Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan
Makalah yang berjudul “Sifat Koligatif Larutan”.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Penulis sadar
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran penulis harapakan demi perbaikan tugas ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, 19 Oktober 2021

Sherly Aulia

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................3

A. Satuan Konsentrasi Larutan..........................................................................3


1. Molalitas..................................................................................................3
2. Molaritas..................................................................................................4
3. Fraksi mol................................................................................................5
B. Sifat Koligatif Larutan..................................................................................5
1. Penurunan Tekanan Uap Dan Hukum Raoult.........................................6
2. Kenaikan Titik Didih...............................................................................8
3. Penurunan Titik Beku............................................................................10
4. Tekanan osmotis....................................................................................12
5. Osmosis balik........................................................................................15
C. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit...............................................................17

BAB III PENUTUP.......................................................................................................19

GLOSARIUM...............................................................................................................20

SOAL EVALUASI.......................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat
terlarut tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan. (Syukri,
1999) Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan
non-elektrolit dan elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit
bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada
larutan non-elektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai
dengan hal-hal tersebut maka sifat koligatif larutan non-elektrolit lebih rendah daripada
sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan merupakan suatu campuran yang homogen dan
dapat berwujud padatan, maupun cairan. Akan tetapi larutan yang paling umum
dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat tertentu dilarutkan dalam pelarut
berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu.(Hardjono Sastrohamidjojo,
2012)
Penurunan tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan
dalam ruang di atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam
larutan PA = XA . PAo. Dari hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar
daripada tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut
berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.(Syukri, 1999)
Beberapa sifat penting larutan bergantung pada banyaknya zat terlarut dalam
larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut. Sifat-sifat ini disebut sifat
koligatif sebab sifat-sifat tersebut memiliki sumber yang sama, dengan kata lain, semua
sifat tersebut bergantung pada banyaknya partikel zat yang ada, apakah partikel-partikel
tersebut atom, ion atau molekul. (Chang, 2005)
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat
Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan
jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini
dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non
elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan
dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
(Dr. Kiagus Ahmad Roni, 2020)

1
Larutan-larutan yang mengandung jumlah partikel zat terlarut yang akan
memperlihatkan harga keempat jenis sifat koligatif larutan yang sama (meskipun jenis
zat dilarutkan pada masing-masing larutan itu berbeda). Semakin banyak jumlah
partikel zat terlarut, semakin besar pula harga keempat sifat koligatif larutan. Hukum-
hukum sifat koligatif menyatakan bahwa selisih tekanan uap, titik beku dan titik didih
suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku dan titik didih pelarut murni berbanding
langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut.(Keenan, 1991)
Terdapat empat sifat yang berhubungan dengan larutan encer, atau kira–kira
larutan yang lebih pekat, yang tergantung pada jumlah partikel terlarut yang ada. Jadi
sifat-sifat tersebut ialah penurunan tekanan uap, peningkatan titik didih, penurunan titik
beku, dan tekanan osmotik yang semua itu dinamakan sifat koligatif larutan. Kegunaan
praktis sifat-sifat koligatif banyak dan beragam, juga penelitian sifat-sifat koligatif
memainkan peranan penting dalam metode penetapan bobot molekul dan
pengembangan teori larutan.(Petrucci, 1992)
Hukum Rovalt merupakan dasar bagi empat sifat larutan encer yang disebut sifat
koligatif (dan bahasa latin colligare “mengumpul bersama”) sebab sifat-sifat itu
bergantung pada efek kolektif jumlah partikel zat terlarut, bukan pada sifat partikel yang
terlibat, keempat sifat itu ialah: penurunan tekanan uap larutan relatif terhadap tekanan
uap murni, peningkatan titik didih, penurunan titik beku dan gejala tekanan osmostik.
(Oxtoby, 2001)

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Satuan Konsentrasi Larutan
Satuan konsentrasi ada beberapa macam, antara lain adalah molalitas (m),
molaritas (M), dan fraksi mol (x).
1. Molaritas
Molaritas (M), atau konsentrasi molar, adalah satuan umum untuk
menyatakan konsentrasi larutan. Molaritas didefinisikan sebagai jumlah mol
zat terlarut per liter larutan. (Whitten K.W., Davis R.E., Larry Peck M., 2004)
jumlah mol zat terlarut
Molaritas ( M )= Atau
jumlah liter larutan
n
M=
V
gram 1000
M= .
Mr ml
10 .% . ρ
M=
Mr
Keterangan:
M = molaritas
n = mol
V = volume
Contoh :
Hitunglah konsentrasi larutan yang dibuat dari 12 gram Kristal MgSO4 yang
dilarutkan dalam 250 mL air (Mr MgSO4 = 120)!
Penyelesaian:
Diketahui : Massa MgSO4 = 12 gram
Mr MgSO4 = 120
Volume air = 250 mL = 0,25 L
Ditanya : Molaritas (M)...?
massa MgSO 4
Jawab : Mol (n) =
Mr MgSO 4

3
12
= mol = 0,1 mol
120
n
M =
V
0,1 mol
=
0,25 L
= 0,4 M
Jadi, konsentrasi larutan MgSO4 adalah 0,4 M.
2. Molalitas
Molalitas merupakan satuan konsentrasi yang penting untuk menentukan
sifat-sifat yang tergabung dari jumlah partikel dalam larutan. Molalitas
didefinisikan sebagai banyak mol zat terlarut yang dilarutkan dalam satu
kilogram (1.000 gram) pelarut. Secara matematis Molalitas didefinisikan
sebagai:(Petrucci, 1992)
jumlah zat terlarut (dalam mol) 1000
Molalitas ( m )= atau m=n x
massa pelarut (dalam kilogram) p
Keterangan:
m = molalitas larutan
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut (gram)
Jumlah mol zat terlarut (n) dapat kita tentukan dari massa zat terlarut (m)
dibagi dengan massa molekul relatif zat terlarut (Mr).
massa 1000
m= x
Mr p
Contoh :
Jika kita melarutkan 9 gram gula sederhana (C6H12O6) ke dalam 500 gram air
maka berapakah molalitas glukosa tersebut dalam larutan?
Penyelesaian:
Diketahui : massa = 9 gram
Mr C6H12O6= 180
p = 500 gram
Ditanya : molalitas (m) ...?
massa 1000
Jawab : m= x
Mr p

4
9 gram 1000
m= x m = 0,1 molal
180 500 gram
Jadi, kemolalan glukosa tersebut adalah 0,1 molal.
3. Fraksi Mol (X)
Fraksi mol (x) menyatakan perbandingan mol salah satu komponen
dengan jumlah mol semua komponen-komponen. Perhatikan contoh berikut.
Misalkan 2 mol garam (NaCl) yang dinotasikan dengan A dilarutkan dalam 8
mol air yang dinotasikan dengan B, maka fraksi mol garam (xA) = 0,2 dan
fraksi mol air (xB) = 0,8. Perhatikan gambar di berikut!

