Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

UJI STABILITAS MUTU FISIK FORMULASI SABUN PADAT EKSTRAK


DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus aureus.

ALYA NAMIRA

517 20 011 021

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PANCASAKTI

MAKASSAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sabun mandi sebagai salah satu bahan pembersih kulit merupakan
bahan yang mengandung senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak
dari minyak nabati atau hewani, berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa,
dengan atau tanpa penambahan lain seperti pewangi dan bahan lainnya yang
tidak membahayakan kesehatan serta tidak menimbulkan iritasi pada kulit.
Syarat mutu sabun mandi padat yang ditetapkan oleh Standar Nasional
Indonesia (SNI) tahun 1994 yaitu sabun padat memiliki kadar air maksimal
15%, jumlah alkali bebas maksimal 0,1%, jumlah asam lemak minimum 71%,
jumlah asam lemak bebas kurang dari 2,5%, dan minyak mineral (Rita wiwik
dkk, 2018)
Salah satu tanaman yang biasa dipergunakan sebagai obat atau produk
topikal oleh masyarakat ialah kemangi (Ocimum basilicum.L). Kemangi
merupakan tanaman yang dapat ditemukan dipinggir jalan yang dapat
menghambat penyebaran jamur, adapun minyak yang dihasilkan dari kemangi
dapat digunakan melawan bakteri dan komponen kimia dari kemangi yang
berperan dalam antibakterial yaitu minyak atsiri di mana komponennya terdiri
dari eugenol, α pinen, β pinen, sabinem, mirsen, limonen, 1,8 sineol, geraniol,
Z-β osimen, metileugenol, α bisabolol dan lainnya, Komponen kimia ini
mampu menghambat pertumbuhan bakteri (Nurlina, 2013).
Kemangi (Ocimum americanum L.) adalah tanaman tahunan yang
tumbuh liar yang dapat ditemukan di tepi jalan dan di tepi kebun. Tanaman ini
tumbuh baik pada tanah terbuka, maupun agak teduh dan tidak tahan terhadap
kekeringan. Tumbuh kurang lebih 300 m di atas permukaan laut (Berlian
Zainal,2016).

1
2

Seiring dengan perkembangan zaman, maka berkembang pula jenis


sabun yang beredar dipasaran. Sabun padat yang beredar dipasaran saat ini
dibedakan enjadi tiga jenis, yaitu sabun opaque, translucent, dan transparan.
Sabun transparan memiliki tampilan yang menarik, berkelas dan mewah
sehingga membuat sabun transparan dijual dengan harga relative mahal, dan
dapat dijadikan cinderamata atau souvenir yang memberikan kesan sangat
unik dan memberikan tampilan yang ekslusif. Selain itu juga, sabun
transparan menjadi salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai
penghantar obat yang baik (widyanti Asri, 2017).

Daun kemangi (Ocimum sanctum L.) mengandung betakaroten


(provitamin A) dan vitamin C. Betakaroten berperan mendukung fungsi
penglihatan, meningkatkan respons antibodi, dan sebagai antioksidan. Daun
kemangi juga mengandung senyawa flavonoid, eugenol, arginin, anetol,
boron, dan minyak atsiri. Flavonoid dan eugenol berperan sebagai antioksidan
yang dapat menetralkan radikal bebas, menetralkan kolesterol dan bersifat
antikanker. Senyawa ini juga bersifat antimikroba yang mampu mencegah
masuknya bakteri, virus, atau jamur yang membahayakan tubuh. Ektrak etanol
daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dapat digunakan sebagai antibakteri.
Dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun
kemangi dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcusauylococcus
mutans, Salmonellatyphi, Bacillussubtillis, Eschericia coli, Pseudomonas
aeruginaosa dan vibrocoma. Uji identifikasi menunjukkan bahwa senyawa
yang memberikan antibakteri adalah flavonoid, alkaloid dan terpenoid (Siti
Nurhaliza, 2018).
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan
memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan
rangsangan luar. Mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman
mikroorganisme patogen dari lingkungan ialah kulit. Dengan kehilangan atau
3

