PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(quality of life) seseorang. Salah satu cara yang efektif untuk menjaga kesehatan
tubuh yaitu dengan menjaga kebersihan tangan (L. Widyawati et al., 2017).
Kebersihan tangan yang buruk dapat mentransmisikan penyakit melalui kontak fisik
secara langsung atau melalui rute fecal-oral sehingga dapat menyebabkan penyakit,
seperti penyakit saluran cerna, diare, polio, pneumonia, dan lain-lain (Wahyuni et al.,
2017).
merupakan salah satu penyakit infeksi yang memiliki angka morbiditas dan mortalitas
tertinggi di dunia, dengan angka mortalitas berkisar 1,2 juta orang (2,7%).5 Hasil
penurunan prevalensi diare klinis di Indonesia dari 9,0% pada tahun 2007 menjadi
3,5% pada tahun 2013. Penurunan angka diare ini berbanding lurus dengan
Riskesdas pada tahun 2013 yang menyatakan bahwa perilaku mencuci tangan dengan
benar di Indonesia meningkat dari 23,2% pada tahun 2007 menjadi 47,0%, sehingga
perilaku mencuci tangan berperan penting dalam penurunan penyakit diare (Wahyuni
et al., 2017).
Sering mencuci tangan dan menghindari menyentuh wajah harus menjadi
Mencuci tangan merupakan salah satu kegiatan seseorang yang wajib dikerjakan
terlebih selama masa pandemi COVID-19. Berbagai ahli menyatakan jika rutin
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir yaitu cara yang paling efektif untuk
Tangan adalah salah satu anggota tubuh yang sangat penting dalam
beraktivitas sehari-sehari. Masyarakat tidak sadar bahwa pada saat beraktivitas tangan
masuknya mikro kesaluran cerna, maka kebersihan tangan sangatlah penting (Farid et
al., 2020). Oleh karna itu mikroorganisme ini perlu dicegah atau dimusnahkan
penyebarannya, salah satu cara yang efektif yaitu dengan cara mencuci tangan
menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir. Jika air bersih tidak tersedia, dapat
antibakteri yang dikenal dengan hand sanitizer (Fatimah & Ardiani, 2018).
Hand sanitizer merupakan salah satu bahan antiseptik berupa gel yang sering
digunakan masyarakat sebagai media pencuci tangan yang praktis. Penggunaan hand
sanitizer lebih efektif dan efisien bila dibanding dengan menggunakan sabun dan air
Hand sanitizer pula diciptakan sebagai pembersih tangan yang transparan, mudah
merata jika dioleskan pada kulit tanpa penekanan, memberi sensasi dingin, tidak
pengobatan, salah satu tanaman yang sudah dikenal dalam masyarakat dan digunakan
sebagai obat tradisional adalah tanaman kapuk (Ceiba pentandra (L.) Gaertn).
Berdasarkan penelitian sebelumya ( Siva Fauziah & Nova Puspita Sari (2020)
komponen kimia seperti vitamin A, C dan E, elemen makro dan mikro, asam-asam
oksalat (Fauziah et al., 2020). Tanaman ini merupakan salah satu tanaman yang
daun kapuk randu yaitu alkaloid, flavonoid, senyawa fenolik, saponin dan terpenoid
demam, sariawan, sakit gigi, sakit perut dan asma (Busman et al., 2015).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Busman et al., 2015) yang berjudul
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kapuk Randu (Ceiba Pentandra (L.) Gaertn)
kapuk randu (Ceiba Pentandra (L.) Gaertn) semakin tinggi tingkat konsentrasi
ekstrak daun kapuk randu maka semakin tinggi diameter zona hambatnya dengan
nilai rata-rata yang diperoleh 16 mm, 19 mm, 21 mm, 23 mm, 24 mm, 26 mm dan 25
ekstrak daun kapuk randu (Ceiba Pentandra (L.) Gaertn) yang optimum dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus aureus
adalah konsentrasi 50% dengan rata-rata luas zona hambat 4,1606 cm 2. Dan dari
daya meter daya hambat sebesar 0.63 mm dan pada konsentrasi 80 mg/ml
mrngasilkan diameter daya hambat terbesar yaitu 5.4 mm. Dengan demikian ekstrak
daun kapuk randu (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) memiliki aktivitas antibakteri dalam
Berdasarkan latar belakang di atas perlu adanya suatu aktivitas guna menjaga
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Formulasi dan Uji Aktifitas Sedian Gel
Hand Sanitizer Ekstrak Etanol Daun Kapuk (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) terhadap
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah sedian gel hand sanitizer dari Ekstrak Etanol Daun Kapuk (Ceiba
2. Apakah Formulasi Sedian Gel hand sanitizer Ekstrak Etanol daun Kapuk (Ceiba
staphylococcus epidermidis ?
