Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH

ANALISIS MATERI AJAR


“SIFAT KOLIGATIF LARUTAN”

DOSEN PENGAMPU:

1. Dr. H. RADJAWALY USMAN RERY, M.Pd.


2. Dr. LENNY ANWAR, M.Si.

DISUSUN OLEH :
SUKRISNO
2210246956

MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA PASCASARJANA


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
DESKRIPSI SINGKAT

Tingkat kemanisan atau keasaman larutan tersebut bergantung pada konsentrasi atau
kepekatannya. Larutan gula yang pekat tentu lebih manis daripada larutan gula yang encer;
demikian juga halnya dengan rasa larutan cuka, semakin pekat larutannya, akan semakin
asam rasanya.

Selain sifat yang bergantung pada jenis zat terlarut, ada beberapa sifat larutan yang
hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarut. Artinya, larutan zat yang berbeda
akan mempunyai sifat yang sama, asalkan konsentrasi partikel terlarutnya sama. Salah satu
sifat tersebut yaitu penurunan titik beku. Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku
pelarut dengan titik beku larutan.

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat
terlarut tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan. Sifat koligatif
larutan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit.
Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai
menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan non-elektrolit jumlahnya tetap karena
tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat koligatif larutan non-
elektrolit lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit.

Penurunan tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam
ruang di atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan PA =
XA . PAo.

Larutan-larutan yang mengandung jumlah partikel zat terlarut yang akan


memperlihatkan harga keempat jenis sifat koligatif larutan yang sama (meskipun jenis zat
dilarutkan pada masing-masing larutan itu berbeda). Semakin banyak jumlah partikel zat
terlarut, semakin besar pula harga keempat sifat koligatif larutan. Hukum-hukum sifat
koligatif menyatakan bahwa selisih tekanan uap, titik beku dan titik didih suatu laruta
dengan tekanan uap, titik beku dan titik didih pelarut murni berbanding langsung dengan
konsentrasi molal zat terlarut.
URAIAN MATERI

A. Satuan Konsentrasi Larutan

Satuan konsentrasi ada beberapa macam, antara lain adalah molaritas (M),
molalitas (m), dan fraksi mol (x).
1. Molaritas
Molaritas (M), atau konsentrasi molar, adalah satuan umum untuk menyatakan
konsentrasi larutan. Molaritas didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per liter
larutan. Dengan persamaan :

mol zat terlarut (n)


M=
Volume larutan

gr 1000
M= x
Mr mL

10. % . ρ
M=
Mr

Keterangan:
M = molaritas (mol/L)
n = mol
V = volume
2. Molalitas
Kemolalan atau molalitas menyatakan jumlah mol (n) zat terlarut dalam 1 kg (= 1.000 g)
pelarut. Oleh karena itu, kemolalan dinyatakan dalam mol kg-1.
mol terlarut ( n)
m=
massa pelarut ( p)

massa terlarut ( gram ) 1000


m= x
Mr massa pelarut ( gram)
Contoh :
Berapakah kemolalan larutan yang dibuat dengan mencampurkan 3 gram urea (Mr uria =
60) dengan 200 gram air?
3 1000
m= x
60 200
m=0,05 x 5
−1
m=0,25 mol kg

3. Fraksi Mol (X)


Fraksi mol (X) menyatakan perbandingan jumlah mol zat terlarut atau pelarut terhadap
jumlah mol larutan. Jika jumlah mol zat pelarut adalah n A, dan jumlah mol zat terlarut
adalah nB, maka fraksi mol pelarut dan zat terlarut adalah:
nA
X A=
n A + nB
nB
X B=
n A + nB
Jumlah fraksi mol pelarut dengan zat terlarut adalah 1.
XA + XB = 1

Keterangan:
xA = fraksi mol zat A
nA = mol zat A
xB = fraksi mol zat B
nB = mol zat B

Contoh :
Hitunglah fraksi mol urea dalam larutan urea 20% (Mr urea = 60).!
Jawab :
Fraksi mol merupakan jumlah mol terlarut dengan mol larutan (mol pelarut + mol
terlarut), maka yang harus ditentukan yaitu jumlah mol pelarut dan jumlah mol pelarut,
kemudian menentukan fraksi mol dengan rumus yang ada.
Dalam 100 gram larutan urea 20% terdapat 20 gram urea dan 80 gram air.
80
Jumlah mol air = = 4,44 mol
18
20
Jumlah mol urea = = 0,33 mol
60
0,33 mol
X uria = = 0,069
( 0,33+4,44 ) mol

B. Sifat Koligatif Larutan

Sifat koligatif adalah sifat yang hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut
dalam larutan dan bukan pada sifat partikel zat terlarut. Sifat-sifat ini terikat bersama oleh
asal yang sama, semuanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut yang ada, terlepas dari
apakah itu atom, ion, atau molekul. Sifat koligatif adalah penurunan tekanan uap, titik didih
elevasi, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.