kerusakan kulit memiliki fungsi barier ini akan terjadi invasi bakterial dan
mempermudah timbulnya infeksi. Kulit merupakan pertahanan utama
terhadap bakteri dan apabila kulit tidak lagi utuh, maka menjadi sangat rentan
terhadap infeksi. Bila kulit terluka sedikit saja maka hal ini sudah cukup untuk
menjadi pintu bagi masukan mikrooragnisme/kuman-kuman ke dalam saluran
darah manusia (Yamlean Paulina, 2017).
Sebagai insan manusia memerlukan hubungan harmonis satu dengan
yang lainnya dan salah satunya adalah penampilan yang bersih, rapi dan
wangi. Untuk itu kita memerlukan bahan yang kita kenal sekarang sebagai
kosmetik. Kosmetik paling tua yang dikenal manusia adalah sabun. Sabun
adalah sediaan kosmetik yang dapat digunakan untuk menjaga kebersihan dan
melindungi kesehatan kulit. Sabun di definisikan sebagai senyawa Natrium
dengan Asam lemak yang digunakan sebagai pembersih tubuh, berbentuk
padat, berbusa dengan penambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi kulit
(Siti Nurhaliza, 2018).
Sabun merupakan suatu bahan yang digunakan untuk membersihkan
kulit baik dari kotoran maupun bakteri. Sabun yang dapat membunuh bakteri
disebut sabun antiseptic. Sabun antiseptic atau disebut dengan sabun obat
mengandung asam lemak yang bersenyawa dengan alkali dan ditambah
dengan zat kimia atau bahan obat. Sabun tersebut berguna untuk mencegah,
mengurangi ataupun menghilangkan penyakit atau gejala penyakit pada kulit
(Adek Chan, 2016).
Sabun padat merupakan campuran dari senyawa natrium dengan asam
lemak yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, busa
dengan atau tanpa zat tambah lain serta tidak menimbulkan iritasi terhadap
kulit. Sabun dapat dibuat dengan dua metode, yaitu saponifikasi dan
netralisasi minyak. Pada proses saponifikasi akan diperoleh produk sampling
berupa gliserol, sedangkan sabun yang diperoleh dengan proses netralisasi
tidak menghasilkan gliserol (widyanti Asri, 2017).
4

Produksi sabun saat ini sangat melimpah namun sebagian besar dalam
pembuatannya masih menggunakan bahan sintetik yang membahayakan bagi
kulit manusia karena memiliki pH yang tinggi dan pH yang tinggi dapat
menyebabkan kulit menjadi iritasi. Contoh bahan sintetik yang banyak
digunakan dalam pembuatan sabun adalah diethanolamine (DEA), Sodium
Lauryl Sulfate (SLS) dan triclosan yang terdapat hampir di semua sabun
mandi yang beredar di pasaran. Sehingga ada banyak penelitian yang
mencoba memformulasikan sabun dari bahan alami (Fitrianawati, 2018).
Aktivitas biologi yang sudah diteliti dari ekstrak daun Kemangi
sebagai penyegar mulut, antidepresan, antipiretik, antidiabetik,
antihiperglikemik juga dilaporkan mempunyai aktivitas sebagai
antiinflamatori, mempunyai efek aktivitas antioksidan dan memiliki aktivitas
antibakteri. Kandungan senyawa yang berperan sebagai antibakteri yaitu
tanin, flavonoid dan minyak atsiri. Ekstrak daun Kemangi (Ocimum basilicum
L.) sebagai antibakteri memiliki kadar hambat minimum (KHM) dan kadar
bunuh minimum (KBM) terhadap Staphylococcus aureus pada konsentrasi
sebesar 16,33% dan 50%. Tanaman Kemangi juga dapat digunakan dalam
pengobatan tradisional dan telah diketahui kandungan bioaktifnya sebagai
insektisida, nematisida, fungisida, dan antimikrobial. Aroma minyak atsiri
yang diekstrak dari daun dan bunga Kemangi dapat digunakan untuk sabun,
sediaan farmasi dan bahan tambahan makanan (Kindangen ofirnia dkk, 2018).
Berdasarkan latar belakang dan penelitian tentang kandungan pada
daun kemangi khususnya sebagai antibakteri alami yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri tersebut, maka perlu dilakukan pengujian tentang “ uji
stabilitas formula sabun padat ekstrak daun kemangi (Ocimum Basilicum L)
terhadap bakteri Staphylococcus aureus.”.
5

B. Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak daun kemangi (Ocimum basilicum L) dapat
diformulasikan kedalam formulasi sediaan sabun padat?
2. Berapakah konsentrasi yang cocok dalam uji stabilitas fisik sabun padat?
3. apakah sabun padat ekstrak daun kemangi dapat membunuh antibakteri
Staphylococcus aureus?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ekstrak daun kemangi (Ocimum basilicum L) dapat
diformulasikan kedalam formulasi sediaan sabun padat.
2. Untuk mengetahui konsentrasi yang cocok dalam uji stabilitas fisik sabun
padat
3. Untuk mengetahui apakah sabun padat ekstrak daun kemangi dapat
membunuh antibakteri Staphylococcus aureus.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui atau meningkatkan hasil guna dari ekstrak daun
kemangi (Ocimum basilicum L) dalam sediaan sabun padat.
2. Memberikan informasi baru kepada peneliti dan pihak-pihak lain tentang
kualitas dan kelayakan sabun padat.
3. Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pada penelitian ini uji stabilitas mutu fisik dalam
formulasi sediaan sabun padat pada ekstrak daun kemangi (Ocimum basilicum
L) terhadap bakteri staphylococcus aureus.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan yaitu timbangan analitik (Ohaus), oven, rotary
evaporator, lemari pendingin (sharp), pH indicator (merck), hardness tester,
magnetic stirrer, thermometer (verify), alat-alat gelas dari pyrex (gelas ukur,
Erlenmeyer, beaker glass, batang pengaduk, cawan porselin), dan wadah
untuk sabun padat.
2. Bahan
Simplisia daun kemangi (Ocimum basillicum), VCO/Virgin Coconut
Oil Asam Stearat , Natrium Hidroksida , Gliserin, Propylenglikol, Etanol
96%, Sukrosa, Sodium Lauryl Sulfate, Asam Sitrat, Methyl Paraben, Aqua
Destillata, Ocean Fresh.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan agustus di laboratorium
Universitas Pancasakti.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah daun kemangi
(Ocimum Basilicum L)
2. Sampel
Sampel yang digunakan adalah ekstrak daun kemangi (Ocimum
Basilicum L)

6
7

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Pengolahan Sampel
Bahan yang digunakan berupa daun kemangi (Ocimum basillicum L)
yang diambil dari kota Makassar. Daun kemangi dicuci bersih dibawah air
mengalir, dirajang kemudian dipotong-potong kecil lalu ditimbang sampel
sebanyak yang diperlukan untuk proses ekstraksi.
2. Pembuatan ekstrak daun kemangi.
Ekstrak etanol daun kemangi dibuat dengan cara maserasi yaitu
merendam daun kemangi kering sebanyak 300 gram di dalam bejana.
Kemudian tambahkan etanol 96% sebanyak 2500 ml hingga seluruh
simplisia terendam, tutup bejana, diamkan selama 5 hari sambil diaduk-
aduk pada waktu tertentu. Setelah 5 hari, saring ekstrak cair yang
diperoleh kedalam penampung. Ampas yang ada tersebut kemudian
ditambah dengan larutan etanol 96% hingga diperoleh ekstrak 3000 ml
lalu enapkan selama 2 hari.
Hasil maserasi selanjutnya diuapkan dengan menggunakan rotary
evaporator untuk mengurangi kandungan etanol pada ekstrak hingga 1/3
bagian, kemudian uapkan cairan ekstrak di oven dengan suhu 40°C hingga
diperoleh ekstrak kental yang diinginkan. Lakukan perhitungan persen
rendemen.
8

1.1. Master formula


Tabel.1.1. (Anggraini Luluk, 2019)

Komposisi Jumlah Range Fungsi

As. stearate 7 7 – 20% Mengeraskan dan


(HPE) melembabkan

Ol. ricini 2 0,1 – 2 % Pengharum

NaOH 30% 13 ≤ 30% (-) Pembentuk sabun

Sukrosa 15 2 – 20 % Humektan

Glycerin 7 ≤ 30 Pelarut, transparent agent,


humektan

Propilenglikol 7 5 – 20 % Pelarut, pembawa

As. Sitrat 0,25 0,1 – 2 % Bahan pengawet

Etanol 96% 18 60 – 90 % Pelarut, transparent agent

Sodium lauryl 2 0,5 – 2,5 % Surfaktan


sulfat

VCO 10 ≤30% (HPE) Pembusa

Aqua destilata ad 100 - Pelarut


9

1.2. Rancangan formula sabun padat ekstrak daun kemangi


Adapun formulasi tersebut mengacu pada jurnal penelitian (Tomi, 2019)

Tabel.1.2.