Gambar 1. Larutan Garam dengan Fraksi Mol Garam 0,2

Jadi, fraksi mol masing-masing komponen dalam suatu larutan dapat


ditentukan sebagai berikut.
nA nB
x A= dan x B =
n A + nB n A + nB
Keterangan:
xA = fraksi mol zat A
nA = mol zat A
xB = fraksi mol zat B
nB = mol zat B
B. Sifat Koligatif Larutan
Sifat koligatif (atau sifat kolektif) adalah sifat yang hanya bergantung pada
jumlah partikel zat terlarut dalam larutan dan bukan pada sifat partikel zat terlarut.
Sifat-sifat ini terikat bersama oleh asal yang sama, semuanya bergantung pada

5
jumlah partikel zat terlarut yang ada, terlepas dari apakah itu atom, ion, atau
molekul. Sifat koligatif adalah penurunan tekanan uap, titik didih elevasi,
penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.(Chang, 2005)

1. Penurunan Tekanan Uap Dan Hukum Raoult


Banyak percobaan telah menunjukkan bahwa larutan yang mengandung
cairan yang tidak mudah menguap atau padatan sebagai zat terlarut selalu
memiliki tekanan uap yang lebih rendah daripada pelarut murni.
Tekanan uap suatu cairan tergantung pada kemudahan molekul-molekul
dapat keluar dari permukaan cairan. Ketika zat terlarut dilarutkan dalam cairan,
sebagian dari total volume larutan ditempati oleh molekul zat terlarut, sehingga
ada lebih sedikit molekul pelarut per satuan luas di permukaan. Akibatnya,
molekul pelarut menguap pada tingkat yang lebih lambat dari pada jika tidak
ada zat terlarut. Peningkatan ketidak teraturan yang menyertai penguapan juga
merupakan faktor yang signifikan. Karena larutan sudah lebih tidak teratur
("tercampur") dari pada pelarut murni, penguapan pelarut murni melibatkan
peningkatan ketidak teraturan yang lebih besar, dan dengan demikian lebih
menguntungkan. Oleh karena itu, pelarut murni menunjukkan tekanan uap
yang lebih tinggi daripada larutan. Penurunan tekanan uap larutan merupakan
sifat koligatif. Ini adalah fungsi dari jumlah, dan bukan jenis partikel zat
terlarut dalam larutan.(Whitten K.W., Davis R.E., Larry Peck M., 2004)
Untuk mengetahui penurunan tekanan uap, maka pada tahun 1880-an
kimiawan Perancis F.M. Raoult mendapati bahwa melarutkan suatu zat terlarut
mempunyai efek penurunan tekanan uap dari pelarut. Apabila pada pelarut
murni kita tambahkan sejumlah zat terlarut yang tidak mudah menguap, apa
yang akan terjadi? Coba perhatikan gambar berikut ini.

6
Gambar 2. Partikel-Partikel Pelarut Murni dan Larutan
Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa jumlah partikel pelarut pada
pelarut murni (Gambar A) di permukaan lebih banyak dibandingkan pada
larutan (Gambar B). Partikel-partikel pada larutan lebih tidak teratur
dibandingkan partikel-partikel pada pelarut murni. Hal ini menyebabkan
tekanan uap larutan lebih kecil daripada pelarut murni. Inilah yang dinamakan
penurunan tekanan uap jenuh. Selisih antara tekanan uap murni dengan tekanan
uap larutan jenuh dapat dituliskan secara matematis seperti berikut.
ΔP = P0 – P
Keterangan:
ΔP = penurunan tekanan uap
P0 = tekanan uap pelarut murni
P = tekanan uap jenuh larutan
Bagaimana hubungan penurunan tekanan uap dengan jumlah partikel?
Menurut Raoult, besarnya tekanan uap pelarut di atas suatu larutan (P) sama
dengan hasil kali tekanan uap pelarut murni (P0) dengan fraksi mol zat pelarut
dalam larutan (xp).
P = xp ⋅ P 0
Persamaan di atas dikenal dengan hukum Raoult. Hukum Raoult hanya
berlaku pada larutan ideal dan larutan tersebut merupakan larutan encer tetapi
pada larutan encer yang tidak mempunyai interaksi kimia di antara komponen-
komponennya, hukum Raoult berlaku pada pelarut saja.
Adapun banyaknya penurunan tekanan uap (ΔP) sama dengan hasil kali
fraksi mol terlarut (xt) dan tekanan uap pelarut murni (P0). Pernyataan ini
secara matematis dapat dituliskan seperti berikut. (Chang, 2005)

7
ΔP = P0 - P
ΔP = P0 . xt
P = xp . P0
np
ΔP = . P0
np+nt
ΔP : Penurunan Tekanan Uap
P : Tekanan Uap Jenuh Larutan
Po : Tekanan Uap Pelarut Murni
Xp : Fraksi Mol Pelarut
np : Mol Pelarut
nt : Mol Zat Terlarut

Contoh :
Sebanyak 648 gram sukrosa C12H22O11 dilarutkan dalam 1 kg air (Ar C = 12,
H =1, O = 16). Hitunglah:
a. tekanan uap larutan (P)
b. penurunan tekanan uap (ΔP), bila tekanan uap jenuh air adalah 31,82
mmHg!
Diketahui : massa sukrosa C12H22O11 = 648 gram Mr = 342
Massa air H2O = 1kg = 1000 gram Mr = 18
Penyelesaian :
massa 648 gram
n terlarut = = = 2 mol
Mr 342 g/mol
massa 1000 gram
n pelarut = = = 55,6 mol
Mr 18 g /mol
np 55,6 mol
x p= = = 0,965
n p +nt (55,6+2)mol
a. P = xp . P°
= 0,965 . 31,82
= 30,7 mmHg
b. ΔP = P° – P
= 31,82 – 30,7
= 1,12 mmHg

