Anda di halaman 1dari 7

Biosfer, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.6, No.

1, Juni 2021 ISSN: 2549-0486

Inovasi Cairan Penyanitasi Tangan Dari Bahan Alami


Dhanang Puspita*, Francies Seva Gentaarinda, Irene Maria Lidi, Shara Refla, Nataniel
Widyantoro Nugroho, Fransiska Thalita Kusumaningtyas

Teknologi Pangan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana
(*dhanang.puspita@uksw.edu)
Jl. Kartini No.11a Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia

Abstrak
Awal pandemi Covid 19 menyebabkan kelangkaan cairan penyanitasi tangan di pasaran. Pemanfaatan senyawa
antrimikroba dari tumbuhan menjadi solusi mengatasi permasalahan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah
inovasi pembuatan cairan penyanitasi tangan dari bahan alami. Metode yang digunakan adalah eksperimen laboratis
dengan tahapan; invetarisasi tumbuhan, ekstraksi, dan uji antimikroba. Hasil peneliitian diketahui bahwa ekstrak
serai, sirih, sirih merah, dan bungan lawang yang dijadikan sebagai cairan pensanitasi tangan memiliki kemampuan
sebagai antimikroba. Terdapat senyawa seperti minyak asiri, saponin, polifenol, tanin dan flavonoid pada tumbuhan
tersebut yang berfungsi sebagai antimikroba. dapat disimpulkan jika bahan alam seperti sirih, sirih merah, serai, dan
kayu lawang memiliki kemampuan antimikroba yang dibuktikan dengan uji antimikroba dengan kekuatan sedang.

Kata kunci: antimikroba, bahan alam, penyanitasi tangan.

Abstract
The beginning of the Covid 19 pandemic caused a shortage of hand sanitizer on the market. Utilization of
antimicrobial compounds from plants is a solution to overcome these problems. The purpose of this research is to
innovate the manufacture of hand sanitizer from natural ingredients. The method used is a laboratory experiment
with stages; plant inventory, extraction, and antimicrobial testing. The results of the study found that the extracts of
lemongrass, betel, red betel, and anise flower which were used as hand sanitizing fluids had antimicrobial
properties. There are compounds such as essential oils, saponins, polyphenols, tannins and flavonoids in these
plants that function as antimicrobials. it can be concluded that natural ingredients such as betel, red betel,
lemongrass, and anise flower have antimicrobial abilities as evidenced by antimicrobial tests with moderate
strength.

Keywords: antimicrobial, natural ingredients, handsanitizer.