KOMPOSISI KONSENTRASI % b/b


FORMULA FORMULA FORMULA FORMULA
I II III IV
Eksatak daun - 5 % 10 % 15 %
kemangi
Asam stearate 7 7 7 7
Oleum ricini 2 2 2 2
NaOH 30% 13 13 13 13
Sukrosa 15 15 15 15
Glycerin 7 7 7 7
Propilenglikol 7 7 7 7
Asam sitrat 0,25 0,25 0,25 0,25
Etanol 96% 18 18 18 18
SLS 2 2 2 2

VCO 10 10 10 10

Aqua destilata ad 100 ad 100 ad 100 ad 100

Keterangan: Formula F1 : Sabun Tanpa ekstrak daun kemangi


Formula F2 : Sabun Ekstrak daun kemangi 5 %
Formula F3 : Sabun Ekstrak daun kemangi 10 %
Formula F3 : Sabun Ekstrak daun kemangi 15 %

3. Prosedur pembuatan sediaan


10

Formula sabun tersebut dibuat dengan basis sabun, dengan


komposisi yang sama bertujuan untuk ekstrak etanol daun kemangi.
Langkah pertama dalam pembuatan sabun larutan NaOH 30% dilakukan
dengan cara melarutkan natrium hidroksida sebanyak 30 gram dengan
aquadest kedalam labu ukur sampai 100 ml. Asam stearat, VCO,dan
oleum ricini dimasukan ke dalam beaker glass, lelehkan di magnetic stirrer
hingga meleleh. Tambahkan larutan NaOH 30%, diaduk sampai terbentuk
massa yang homogen. Tambahkan asam sitrat sampai homogen.
Setelahnya tambahkan sukrosa (yang sudah dilarutkan dalam aquadest)
lalu tambahkan propilenglikol dan gliserin. Etanol 96% ditambahkan pada
suhu yang sama lalu diaduk sampai terbentuk massa homogen. Kemudian
tambahkan sodium lauryl sulfat, diaduk sampai terbentuk massa padat.
Terakhir tambahkan ekstrak etanol daun kemangi pada suhu 40°C.
Kemudian tuangkan campuran ke dalam cetakan, didiamkan sampai
mengeras lalu dikeluarkan dari cetakan.

4. Stabilitas mutu fisik


a. Uji Organoleptik
Uji ini dilakukan dengan cara dilihat dari bentuk, warna, dan bau
dari sabun pada penyimpanan selama 2 minggu. (SNI)
b. Uji pH
Sejumlah sabun dilarutkan dalam air sampai larut. pH diukur pada
masing-masing formula sabun ekstrak etanol daun kemangi dengan
menggunakan kertas indikator pH. Pengamatan dilakukan selama 2
minggu untuk mengetahui perubahan nilai pH sabun padat. (SNI)
c. Uji Kadar Air
Penetapan kadar air dari sabun, dilakukan dengan metode
gravimetri. Ditimbang 4 g sabun yang telah disiapkan menggunakan
11

botol timbang yang telah ditimbang. Dipanaskan dalam oven pada


suhu 105ºC selama 2 jam dan didinginkan sampai berat tetap. (SNI)
d. Uji Kekerasan
Kekerasan sabun diuji dengan menggunakan hardness tester.
Sabun dengan ukuran 1x1 cm diletakkan pada hardness tester secara
vertikal. Hardness tester diputar sampai menembus bagian sabun.
Skala kekerasan yang terihat di catat. (SNI)
e. Uji Asam Lemak Bebas/Alkali Bebas
Disiapkan alkohol netral dengan mendidihkan 100 mL alkohol
dalam labu erlenmeyer 250 mL. Ditambahkan 0,5 mL indikator pp dan
didinginkan sampai suhu 70ºC kemudian dinetralkan dengan KOH 0,1
N dalam alkohol. Ditimbang 5 g sabun dan dimasukkan ke dalam
alkohol netral di atas, dan dipanaskan agar cepat larut di atas penangas
air, dididihkan selama 30 menit. Apabila larutan tidak berwarna
merah, didinginkan sampai suhu 70ºC dan titrasi dengan larutan KOH
0,1 N dalam alkohol, sampai timbul warna yang tetap selama 15 detik.
Apabila larutan di atas ternyata berwarna merah maka yang diperiksa
bukan asam lemak bebas tetapi alkali bebas dengan dititrasi
menggunakan HCl 0,1 N dalam alkohol dari mikro buret, sampai
warna merah cepat hilang.
f. Uji tinggi dan stabilitas busa
Timbang 1 g sabun padat di iris halus, masukkan kedalam gelas
ukur larukan dengan 10 ml aqua destilata, kemudian kocok dengan
membolak balikkan gelas ukur selama 1 menit, amati hasilnya. (SNI)
g. Pengamatan Dan Pengolahan Data
Pengamatan dan pengolahan data dilakukan dengan mengamati
mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan homogenitas, titik lebur,
kekuatan lipstik dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan
12