8
Pada hukum Raoult tidak semua campuran bersifat ideal. Campuran–
campuran nonideal ini mengalami penyimpangan/deviasi dari hukum Raoult.
Terdapat dua macam penyimpangan hukum Raoult, yaitu:
a. Penyimpangan positif
Penyimpangan positif hukum Raoult terjadi apabila interaksi
dalam masing–masing zat lebih kuat daripada interaksi dalam campuran
zat ( A – A, B – B > A – B). Penyimpangan ini menghasilkan entalpi
campuran (ΔHmix) positif (endotermik) dan mengakibatkan terjadinya
penambahan volume campuran (ΔVmix > 0). Contoh penyimpangan
positif terjadi pada campuran etanol dan n–hekasana.
b. Penyimpangan negatif
Penyimpangan negatif hukum Raoult terjadi apabila interaksi
dalam campuran zat lebih kuat daripada interaksi dalam masing–masing
zat ( A – B > A – A, B – B). Penyimpangan ini menghasilkan entalpi
campuran (ΔHmix) negatif (eksotermik) dan mengakibatkan terjadinya
pengurangan volume campuran (ΔVmix < 0). Contoh penyimpangan
negatif terjadi pada campuran aseton dan air.(wikipedia, n.d.)
2. Kenaikan Titik Didih
Jika suatu cairan didiamkan dalam suatu bejana tertutup, cairan itu akan
menguap dan penguapan ini akan berhenti pada tekanan tertentu yang hanya
tergantung pada suhu. Keadaan ini disebut sebagai uap jenuh. Jika tekanan
pada permukaan diperkecil, misalnya dengan menghubungkan bejana yang
mengandung cairan itu suatu pompa, titik didih akan menurun. Selain itu,
tekanan uap cairan naik seiring dengan naiknya suhu.
Tekanan uap larut merupakan salah satu sifat-sifat yang mempengaruhi
atau dipengaruhi oleh jumlah partikel zat terlarut. Jika suatu larutan non volatic
atau volatil (tidak cenderung menguap) dilarutkan dalam suatu cairan, maka
tekanan uap larutan itu dikatakan rendah. Jika kita tidak memperhatikan zat
terlarut, yang dapat berdisosiasi dalam pelarut, maka tekanan keseimbangan
yang ditimbulkan oleh adanya pelarut berbanding lurus dengn fraksi mol dalam
larutan. (Keenan, 1991)

9
Kita telah melihat bahwa tekanan uap pelarut pada suhu tertentu
diturunkan oleh adanya zat terlarut yang tidak mudah menguap di dalamnya.
Larutan seperti itu harus dipanaskan sampai suhu yang lebih tinggi daripada
pelarut murni untuk menyebabkan tekanan uap pelarut sama dengan tekanan
atmosfer (Gambar.3).

(Gambar.3) Karena zat terlarut yang tidak mudah menguap menurunkan


tekanan uap pelarut, titik didih larutan lebih tinggi dan titik beku lebih rendah
daripada titik yang sesuai untuk pelarut murni. Besarnya kenaikan titik didih ∆
Tb, lebih kecil dari besarnya penurunan titik beku ∆ Tf.

Titik didih suatu larutan dapat lebih tinggi dari titik didih pelarut,
bergantung pada kemudahan zat terlarut tersebut menguap. Selisih titik didih
larutan dengan titik didih pelarut disebut kenaikan titik didih ( ΔTb ).
Menurut hukum Raoult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding
dengan hasil kali dari molalitas larutan (m) dengan kenaikan titik didih molal
(Kb ). Oleh karena itu, kenaikan titik didih dapat dirumuskan seperti berikut.
∆ Tb = m . Kb
Istilah ∆ Tb menyatakan kenaikan titik didih pelarut, yaitu titik didih
larutan dikurangi titik didih pelarut murni. (m) adalah molalitas zat terlarut,
dan Kb adalah konstanta proporsionalitas yang disebut konstanta kenaikan titik
didih molal. Konstanta ini berbeda untuk pelarut yang berbeda dan tidak
bergantung pada zat terlarut.(Whitten K.W., Davis R.E., Larry Peck M., 2004)

10
Contoh :
sukrosa 1,6 gram dilarutkan dalam 500 gram air. Hitung titik didih larutan
tersebut! (Kb air = 0,52 °C/m, Mr = 342)
Penyelesaian:
Diketahui : m = 1,6 gram
p = 500 gram
Kb = 0,52 °C/m
Ditanya : Tb ...?
Jawab : ΔTb = m ⋅ Kb
massa 1000
= x x Kb
Mr sukrosa p
1,6 gram 1000
= x x 0,52 °C/m
342 500 gram
= 0,00486°C
Tb larutan = Tb pelarut + ΔTb
= 100 °C + 0,00486°C
= 100,00486°C
Jadi, titik didih larutan Sukrosa adalah 100,00486°C..
3. Penurunan Titik Beku
Seorang non-ilmuwan mungkin selamanya tidak menyadari fenomena
kenaikan titik didih, tetapi pengamat yang cermat yang tinggal di iklim dingin
akrab dengan penurunan titik beku. Es di jalan dan trotoar yang beku mencair
saat ditaburi garam seperti NaCl atau CaCl 2. Metode pencairan ini berhasil
karena menekan titik beku air.
Pada (Gambar.3) menunjukkan bahwa menurunkan tekanan uap larutan
menggeser kurva padat-cair ke kiri. Akibatnya, garis ini memotong garis
horizontal pada suhu yang lebih rendah dari titik beku air. Penurunan titik beku
o
(∆ Tf) didefinisikan sebagai titik beku pelarut murni (T f ) dikurangi titik beku
larutan (Tf):
∆ Tf = T of - Tf
Menurut hukum Raoult penurunan titik beku larutan dirumuskan seperti
berikut.
∆ Tf ¿ m . Kf