1. Penurunan Tekanan Uap Dan Hukum Raoult

Banyak percobaan telah menunjukkan bahwa larutan yang mengandung cairan yang
tidak mudah menguap atau padatan sebagai zat terlarut selalu memiliki tekanan uap yang
lebih rendah daripada pelarut murni.
Tekanan uap suatu cairan tergantung pada kemudahan molekul-molekul dapat keluar
dari permukaan cairan. Ketika zat terlarut dilarutkan dalam cairan, sebagian dari total volume
larutan ditempati oleh molekul zat terlarut, sehingga ada lebih sedikit molekul pelarut per
satuan luas di permukaan. Akibatnya, molekul pelarut menguap pada tingkat yang lebih
lambat dari pada jika tidak ada zat terlarut. Peningkatan ketidak teraturan yang menyertai
penguapan juga merupakan faktor yang signifikan. Karena larutan sudah lebih tidak teratur
("tercampur") dari pada pelarut murni, penguapan pelarut murni melibatkan peningkatan
ketidak teraturan yang lebih besar, dan dengan demikian lebih menguntungkan. Oleh karena
itu, pelarut murni menunjukkan tekanan uap yang lebih tinggi daripada larutan. Penurunan
tekanan uap larutan merupakan sifat koligatif. Ini adalah fungsi dari jumlah, dan bukan jenis
partikel zat terlarut dalam larutan.

Untuk mengetahui penurunan tekanan uap, maka pada tahun 1880-an kimiawan
Perancis F.M. Raoult mendapati bahwa melarutkan suatu zat terlarut mempunyai efek
penurunan tekanan uap dari pelarut. Apabila pada pelarut murni kita tambahkan sejumlah zat
terlarut yang tidak mudah menguap, apa yang akan terjadi? Coba perhatikan gambar berikut
ini.

Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa jumlah partikel pelarut pada pelarut murni
(Gambar A) di permukaan lebih banyak dibandingkan pada larutan (Gambar B). Partikel-
partikel pada larutan lebih tidak teratur dibandingkan partikel-partikel pada pelarut murni.
Hal ini menyebabkan tekanan uap larutan lebih kecil daripada pelarut murni. Inilah yang
dinamakan penurunan tekanan uap jenuh. Selisih antara tekanan uap murni dengan tekanan
uap larutan jenuh dapat dituliskan secara matematis seperti berikut.
0
∆ P=P −P
Keterangan:
ΔP = penurunan tekanan uap
P0 = tekanan uap pelarut murni
P = tekanan uap jenuh larutan

Bagaimana hubungan penurunan tekanan uap dengan jumlah partikel? Menurut


Raoult, besarnya tekanan uap pelarut di atas suatu larutan (P) sama dengan hasil kali tekanan
uap pelarut murni (P0) dengan fraksi mol zat pelarut dalam larutan (Xp).
0
P= X P . P
Persamaan di atas dikenal dengan hukum Raoult. Hukum Raoult hanya berlaku pada
larutan ideal dan larutan tersebut merupakan larutan encer tetapi pada larutan encer yang
tidak mempunyai interaksi kimia di antara komponen-komponennya, hukum Raoult berlaku
pada pelarut saja.
Nilai penurunan tekanan uap larutan (∆ P) dapat dikaitkan dengan fraksi mol terlarut
sebagai berikut. Telah diketahui bahwa Xper + Xter = 1, sehingga Xper = 1 — Xter, maka
persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk lain sebagai berikut.
0
∆ P=P −P
∆ P=P0−(X P . P0 )
0 0
∆ P=P −(1−X ter ). P
∆ P=P0−(P0−P0 X ter )
0 0 0
∆ P=P −P + P X ter
∆ P=X te r P0
Penurunan tekanan uap merupakan sifat koligatif larutan, artinya bahwa penurunan
tekanan uap tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi (fraksi
mol). Fraksi mol yang sama akan mempunyai penurunan tekanan uap yang sama pula.

