DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH :
SUKRISNO
2210246956
Tingkat kemanisan atau keasaman larutan tersebut bergantung pada konsentrasi atau
kepekatannya. Larutan gula yang pekat tentu lebih manis daripada larutan gula yang encer;
demikian juga halnya dengan rasa larutan cuka, semakin pekat larutannya, akan semakin
asam rasanya.
Selain sifat yang bergantung pada jenis zat terlarut, ada beberapa sifat larutan yang
hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarut. Artinya, larutan zat yang berbeda
akan mempunyai sifat yang sama, asalkan konsentrasi partikel terlarutnya sama. Salah satu
sifat tersebut yaitu penurunan titik beku. Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku
pelarut dengan titik beku larutan.
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat
terlarut tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan. Sifat koligatif
larutan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit.
Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai
menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan non-elektrolit jumlahnya tetap karena
tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat koligatif larutan non-
elektrolit lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit.
Penurunan tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam
ruang di atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan PA =
XA . PAo.
Satuan konsentrasi ada beberapa macam, antara lain adalah molaritas (M),
molalitas (m), dan fraksi mol (x).
1. Molaritas
Molaritas (M), atau konsentrasi molar, adalah satuan umum untuk menyatakan
konsentrasi larutan. Molaritas didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per liter
larutan. Dengan persamaan :
gr 1000
M= x
Mr mL
10. % . ρ
M=
Mr
Keterangan:
M = molaritas (mol/L)
n = mol
V = volume
2. Molalitas
Kemolalan atau molalitas menyatakan jumlah mol (n) zat terlarut dalam 1 kg (= 1.000 g)
pelarut. Oleh karena itu, kemolalan dinyatakan dalam mol kg-1.
mol terlarut ( n)
m=
massa pelarut ( p)
Keterangan:
xA = fraksi mol zat A
nA = mol zat A
xB = fraksi mol zat B
nB = mol zat B
Contoh :
Hitunglah fraksi mol urea dalam larutan urea 20% (Mr urea = 60).!
Jawab :
Fraksi mol merupakan jumlah mol terlarut dengan mol larutan (mol pelarut + mol
terlarut), maka yang harus ditentukan yaitu jumlah mol pelarut dan jumlah mol pelarut,
kemudian menentukan fraksi mol dengan rumus yang ada.
Dalam 100 gram larutan urea 20% terdapat 20 gram urea dan 80 gram air.
80
Jumlah mol air = = 4,44 mol
18
20
Jumlah mol urea = = 0,33 mol
60
0,33 mol
X uria = = 0,069
( 0,33+4,44 ) mol
Sifat koligatif adalah sifat yang hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut
dalam larutan dan bukan pada sifat partikel zat terlarut. Sifat-sifat ini terikat bersama oleh
asal yang sama, semuanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut yang ada, terlepas dari
apakah itu atom, ion, atau molekul. Sifat koligatif adalah penurunan tekanan uap, titik didih
elevasi, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.
Banyak percobaan telah menunjukkan bahwa larutan yang mengandung cairan yang
tidak mudah menguap atau padatan sebagai zat terlarut selalu memiliki tekanan uap yang
lebih rendah daripada pelarut murni.
Tekanan uap suatu cairan tergantung pada kemudahan molekul-molekul dapat keluar
dari permukaan cairan. Ketika zat terlarut dilarutkan dalam cairan, sebagian dari total volume
larutan ditempati oleh molekul zat terlarut, sehingga ada lebih sedikit molekul pelarut per
satuan luas di permukaan. Akibatnya, molekul pelarut menguap pada tingkat yang lebih
lambat dari pada jika tidak ada zat terlarut. Peningkatan ketidak teraturan yang menyertai
penguapan juga merupakan faktor yang signifikan. Karena larutan sudah lebih tidak teratur
("tercampur") dari pada pelarut murni, penguapan pelarut murni melibatkan peningkatan
ketidak teraturan yang lebih besar, dan dengan demikian lebih menguntungkan. Oleh karena
itu, pelarut murni menunjukkan tekanan uap yang lebih tinggi daripada larutan. Penurunan
tekanan uap larutan merupakan sifat koligatif. Ini adalah fungsi dari jumlah, dan bukan jenis
partikel zat terlarut dalam larutan.
Untuk mengetahui penurunan tekanan uap, maka pada tahun 1880-an kimiawan
Perancis F.M. Raoult mendapati bahwa melarutkan suatu zat terlarut mempunyai efek
penurunan tekanan uap dari pelarut. Apabila pada pelarut murni kita tambahkan sejumlah zat
terlarut yang tidak mudah menguap, apa yang akan terjadi? Coba perhatikan gambar berikut
ini.
Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa jumlah partikel pelarut pada pelarut murni
(Gambar A) di permukaan lebih banyak dibandingkan pada larutan (Gambar B). Partikel-
partikel pada larutan lebih tidak teratur dibandingkan partikel-partikel pada pelarut murni.
Hal ini menyebabkan tekanan uap larutan lebih kecil daripada pelarut murni. Inilah yang
dinamakan penurunan tekanan uap jenuh. Selisih antara tekanan uap murni dengan tekanan
uap larutan jenuh dapat dituliskan secara matematis seperti berikut.
0
∆ P=P −P
Keterangan:
ΔP = penurunan tekanan uap
P0 = tekanan uap pelarut murni
P = tekanan uap jenuh larutan
Contoh :
Sebanyak 648 gram sukrosa C12H22O11 dilarutkan dalam 1 kg air (Ar C = 12, H =1, O
= 16). Hitunglah:
a. tekanan uap larutan (P)
b. penurunan tekanan uap (ΔP), bila tekanan uap jenuh air adalah 31,82 mmHg!
Diketahui : massa sukrosa C12H22O11= 648 gram Mr = 342
Massa air H2O = 1kg = 1000 gram Mr = 18
Penyelesaian :
648
n terlarut (C12H22O11 ) = = 2 mol
342
1000
n pelarut (H2O )= = 55,6 mol
18
55,6
Xp = = 0,965
55,6+2
a. P= X P . P0
P=0,965. x 31,82 mmHg
= 30,7 mmHg
b. ∆ P=P0−P
∆ P=31,82−30,7
= 1,12 mmHg
Harga Kf berbeda bagi pelarut yang berbeda. Apabila berat molekul senyawa
diketahui, seperti pada persamaan diatas dapat digunakan untuk menentukan
konstanta titik beku pelarut, dengan menggunakan konstanta titik beku, berat
molekul senyawa yang belum diketahui dapat ditentukan. Dalam percobaan,
penurunan titik beku diukur dengan mengamati titik leleh senyawa tersebut. Titik
leleh adalah temperatur saat terjadinya perubahan fasa padat menjadi fasa cair.
Sedangkan titik beku adalah temperatur saat terjadi perubahan fasa cair menjadi fasa
padat. Titik leleh dapat diukur dengan lebih akurat dari pada titik beku. Hal ini
disebabkan karena pada pengukuran titik beku dapat terjadi ” super cooling ”.
Contoh :
Suatu larutan dibuat dengan cara melarutkan 3 gram urea CO(NH2)2 dalam 100 gram
air. (Kf air = 1,86 °C/m Ar C = 12, O = 16, N = 14, H = 1). Tentukan titik beku
larutan!
Diketahui : massa = 3 gram
Mr CO(NH2)2 = 60
p = 100 gram
Kf = 1,86 °C/m
Ditanya : Tf ...?
Jawab : ΔTf = m ⋅ Kf
gr 1000
∆ Tf = x x Kf
Mr gr Pelarut
3 1000
∆ Tf = x x 1,86 ° C /m
60 100
∆ Tf =0,93 °C
Tf larutan = Tf pelarut + ΔTf
= 0 – 0,93
= -0,93 °C
Jadi, titik didih larutan CO(NH2)2 adalah -0,93 °C
Contoh :
Berapakah tekanan osmotik larutan sukrosa 0,0010 M pada 25°C?
Jawab:
π = MRT
π=0,0010 mol L−1 x 0,08205 L atm mol−1 K −1 x (25+273 K )
−1 −1 −1
π=0,0010 mol L x 0,08205 L atm mol K x 298 K
¿ 0,024 atm(¿ 18 mmHg)
Desalinasi : proses yang menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan
air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia. Sering kali proses ini juga
menghasilkan garam dapur sebagai hasil sampingan.
Fraksi mol : suatu komponen dalam larutan Jumlah mol komponen dibagi dengan jumlah
mol semua komponen.
Hukum Raoult : Tekanan uap pelarut dalam larutan ideal berbanding lurus dengan fraksi
mol pelarut dalam larutan.
Kenaikan titik didih : Kenaikan titik didih pelarut yang disebabkan oleh pelarutan zat
terlarut yang tidak mudah menguap.
Konstanta kenaikan titik didih : Kb Konstanta yang sesuai dengan perubahan (kenaikan)
titik didih yang dihasilkan oleh larutan ideal satu molal dari nonelektrolit nonvolatil.
Konstanta penurunan titik beku : Kf Konstanta yang sesuai dengan perubahan titik beku
yang dihasilkan oleh larutan ideal satu molal dari nonelektrolit nonvolatil.