11
Keterangan:
ΔTf = penurunan titik beku
m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
Harga Kf berbeda bagi pelarut yang berbeda. Apabila berat molekul
senyawa diketahui, seperti pada persamaan diatas dapat digunakan untuk
menentukan konstanta titik beku pelarut, dengan menggunakan konstanta titik
beku, berat molekul senyawa yang belum diketahui dapat ditentukan. Dalam
percobaan, penurunan titik beku diukur dengan mengamati titik leleh senyawa
tersebut. Titik leleh adalah temperatur saat terjadinya perubahan fasa padat
menjadi fasa cair. Sedangkan titik beku adalah temperatur saat terjadi
perubahan fasa cair menjadi fasa padat. Titik leleh dapat diukur dengan lebih
akurat dari pada titik beku. Hal ini disebabkan karena pada pengukuran titik
beku dapat terjadi ” super cooling ”.(Brady, 1994)

Contoh :
Suatu larutan dibuat dengan cara melarutkan 3 gram urea CO(NH 2)2 dalam 100
gram air. (Kf air = 1,86 °C/m Ar C = 12, O = 16, N = 14, H = 1). Tentukan titik
beku larutan!
Diketahui : massa = 3 gram
p = 100 gram
Kf = 1,86 °C/m
Ditanya : Tf ...?
Jawab : ΔTf = m ⋅ Kf
massa 1000
= x x Kf
Mr CO(NH 2) 2 p
3 gram 1000
= x x 1,86 °C/m
60 100 gram
= 0,93 °C
Tf larutan = Tf pelarut + ΔTf
= 0 – 0,93

12
= -0,93 °C
Jadi, titik didih larutan CO(NH2)2 adalah 100,0416 °C.

4. Tekanan Osmotik
Tekanan osmosis adalah proses lewatnya pelarut dalam larutan encer
menuju kelarutan yang lebih pekat melalui lapisan tipis yang selektif dalam
melewatkan pelarut, tetapi tidak melewatkan zat terlarut.(Keenan, 1991)

(Gambar.4) Tekanan osmotik. (a) Kadar pelarut murni (kiri) dan larutan
(kanan) sama pada awalnya. (b) Selama osmosis, tingkat di sisi larutan naik
sebagai akibat dari aliran bersih pelarut dari kiri ke kanan. Tekanan osmotik
sama dengan tekanan hidrostatik yang diberikan oleh kolom cairan di tabung
kanan pada kesetimbangan. Pada dasarnya, efek yang sama terjadi ketika
pelarut murni diganti dengan larutan yang lebih encer daripada di sebelah
kanan.

Banyak proses kimia dan biologi bergantung pada osmosis, perpindahan


selektif molekul pelarut melalui membran berpori dari larutan encer ke larutan
yang lebih pekat. (Gambar.4) mengilustrasikan fenomena ini. Kompartemen
kiri peralatan berisi pelarut murni; kompartemen kanan berisi larutan. Kedua
kompartemen dipisahkan oleh membran semipermeabel, yang memungkinkan
lewatnya molekul pelarut tetapi menghalangi lewatnya molekul terlarut. Pada
awalnya, ketinggian air di kedua tabung sama [lihat Gambar (Gambar.4) (a)].
Setelah beberapa waktu, ketinggian di tabung kanan mulai naik dan terus naik
sampai tercapai keseimbangan, yaitu sampai tidak ada perubahan lebih lanjut
yang dapat diamati. Tekanan osmotik ( π ) larutan adalah tekanan yang
diperlukan untuk menghentikan osmosis. Seperti yang ditunjukkan pada

13
(Gambar.4) (b), tekanan ini dapat diukur secara langsung dari perbedaan level
cairan akhir. Apa yang menyebabkan air bergerak secara spontan dari kiri ke
kanan dalam kasus ini? Situasi yang digambarkan pada (Gambar.5) membantu
kita memahami kekuatan pendorong di balik osmosis. Karena tekanan uap air
murni lebih tinggi daripada tekanan uap larutan, ada perpindahan bersih air dari
gelas kiri ke gelas kanan. Dengan waktu yang cukup, pemindahan akan terus
berlanjut sampai tidak ada lagi air yang tersisa di gelas kiri. Gaya pendorong
yang sama menyebabkan air berpindah dari pelarut murni ke dalam larutan
selama osmosis.

(Gambar.5) (a) Tekanan uap yang tidak sama di dalam wadah menyebabkan
transfer bersih air dari gelas kiri (yang berisi air murni) ke gelas kanan (yang
berisi larutan). (b) Pada kesetimbangan, semua air di gelas kiri telah
dipindahkan ke gelas kanan. Kekuatan pendorong untuk transfer pelarut ini
analog dengan fenomena osmotik yang ditunjukkan pada (Gambar.4).

Tekanan osmotik termasuk dalam sifat-sifat koligatif karena besarnya


hanya tergantung pada jumlah partikel zat terlarut. J.H. Vant Hoff menemukan
hubungan antara tekanan osmotik larutan-larutan encer dengan persamaan gas
ideal, yang dituliskan seperti berikut:
π V = n RT
n
π = RT
V
n
Ingat bahwa merupakan kemolaran larutan (M), sehingga persamaan dapat
V
diubah menjadi :

14
π = MRT
massa 1000
π= . . R.T
Mr ml
Seperti kenaikan titik didih dan penurunan titik beku, tekanan osmotik
berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Inilah yang kita harapkan, karena
semua sifat koligatif hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dalam
larutan. Jika dua larutan memiliki konsentrasi yang sama dan, karenanya,
memiliki tekanan osmotik yang sama, mereka dikatakan isotonik. Jika dua
larutan memiliki tekanan osmotik yang tidak sama, larutan yang lebih pekat
dikatakan hipertonik dan larutan yang lebih encer disebut hipotonik
(Gambar.5).
Meskipun osmosis adalah fenomena umum dan dipelajari dengan baik,
relatif sedikit yang diketahui tentang bagaimana membran semipermeabel
menghentikan beberapa molekul namun memungkinkan yang lain lewat.
Dalam beberapa kasus, ini hanya masalah ukuran. Sebuah membran
semipermeabel mungkin memiliki pori-pori yang cukup kecil untuk
membiarkan hanya molekul pelarut yang lewat. Dalam kasus lain, mekanisme
yang berbeda mungkin bertanggung jawab atas selektivitas membran-misalnya,
“kelarutan” pelarut yang lebih besar dalam membran. Fenomena tekanan
osmotik memanifestasikan dirinya dalam banyak aplikasi yang menarik. Untuk
mempelajari isi sel darah merah, yang dilindungi dari lingkungan luar oleh
membran semipermeabel, ahli biokimia menggunakan teknik yang disebut
hemolisis. Sel darah merah ditempatkan dalam larutan hipotonik.

