Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dzurotun Nabila

Nim : 220341610732
Offering :D

Pengujian Daya Hambat Antimikroba dengan Efektifitas Handsanitizer Sebagai


Antiseptik Pengganti Cuci Tangan

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kualitas hidup
setiap individu. Salah satu perilaku yang efektif untuk menjaga kesehatan tubuh adalah
kebersihan tangan, karena tangan merupakan bagian tubuh yang sangat berperan penting
dalam aktivitas sehari-hari (Purbosari, 2021). Terdapat berbagai jenis bakteri patogen pada
telapak tangan manusia. Di telapak tangan anak-anak ditemukan bakteri patogen yang
termasuk dalam spesies Acinetobacter, Pseudomonas, Enterococcus, Klebsiella,
Flavobacteria, Escherichia coli dan Enterobacter (Asngad & Subiakto, 2020). Mencuci tangan
dengan air mengharuskan seseorang berada dekat dengan sumber air, jika tidak menggunakan
sabun tangan yang mengandung antiseptik, maka tidak akan efektif untuk menghilangkan
kotoran di tangan dan tidak melindungi tangan manusia dari mikroorganisme (Rini &
Nugraheni, 2018). Seiring berjalannya waktu, mencuci tangan bukan satu-satunya cara untuk
menghilangkan kotoran dan kuman. Ada cara yang lebih praktis yaitu dengan menggunakan
gel cair antiseptik yang bisa digunakan kapan saja, di mana saja tanpa harus dibilas dengan
air. Cairan atau gel antiseptik ini disebut hand sanitizer.

Hand sanitizer merupakan antiseptik yang mengandung bahan aktif berupa alkohol dan
bahan antibakteri lainnya yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan
Gram negatif pada tangan (Rini & Nugraheni, 2018). Hand sanitizer memiliki konsentrasi
alkohol aktif 60-90% dan triclosan 0,05%. Konsentrasi alkohol 70% dan triclosan 0,05%
merupakan konsentrasi paling optimal untuk membuat hand sanitizer yang mampu
menghambat 72,45% pertumbuhan bakteri S.aeureus dalam waktu 30 detik (Asngad &
Subiakto, 2020). Menurut Food and Drug Administration (FDA), hand sanitizer dapat
membunuh kuman dalam waktu kurang dari 30 detik. Alkohol dalam pembersih tangan
memiliki aktivitas bakterisidal yang baik terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif.
Selain itu, hand sanitizer kering juga mengandung bahan antibakteri seperti triclosan atau zat
antibakteri lainnya yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri di tangan seperti
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
Alkohol merupakan salah satu bahan dasar hand sanitizer. Namun penggunaan alkohol
yang terlalu sering dapat menyebabkan iritasi dan kekeringan pada kulit, dan untuk mengatasi
efek negatif tersebut, perlu dikembangkan formula hand sanitizer yang menggunakan bahan-
bahan alami. Pembuatan produk hand sanitizer yang bahan utamanya herbal, terutama bahan
alami yang memiliki efek antibakteri (Sari & Fajar, 2023). Selain alkohol ada beberapa bahan
alami yang memiliki kandungan untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan kuman.

Berdasarkan hasil skrining fitokimia, ekstrak kulit bawang merah mengandung senyawa
fenolik, flavonoid dan terpenoid yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
(Octaviani, dkk., 2019). Bawang merah juga mengandung allicin dan alliin yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme, serta pektin yang dapat mengendalikan
pertumbuhan bakteri. Bawang merah mengandung senyawa aktif quercetin yang memiliki
sifat antibakteri. Ekstrak etanol bawang merah memiliki aktivitas antibakteri yang baik
terhadap bakteri gram positif Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis (Octaviani,
dkk., 2019). Ekstrak etanol kulit bawang merah memiliki aktivitas dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S. epidermidis, S. aureus, S. thypi, E. coli dan jamur Trichophyton
mentagrophytes. Diameter hambat yang dihasilkan pada pengujian ekstrak etanol dari kulit
bawang merah terhadap bakteri S. epidermidis, S. aureus, S. thypi dan E. coli dengan
konsentrasi 50% berturut-turut adalah 11,75 mm; 16,03 mm; 9,42 mm dan 7,77 mm
(Octaviani, dkk., 2019).

Daun binahong merupakan salah satu tanaman obat tradisional karena mengandung senyawa
flavonoid yang dapat digunakan sebagai antibakteri, antioksidan dan anti inflamasi. Senyawa
flavonoid dan sifat antibakteri ekstrak daun binahong memiliki daya hambat terhadap bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dan memformulasikan pada sediaan hand
sanitizer (Veronita, dkk., 2017). Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenolik terbesar
yang memiliki khasiat efektif dalam menghambat pertumbuhan virus, bakteri, dan jamur.
Mekanisme kerja flavonoid antara lain merusak permeabilitas dinding sel bakteri dan
menghambat pergerakan bakteri (Veronita, dkk., 2017). Ekstrak n-heksana daun sirsak dapat
diformulasikan sebagai gel pembersih tangan dan telah teruji memiliki aktivitas antibakteri
terhadap bakteri Propionibacteria penyebab jerawat. Mangga arumanis (Mangifera indica L.)
merupakan tanaman yang mempunyai potensi sebagai obat. Tanaman mangga berpotensi
sebagai obat herbal karena mengandung senyawa metabolit sekunder. Daun mangga
arumanis mengandung senyawa metabolit sekunder seperti, flavonoid, alkaloid, steroid,
polifenol, tanin, dan saponin yang juga dapat menghambat bakteri dan kuman (Ningsih, dkk.,
2019).

Ekstrak C. xanthorriza mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan Bacillus


cereus, E. coli, Penicilium sp. dan Rhizopus oryzae. Ekstrak etanol pada rimpang temulawak
mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri E. coli. Senyawa pada jahe putih
dan kunyit juga mampu menghambat pertumbuhan S.aureus dan E.coli (Adila, dkk., 2013).
Rimpang Curcuma mengandung senyawa aktif antara lain terpenoid, alkaloid, flavonoid,
minyak atsiri, fenol dan kurkuminoid yang berfungsi sebagai antimikroba sehingga banyak
digunakan dalam formulasi obat tradisional (Adila, dkk., 2013). Ekstrak segar rimpang jahe
tergolong sangat ampuh menghambat pertumbuhan E. coli (31,56 mm) karena melebihi
standar potensi daya hambat sebesar ≥20 mm dan diberikan mampu menghambat
pertumbuhan S. aureus dengan tingkat sedang (15,75 mm). dan C. albicans (13,07 mm)
mempunyai ketahanan standar 10-20 mm. Daya hambat yang dibentuk oleh Kunyit jenis lain
bervariasi antara 8 sampai 11 mm yang tergolong sedang (5 sampai 10 mm).

Ekstrak etanol biji alpukat mengandung senyawa flavonoid dengan zona hambat 12,0 mm
dan bakteri S.aureus dengan zona hambat 14,0 mm tergolong kuat (Asngad & Subiakto,
2020). Vitamin E adalah bahan pelembab yang ada dalam biji alpukat. Ekstrak minyak biji
alpukat dapat digunakan sebagai pelembab kulit dengan pH kulit 6,52, aman untuk kulit.
Ekstrak biji alpukat ini berpotensi digunakan sebagai hand sanitizer alami karena biji alpukat
mengandung fitokimia berupa asam lemak, flavonoid, tanin, fenol, saponin, alkaloid, steroid
dan terpenoid. Ekstrak biji alpukat juga Memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri gram
negatif dan gram positif dengan aktivitas antibakteri yang mengarah pada zona hambat
sedang hingga kuat (Asngad & Subiakto, 2020).

Kemangi (Ocimum basilicum L.) merupakan tanaman obat tradisional yang mempunyai
banyak kegunaan. Penelitian terkini menunjukkan bahwa kemangi mengandung senyawa
insektisida, larvasida, bakterisida, antipiretik, fungisida, antibakteri dan antioksidan (Solikhah
& Wijayati, 2016). Komposisi kimia tanaman kemangi antara lain minyak atsiri, pitosterol,
alkaloid, senyawa fenolik, tanin, lignin, saponin, flavonoid, terpenoid dan antrakuinon.
Ekstrak kloroform pada daun kemangi mampu menghambat bakteri Shigella dysenteriae, dan
ekstrak metanol mampu menghambat bakteri Klebsiella pneumonia, bakteri Salmonella
paratyphy, dan S. aureus dengan DDH masing masing sebesar 10, 9, 7, dan 7 mm (Solikhah
& Wijayati, 2016).

Cacalicingan (Oxalis barrelieri L.) mengandung senyawa antibakteri yang dapat


digunakan sebagai bahan dasar hand sanitizer bebas alkohol (Pazra, dkk., 2022). Calincing
tanah (Oxalis barrelieri L.) mengandung senyawa fenol, terpenoid antosianidin, antrakuinon,
kumarin, saponin, lipid dan minyak atsiri. Senyawa tersebut salah satunya dapat berfungsi
sebagai antibakteri. Konsentrasi ekstrak tumbuhan cacalicingan (Oxalis barelieri L.) yang
baik adalah 25%, karena konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi terbaik dengan zona
hambat sebesar 16,55 dan tergolong mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menghambat
bakteri (Pazra, dkk., 2022).

Sirih (Piper betle L.) merupakan tanaman yang banyak digunakan dalam pengobatan.
Bagian tanaman sirih yang dimanfaatkan masyarakat sebagai obat adalah daunnya. Daun sirih
memiliki efek antiseptik, anti inflamasi dan mendinginkan kulit (Fathoni, dkk., 2019).
senyawa yang terkandung dalam daun sirih mempunyai efek antibakteri yaitu saponin, tanin,
flavonoid dan fenol. Senyawa saponin dapat berperan sebagai agen antibakteri. Senyawa ini
akan merusak membran sitoplasma dan membunuh sel. Senyawa tanin dan flavonoid diyakini
mempunyai mekanisme yang efektif untuk mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak
membran sel, serta merusak lipid membran sel melalui mekanisme penurunan tegangan
permukaan membran. Mekanisme fenol adalah sebagai zat antibakteri, berperan sebagai
racun pada protoplasma, menyebabkan kerusakan dan menembus dinding sel serta
mengendapkan protein sel bakteri (Fathoni, dkk., 2019).
Daftar Rujukan
Adila, R., Nurmiati, & Agustien, A. (2013). Uji Antimikroba Curcuma spp . Terhadap
Pertumbuhan Candida albicans , Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Jurnal
Biologi Universitas Andalas, 2(1), 1–7.
Asngad, A., & Subiakto, D. W. (2020). Potensi Ekstrak Biji Alpukat Sebagai Hand Sanitizer
Alami: Literatur Review. Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi, 6(2), 106–115.
https://doi.org/10.23917/bioeksperimen.v6i2.11765
Fathoni, D. S., Fadhillah, I., & Kaavessina, M. (2019). Efektivitas Ekstrak Daun Sirih
Sebagai Bahan Aktif Antibakteri Dalam Gel Hand Sanitizer Non-Alkohol. Equilibrium
Journal of Chemical Engineering, 3(1), 9.
https://doi.org/10.20961/equilibrium.v3i1.43215
Ningsih, D. R., Purwati, P., Zusfahair, Z., & Nurdin, A. (2019). Hand Sanitizer Ekstrak
Metanol Daun Mangga Arumanis (Mangifera indica L.). ALCHEMY Jurnal Penelitian
Kimia, 15(1), 10. https://doi.org/10.20961/alchemy.15.1.21458.10-23
Octaviani, M., Fadhli, H., & Yuneistya, E. (2019). Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol
dari Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) dengan Metode Difusi Cakram
Antimicrobial Activity of Ethanol Extract of Shallot (Allium cepa L.) Peels Using the
Disc Diffusion Method. Pharmaceutical Sciences and Research, 6(1), 62–68.
Pazra, D. F. P., Ikhwan Multida, Mutia Sari, & Siti Nurlita. (2022). Pemanfaatan Tanaman
Cacalincingan (Oxalis barrelieri L.) sebagai Bahan Dasar Hand Sanitizer Tanpa
Alkohol. Jurnal Triton, 13(1), 11–21. https://doi.org/10.47687/jt.v13i1.222
Purbosari, I. (2021). Uji Aktivitas Daya Hambat Antimikroba Produk Antiseptik Hand
Sanitizer dan Sabun Cair terhadap Bakteri Staphylococcus aureus. FARMASIS: Jurnal
Sains Farmasi, 2(1), 38–43. https://doi.org/10.36456/farmasis.v2i1.3620
Rini, E. P., & Nugraheni, E. R. (2018). Uji Daya Hambat Berbagai Merek Hand Sanitizer Gel
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. JPSCR :
Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 3(1), 18.
https://doi.org/10.20961/jpscr.v3i1.15380
Sari, I. W., & Fajar, D. R. (2023). Uji Efektivitas Antimikroba Sediaan Hand Sanitizer Spray
Dari Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L.). Jurnal Farmasi Pelamonia, 17–
26.
Solikhah, & Wijayati, S. B. W. K. N. (2016). UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK
ETANOL BATANG DAN DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L.). Indonesian
Journal of Chemical Science, 5(2), 103–107. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs
Veronita, F., Wijayati, N., & Mursiti, S. (2017). Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Daun
Binahong Serta Aplikasinya Sebagai Hand Sanitizer. Indonesian Journal of Chemical
Science, 6(2), 138–144.

Anda mungkin juga menyukai