Konstanta gas : sebuah konstanta fisika yang merupakan konstanta dasar dalam berbagai
persamaan ilmu fisika, seperti hukum gas ideal dan persamaan Nernst. Harganya adalah:
R = 8.314472(15) J · K-1 · mol-1
Larutan jenuh : Suatu larutan di mana tidak ada lagi zat terlarut yang akan larut pada suhu
tertentu.
Membran semipermeabel : Sekat tipis antara dua larutan yang dapat dilalui oleh molekul
tertentu tetapi yang lain tidak.
Molalitas (m) : Konsentrasi dinyatakan sebagai jumlah mol zat terlarut per kilogram pelarut.
Molaritas (M) : Molaritas didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per liter larutan
Osmosis : Proses dimana molekul pelarut melewati membran semipermeabel dari larutan
encer menjadi lebih larutan terkonsentrasi.
Panas larutan (molar) : Jumlah panas yang diserap dalam pembentukan larutan yang
mengandung satu mol zat terlarut; nilainya positif jika kalor diserap (endoterm) dan negatif
jika kalor dilepaskan (eksoterm).
Penurunan titik beku : Penurunan titik beku pelarut yang disebabkan oleh adanya zat
terlarut.
Reverse osmosis : sebuah metode filtrasi yang mampu menyisihkan banyak jenis molekul
dan ion besar dari larutan dengan memberikan tekanan pada larutan yang berada pada salah
satu sisi membrane seleksi.
Sifat koligatif : Sifat fisika larutan yang bergantung pada jumlah tetapi bukan jenis partikel
zat terlarut yang ada.
Tekanan osmotik : Tekanan hidrostatik yang dihasilkan pada permukaan membran
semipermeabel oleh osmosis.
SOAL – SOAL SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
1. Jika didalam suatu larutan yang dibuat dengan melarutkan 4,5 gram glukosa (C 6H12O6)
dalam 100 gram air,kemolalanya adalah …. (Ar C = 12, H =1, O = 16)
a. 0,25 molal
b. 0,4 molal
c. 0,3 molal
d. 0,5 molal
e. 0,43 molal
2. Sebanyak 11,7 gram NaCl (Mr = 58,5) dilarutkan dalam 500 gram air. Titik didih larutan
adalah …. (Kb air = 0,52oC/m)
a. 100,420C
b. 98,90C
c. 50,890C
d. 1000,540C
e. 65,780C
3. Larutan elektrolit biner 5,85 gram dalam 500 gram membeku pada suhu -1,24 0C jika Kf
air = 1,860C/m. Mr yang dibutuhkan adalah ….
a. 30,5
b. 29,5
c. 30,1
d. 35,1
e. 34,1
4. 10,4 gram BaCl2 yang dilarutkan dalam 1000 gram air ternyata mempunyai kenaikan
titik didih 1,4 kali kenaikan titik didih 3 gram urea (CO(NH 2)2) yang dilarutkan dalam
500 gram air.Derajat ionisasi BaCl2 dalam larutan adalah …. (Mr BaCl = 208, urea = 60)
a. 2,7
b. 2,8
c. 2,9
d. 3,0
e. 3,5
5. Tekanan uap murni pada temperatur 50 adalah 92.50 mmHg. Ketika di dalam air
dimasukkan sejumlah gula (sukrosa), maka tekanan uapnya turun menjadi 92.20 mmHg.
Maka penurunan tekanan uap yang terjadi adalah ….
a. 80 mmHg
b. 92 mmHg
c. 30 mmHg
d. 20 mmHg
e. 50 mmHg
6. Tekanan uap pada temperatur 30 adalah 55.30 mmHg. Maka penurunan tekanan uap, jika
kedalam 108 gram air dilarutkan 36 gram glukosa Jika (Ar C=12, H=1, O=16) adalah ….
a. 66 mmHg
d. 48 mmHg
b. 33 mmHg
c. 45 mmHg
e. 56 mmHg
7. 60 gram glukosa (C6H12O6) dalam 500 gram alkohol, jika diketahui titik didih benzena
78.5 dan kb alkohol 1,19 0C/molal (Ar C=12, H=1, O=16), maka titik didih larutan
tersebut adalah ….
a. 79.3 oC
b. 79.29 oC
d. 79.27 oC
c. 79.19oC
e. 79.22oC
8. Suatu zat nonelektrolit yang massanya 8 gram dilarutkan dalam 200 gram air. Larutan itu
mendidih pada temperatur 100,80C. Maka Mr zat tersebut adalah….(Kb air = 0,51oC)
a. 255
b. 355
c. 155
d. 155
e. 125
9. Tekanan uap air murni pada temperatur 27 adalah 26.74 mmHg. Jika kedalam 100 gram
air dilarutkan 36 gram glukosa ( Maka tekanan uap larutan tersebut adalah ….