Contoh :
Sebanyak 648 gram sukrosa C12H22O11 dilarutkan dalam 1 kg air (Ar C = 12, H =1, O
= 16). Hitunglah:
a. tekanan uap larutan (P)
b. penurunan tekanan uap (ΔP), bila tekanan uap jenuh air adalah 31,82 mmHg!
Diketahui : massa sukrosa C12H22O11= 648 gram Mr = 342
Massa air H2O = 1kg = 1000 gram Mr = 18
Penyelesaian :
648
n terlarut (C12H22O11 ) = = 2 mol
342
1000
n pelarut (H2O )= = 55,6 mol
18
55,6
Xp = = 0,965
55,6+2
a. P= X P . P0
P=0,965. x 31,82 mmHg
= 30,7 mmHg

b. ∆ P=P0−P
∆ P=31,82−30,7
= 1,12 mmHg

Pada hukum Raoult tidak semua campuran bersifat ideal. Campuran–campuran


nonideal ini mengalami penyimpangan/deviasi dari hukum Raoult. Terdapat dua macam
penyimpangan hukum Raoult, yaitu:
a. Penyimpangan positif
Penyimpangan positif hukum Raoult terjadi apabila interaksi dalam masing–
masing zat lebih kuat daripada interaksi dalam campuran zat ( A – A, B – B >
A – B). Penyimpangan ini menghasilkan entalpi campuran (ΔHmix) positif
(endotermik) dan mengakibatkan terjadinya penambahan volume campuran
(ΔVmix > 0). Contoh penyimpangan positif terjadi pada campuran etanol dan
n–hekasana.
b. Penyimpangan negatif
Penyimpangan negatif hukum Raoult terjadi apabila interaksi dalam campuran
zat lebih kuat daripada interaksi dalam masing–masing zat ( A – B > A – A, B
– B). Penyimpangan ini menghasilkan entalpi campuran (ΔHmix) negatif
(eksotermik) dan mengakibatkan terjadinya pengurangan volume campuran
(ΔVmix < 0). Contoh penyimpangan negatif terjadi pada campuran aseton dan
air.

2. Kenaikan Titik Didih dan Penurunan Titik Beku


a. Titik Didih dan Titik Beku
Mengapa air mendidih pada suhu 100°C dan membeku pada 0°C? air dapat
menguap pada suhu berapa saja dan tekanan uapnya akan meningkat seiring dengan
kenaikan suhu. Tekanan uap menggambarkan kecenderungan cairan untuk
menguap. Semakin besar tekanan uap, semakin mudah zat itu menguap. Sementara
itu, tekanan udara luar memaksa uap tetap berada dalam cairan. Jika tekanan uap
kurang dari tekanan udara luar (tekanan di permukaan cairan), uap hanya terbentuk
dari permukaan cairan. Namun, ketika tekanan uap cairan sama dengan tekanan
udara di permukaan, penguapan dapat terjadi di seluruh bagian cairan. Uap yang
terbentuk dapat naik dan pecah di permukaan. Kedaan seperti itu kita sebut
mendidih.
Jadi, titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan
di permukaan. Oleh karena itu, titik didih bergantung pada tekanan di permukaan.
Di permukaan laut (tekanan = 760 mmHg), air mendidih pada 100°C karena pada
suhu 100°C tekanan uap air sama dengan 760 mmHg. Di puncak Everest
(ketinggian 8.882 m dari permukaan larut), air mendidih pada 71°C. Biasanya, yang
dimaksud dengan titik didih adalah titik didih normal, yaitu titik didih pada tekanan
760 mmHg. Titik didih normal air adalah 100°C.
Adapun titik beku adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan
tekanan uap padatannya. Pada tekanan 1 atm, air membeku pada 0°C karena pada
suhu itu tekanan uap air sama dengan tekanan uap es.
b. Kenaikan Titik Didih
Jika suatu cairan didiamkan dalam suatu bejana tertutup, cairan itu akan
menguap dan penguapan ini akan berhenti pada tekanan tertentu yang hanya
tergantung pada suhu. Keadaan ini disebut sebagai uap jenuh. Jika tekanan pada
permukaan diperkecil, misalnya dengan menghubungkan bejana yang mengandung
cairan itu suatu pompa, titik didih akan menurun. Selain itu, tekanan uap cairan naik
seiring dengan naiknya suhu.
Tekanan uap larut merupakan salah satu sifat-sifat yang mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh jumlah partikel zat terlarut. Jika suatu larutan non volatic atau
volatil (tidak cenderung menguap) dilarutkan dalam suatu cairan, maka tekanan uap
larutan itu dikatakan rendah. Jika kita tidak memperhatikan zat terlarut, yang dapat
berdisosiasi dalam pelarut, maka tekanan keseimbangan yang ditimbulkan oleh
adanya pelarut berbanding lurus dengn fraksi mol dalam larutan.
Kita telah melihat bahwa tekanan uap pelarut pada suhu tertentu diturunkan
oleh adanya zat terlarut yang tidak mudah menguap di dalamnya. Larutan seperti itu
harus dipanaskan sampai suhu yang lebih tinggi daripada pelarut murni untuk
menyebabkan tekanan uap pelarut sama dengan tekanan atmosfer. Karena zat
terlarut yang tidak mudah menguap menurunkan tekanan uap pelarut, titik didih
larutan lebih tinggi dan titik beku lebih rendah. daripada titik yang sesuai untuk
pelarut murni. Besarnya kenaikan titik didih Tb (Tb = boilling point elevation),
lebih kecil dari besarnya penurunan titik beku Tf (Tf = freezing point deppression).
Titik didih suatu larutan dapat lebih tinggi dari titik didih pelarut, bergantung
pada kemudahan zat terlarut tersebut menguap. Selisih titik didih larutan dengan
titik didih pelarut disebut kenaikan titik didih (ΔTb). Menurut hukum Raoult,
besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan hasil kali dari molalitas
larutan (m) dengan kenaikan titik didih molal (Kb ). Oleh karena itu, kenaikan titik
didih dapat dirumuskan seperti berikut.
T b=m . k b
Istilah Tb menyatakan kenaikan titik didih pelarut, yaitu titik didih larutan
dikurangi titik didih pelarut murni. (m) adalah molalitas zat terlarut, dan Kb adalah
konstanta proporsionalitas yang disebut konstanta kenaikan titik didih molal.
Konstanta ini berbeda untuk pelarut yang berbeda dan tidak bergantung pada zat
terlarut.
Contoh :
sukrosa 1,6 gram dilarutkan dalam 500 gram air. Hitung titik didih larutan
tersebut! (Kb air = 0,52 °C/m, Mr = 342)
Penyelesaian:
Diketahui : m = 1,6 gram
p = 500 gram
Kb = 0,52 °C/m
Ditanya : Tb ...?
Jawab : ΔTb = m ⋅ Kb
gr 1000
∆ Tb= x x Kb
Mr gr pelarut
1,6 1000
∆ Tb= x x 0,52 ° C /m
342 500
= 0,00486°C
Tb larutan = Tb pelarut + ΔTb
= 100 °C + 0,00486°C
= 100,00486°C
Jadi, titik didih larutan Sukrosa adalah 100,00486°C.
c. Penurunan Titik Beku
Seorang non-ilmuwan mungkin selamanya tidak menyadari fenomena kenaikan titik
didih, tetapi pengamat yang cermat yang tinggal di iklim dingin akrab dengan
penurunan titik beku. Es di jalan dan trotoar yang beku mencair saat ditaburi garam
seperti NaCl atau CaCl2. Metode pencairan ini berhasil karena menekan titik beku
air. Penurunan titik beku (∆ Tf) didefinisikan sebagai titik beku pelarut murni (Tf
) dikurangi titik beku larutan (Tflarutan ):
pelarut

