest ad 100%
BAB III
METODE KERJA

A. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan kali ini ialah, Penangas air, Beaker
glass, Kaca arloji, Cawan penguap, Spatel, Neraca analitik, Wadah Sediaan
Body Scrub, Pipet tetes
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini ialah, Ekstrak Pisang, Setil
Alkohol, Propilen Glikol, TEA, Asam Stearat, Gliserin, Scrub Kedelai,
Parfum, Aquadest
C. Prosedur Kerja

Pembuatan eksktrak pisang dan scrub kedelai

Pada tahap pertama, dilakukan pengambilan ekstrak dari buah pisang, dengan
mengambil pisang menggunakan sendok kemudian dihaluskan dengan
ditekan-tekan menggunakan sendok. Tahap kedua yaitu membuat scrub dari
biji kedelai dengan memotong kasar kedelai menggunakan blender kemudian
di ayak pada ayakan 20 mesh.

Pembuatan body scrub

1. Ditimbang Setil Alkohol, Asam Stearat (fase minyak ) kemudian dilebur


diatas penangas air sampai suhu 70 derajat celcius
2. Ditimbang TEA, Propilen glikol, Gliserin, air kemudian dilebur diatas
penangas air sampai suhu 70 derajat selcius (fase air)
3. Setelah kedua fase lebur lalu di masukkan secara bersamaan ke dalam
mortir digerus hingga terbentuk massa kental seperti susu
4. Tambahkan Ekstrak pisang, dan Parfum kemudian diaduk terus hingga
homogeny. Terakhir tambahkan scrub kedelai
5. Dimasukkan kedalam wadah
6. Lalu evaluasi sediaan
PENGUJIAN

Evaluasi sediaan meliputi :

a. Penampilan lotion Pengamatan organoleptis terdiri dari warna, bau dan


bentuk dari sediaan. (Departemen Kesehatan RI, 1995).
b. Uji pH Pengujian pH dilakukandengan menggunakan pH indikator
universal.
c. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan cara, sejumlah
sediaan di oleskan tipis pada kaca objek yang kering dan bersih lalu tutup
dengan cover glass. Uji homogenitas di amati pada mikroskop. Uji
homogenitas dinyatakan baik bila sediaan bertekstur rata dan tidak
menggumpal (Voight, 1994).
d. Uji Hedonik Body scrub dicoba oleh perwakilan tiap kelompok kemudian
diberikan nilai berdasarkan kenyamanan, homogenitas, dan organoleptik.
KEMASAN
KESIMPULAN

Body scrub merupakan kosmetika yang paling lumrah digunakan sebagai


perawatan kulit. Tujuannya adalah menghilangkan lapisan kulit yang mati pada kulit
tubuh, mencerahkan kulit sekaligus menghilangkan bau tak sedap, mengabsropsi
kotoran dan sebagai abrasiver, peeling sel kulit mati pada lapisan tanduk, merangsang
pertumbuhan sel kulit baru.

Dibuat sediaan body scrub cream dengan ekstrak pisang . dalam sediaan ini
ekstrak pisang berfungsi sebagai zat aktif dalam sediaan ini dengan scrub kacang
kedelai yang mengandung antioksidan didalam kacang kedelai dapat digunakan
sebagai anti aging karena memiliki efek dapat meremajakan kulit. Sediaan body
scrub cream yang di hasilkan dalam praktikum ini memiliki penampilan warna putih,
bentuk krim dan wangi bunga .

DAFTAR PUSTAKA

A.N.S Thomas. 1992. Tanaman Obat Tradisional 2. Kanisius : Yogyakarta

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta, 1000.

Rowey, R.C., Sheskey, P.J., dan Owen, 2006, Handbook of Pharmaceutical Exipients,
Pharmacetical Press and American Pharmacist Association , UK

Stover, R.H. dan Simmonds, N.W. (1987). Bananas, Tropical Agricultura Series. Essex
UK: Longman Scientific and Technical. Halaman 86-101

Anda mungkin juga menyukai