a. 32.89 mmHg
b. 44.89 mmHg
c. 25.82 mmHg
d. 40.82 mmHg
e. 50.82 mmHg
10. Sebanyak 1,8 gram zat nonelektrolit dilarutkan ke dalam 200 gram air. Jika penurunan
titik beku larutan = 0,93oC (Kf air = 1,86oC m-1), massa molekul relatif zat tersebut
adalah ….
a. 18 gram/mol
b. 19 gram/mol
c. 20 gram/mol
d. 21 gram/mol
e. 22 gram/mol
11. Sebanyak 4 gram NaOH (Mr = 40) dilarutkan dalam 750 gram air. Jika derajat ionisasi
larutan NaOH 75% dan Kf air 1,86oC m-1 maka penurunan titik beku larutan NaOH
adalah ….
a. -0,43oC
b. -0,23oC
d. 0,43oC
c. 0,23oC
e. 0,73oC
12. tekanan osmosis larutan NaCl 0,1 M pada suhu 27 oC adalah 4,8 atm. Maka persentase
derajat ionisasi larutan tersebut adalah ….
a. 0,85
b. 0,95
c. 0,90
d. 0,80
e. 0,75
13. Air murni akan mendidih pada saat proses pemanasan berlangsung, kecuali ….
a. Pada saat tekanan 1 atm
b. Pada saat temperatur 100oC
c. Pada saat tekanan sama dengan 760 mmHg
d. Pada saat tekanan uap jenuh zat cair itu sama dengan tekanan udara disekitar
e. Pada saat tekanan sama dengan 610 mmHg
14. Tekanan osmosis rata-rata dalam darah adalah 7,7 atm pada suhu 25oC maka konsentrasi
glukosa (C6H12O6) yang bersifat isotonik dengan darah adalah …
a. 0,31 M
b. 0,59 M
c. 1,65 M
d. 3,18 M
e. 3,75 M
15. Suatu larutan elektrolit biner, 0,5 molal membeku pada suhu -1,55 oC jika nilai Kf =
1,86oC/molal, derajat ionisasi larutan elektrolit tersebut adalah ….
a. 0,33
b. 0,42
c. 0,66
d. 0,83
e. 0,99
SOAL ESAY
16. Larutan H2SO4 1 molal terionisasi 90%. Kf air = 1,86oC/molal. Berapakah titik beku
larutan tersebut ?
17. Pada suhu 27oC, sukrosa ( C12H22O11) Mr = 342 gram/mol. Sebanyak 17,1 gram
dilarutkan dalam air sampai mencapai volume 500 mL. jika diketahui R = 0,082 L
atm/mol K-1, berapakah tekanan osmosis larutan yang terjadi ?
18. Sukrosa (Mr = 342) sebanyak 6,84 gram dilarutkan dalam air sampai volumenya 100 ml.
Berapakah tekanan osmosis larutan yang terbentuk jika diukur pada suhu 27oC ?
19. Untuk menurunkan titik beku 500 gram air menjadi -0,062 oC (Kf air =1,86oC/molal)
maka berapakah jumlah urea (CO(NH2)2) (Ar C = 12, O = 16, N = 14, H = 1) yang harus
dilarutkan ?
20. Senyawa X (Mr = 100) yang tidak dapat menghantarkan listrik dilarutkan dalam 250
gram benzen, ternyata memberikan penurunan titik beku (ΔTf) sebesar 1,024 oC Jika
diketahui harga Kf benzen = 5,12 oC m-1 maka berapakah berat senyawa yang dilarutkan?
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J. (1994). Kimia Universitas Asas dan Struktur, jilid 1, edisi kelima. Jakarta :
Erlangga.
Chang, R. (2005). General Chemistry The Essentiap Concepts Third. McGraw Hill.
Dr. Kiagus Ahmad Roni, N. H. (2020). KIMIA FISIKA II. CV. Amanah.
Hardjono Sastrohamidjojo. (2012). Kimia Dasar. Rajawali.
Keenan, C. (1991). Ilmu Kimia Untuk Universitas, edisi keenam. Jakarta : Erlangga.
Oxtoby. (2001). Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.
Petrucci, R. H. (1992). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta : Erlangga.
Subhan. 2013. Kimia Dasar II. Ambon: Dua Satu Press
Syukri, S. (1999). Kimia dasar 2. ITB.Bandung
Whitten K.W., Davis R.E., Larry Peck M., S. G. G. (2004). General Chemistry. Brooks/Cole.
wikipedia. (n.d.). Hukum_Raoult. https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Raoult