∆ Tf =Tf pelarut −Tf larutan


Menurut hukum Raoult penurunan titik beku larutan dirumuskan seperti berikut.
T f =m. k f
Keterangan:
ΔTf = penurunan titik beku
m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal

Harga Kf berbeda bagi pelarut yang berbeda. Apabila berat molekul senyawa
diketahui, seperti pada persamaan diatas dapat digunakan untuk menentukan
konstanta titik beku pelarut, dengan menggunakan konstanta titik beku, berat
molekul senyawa yang belum diketahui dapat ditentukan. Dalam percobaan,
penurunan titik beku diukur dengan mengamati titik leleh senyawa tersebut. Titik
leleh adalah temperatur saat terjadinya perubahan fasa padat menjadi fasa cair.
Sedangkan titik beku adalah temperatur saat terjadi perubahan fasa cair menjadi fasa
padat. Titik leleh dapat diukur dengan lebih akurat dari pada titik beku. Hal ini
disebabkan karena pada pengukuran titik beku dapat terjadi ” super cooling ”.
Contoh :
Suatu larutan dibuat dengan cara melarutkan 3 gram urea CO(NH2)2 dalam 100 gram
air. (Kf air = 1,86 °C/m Ar C = 12, O = 16, N = 14, H = 1). Tentukan titik beku
larutan!
Diketahui : massa = 3 gram
Mr CO(NH2)2 = 60
p = 100 gram
Kf = 1,86 °C/m
Ditanya : Tf ...?
Jawab : ΔTf = m ⋅ Kf
gr 1000
∆ Tf = x x Kf
Mr gr Pelarut
3 1000
∆ Tf = x x 1,86 ° C /m
60 100
∆ Tf =0,93 °C
Tf larutan = Tf pelarut + ΔTf
= 0 – 0,93
= -0,93 °C
Jadi, titik didih larutan CO(NH2)2 adalah -0,93 °C

3. Tekan Osmotik Larutan


a. Pengertian Osmosis dan Tekanan Osmotik
Berbagai jenis selaput, baik yang alami (seperti jaringan usus) maupun yang sintetis
(seperti selofan), dapat dilewati molekul pelarut yang kecil, tetapi menahan molekul
(partikel) zat terlarut yang lebih besar. Selaput seperti itu disebut selaput semipermeabel.

Gambar . Tekanan Osmitik yang terjadi pada Pipa U


Suatu bejana berbentuk U yang kedua kakinya dipisahkan dengan suatu selaput
semipermeabel diisi dengan air murni pada kaki sebelah kanan dan larutan gula pada kaki
sebelah kiri. Pada awalnya, ketinggian cairan pada kedua kaki bejana itu dibuat sama.
Ternyata, lama-kelamaan cairan di kaki sebelah kiri bertambah, sedangkan di kaki sebelah
kanan berkurang. Sementara itu, cairan di sebelah. kanan tetap merupakan air murni (tidak
ada gula yang merembes ke kaki sebelah kanan). Perbedaan ketinggian cairan pada kedua
kaki menunjukkan bahwa telah terjadi aliran air dari kaki sebelah kanan ke kaki sebelah kiri.
Hal serupa juga terjadi jika kedua kaki sama-sama diisi larutan, asalkan konsentrasinya
berbeda. Pelarut akan merembes dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat.
Peristiwa seperti itu disebut osmosis. Jadi, osmosis adalah perembesan molekul pelarut dari
pelarut ke dalam larutan, atau dari larutan lebih encer ke larutan lebih pekat, melalui selaput
semipermeabel.
Aliran air ke kaki sebelah kiri. Pada suatu kanan tetap merupakan air murni (tidak ada
gula yang merembes ke kaki sebelah kanan). Perbedaan ketinggian cairan pada kedua kaki
menunjukkan bahwa telah terjadi aliran air dari kaki sebelah kanan ke kaki sebelah kiri. Hal
serupa juga terjadi jika kedua kaki sama-sama diisi larutan, asalkan konsentrasinya berbeda.
Pelarut akan merembes dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat. Peristiwa
seperti itu disebut osmosis. Jadi, osmosis adalah perembesan molekul pelarut dari pelarut ke
dalam larutan, atau dari larutan lebih encer ke larutan lebih pekat, melalui selaput
semipermeabel.
Perbedaan ketinggian cairan pada kedua kaki bejana akan menyebabkan perbedaan
tekanan hidrostatik. Perbedaan tekanan hidrostatik itu akan menghambat saat, akan tercapai
suatu keadaan di mana ketinggian pada kedua kaki tidak berubah lagi Keadaan tersebut
merupakan suatu kesetimbangan yang mana aliran air pada kedua arah berlangsung dengan
kecepatan yang sama. Perbedaan tekanan hidrostatika maksimum antara suatu larutan dengan
pelarutnya disebut tekanan osmotik larutan.

b. Hubungan Tekanan Osmotik dengan Konsentrasi Larutan


Tekanan osmotik tergolong sifat koligatif karena harganya bergantung pada
konsentrasi dan bukan pada jenis partikel zat terlarut. Menurut van't Hoff, tekanan osmotik
larutan-larutan encer dapat dihitung dengan rumus yang serupa dengan persamaan gas ideal,
yaitu:
πV =nRT

dengan, π = tekanan osmotik


V = volum larutan (dalam liter)
n = jumlah mol zat terlarut
T = suhu absolut larutan (suhu kelvin)
R = tetapan gas (0,08205 L atm mol-1 K-1)
M = molar (mol L-1)
πV =nRT
n
π= RT
V
π=MRT
Seperti kenaikan titik didih dan penurunan titik beku, tekanan osmotik berbanding
lurus dengan konsentrasi larutan. Inilah yang kita harapkan, karena semua sifat koligatif
hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dalam larutan. Jika dua larutan memiliki
konsentrasi yang sama dan, karenanya, memiliki tekanan osmotik yang sama, mereka
dikatakan isotonik. Jika dua larutan memiliki tekanan osmotik yang tidak sama, larutan yang
lebih pekat dikatakan hipertonik dan larutan yang lebih encer disebut hipotonik.

Contoh :
Berapakah tekanan osmotik larutan sukrosa 0,0010 M pada 25°C?
Jawab:
π = MRT
π=0,0010 mol L−1 x 0,08205 L atm mol−1 K −1 x (25+273 K )
−1 −1 −1
π=0,0010 mol L x 0,08205 L atm mol K x 298 K
¿ 0,024 atm(¿ 18 mmHg)

c. Reverse Osmosis (osmosis balik)


Reverse osmosis adalah sebuah metode filtrasi yang mampu menyisihkan
banyak jenis molekul dan ion besar dari larutan dengan memberikan tekanan pada
larutan yang berada pada salah satu sisi membran seleksi. Dalam reverse osmosis,
arah aliran dibalik dengan menerapkan tekanan yang melebihi tekanan osmotik ke
larutan yang lebih pekat. Baik osmosis dan reverse osmosis memiliki aplikasi praktis
yang penting. Tekanan osmotik dapat dihitung dengan hubungan sederhana
menyerupai persamaan gas ideal.
Aplikasi terbesar dan paling penting dari reverse osmosis adalah pemisahan air
murni dari air laut dan air payau, air laut atau air payau bertekanan terhadap satu
permukaan membran, menyebabkan transportasi garam-menipis air melintasi
membrane dan munculnya air minum dari sisi tekanan rendah. Membran yang
digunakan untuk reverse osmosis memiliki lapisan padat dalam matriks polimer - baik
kulit membran asimetris atau lapisan interfasial dipolimerisasi dalam membran tipis-
film-komposit - di mana pemisahan terjadi. Reverse osmosis menggunakan tekanan
tinggi untuk memaksa air dari larutan yang lebih pekat ke larutan yang kurang pekat
melalui membran semipermeabel. Tekanan osmotik air laut adalah sekitar 30 atm ini
adalah tekanan yang harus diberikan pada larutan garam untuk menghentikan aliran
air dari kiri ke kanan. Jika tekanan pada larutan garam dinaikkan melebihi 30 atm,
aliran osmotik akan terbalik, dan air tawar akan benar-benar mengalir dari larutan
melalui membran ke kompartemen kiri. Desalinasi dengan reverse osmosis jauh lebih
murah daripada distilasi dan menghindari kesulitan teknis yang terkait dengan
pembekuan. Kendala utama metode ini adalah pengembangan membran yang
permeabel terhadap air tetapi tidak terhadap zat terlarut lainnya dan yang dapat
digunakan dalam skala besar untuk waktu yang lama di bawah kondisi tekanan tinggi.
Setelah masalah ini diselesaikan, dan tanda-tanda saat ini menggembirakan, osmosis
balik bisa menjadi teknik desalinasi utama.

C. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit


Sifat Koligatif Larutan Elektrolit memerlukan pendekatan yang sedikit berbeda dari
yang digunakan untuk sifat koligatif nonelektrolit. Alasannya adalah bahwa elektrolit
terdisosiasi menjadi ion-ion dalam larutan, sehingga satu unit senyawa elektrolit terpisah
menjadi dua atau lebih partikel ketika dilarutkan. (Ingat, jumlah total partikel zat terlarut
yang menentukan sifat koligatif larutan. Perbandingan harga sifat koligatif larutan elektrolit
dengan larutan nonelektrolit dinamakan dengan faktor Van’t Hoff dan dilambangkan dengan
i. Dengan demikian untuk larutan elektrolit berlaku rumus-rumus sifat koligatif sebagai
berikut:
0
∆ P=X te r P . i
Tb=Kb. m .i
∆ Tf =Kf . m. i
π=M . R . T . i
dengan:
i = 1 + (n - 1)α
n = banyaknya ion
α = derajat ionisasi
untuk elektrolit kuat (α = 1), harga i = n.
Contoh
Pada suhu 37 °C ke dalam air dilarutkan 1,71 gram Ba(OH)2 hingga volume 100
mL (Mr Ba(OH)2 = 171). Hitung besar tekanan osmotiknya! (R = 0,082 L atm
mol-1K-1)
Penyelesaian:
Diketahui : m = 1,71 gram
V = 100 mL = 0,1 L
Mr Ba(OH)2 = 171
R = 0,082 L atm mol-1K-1
T = 37 °C = 310 K
Ditanya : π ...?
Jawab : Ba(OH)2 merupakan elektrolit.
Ba(OH)2 → Ba2+ + 2 OH¯ , n = 3
mol Ba(OH)2 = 0,01 mol
0,01 mol −1
M= =0,001 mol L
0,1 L
π=M × R ×T × i
−1 −1 −1
π=0,001 mol L ×0,082 L atm mol K × 310 K ×(1+ ( 3−1 ) 1)
π=7,626 atm
GLOSARIUM

Desalinasi : proses yang menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan
air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia. Sering kali proses ini juga
menghasilkan garam dapur sebagai hasil sampingan.
Fraksi mol : suatu komponen dalam larutan Jumlah mol komponen dibagi dengan jumlah
mol semua komponen.
Hukum Raoult : Tekanan uap pelarut dalam larutan ideal berbanding lurus dengan fraksi
mol pelarut dalam larutan.
Kenaikan titik didih : Kenaikan titik didih pelarut yang disebabkan oleh pelarutan zat
terlarut yang tidak mudah menguap.
Konstanta kenaikan titik didih : Kb Konstanta yang sesuai dengan perubahan (kenaikan)
titik didih yang dihasilkan oleh larutan ideal satu molal dari nonelektrolit nonvolatil.
Konstanta penurunan titik beku : Kf Konstanta yang sesuai dengan perubahan titik beku
yang dihasilkan oleh larutan ideal satu molal dari nonelektrolit nonvolatil.
Konstanta gas : sebuah konstanta fisika yang merupakan konstanta dasar dalam berbagai
persamaan ilmu fisika, seperti hukum gas ideal dan persamaan Nernst. Harganya adalah:
R = 8.314472(15) J · K-1 · mol-1
Larutan jenuh : Suatu larutan di mana tidak ada lagi zat terlarut yang akan larut pada suhu
tertentu.
Membran semipermeabel : Sekat tipis antara dua larutan yang dapat dilalui oleh molekul
tertentu tetapi yang lain tidak.
Molalitas (m) : Konsentrasi dinyatakan sebagai jumlah mol zat terlarut per kilogram pelarut.
Molaritas (M) : Molaritas didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per liter larutan
Osmosis : Proses dimana molekul pelarut melewati membran semipermeabel dari larutan
encer menjadi lebih larutan terkonsentrasi.
Panas larutan (molar) : Jumlah panas yang diserap dalam pembentukan larutan yang
mengandung satu mol zat terlarut; nilainya positif jika kalor diserap (endoterm) dan negatif
jika kalor dilepaskan (eksoterm).
Penurunan titik beku : Penurunan titik beku pelarut yang disebabkan oleh adanya zat
terlarut.
Reverse osmosis : sebuah metode filtrasi yang mampu menyisihkan banyak jenis molekul
dan ion besar dari larutan dengan memberikan tekanan pada larutan yang berada pada salah
satu sisi membrane seleksi.
Sifat koligatif : Sifat fisika larutan yang bergantung pada jumlah tetapi bukan jenis partikel
zat terlarut yang ada.
Tekanan osmotik : Tekanan hidrostatik yang dihasilkan pada permukaan membran
semipermeabel oleh osmosis.
SOAL – SOAL SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

1. Jika didalam suatu larutan yang dibuat dengan melarutkan 4,5 gram glukosa (C 6H12O6)
dalam 100 gram air,kemolalanya adalah …. (Ar C = 12, H =1, O = 16)
a. 0,25 molal
b. 0,4 molal
c. 0,3 molal
d. 0,5 molal
e. 0,43 molal
2. Sebanyak 11,7 gram NaCl (Mr = 58,5) dilarutkan dalam 500 gram air. Titik didih larutan
adalah …. (Kb air = 0,52oC/m)
a. 100,420C
b. 98,90C
c. 50,890C
d. 1000,540C
e. 65,780C
3. Larutan elektrolit biner 5,85 gram dalam 500 gram membeku pada suhu -1,24 0C jika Kf
air = 1,860C/m. Mr yang dibutuhkan adalah ….
a. 30,5
b. 29,5
c. 30,1
d. 35,1
e. 34,1
4. 10,4 gram BaCl2 yang dilarutkan dalam 1000 gram air ternyata mempunyai kenaikan
titik didih 1,4 kali kenaikan titik didih 3 gram urea (CO(NH 2)2) yang dilarutkan dalam
500 gram air.Derajat ionisasi BaCl2 dalam larutan adalah …. (Mr BaCl = 208, urea = 60)
a. 2,7
b. 2,8
c. 2,9
d. 3,0
e. 3,5
5. Tekanan uap murni pada temperatur 50 adalah 92.50 mmHg. Ketika di dalam air
dimasukkan sejumlah gula (sukrosa), maka tekanan uapnya turun menjadi 92.20 mmHg.
Maka penurunan tekanan uap yang terjadi adalah ….
a. 80 mmHg
b. 92 mmHg
c. 30 mmHg
d. 20 mmHg
e. 50 mmHg
6. Tekanan uap pada temperatur 30 adalah 55.30 mmHg. Maka penurunan tekanan uap, jika
kedalam 108 gram air dilarutkan 36 gram glukosa Jika (Ar C=12, H=1, O=16) adalah ….
a. 66 mmHg
d. 48 mmHg
b. 33 mmHg
c. 45 mmHg
e. 56 mmHg
7. 60 gram glukosa (C6H12O6) dalam 500 gram alkohol, jika diketahui titik didih benzena
78.5 dan kb alkohol 1,19 0C/molal (Ar C=12, H=1, O=16), maka titik didih larutan
tersebut adalah ….
a. 79.3 oC
b. 79.29 oC
d. 79.27 oC
c. 79.19oC
e. 79.22oC
8. Suatu zat nonelektrolit yang massanya 8 gram dilarutkan dalam 200 gram air. Larutan itu
mendidih pada temperatur 100,80C. Maka Mr zat tersebut adalah….(Kb air = 0,51oC)
a. 255
b. 355
c. 155
d. 155
e. 125
9. Tekanan uap air murni pada temperatur 27 adalah 26.74 mmHg. Jika kedalam 100 gram
air dilarutkan 36 gram glukosa ( Maka tekanan uap larutan tersebut adalah ….
a. 32.89 mmHg
b. 44.89 mmHg
c. 25.82 mmHg
d. 40.82 mmHg
e. 50.82 mmHg
10. Sebanyak 1,8 gram zat nonelektrolit dilarutkan ke dalam 200 gram air. Jika penurunan
titik beku larutan = 0,93oC (Kf air = 1,86oC m-1), massa molekul relatif zat tersebut
adalah ….
a. 18 gram/mol
b. 19 gram/mol
c. 20 gram/mol
d. 21 gram/mol
e. 22 gram/mol
11. Sebanyak 4 gram NaOH (Mr = 40) dilarutkan dalam 750 gram air. Jika derajat ionisasi
larutan NaOH 75% dan Kf air 1,86oC m-1 maka penurunan titik beku larutan NaOH
adalah ….
a. -0,43oC
b. -0,23oC
d. 0,43oC
c. 0,23oC
e. 0,73oC
12. tekanan osmosis larutan NaCl 0,1 M pada suhu 27 oC adalah 4,8 atm. Maka persentase
derajat ionisasi larutan tersebut adalah ….
a. 0,85
b. 0,95
c. 0,90
d. 0,80
e. 0,75
13. Air murni akan mendidih pada saat proses pemanasan berlangsung, kecuali ….
a. Pada saat tekanan 1 atm
b. Pada saat temperatur 100oC
c. Pada saat tekanan sama dengan 760 mmHg
d. Pada saat tekanan uap jenuh zat cair itu sama dengan tekanan udara disekitar
e. Pada saat tekanan sama dengan 610 mmHg
14. Tekanan osmosis rata-rata dalam darah adalah 7,7 atm pada suhu 25oC maka konsentrasi
glukosa (C6H12O6) yang bersifat isotonik dengan darah adalah …
a. 0,31 M
b. 0,59 M
c. 1,65 M
d. 3,18 M
e. 3,75 M
15. Suatu larutan elektrolit biner, 0,5 molal membeku pada suhu -1,55 oC jika nilai Kf =
1,86oC/molal, derajat ionisasi larutan elektrolit tersebut adalah ….
a. 0,33
b. 0,42
c. 0,66
d. 0,83
e. 0,99
SOAL ESAY
16. Larutan H2SO4 1 molal terionisasi 90%. Kf air = 1,86oC/molal. Berapakah titik beku
larutan tersebut ?
17. Pada suhu 27oC, sukrosa ( C12H22O11) Mr = 342 gram/mol. Sebanyak 17,1 gram
dilarutkan dalam air sampai mencapai volume 500 mL. jika diketahui R = 0,082 L
atm/mol K-1, berapakah tekanan osmosis larutan yang terjadi ?
18. Sukrosa (Mr = 342) sebanyak 6,84 gram dilarutkan dalam air sampai volumenya 100 ml.
Berapakah tekanan osmosis larutan yang terbentuk jika diukur pada suhu 27oC ?
19. Untuk menurunkan titik beku 500 gram air menjadi -0,062 oC (Kf air =1,86oC/molal)
maka berapakah jumlah urea (CO(NH2)2) (Ar C = 12, O = 16, N = 14, H = 1) yang harus
dilarutkan ?
20. Senyawa X (Mr = 100) yang tidak dapat menghantarkan listrik dilarutkan dalam 250
gram benzen, ternyata memberikan penurunan titik beku (ΔTf) sebesar 1,024 oC Jika
diketahui harga Kf benzen = 5,12 oC m-1 maka berapakah berat senyawa yang dilarutkan?
DAFTAR PUSTAKA

Brady, J. (1994). Kimia Universitas Asas dan Struktur, jilid 1, edisi kelima. Jakarta :
Erlangga.
Chang, R. (2005). General Chemistry The Essentiap Concepts Third. McGraw Hill.
Dr. Kiagus Ahmad Roni, N. H. (2020). KIMIA FISIKA II. CV. Amanah.
Hardjono Sastrohamidjojo. (2012). Kimia Dasar. Rajawali.
Keenan, C. (1991). Ilmu Kimia Untuk Universitas, edisi keenam. Jakarta : Erlangga.
Oxtoby. (2001). Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.
Petrucci, R. H. (1992). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta : Erlangga.
Subhan. 2013. Kimia Dasar II. Ambon: Dua Satu Press
Syukri, S. (1999). Kimia dasar 2. ITB.Bandung
Whitten K.W., Davis R.E., Larry Peck M., S. G. G. (2004). General Chemistry. Brooks/Cole.
wikipedia. (n.d.). Hukum_Raoult. https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Raoult

Anda mungkin juga menyukai