terhadap perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan, uji oles, dan
pemeriksaan pH dan uji iritasi dan kesukaan.
h. Pengujian antibakteri sediaan sabun padat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus.
1. Sterilisasi alat dan bahan
Alat-alat gelas seperti cawan petri, gelas ukur, tabung reaksi,
spatel, dan pinset dibungkus dengan alumunium foil terlebih
dahulu, lalu disterilkan dengan menggunakan oven pada suhu
100ºC selama 60 menit. Selain itu, bahan seperti Nutrient Agar
(NA) dan Nutrient Broth (NB) disterilkan dengan menggunakan
autoklaf pada suhu 121ºC dan tekanan 1,2 psi selama 60 menit.
2. Pembuatan Media
Media agar Nutrient Agar (NA) diambil sebanyak 13 g
ditambahkan akuades sebanyak 500 ml dicampurkan di dalam
Erlenmeyer. Campuran dipanaskan serta diaduk hingga homogen,
kemudian disterilkan ke dalam autoklaf dengan tekanan 2 atm
selama 20 menit. Setelah didiamkan sebentar media dituangkan ke
dalam beberapa cawan petri. Kemudian cawan petri dibungkus
dengan kertas payung dan disimpan selama 1 hari sampai media
memadat. Apabila media tidak terkontaminasi bakteri lain, maka
media tersebut bisa digunakan untuk uji efektivitas antibakteri.
3. Pengenceran Bakteri Staphylococcus aureus
Bakteri Staphylococcus aureus yang ada di bidang miring
diambil menggunakan ose yang sudah dipanaskan dengan api
bunsen dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah terdapat air
akuades sebanyak 9 ml kemudian dikocok hingga homogen. Lalu
diambil menggunakan mikropipet sebanyak 1 ml dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang sudah terdapat air akuades sebanyak 9
ml kemudian dikocok hingga homogen dan ulangi hingga tiga kali
13

pengenceran. Pada pengenceran terakhir diambil sebanyak 1 ml


menggunakan mikropipet dan dimasukkan ke dalam media NA.
Kemudian media NA diratakan menggunakan drigalski.
4. Uji Efektivitas Antibakteri
Dalam uji efektivitas antibakteri ini digunakan metode
sumuran dengan sampel uji yang telah disiapkan yaitu sabun padat
dengan variasi penambahan ekstrak daun kemangi. Untuk satu
cawan petri dilubangi sebanyak 3 sumuran, kemudian masing-
masing sumuran dimasukkan sampel uji. Inkubasi dilakukan
selama 24 jam pada suhu 37ºC. Selanjutnya dilakukan pengamatan
zona hambat di sekitar sumuran dan pengukuran zona hambat
menggunakan penggaris dengan melihat warna jenih yang timbul
disekitar area sumuran. Hal ini membuktikan bahwa tidak adanya
aktifitas bakteri disekitar area sumuran yang sudah diberi sampel
uji.

E. Definisi Operasional
1. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,
berupa bahan alam yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan atas
simplisia nabati, hewani, mineral.
2. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampr semua pelarut diuapkan.
3. Sabun merupakan suatu bahan yang digunakan untuk membersihkan kulit
baik dari kotoran maupun bakteri. Sabun yang dapat membunuh bakteri
disebut sabun antiseptic.
4. Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau
kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan
14

sepanjang priode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas,


kekuatan, kualitas, dan kemurnian produk.

F. Teknik Analisa
Data yang dikumpulkan berupa hasil pengujian stabilitas fisik sabun
padat kemudian data yang telah diperoleh di analisis secara statistik
menggunakan two way ANOVA untuk membandingkan kestabilan fisik
masing – masing formula sebelum dan setelah penyimpanan.
DAFTAR PUSTAKA

Berlian Zainal, Fitratul Aini, Weni Lestari. 2016. Aktivitas Antifungi Ekstrak Daun
Kemangi (Ocimum americanum L) Terhadap Fungi Fusarium oxysporum
Schlect. Palembang. Vol: 2. No.1.

Fitrianawati. 2018. Optimasi Formulasi Sediaan Sabun Padat Scrub Cinnamomum


Burmannii Dengan Basis Cocconut Oil, Palm Oil, Dan Soybean Oil. University
Of Muhammadyah Malang.