25
Biosfer, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.6, No.1, Juni 2021 ISSN: 2549-0486

I. PENDAHULUAN seperti alkohol dan triklosan, karena bahan


kimia tersebut bisa berdampak buruk
Tangan merupakan organ tubuh manusia yang (menimbulkan iritasi dan kulit kering) jika
rentan terkontaminasi oleh mikroorganisme digunakan secara berlebihan (Puspita et all.,
seperti bakteri, jamur, dan virus. Tangan juga 2020).
bisa sebagai agen penular penyakit atau infeksi
nosokomial, karena mobilitas dan pergerakan- Tumbuhan memiliki senyawa yang disebut
nya. Dengan demikian tangan harus mendapat dengan antinutrisi. Senyawa tersebut digunakan
perhatian lebih dalam kebersihan pribadi sebagai perlindungan tumbuhan terhadap
(personal hygiene). Untuk melindungi tangan predator seperti herbivora atau organisme
dari kontaminasi dan menjadi agen penyebaran patogen seperti virus, jamur, dan bakteri.
mikroba patogen, perlu upaya untuk mensanitasi Senyawa tersebut sebagai benteng pertahanan
tangan. Sanitasi tangan yang paling sederhana dimana tumbuhan tidak bisa berpindah tempat
adalah dengan mencuci tangan dengan sabun atau mengindar dari ancaman predator dan
dan air mengalir, tidak sembarangan menyentuh mikroorganisme patogen. Senyawa tersebut akan
barang yang berpotensi terdapat mikroba memberikan rasa pahit, getir, asam, dan sepat di
patogen, dan menggunkan cairan sanitasi saat lidah dan tidak enak dimakan oleh herbivora,
diperlukan (Acharya et al., 2019). dan dapat juga sebagai antimikroba. Beberapa
senyawa antimikroba yang umum dijumpai
Cairan penyanitasi tangan (handsanitizer) adalah polifenol, resveratrol, flavanoid, katekin,
adalah cairan yang berisikan bahan-bahan yang kuinon, alkaloid, lignin, glikosida, saponin,
dapat membunuh mikroorganisme dengan cepat. tanin, terpen, minyak asiri, dan peptida (Ferdes,
Panyanitasi tangan adalah solusi saat tidak 2018).
ditemukan tempat cuci tangan, sehingga dapat
menjadi pengganti untuk membebaskan tangan Budaya memanfaatkan tumbuhan atau
dari mikroorganisme yang ada di tangan. etnobotani sudah menjadi bagian dari kehidupan
Penggunaan handsanitizer lebih efektif dan masyarakat di Indonesia. Masyarakat Indonesia
efisien bila dibanding dengan menggunakan dalam kehidupan sehari-hari memiliki budaya
sabun dan air, karena membunuh mikroba secara yang masih dominan akan unsur-unsur
langsung, sehingga masyarakat banyak yang tradisional. Keadaan ini didukung oleh
tertarik menggunakannya. Kelebihan dari keanekaragaman hayati yang berasal dari
penyanitasi tangan adalah dapat membunuh berbagai ekosistem yang ada di Indonesia
kuman dalam waktu relatif cepat, karena (Fauziah et al, 2018). Masyarakat Indonesia
mengandung senyawa alkohol (etanol, propanol, telah menggunakan obat tradisional sebagai
isopropanol) dengan konsentrasi ± 60% sampai salah satu upaya dalam penanggulangan
80% dan golongan fenol (klorheksidin, masalah kesehatan jauh sebelum layanan
triklosan) (Asngad et al, 2018). kesehatan formal dengan obatobat modernnya
menyentuh masyarakat (Kusnadi, 2017).
Kasus Covid-19 di Indonesia mulai muncul
bulan Maret 2020 dan sampai saat ini (Februari Thomas Standford Raffles menuliskan ada
2021) sudah lebih dari 1 juta masyarakat yang banyak sekali tanaman obat dam sangat penting
terjangkit. Keadaan ini membuat masyarakat dalan dunia kodekteran. Tanaman-tanaman obat
sadar akan kebersihan pribadi dan salah satunya tersebut digunakan sebagai obat luka, batuk, dan
dengan penggunaan cairan penyanitasi tangan. gangguan saluran pencernaan (Raffles, 2014). .
Permintaan yang banyak akan cairan penyanitasi Leluhur orang Indonesia mengajarkan
tangan dan ketersediaanya yang terbatas mem- pemanfaatan bahan alam yakni tumbuhan
buat harganya meningkat tajam. Upaya untuk sebagai pengobatan, salah satunya untuk obat
mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan luka luar. Dalam perspektif farmakologi,
membuat cairan penyanitasi tangan dari pengobatan ini prinsipnya adalah untuk
tumbuhan (dari bahan alami). Bahan alami mencegah infeksi, karena ada senyawa
digunakan sebagai pengganti bahan kimia antimikroba di dalamnya. Dengan demikian

26
Biosfer, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.6, No.1, Juni 2021 ISSN: 2549-0486

senyawa-senyawa antimikroba bisa Pembuatan penyanitasi tangan


dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan cairan
penyanitasi tangan. Tujuan dari penelitian ini Ekstrak tumbuhan sebanyak 90 mL dicampur
adalah inovasi pembuatan cairan penyanitasi dengan witch hazel sebanyal 10 mL. Witch hazel
tangan dari bahan alami. adalah eksttrak Hamamelis virginiana digunakan
sebagai pelarut dalam bahan kosmetika. Untuk
II. METODE PENELITIAN meningkatkan kualitasnya bisa ditambahkan
beberapa tetes minyak asiri kemudian
Penelitian ini bersifat kualitatif deskripti dimasukan dalam botol tertutup rapat (Puspita et
dengan eskperimen laboratoris yang dilakukan al., 2020).
di Laboratorium mikrobiologi FKIK UKSW
pada bulan Maret – November 2020. Informasi Uji Anti Mikroba
tumbuhan diperoleh dari Herbie ( 2015). Adapun
tahapannya adalah invetarisasi tumbuhan, Media uji antimikroba digunakan Nutrien
ekstraksi, dan uji antimikroba. Agar (Merck) 20 g/L dilarutkan dalam aquades
kemudian disterilkan dengan menggunakan
Inventarisasi Tumbuhan autoclave pada suhu 121ºC selama 15 menit
pada tekanan 2 atm. Larutan agar kemudian
Inventarisasi tumbuhan didasarkan pada dituangkan dalam cawan petri steril sampai
pustaka sebagai acuan yakni Herbie (2015). mengeras. Uji antimikroba dengan teknik difusi
Pengambilan sampel didasarkan pada (sumuran) dengan cara permukaan agar
ketersediaan di lapangan. Sampel tumbuhan dilubangi dengan pipa kaca steril lalu permukaan
diambil di area Kota Salatiga dan Kabupaten agar dioles dengan suspensi bakteri E. Coli yang
Semarang. Kriteria sampel adalah berasal sudah dibiakan dahulu sebelumnya menjadi
tumbuhan yang memiliki aroma yang baik yakni suspensi. Cairan penyanitasi tangan kemudian
harum atau sedap serta tidak mengandung dimasukan dalam lubang sumur sebanyak 100 μl
bahan-bahan yang bersifat toksik/racun dan dengan menggunakan mikropipet. Inkubasi
menyebabkan alergi. Sampel diambil dalam selama 48 jam dalam inkubator pada suhu 31ºC.
keadaan segar lalu untuk mempertahankannya Zona hambat bakteri diukur berdasarkan panjang
dari kerusakan disimpan pada suhu rendah diameter zona terangnya (Greenwood, 1995).
sekitar 4ºC.

Ekstraksi Tumbuhan Obat


III. HASIL DAN PMBAHASAN
Untuk mendapatkan ekstrak dari tumbuhan
dilakukan dengan pencucian untuk memisahkan Tabel 1 menyajikan daftar tumbuh-tumbuhan
dengan pengotor. Daun daun sirih merah, sirih dan senyawa antimikroba yang terdapat di
hijau, dan serai masing-nasing dirajang dalam dalamnya. Tumbuhan yang digunakan sudah
ukuran kecil sebanyak 500 g dicampur dengan familiar di kalangan masyarakat karena
aquades sebanyak 1.500 mL kemudian dikukus digunakan dalam keseharian baik sebagai jamu
selama 15 menit. Setelah itu disaring dengan maupun bumbu. Dengan demikian tumbuhan
menggunakan kain saring untuk mendapatkan tersebut dapat dengan mudah ditemukan.
ekstrak. Untuk bunga lawang, yang digunakan
adalah dbunga yang sudah dikeringkan, Tabel 1. Daftar tumbuhan dan senyawa
kemudian dihaluskan dengan cara digerus lalu antimikrobanya.
dilakukan perendaman dengan alkohol 70%
Nama tumbuan Bagian Senyawa
selama 30 menit sembari di aduk. Proses
yang antimikroba
selanjutnya adalah penyaringan dengan kain digunakan
saring lalu ekstrak diuapkaan di dalam rotary Serai Daun dan Minyak asiri,
vacuum evaporator pada suhu 50°C hingga (Cymbopogon pelepah saponin,
ekstrak tinggal 30% dari volume total, (Puspita nardus) daun polifenol dan
et al., 2020). flavonoid

27
Biosfer, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.6, No.1, Juni 2021 ISSN: 2549-0486

Nama tumbuan Bagian Senyawa Penyanitasi tangan


yang antimikroba
digunakan Mayoritas cairan penyanitasi tangan
(Bassole et komersial yang ada di pasaran terbuat dari
al., 2011). bahan-bahan kimia sintetik. Bahan-bahan kimia
Sirih hijau Daun dan Saponin, sintetik tersebut antara lain alkohol, triklosan,
(Piper betle L.) tangkai flavonoid, dan hidrogen peroksida. Alkohol, triklosan, dan
daun dan polifenol
hidrogen peroksida sangat efektif dalam
(Carolia,
2016).
membunuh mikroorganisme, sehingga menjadi
Sirih merah Daun dan Flavonoid, pilihan yang praktis sebagai bahan cairan
(Piper tangkai alkaloid, penyanitasi tangan. Namun, efektifitas tersebut
ornatum) daun tanin, juga berdampak buruk jika pemakaiannya terlalu
senyawa sering, karena bisa menyebabkan iritasi pada
polifenol dan tangan.
minyak atsiri
(Lestari, Salah satu alternatif cairan penyanitasi tangan
2014). adalah dengan memanfaatkan bahan-bahan alam
Bunga lawang Bunga Saponin, yang memiliki senyawa antimikroba. Bahan
(Illicium tanin dan alam seperti serai, sirih merah, sirih hijau, dan
verum) flavonoid.
bunga lawang dapat dengan mudah ditemukan di
(Puspita et
al., 2020)
sekitar kita bahkan diperjual belikan di pasar.
Bahan-bahan tersebut sangat lekat dengan
keseharian, seperti serai yang digunakan sebagai
Pada tabel 2 merupakan hasil uji antimikroba bumbu dapur, sirih hijau untuk menyirih
pada beberapa jenis tumbuhan yang berpotensi (nginang dalam bahasa Jawa), bunga lawang
sebagai penyanitasi tangan. Zona hambat adalah (pekak bahasa Jawa) sebagai bumbu dan
kemampuan senyawa dalam tumbuhan untuk campuran minuman rempah (wedang uwuh), dan
membunuh dan menghambat pertumbuhan sirih merah banyak dipakai sebagai tanaman
mikroorganisem. Nilai zona hambat dikatakan hias.
lemah jika lebarnya 1 – 5 mm, sedang 6 – 10
Dalam kajian etnobotani, sirih, sirih merah,
mm, kuat 10 – 15 mm, dan sangat kuat >15 mm
serai, dan bunga lawang sudah menjadi bagian
(Davis & Stout, 1971).
dalam pengobatan karena dipercaya memiliki
Tabel 2. Hasil uji antimikroba. khasiat. Secara ilmiah, pada bahan alam tersebut
memiliki senyawa-senyawa yang bersifat
Nama tumbuhan Zona Kategori antimikroba, yakni mampu membunuh dan
hambat Davis&Stout menghambat pertumbuhan bakteri. Dengan
(mm) (1971) demikian dapat dimanfaatkan sebagai cairan
Serai 5,71 ± Sedang penyanitasi tangan. Dari hasil analisis uji
(Cymbopogon 1,27 antimikroba, cairan penyanitasi tangan dari
nardus)
bahan alam memiliki kekuatan sedang, dimana
Sirih hijau (Piper 9,12 ± Sedang
betle L.) 2,79
serai memiliki zona hambat yang paling kecil
Sirih merah 8,86 ± Sedang yakni 5,71 ± 1,27 mm dan yang terbesar adalah
(Piper ornatum) 1,46 sirih hijau 9,12 ± 2,79 mm. Dibandingkan
Bunga lawang 6,2 ± Sedang dengan alkohol 70% dengan zona hambat 15,42
(Illicium verum) 0,76 ± 3,16 dan cairan penyanitasi tangan komersial
Kontrol (alkohol 15,42 ± Sangat kuat sebesar 9,43 ± 1,39, kekuatan zona hambat dari
70%) 3,16 bahan alam masih di bawahnya.
Handsanitizer 9,43 ± Sedang
komersial 1,39 Hasil penelitian Suliantari et al (2012) zona
hambat sirih hijau sebesar 11 mm terhadap

28
Biosfer, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.6, No.1, Juni 2021 ISSN: 2549-0486

E.Coli., ekstrak sirih merah sebesar 6,3 mm sebagai antimikroba dalam pembuatan
(Candrasari et al., 2012), serai 8,0 mm handsanitizer. Dalam daun sirih mengandung
(Poeloengan, 2009), dan bunga lawang 6,2 mm. senyawa kimia berupa saponin, flavonoid, dan
Kemampuan antimikroba dari bahan alam polifenol. Senyawa saponin yang terkandung
berdasar beberapa penelitian tersebut memiliki dalam daun sirih bekerja sebagai antimikroba,
kekuatan senyawa antimikroba masuk dalam dengan mekanisme kerja yang akan merusak
kategori sedang, dan kategori kuat hanya pada membran sitoplasma dan membunuh sel.
sirih hijau. Meskipun masuk dalam kategori Senyawa flavonoid dalam daun sirih dapat
sedang, setidaknya memiliki potensi dalam mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak
membunuh dan menghambat pertumbuhan membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi.
mikroorganisme, bahkan sirih hijau hampir sama Senyawa fenol memiliki mekanisme agen
kuatnya dengan cairan penyanitasi tangan antimikroba yang berperan sebagai toksin dalam
komersial. protoplasma, merusak, menembus dinding, serta
mengendapkan protein sel bakteri (Carolia &
Serai Wulan, 2016).
Kandungan kimia dari serai (Cymbopogon Sirih merah
nardus) adalah minyak asiri, saponin, polifenol
dan flavonoid (Bassole et al., 2011). Kandungan Sirih merah (Piper ornatum) mengandung
senyawa aktif tersebut, mengindikasikan serai senyawa aktif seperti flavonoid, alkaloid, tanin,
memiliki aktivitas antimikroba yang cukup besar senyawa polifenol dan minyak atsiri (Lestari,
(Jafari et al., 2012). Senyawa yang dominan 2014). Pada sirih merah, flavonoid memiliki
terhadap efek antimikroba serai adalah golongan efek antimikroba dengan membentuk senyawa
senyawa polifenol dan senyawa fenolik lain kompleks yang menahan protein ekstraseluler
beserta derivatnya yang dapat menyebabkan yang merusak integritas membran sel (Juliantina,
denaturasi protein. Senyawa flavonoid berfungsi 2009). Alkaloid juga memiliki sifat antimikroba.
sebagai antimikroba dengan cara membentuk Mekanisme yang mungkin dilakukan adalah
senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler. dengan menghancurkan komponen
Kompleks yang terbentuk mengganggu keutuhan peptidoglikan di dalam sel bakteri, sehingga
membran sel bakteri dengan cara mendenaturasi lapisan dinding sel tidak dapat terbentuk secara
protein sel bakteri dan merusak membran sel sempurna dan mengakibatkan kematian sel.
tanpa dapat diperbaiki lagi (Reveny, 2011). Tanin memiliki aktivitas antimikroba, tanin
Ekstrak etil asetat tanaman serai wangi telah diduga dapat mengecilkan dinding sel atau
terbukti mempunyai aktivitas antimikroba membran sel, sehingga mengganggu
terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus permeabilitasnya. Sel tidak dapat melakukan
aureus (Hendrik, 2013). aktivitas hidup, sehingga menghambat
pertumbuhannya bahkan kematian (Ajizah,
Sirih hijau 2004).
Daun sirih hijau (Piper betle L.) merupakan Bunga lawang
tanaman yang telah terbukti secara ilmiah Bunga lawang (Illicium verum) mengandung
memiliki aktivitas sebagai antimikroba. Sirih senyawa antimikroba yakni flavanoid dan tanin.
merupakan salah satu jenis tumbuhan yang Senyawa flavonoid bersifat disinfektan yang
banyak dimanfaatkan untuk pengobatan. Sirih bekerja dengan cara mendenaturasi
termasuk dalah family Peperaceae dengan (menggumpalkan) protein pada mikroba. Akibat
tumbuh merambat dan menjalar dengan tinggi dari denaturasi sehingga menyebabkan aktivitas
yang dapat mencapai 5 – 15 meter tergantung metabolisme sel bakteri terganggu. Tanin juga
pada pertumbuhan dan tempat untuk merambat. mempunyai daya antimikroba yang akan
Hampir seluruh bagian tanaman sirih dapat bereaksi dengan membran sel mikroba. Tanin
digunakan, tetapi yang paling sering adalah pada bekerja dengan cara merusak polipeptida pada
bagian daun. Daun sirih dapat dimanfaatkan dinding sel mikroba, sehingga pembentukan

29
Biosfer, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.6, No.1, Juni 2021 ISSN: 2549-0486

dinding sel menjadi kurang sempura yang Candrasari A, Romas M.A., Hasbi M, Astuti
berakibat keluarnya isi sel bakteri atau lisis. O.R. (2012). Uji Daya Antimikroba
Lisis disebabkan adanya tekanan osmotic yang Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper
berbeda dan dapat menyebabkan kematian pada Crocatum Ruiz & Pav.) Terhadap
bakteri (Puspita et al,. 2020) Pertumbuhan Staphylococcus aureus
ATCC 6538, Eschericia coli ATCC
IV. KESIMPULAN 11229 Dan Candida albicans ATCC
10231 SECARA IN VITRO. Biomedika.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan Vol.4(1): 9 - 16.
jika bahan alam seperti sirih, sirih merah, serai, Carolia N, Wulan N. (2016). Potensi Ekstrak
dan kayu lawang memiliki kemampuan Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) sebagai
antimikroba yang dibuktikan dengan uji Alternatif Terapi Acne vulgaris. Journal
antimikroba dengan kekuatan sedang. Dengan Majority. Vol 5(1).
demikian bahan alam tersebut dapat dijadikan Davis W. W. dan T. R. Stout. (1971). Disc plate
sebagai carian penyanitasi tangan, meskipun methods of microbiological antibiotic
kekuatannya masih dibawah alkohol 70% dan assay. Microbiology 22: 659-665.
cairan penyanitasi tangan komersial yang Fauziah, H., Liina, A., & Nurmiyati, N. (2018).
beredar di pasaran. Butuh penelitian lebih lanjut Studi Etnobotani Tumbuhan Upacara
untuk mendapatkan formulasi antimikroba agar Ritual Adat Kelahiran di Desa Banmati,
masuk dalam kategori kuat atau sangat kuat. Kecamatan Tawangsari, Kabupaten
Sukoharjo. Biosfer : Jurnal Biologi Dan
Pendidikan Biologi, 2(2), 24-28.
doi:10.23969/biosfer.v2i2.657
DAFTAR PUSTAKA
Ferdes M. (2018). Antimicrobial compounds
from plants. Fighting Antimicrobial
Acharya S.B., Ghosh S., YadavD., Sharma K., Resistance, Edited by Ana Budimir,
Ghosh S., Joshi S. (2018). Formulation, http://iapc-
Evaluation and Antibacterial Efficiency of obp.com/books/release_detail/15Chapter:
water-based herbal Hand Sanitizer Gel. Antimicrobial Compounds from plants
Publons, 29 Jul 2019. (pages 273-271)Publisher: IAPC-OBP,
https://doi.org/10.1101/373928. Zagreb, Croatia.
Ajizah A. (2004). Sensitivitas Salmonella Herbie, T. (2015). Kitab Tanaman Berkhasiat
typhimurium Terhadap Ekstrak Daun Obat. Octopus Publishing House.
Psidium guajava L. Jurnal Bioscientiae Yogyakarta
Volume 1, Nomor 1. Hendrik G,W., Panggabena W, Sentosa A.
Asngad A., Bagas R,A. Nopitasari.( 2018). (2016). Pemanfaatan Tumbuhan Serai
Kualitas Gel Pembersih Tangan Wangi (Cymbopogon Nardus (L.) Rendle)
(Handsanitizer) dari Ekstrak Batang Sebagai Antioksidan Alami. Jurnal Kimia
Pisang dengan Penambahan Alkohol, Mulawarman. Vol 2(1).
Triklosan dan Gliserin yang Berbeda Jafari B., Amirreza E., Babak M.A., Zarifeh H.
Dosisnya. Jurnal Bioeksperimen. Vol. 4 (2012). Antibacteria Activities of Lemon
(2) Pp. 61-70. Doi: Grass Methanol Extract and Essence
10.23917/bioeksperimen.v4i1.2795 Pathogenic Bacteria. Journal of American-
Bassolé I.H.N., Lamien-Meda A., Bayala B., Eurasian J. Agric and EnvironSci. 12(8):
Obame L.C., Ilboudo A.J., Franz C., 1042-1046.
Novak J., Nebié R.C. & Dicko R. (2011). Juliantina, Citra, Nirwana, Nurmasitoh, dan
Chemical composition and antimicrobial Bowo. (2009). Manfaat Sirih Merah
activity of Cymbopogon Citratus and (Piper Crocatum) Sebagai Agen Anti
Cymbopogon Giganteus Essential oils Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif
alone and in combination. Journal of dan Gram Negatif. “Tidak diterbitkan.
Phytomedicine. (18): 1070-1074. Laporam Penelitian. Yogyakarta: Fakultas

30
Biosfer, J.Bio. & Pend.Bio. Vol.6, No.1, Juni 2021 ISSN: 2549-0486

Kedokteran Universitas Islam Indonesia


Yogyakarta.
Kusnadi, K. (2017). Uji Toksisitas Ekstrak
Tumbuhan Ageratum Conyzoides
L.Terhadap Pertumbuhan Dan Fisiologi
Darah Mencit. Biosfer : Jurnal Biologi
Dan Pendidikan Biologi, 1(1), 1-9.
doi:10.23969/biosfer.v1i1.203
Lestari D. Y. (2014). Aktivitas antioksidan
ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum)
hasil optimasi pelarut etanol-air. Ilmu
Kefarmasian Indonesia. Vol 12(1): 75-79.
Poeloengan, M. (2009). Pengaruh Minyak Atsiri
Serai (Andropogon Citratus Dc.)
Terhadap Bakteri Yang Diisolasidarisapi
Mastitis Ubklinis. Berita Biologi 9(6):
715- 720.
Puspita D., Ardiawati E., Desi. (2020).
Formulation and Antibacterial Test of Star
Anise Extract (Illicium verum Hook.f) as
a Handsanitizer. Jurnal Biologi
Lingkungan, Industri dan Kesehatan. Vol.
7(1):90-96.
Rafles, T.S. (2014). The History of Java. Narasi.
Yogyakarta.
Reveny J. (2011). Daya antimikroba ekstrak dan
fraksi daun sirih merah (Piper betle
Linn.). Sumatra Utara: Jurnal Ilmu Dasar.
12(1): 6-12.
Suliantari, Betty S.l, Jenie, Suhartono M.T.
(2012). Aktifitas Antimikroba Fraksi-
fraksi Ekstrak Sirih Hijau (Piper betle L)
terhadap Patogen Pangan. Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan. Vol
23(2):217-220.

31

Anda mungkin juga menyukai