15
(Gambar.5) Sebuah sel dalam (a) larutan isotonik, (b) larutan hipotonik, dan
(c) larutan hipertonik. Sel tetap tidak berubah di (a), membengkak di (b), dan
menyusut di (c). (d) Dari kiri ke kanan: sel darah merah dalam larutan isotonik,
dalam larutan hipotonik, dan dalam larutan hipertonik.

Karena larutan hipotonik kurang terkonsentrasi daripada bagian dalam


sel, air bergerak ke dalam sel, seperti yang ditunjukkan pada foto tengah
(Gambar.5) (d). Sel-sel membengkak dan akhirnya pecah, melepaskan
hemoglobin dan molekul lainnya. Pengawetan selai dan jeli di rumah
memberikan contoh lain penggunaan tekanan osmotik. Sejumlah besar gula
sebenarnya penting untuk proses pengawetan karena gula membantu
membunuh bakteri yang dapat menyebabkan botulisme. Seperti yang
ditunjukkan (Gambar.5)(c), ketika sel bakteri berada dalam larutan gula yang
hipertonik (konsentrasi tinggi), air intraseluler cenderung bergerak keluar dari
sel bakteri ke larutan yang lebih pekat melalui osmosis. Proses ini, yang
dikenal sebagai krenasi, menyebabkan sel menyusut dan, akhirnya, berhenti
berfungsi. Keasaman alami buah juga menghambat pertumbuhan bakteri.
Tekanan osmotik juga merupakan mekanisme utama untuk mengangkut
air ke atas pada tumbuhan. Karena daun terus-menerus kehilangan air ke udara,
dalam proses yang disebut transpirasi, konsentrasi zat terlarut dalam cairan
daun meningkat. Air ditarik melalui batang, cabang, dan batang pohon oleh
tekanan osmotik. Tekanan hingga 10 hingga 15 atm diperlukan untuk
mengangkut air ke daun di puncak pohon redwood California, yang tingginya
mencapai sekitar 120m. (Chang, 2005)
Contoh :
1. Seorang pasien memerlukan larutan infus glukosa. Bila kemolaran cairan
tersebut 0,3 molar pada suhu tubuh 37 °C, tentukan tekanan osmotiknya!
(R= 0,082 L atm mol-1K-1)
Penyelesaian:
Diketahui : M = 0,3 mol L–1
T = 37 °C + 273 = 310 K
R = 0,082 L atm mol-1K-1

16
Ditanya : π ...?
Jawab : π = MRT
π = 0,3 mol L-1 × 0,082 L atm mol-1K-1 × 310 K
π = 7,626 L
2. Satu liter larutan mengandung 45 gram zat X. Pada suhu 27 °C, larutan
tersebut mempunyai tekanan osmosis 3,24 atm. Tentukan massa molekul
relatif zat tersebut!
Penyelesaian:
Diketahui : Massa = 45 gram
T = 27 °C + 273 = 300 K
π= 3,24 atm
R = 0,082 L atm mol-1K-1
Ditanya : Mr...?
massa
Jawab : π = MRT = RT
Mr
45 gram
3,24 = 0,082 L atm mol-1K-1 . 300 K
Mr
45 x 0,082 x 300
Mr = = 341,66
3,24

5. Reverse Osmosis (osmosis balik)


Reverse osmosis adalah sebuah metode filtrasi yang mampu
menyisihkan banyak jenis molekul dan ion besar dari larutan dengan
memberikan tekanan pada larutan yang berada pada salah satu sisi membran
seleksi. Dalam reverse osmosis, arah aliran dibalik dengan menerapkan tekanan
yang melebihi tekanan osmotik ke larutan yang lebih pekat. Baik osmosis dan
reverse osmosis memiliki aplikasi praktis yang penting. Tekanan osmotik dapat
dihitung dengan hubungan sederhana menyerupai persamaan gas ideal.
(Petrucci, 1992)
Aplikasi terbesar dan paling penting dari reverse osmosis adalah
pemisahan air murni dari air laut dan air payau, air laut atau air payau
bertekanan terhadap satu permukaan membran, menyebabkan transportasi

17
garam-menipis air melintasi membrane dan munculnya air minum dari sisi
tekanan rendah. Membran yang digunakan untuk reverse osmosis memiliki
lapisan padat dalam matriks polimer - baik kulit membran asimetris atau
lapisan interfasial dipolimerisasi dalam membran tipis-film-komposit - di mana
pemisahan terjadi. Reverse osmosis menggunakan tekanan tinggi untuk
memaksa air dari larutan yang lebih pekat ke larutan yang kurang pekat melalui
membran semipermeabel. Tekanan osmotik air laut adalah sekitar 30 atm—ini
adalah tekanan yang harus diberikan pada larutan garam untuk menghentikan
aliran air dari kiri ke kanan. Jika tekanan pada larutan garam dinaikkan
melebihi 30 atm, aliran osmotik akan terbalik, dan air tawar akan benar-benar
mengalir dari larutan melalui membran ke kompartemen kiri. Desalinasi
dengan reverse osmosis jauh lebih murah daripada distilasi dan menghindari
kesulitan teknis yang terkait dengan pembekuan. Kendala utama metode ini
adalah pengembangan membran yang permeabel terhadap air tetapi tidak
terhadap zat terlarut lainnya dan yang dapat digunakan dalam skala besar untuk
waktu yang lama di bawah kondisi tekanan tinggi. Setelah masalah ini
diselesaikan, dan tanda-tanda saat ini menggembirakan, osmosis balik bisa
menjadi teknik desalinasi utama.

(Gambar.6) Osmosis balik. Dengan memberikan tekanan yang cukup pada sisi
larutan, air tawar dapat dibuat mengalir dari kanan ke kiri. Membran
semipermeabel memungkinkan lewatnya molekul air tetapi tidak ion terlarut.

Contoh :

18
Air gula (C12H22O11) memiliki konsentrasi 0,5 M. Berapakah tekanan minimum
yang harus diterapkan pada air gula 0,5 M untuk memisahkan gula dari
pelarutnya secara osmosis balik pada 25 °C?
Penyelesaian:
Tekanan minimum adalah tekanan luar yang setara dengan tekanan osmotik
larutan.
Diketahui : M = 0,5 M
T = 25 °C + 273 = 298 K
R = 0,082 L atm mol-1K-1
Ditanya : Mr...?
Jawab : π = MRT
π = (0,5 mol L–1)(0,082 L atm mol–1 K–1)(298K)
π = 4,018 atm

Jadi, tekanan luar yang diperlukan agar terjadi osmosis balik harus lebih besar
dari 4,018 atm. (jika tekanan luar sama dengan π, tidak terjadi osmosis balik,
tetapi hanya sampai menghentikan tekanan osmotik larutan).
C. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Sifat Koligatif Larutan Elektrolit memerlukan pendekatan yang sedikit berbeda
dari yang digunakan untuk sifat koligatif nonelektrolit. Alasannya adalah bahwa
elektrolit terdisosiasi menjadi ion-ion dalam larutan, sehingga satu unit senyawa
elektrolit terpisah menjadi dua atau lebih partikel ketika dilarutkan. (Ingat, jumlah
total partikel zat terlarut yang menentukan sifat koligatif larutan. Perbandingan
harga sifat koligatif larutan elektrolit dengan larutan nonelektrolit dinamakan
dengan faktor Van’t Hoff dan dilambangkan dengan i. Perhatikan contoh
penghitungan harga i berikut. ΔTf untuk larutan NaCl 0,01 molal adalah 0,0359 °C
dan ΔTf untuk larutan urea 0,01 molal adalah 0,0186 °C, maka harga i adalah
seperti berikut.
ΔTf larutan NaCl 0,01m
i=
ΔTf larutan urea 0,01m
0,0359 C
i=
0,0186 C
= 1,93

19
Sifat koligatif ΔTf larutan NaCl 0,01 m 2 kali lebih besar dibanding sifat
koligatif (ΔTf ) larutan urea 0,01 m. Perbandingan sifat koligatif larutan
elektrolit yang terukur dengan sifat koligatif larutan nonelektrolit yang
diharapkan pada konsentrasi yang sama disebut faktor Van’t Hoff. (i). Dengan
demikian untuk larutan elektrolit berlaku rumus-rumus sifat koligatif sebagai
berikut:
nt. i 
ΔP = .P0
nt .i + np
∆ Tb = Kb . m . i
∆Tf = Kf . m . i
π = M . R. T . i
dengan:
i = 1 + (n - 1)D
n = banyaknya ion
D = derajat ionisasi
untuk elektrolit kuat (D = 1), harga i = n.
Contoh
Pada suhu 37 °C ke dalam air dilarutkan 1,71 gram Ba(OH)2 hingga volume 100
mL (Mr Ba(OH)2 = 171). Hitung besar tekanan osmotiknya! (R = 0,082 L atm
mol-1K-1)
Penyelesaian:
Diketahui : m = 1,71 gram
V = 100 mL = 0,1 L
Mr Ba(OH)2 = 171
R = 0,082 L atm mol-1K-1
T = 37 °C = 310 K
Ditanya : π ...?
Jawab : Ba(OH)2 merupakan elektrolit.
Ba(OH)2 → Ba2+ + 2 OH¯, n = 3
1,71 gram
mol Ba(OH)2 ¿ = 0,01 mol
171 gram/mol
n 0,01 mol
M= = = 0,1 mol/L
V 0,1 L

20
π=M×R×T×i
π = 0,1 mol L-1 × 0,082 L atm mol-1K-1× 310 K × (1 + (3 – 1)1)
π = 7,626 atm

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Satuan konsentrasi yang digunakan dalam penentuan sifat koligatif larutan
antaralain molalitas, molaritas, dan fraksi mol. Sifat koligatif adalah sifat-sifat
larutan yangtidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya bergantung
pada jumlah zatterlarut dalam larutan.
2. Sifat koligatif larutan meliputi Penurunan tekanan uap jenuh (∆P) Kenaikan
titik didih (∆Tb) Penurunan titik beku (∆Tf) Tekanan osmotik (π).
3. Sifat koligatif larutan nonelektrolit dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. ∆ P=X 2 P O1
b. ∆ Tb = Kbm
c. ∆ Tf ¿Kf m
d. π=MRT

21
4. Besarnya sifat koligatif larutan elektrolit sama dengan larutan nonelektrolit
dikalikandengan faktor Van't Hoff (i)
5. Harga faktor Van't Hoff adalah 1 + (n – 1) α

GLOSARIUM
Desalinasi : proses yang menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk
mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia. Sering kali
proses ini juga menghasilkan garam dapur sebagai hasil sampingan.
Fraksi mol : suatu komponen dalam larutan Jumlah mol komponen dibagi dengan
jumlah mol semua komponen.
Hukum Raoult : Tekanan uap pelarut dalam larutan ideal berbanding lurus dengan
fraksi mol pelarut dalam larutan.
Kenaikan titik didih : Kenaikan titik didih pelarut yang disebabkan oleh pelarutan zat
terlarut yang tidak mudah menguap.
Konstanta kenaikan titik didih : Kb Konstanta yang sesuai dengan perubahan
(kenaikan) titik didih yang dihasilkan oleh larutan ideal satu molal dari nonelektrolit
nonvolatil.

22
Konstanta penurunan titik beku : Kf Konstanta yang sesuai dengan perubahan titik
beku yang dihasilkan oleh larutan ideal satu molal dari nonelektrolit nonvolatil.
Konstanta gas : sebuah konstanta fisika yang merupakan konstanta dasar dalam
berbagai persamaan ilmu fisika, seperti hukum gas ideal dan persamaan Nernst.
Harganya adalah: R = 8.314472(15) J · K-1 · mol-1
Larutan jenuh : Suatu larutan di mana tidak ada lagi zat terlarut yang akan larut pada
suhu tertentu.
Membran semipermeabel : Sekat tipis antara dua larutan yang dapat dilalui oleh
molekul tertentu tetapi yang lain tidak.
Molalitas (m) : Konsentrasi dinyatakan sebagai jumlah mol zat terlarut per kilogram
pelarut.
Molaritas (M) : Molaritas didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per liter larutan
Osmosis : Proses dimana molekul pelarut melewati membran semipermeabel dari
larutan encer menjadi lebih larutan terkonsentrasi.
Panas larutan (molar) : Jumlah panas yang diserap dalam pembentukan larutan yang
mengandung satu mol zat terlarut; nilainya positif jika kalor diserap (endoterm) dan
negatif jika kalor dilepaskan (eksoterm).
Penurunan titik beku : Penurunan titik beku pelarut yang disebabkan oleh adanya zat
terlarut.
Reverse osmosis : sebuah metode filtrasi yang mampu menyisihkan banyak jenis
molekul dan ion besar dari larutan dengan memberikan tekanan pada larutan yang
berada pada salah satu sisi membrane seleksi.
Sifat koligatif : Sifat fisika larutan yang bergantung pada jumlah tetapi bukan jenis
partikel zat terlarut yang ada.
Tekanan osmotik : Tekanan hidrostatik yang dihasilkan pada permukaan membran
semipermeabel oleh osmosis.

23
SOAL EVALUASI
A. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Larutan fruktosa dengan konsentrasi 1,476 M mempunyai massa jenis 1,2 g/ml.
Berapa kemolala larutan adalah …. (Mr fruktosa = 180)
a. 1,75 mol/kg d. 1,85 mol/kg
b. 1,87 mol/kg e. 1,90 mol/kg
c. 1,77 mol/kg
2. Jika didalam suatu larutan yang dibuat dengan melarutkan 4,5 gram glukosa
(C6H12O6) dalam 100 gram air,kemolalanya adalah …. (Ar C = 12, H =1, O =
16)
a. 0,25 molal d. 0,5 molal
b. 0,4 molal e. 0,43 molal
c. 0,3 molal

24
3. Jika didalam zat terlarut dan zat pelarut ada 200 gram air dan dilarutkan 30
gram asam cuka (CH3COOH) fraksi molnya zat terlarut adalah (Ar C = 12, H=
1, O = 16) ….
a. 0,943 d. 0,945
b. 0,957 e. 0,975
c. 0,987
4. Sebanyak 11,7 gram NaCl (Mr = 58,5) dilarutkan dalam 500 gram air. Titik
didih larutan adalah …. (Kb air = 0,52oC/m)
a. 100,420C d. 1000,540C
b. 98,90C e. 65,780C
c. 50,890C

5. Berapa banyaknya Al2(SO4)3 (Mr = 342) yang harus dilarutkan dalam 250
gram air, agar larutan tersebut membeku pada suhu -3 adalah …. (Kf air =
1,860C/m)
a. 30,5 gram d. 25,5 gram
b. 45,60 gram e. 25,4 gram
c. 27,6 gram
6. Larutan elektrolit biner 5,85 gram dalam 500 gram membeku pada suhu -
1,240C jika Kf air = 1,860C/m. Mr yang dibutuhkan adalah ….
a. 30,5 d. 35,1
b. 29,5 e. 34,1
c. 30,1
7. 10,4 gram BaCl2 yang dilarutkan dalam 1000 gram air ternyata mempunyai
kenaikan titik didih 1,4 kali kenaikan titik didih 3 gram urea (CO(NH2)2)
yang dilarutkan dalam 500 gram air.Derajat ionisasi BaCl2 dalam larutan
adalah …. (Mr BaCl = 208, urea = 60 )
a. 2,7 d. 3,0
b. 2,8 e. 3,5
c. 2,9

25
8. Pada suhu 270C, glukosa C6H12O6 (Mr = 180) sebanyak 8,5 gram dilarutkan
dalam air sampai volumenya 500 ml R= 0,082 L atm mol-1 K-1. Tekanan
osmosis larutan yang terjadi sebesar ….
a. 2,3546 atm d. 2,3024 atm
b. 2,3344 atm e. 2,3124 atm
c. 2,3123 atm

9. Tekanan uap murni pada temperatur 50 adalah 92.50 mmHg. Ketika di dalam
air dimasukkan sejumlah gula (sukrosa), maka tekanan uapnya turun menjadi
92.20 mmHg. Maka penurunan tekanan uap yang terjadi adalah ….
a. 80 mmHg d. 20 mmHg
b. 92 mmHg e. 50 mmHg
c. 30 mmHg
10. Tekanan uap pada temperatur 30 adalah 55.30 mmHg. Maka penurunan
tekanan uap, jika kedalam 108 gram air dilarutkan 36 gram glukosa Jika (Ar
C=12, H=1, O=16) adalah ….
a. 66 mmHg d. 48 mmHg
b. 33 mmHg e. 56 mmHg
c. 45 mmHg
11. 60 gram glukosa (C6H12O6) dalam 500 gram alkohol, jika diketahui titik
didih benzena 78.5 dan kb alkohol 1,19oC/molal (Ar C=12, H=1, O=16),
maka titik didih larutan tersebut adalah ….
a. 79.3oC d. 79.27oC
b. 79.29oC e. 79.22oC
c. 79.19oC
12. Suatu zat nonelektrolit yang massanya 8 gram dilarutkan dalam 200 gram air.
Larutan itu mendidih pada temperatur 100,8oC. Maka Mr zat tersebut
adalah….(Kb air = 0,51oC)
a. 255 d. 155
b. 355 e. 125
c. 155

26
13. Tekanan uap air murni pada temperatur 27 adalah 26.74 mmHg. Jika kedalam
100 gram air dilarutkan 36 gram glukosa ( Maka tekanan uap larutan tersebut
adalah ….
a. 32.89 mmHg d. 40.82 mmHg
b. 44.89 mmHg e. 50.82 mmHg
c. 25.82 mmHg
14. 8 gram alumunium sulfat dalam 200 gram air, jika derajat ionisasi adalah 0.9
(Al = 27, S = 32, O = 16). Maka titik didih larutan tersebut adalah ….
a. 1028oC d. 1025oC
b. 1027oC e. 1024oC
c. 1026oC
15. Sebanyak 1,8 gram zat nonelektrolit dilarutkan ke dalam 200 gram air. Jika
penurunan titik beku larutan = 0,93oC (Kf air = 1,86oC m-1), massa molekul
relatif zat tersebut adalah ….
a. 18 gram/mol d. 21 gram/mol
b. 19 gram/mol e. 22 gram/mol
c. 20 gram/mol
16. Sebanyak 4 gram NaOH (Mr = 40) dilarutkan dalam 750 gram air. Jika derajat
ionisasi larutan NaOH 75% dan Kf air 1,86oC m-1 maka penurunan titik beku
larutan NaOH adalah ….
a. -0,43oC d. 0,43oC
b. -0,23oC e. 0,73oC
c. 0,23oC
17. Senyawa X (Mr = 100) yang tidak dapat menghantarkan listrik dilarutkan
dalam 250 gram benzen, ternyata memberikan penurunan titik beku (ΔTf)
sebesar 1,024o Jika diketahui harga Kf benzen = 5,12 C m-1 maka berat
senyawa yang dilarutkan adalah ….
a. 0,5 gram d. 7,5 gram
b. 2,5 gram e. 10 gram
c. 5,0 gram

27
18. Untuk menurunkan titik beku 500 gram air menjadi -0,062oC (Kf air =
1,86oC/molal) maka jumlah urea (CO(NH2)2) (Ar C = 12, O = 16, N = 14, H =
1) yang harus dilarutkan adalah ….
a. 0,2 gram d. 2 gram
b. 0,5 gram e. 4 gram
c. 1 gram
19. Sukrosa (Mr = 342) sebanyak 6,84 gram dilarutkan dalam air sampai
volumenya 100 ml. Tekanan osmosis larutan yang terbentuk jika diukur pada
suhu 27oC adalah ….
a. 0,092 atm d. 6,15 atm
b. 0,984 atm e. 9,84 atm
c. 4,92 atm
20. Pada suhu 27oC, sukrosa ( C12H22O11) Mr = 342 gram/mol. Sebanyak 17,1
gram dilarutkan dalam air sampai mencapai volume 500 mL. jika diketahui R =
0,082 L atm/mol K-1, tekanan osmosis larutan yang terjadi adalah ….
a. 0,39 atm d. 4,80 atm
b. 2,46 atm e. 30,00 atm
c. 3,90 atm
21. Larutan H2SO4 1 molal terionisasi 90%. Kf air = 1,86oC/molal. Maka titik
beku larutan tersebut adalah ….
a. -5,208oC d. 4,208oC
b. -4,208oC e. 5,208oC
c. -3,208oC
22. tekanan osmosis larutan NaCl 0,1 M pada suhu 27oC adalah 4,8 atm. Maka
persentase derajat ionisasi larutan tersebut adalah ….
a. 0,85 d. 0,80
b. 0,95 e. 0,75
c. 0,90
23. Air murni akan mendidih pada saat proses pemanasan berlangsung, kecuali ….
a. Pada saat tekanan 1 atm
b. Pada saat temperatur 100oC
c. Pada saat tekanan sama dengan 760 mmHg

28
d. Pada saat tekanan uap jenuh zat cair itu sama dengan tekanan udara disekitar
e. Pada saat tekanan sama dengan 610 mmHg
24. Tekanan osmosis rata-rata dalam darah adalah 7,7 atm pada suhu 25o maka
konsentrasi glukosa (C6H12O6) yang bersifat isotonik dengan darah adalah …
a. 0,31 M d. 3,18 M
b. 0,59 M e. 3,75 M
c. 1,65 M
25. Suatu larutan elektrolit biner, 0,5 molal membeku pada suhu -1,55o jika nilai Kf
= 1,86oC/molal, derajat ionisasi larutan elektrolit tersebut adalah ….
a. 0,33 d. 0,83
b. 0,42 e. 0,99
c. 0,66

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!


1. 9 gram glukosa C6H12O6 dilarutkan ke dalam 400 mL air sehingga terbentuk
larutan NaOH. Kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan 0,2 gram
NaOH. Berapakah perubahan kenaikan titik didih larutan sebelum dan sesudah
ditambahkan 0,4 gram NaOH? (Kb air=0,52∘C/molal, Ar C= 12; H= 1; O = 16,
Na = 23)
2. Ke dalam 750 mL air dilarutkan 2,22 gram senyawa CaCl2. Anggap tidak terjadi
perubahan volume. Berapakah titik didih larutan tersebut? (Kb air = 0,52∘C/m,
π=1,804 atm, R=0,082, T=27∘C, Ar Ca=40, Cl=35,5)
3. 200 mL air digunakan untuk melarutkan sejumlah garam MgCl2 sehingga
diperoleh titik didih larutan 100,39∘C. Setelah ditambahkan dengan x gram
MgCl2 lagi, diperoleh titik didih larutan menjadi 100,624 ∘C. Berapakah nilai x?
(Kb=0,52; Kf=1,86; Ar Mg=24; Cl=35,5)
4. Ke dalam 300 mL larutan yang berisi glukosa C6H12O6 2,25 gram dalam air,
dimasukkan 6 gram urea CO(NH2)2. Larutan diaduk hingga larut sempurna.
Berapakah tekanan osmotik larutan jika diukur pada suhu 27∘C? (Ar C=12, H=1,
O=16, N=14)

29
5. Elektrolit kuat sebanyak 8,2 gram (Mr=164) dilarutkan dalam 250 mL air,
membeku pada suhu −1,116∘C. Berapakah jumlah ion yang terdapat dalam
larutan tersebut? (Kf=1,86)

30
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J. (1994). Kimia Universitas Asas dan Struktur, jilid 1, edisi kelima. Erlangga.
Chang, R. (2005). General Chemistry The Essentiap Concepts Third. McGraw Hill.
Dr. Kiagus Ahmad Roni, N. H. (2020). KIMIA FISIKA II. CV. Amanah.
Hardjono Sastrohamidjojo. (2012). Kimia Dasar. Rajawali.
Keenan, C. (1991). Ilmu Kimia Untuk Universitas, edisi keenam. Erlangga.
Oxtoby. (2001). Kimia Modern. Erlangga.
Petrucci, R. H. (1992). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga.
Syukri, S. (1999). Kimia dasar 2. ITB.
Whitten K.W., Davis R.E., Larry Peck M., S. G. G. (2004). General Chemistry.
Brooks/Cole.
wikipedia. (n.d.). Hukum_Raoult. https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Raoult

31

Anda mungkin juga menyukai