Kindangen Ofirnia Clara, Paulina.V.Y.Y, Defny S.W. 2018. Formulasi Gel


Antijerawat Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Occimum Basillicum L) Dan Uji
Aktivitasnya Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In Vitro. FMIPA
USTRAT, Manado. Vol. 7. No. 3.

Nurlina, Faisal A, Rosvina, Ilham T. 2013. Formulasi Sabun Cair Pencuci Tanggan
Yang Mengandung Ekstrak Daun Kemangi (Occimum Basillicum L). Fakultas
Farmasi Universitas Hasanuddin. Vol. 5. Hal 119-127.

Nurhaliza Siti. 2018. Formulasi Sediaan Sabun Mandi Padat Dari Ekstrak Etanol
Daun Kemangi (Ocimum sanctum L). Institut Kesehatan Helvetia.

Rita Wiwik Susana, Ni Putu.E.V , I Wayan.G.G. 2018. Formulasi Sediaan Sabun


Padat Minyak Atsiri Serai Dapur (Cymbopogon citrus DC.) Sebagai
Antibakteri Terhadap Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus. Bukit
Jimbaran, Bali. Vol: 6 nomor 2.

Widyasanti Asri, Chintya.L.F, Dadan Rohdiana. 2016. Pembuatan Sabun Padat


Transparan Menggunakan Minyak Kelapa Sawit (Palm oil) Dengan
Penambahan Bahan Aktif Ekstrak The Putih (Camellia sinensis). Lampung.
Vol:5.No.3.

15
16

Widyasanti Astri, Jayanti Mega Rohani. 2017. Pembuatan Sabun Padat Transparan
Berbasis Minyak Zaitun Dengan Penambahan Ekstrak The Putih. Jatinangor
Sumedang. Vol. 1. Hal. 13-29.

Yamlean Paulina.V.Y, Widdhi Bodhi. 2017. Formulasi Dan Uji Antibakteri Sediaan
Sabun Cair Ekstrak Daun Kemangi (Occimum Basillicum L) Terhadap Bakteri
Staphylococcus Aureus. Manado. Vol. 6. No. 1.
LAMPIRAN

A. PERHITUNGAN
1. Ekstraksi ekstrak daun kemangi (Ocimum Basilicum L) 5 %
5 ml
yaitu = 100 ml=5 ml
100
2. Ekstraksi ekstrak daun kemangi (Ocimum Basilicum L) 10 %
10 ml
yaitu = 100 ml=10 ml
100
3. Ekstraksi ekstrak daun kemangi (Ocimum Basilicum L) 15 %
15 ml
yaitu = 100 ml=15 ml
100

7
4. Asam stearate = 100 ml=7 ml
100

2
5. Oleum ricini = 100 ml=2 ml
100

13
6. NaOH 30% = 100 ml=13 ml
100

15
7. Sukrosa = 100 ml=15 ml
100

7
8. Glycerin = 100 ml=7 ml
100

7
9. Propilenglikol = 100 ml=7 ml
100

0,25
10. Asam sitrat = 100 ml = 0,25 ml
100

18
11. Etanol 96% = 100 ml=18 ml
100

2
12. Sodium lauryl sulfat = 100 ml=2 ml
100

17
10
13. Virgin coconut oil = 100 ml=10 ml
100

18
19

14. Aqua destilata ad = 100 – (7+2+13+15+7+7+0,25+18+2+10)


= 18,75 ml
20

B. SKEMA KERJA
a. Pembuatan Formulasi sabun padat Ekstrak daun kemangi

(Ocimum bacillicum)

Sampel daun kemangi (Ocimum


basilicum L)
- Sampel daun kemangi (Ocimum
basilicum L)
- dibersihkan & dicuci dengan air
mengalir.
- Di potong-potong kecil lalu dikeringkan

Ekstrak etanol 96 %

Maserasi ekstrak

Hasil maserasi diuapkan


menggunakan rotary evaporator

Uapkan cairan ekstrak di oven


dengan suhu 40°C

Ditunggu hingga dingin dan Lakukan


perhitungan persen rendemen
21

b. Pengujian Sediaan sabun padat Ekstrak daun kemangi (Ocimum

bacillicum)

Sediaan sabun padat

Stabilitas mutu fisik Uji Aktivitas


Antibakteri

 Uji Organoleptik Staphylococcus aureus.


 Uji Ph
 Uji kadar air
 Uji kekerasan
Diukur Zona Hambatan
 Uji asam lemak bebas/alkali
bebas
 Uji tinggi dan stabilitas busa
Metode Difusi Agar (NA)

Hasil

Analisa Data

Pembahasan

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai