Anda di halaman 1dari 5

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyediaan sabun cuci tangan dengan memanfaatkan bahan aktif yang memiliki
aktifitas baik sebagai antibakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) belum
banyak di kembangkan salah satu bahan alam yang terbukti dapat menghambat
pertumbuhan bakteri yaitu limbah jeruk nipis(Citrus × aurantiifolia). pada limbah jeruk
nipis terdapat asam organik yaitu asam sitrat 61,5 g/l asam Malat 5,18 g/L dan asam
laktat 0,92 g/L.

Kulit jeruk nipis mengandung senyawa polifenol yang terdiri atas golongan
flavonoid, senyawa flavonoid yang terdapat dalam kulit jeruk nipis dapat di gunakan
sebagai antibakteri.Berdasarkan kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam kulit
jeruk nipis tersebut, penggunaan kulit jeruk nipis kaya akan manfaat, salah satunya
dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan hand paper soap antibakteri.

Pada penelitian Ermalyanti Fiskia dan Cindhany D.F.U. Mala pada tahun 2021
membuktikan bahwa tidak terdapat gejala alergi ataupun efek samping negatif dalam
penggunaan paper soap anti bakteri berbahan dasar dari alam. Hal ini telah diuji
terhadap 20 sukarelawan dan tidak satupun dari mereka yang mengalami efek samping
negatif atau alergi.Pelatihan pembuatan sabun secara mandiri diharapkan dapat
membantu masyarakat meminimalkan pengeluaran dan waktu kontak dengan
lingkungan luar.

Pelatihan pembuatan sabun secara mandiri diharapkan dapat membantu


masyarakat meminimalkan pengeluaran dan waktu kontak dengan lingkungan luar.
Pemilihan limbah kulit jeruk nipis sebagai bahan herbal dalam pembuatan sabun kertas
adalah karena kandungan senyawa flavonoid dalam limbah kulit jeruk nipis dapat
digunakan sebagai antibakteri.Sedangkan pemilihan bentuk paper soap adalah sebagai
solusi praktis membawa sabun jika harus beraktivitas diluar rumah. Penggunaan limbah
kulit jeruk nipis diharapkan dapat membantu masyarakat (Pakpahan, 2020).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1.Bagaimana
kandungan antibakteri dari limbah kulit jeruk nipis (Citrus × aurantiifolia)?

2.Bagaimana Aktifitas antibakteri dari limbah kulit jeruk nipis (Citrus × auranatiifolia)
sebagai bahan baku hand paper soap?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui kandungan antibakteri yang terkandung dalam limbah kulit jeruk nipis.

2. Mengetahui aktivitas antibakteri limbah kulit jeruk nipis sebagai bahan baku
pembuatan hand paper soap.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapakan dari hasil penelitian ini diantaranya yaitu:

1.Memberikan informasi data ilmiah tentang manfaat hand paper soap terkhususnya
dalam teknologi ,dengan adanya penelitian ini hand paper soap ini lebih dikenal oleh
masyrakat umum dan dapat membantu menghindari antibakteri yang terdapat
didalamnya.

2. Sebagai bahan informasi bagi penelitian lain dalam mengembangkan serta mendalami
apa saja kegunaan dari limbah kulit jeruk nipis sebagai hand paper soap.

1.5 Keutamaan Penelitian

digunakan sebagai hand paper soap. Oleh karena itu, pentingnya dilakukan penelitian
mengenai kandungan yang terdapat dalam limbah kulit jeruk nipis dan pengujian
antibakteri secara in vitro terhadap limbah kulit jeruk nipis.

1.6 Temuan yang ditaergetkan

Pada penelitian ini temuan yang ditargetkan adalah adanya senyawa fenolik yang
berpotensi sebagai antibakteri. Selanjutnya diharapkan limbah kulit jeruk nipis memiliki
potensi sebagai antibakteri.

1.7 Luaran

Luaran penelitian ini adalah mampu meningkatkan potensi limbah kulit jeruk nipis untuk
dijadikan hand paper soap dengan bioaktivitas sebagai antibakteri.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Jeruk nipis (Citrus aurantifolia s.) adalah salah satu tanaman obat yang tumbuh
subur di negara Indonesia. Salah satu kandungan utama dari jeruk nipis (Citrus
aurantifolia s.) adalah flavonoid yang memberikan berbagai macam aktivitas
farmakologi. Kandungan utama flavonoid glikosida jeruk nipis (Citrus aurantifolia s.)
adalah eriocitrin, hesperidin dan neoponcirin. Berdasarkan beberapa penelitian aktivitas
farmakologi jeruk nipis (Citrus aurantifolia s.) diantaranya adalah antibakteri, antifungal,
antioksidan, antikanker, sebagai pemutih gigi, larvasida nyamuk aedes aegypti,
antikolesterol (Mahiyagsi et al., 2020). Kandungan vitamin C dan antioksidan dalam
jeruk nipis dapat memperkuat sistem daya tahan tubuh dan membantu tubuh melawan
penyakit, seperti flu, pilek, dan lain sebagainya. Manfaat jeruk nipis yang menyumbang
vitamin C ini juga akan meningkatkan produksi sel sehat untuk membunuh mikroba
penyebab penyakit, sehingga mempersingkat lama waktu saat sakit. Jenis buah jeruk-
jerukan sangat direkomendasikan supaya tidak gampang sakit (Larasati et al., 2021).

Jeruk nipis memiliki banyak kandungan senyawa kimia antara lain saponin,
flavonoid, tanin, glikosid, fenol, terpenoid, dan alkaloid (Zage et al., 2018). Berdasarkan
Redy et al (2012), kandungan senyawa kimia pada ekstrak daun jeruk nipis seperti
saponin, flavonoid, tanin, glikosid, alkaloid, fenol dan terpenoid memiliki kemampuan
menghambat pertumbuhan bakteri Gram-negatif, diantaranya Salmonella paratyphi,
Escherichia coli, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeruginosa, Serratia marcescens,
Klebsiella pneumonia, dan juga dapat menghambat bakteri Grampositif, yaitu Bacillus
cereus, Enterobacter faecalis, dan Staphylococcus aureus (Redy et al., 2012).

Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan


mematikan bakteri dangan cara mengganggu metabolisme bakteri. Antibakteri hanya
dapat digunakan jika mempunyai sifat toksik selektif, artinya dapat membunuh bakteri
yang menyebabkan penyakit tetapi tidak beracun bagi penderitanya. (Triwati, 2014).

Saat ini produk sabun sangat banyak dan disajikan dalam berbagai bentuk baik
bentuk padat ataupun cair, namun sabun bentuk padat ataupun cair tersebut dianggap
kurang efektif karena kemasan yang kurang praktis. Dengan adanya inovasi sabun kertas
yang merupakan salah satu bentuk sabun unik berupa lembaran tipis yang menyerupai
kertas. Kelebihan dari sediaan sabun kertas adalah nyaman dalam penggunaan, higienis,
praktis, dan mudah dibawa kemana saja (wati et.al,,2020).

Pada tahun 2016, Food and Drug Administration (FDA) melarang adanya
peredaran sabun antibakteri. Hal ini disebebkan oleh terbuktinya bahwa ada beberapa
bahan tertentu dalam sabun antibakteri yang diedarkan tidak aman bagi pemakaian
dalam jangka panjang. Bahan kimia tidak aman yang paling sering digunakan ialah
triclosan dan triclocarban. Salah satu cara untuk mengatasi efek samping dari triclosan
dan triclocarban tersebut ialah dengan menggunakan antibakteri yang bersumber dari
alam sebagai alternatifnya.
Pada penelitian Ermalyanti Fiskia dan Cindhany D.F.U. Mala pada tahun 2021
membuktikan bahwa tidak terdapat gejala alergi ataupun efek samping negatif dalam
penggunaan paper soap antibakteri berbahan dasar dari alam. Hal ini telah diuji
terhadap 20 sukarelawan dan tidak satupun dari mereka yang mengalami efek samping
negatif atau alergi.

BAB 3.METODE PENELITIAN

3.1 Alat Dan bahan


3.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini

batang pengaduk,cawan porselin 60ml,corong kaca(pyrex),gelas kimia 100


ml(pyrex),gelas ukur 100 ml(pyrex)kain fanel,kertasperkamen,ph
meter,mortir,stampel,piet tetes,sendok tanduk,timbangan

3.1.2 Bahan

Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini

Limbah kulit jeruk nipis, Bahan kimia meliputi Sodium dodecyl sulfate , etanol, aquades,
NaCl, NaH2PO4 .

3.2 Prosedur Kerja

Memisahkan terlebih dahulu kulit jeruk nipis dari dagingnya, selanjutnya limbah kulit
jeruk nipis di keringkan dan di blender dengan halus , selanjutnya serbuk halus limbah
kulit jeruk nipis tersebut di ekstraksi , di lakukan dengan metode meserasi selama 3x
dan rasio bahannya pelarut etanol.

Selanjutnya ekstrak limbah kulit jeruk nipis langsung uji antibakteri, klasifikasi metabolit
dan langkah terakhir pembuatan hand paper soap.

Anda mungkin juga menyukai