C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui stabilitas sediaan gel hand sanitizer dari Ekstrak Etanol Daun
2. Untuk mengetahui Aktivitas Formulasi Sedian Gel hand sanitizer Ekstrak Etanol
epidermidis
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumber data ilmiah atau rujukan bagi penelitian lanjutan, penelitian
lainnya dan mahasiswa tentang Formulasi dan Uji Aktifitas Sedian Gel Hand
Sanitizer Ekstrak Etanol Daun Kapuk (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) terhadap
2. Sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang Formulasi dan Uji Aktifitas
Sedian Gel Hand Sanitizer Ekstrak Etanol Daun Kapuk (Ceiba pentandra (L.)
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
1. Hand sanitizer
masyarakat menengah ke atas sudah menjadi suatu gaya hidup. Beberapa sediaan
hand sanitizer dapat dijumpai di pasaran dan biasanya banyak yang mengandung
antibakteri sebagai jalan keluar untuk menjaga kesehatan dan kebersihan tangan
yang praktis dan mudah dibawa (L. Widyawati et al., 2017). Beberapa kelebihan
hand sanitizer yang dapat membunuh kuman dalam waktu relatif cepat,
mekanisme kerja yaitu mendenaturasi dan mengkoagulasi protein sel pada kuman
(Asngad & R, 2018). Sedangkan kekeurangan dari sedian hand sanitizer atau
antiseptik dipergunakan secara berlebihan dan terus menerus dapat berbahaya dan
mengakibatkan iritasi hingga menimbulkan rasa terbakar pada kulit. Dikarenakan
mengingat bahan dasar antiseptik tersebut yaitu alkohol dan triklosan yang
2. Gel
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel
Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar,
semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus
2020).
Gel adalah sistem semipadat yang dibuat oleh partikel anorganik yang
kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi pada suatu cairan. Formulasi
gel membutuhkan senyawa Gelling agent sebagai bahan pembentuk suatu gel.
Gelling agent atau bahan pembentuk gel yaitu komponen polimer mempunyai
berat molekul yang tinggi dan juga merupakan gabungan dari beberapa molekul
dan lilitan dari polimer yang akan memberikan sifat kental pada suatu gel
(Danimayostu, 2017).
Keuntungan gel secara topikal dapat meningkatkan efektivitas dan
dengan baik.. Keuntungan lain dari gel yaitu mudah merata apabila dioleskan
pada kulit, memberikan sensasi dingin, dan tidak menimbulkan bekas di kulit
Sediang gel juga memiliki kekurangan yaitu harus zat aktif yang sifatnya
sesui dengan surfaktan atau konsentrasi ( hidroksi propil metal selulosa (HPMC)
dan karbomer ) akan tetapi jika semakin tinggi konsentrasi akan menurunkan daya
sehingga gel semakin tertahan untuk mengalir dan menyebar pada kulit. Dengan
demikian dapat mengurangi kualitas sediaan gel (Dewi & Saptarini, 2016).
Kekurangan lainya sifat gel mudah menguap (Afianti & Murrukmihadi, 2015).
1. Jenis gel
a) Hidrogel
dengan menyerap air atau cairan biologis namun tidak larut karena adanya
ikatan silang. Polimer larut air yang digunakan dalam formulasi hidrogel
minyak, berbeda dengan hidrogel, dimana memiliki fase cair air. Potensi
2. Basis Gel
Terdiri dari bentonit, veegum, silika, pektin, tragakan, metil selulosa, dan
carbomer.
Salah satu aspek penting dalam formulasi gel yaitu gelling agent. Gelling
agent memiliki berbagai jenis, pada biasanya berupa turunan dari selulosa
misalnya metil selulosa, carboxy metil selulosa (CMC), hidroxy propil methyl
celulosa (HPMC), dan ada juga yang berasal dari polimer sintetik seperti
3. Tanaman Kapuk
makanan ternak dan minyak bijinya untuk industri. Penggunaan untuk obat
tradisional dari kapuk randu di antaranya sebagai obat luar dan obat dalam
seperti untuk mengatasi demam, diare, diabetes, hipertensi, sakit kepala, obat
(ITIS.gov).
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streptophyta
Superdivision : Embryophyta
Devision : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Superorder : Rosanae
Order : Malvales
Family : Malvaceace
Genus : Ceiba
Pribadi).
c. Morfologi
kekurangan air sehingga dapat tumbuh di kawasan pinggir pantai serta lahan-
lahan dengan ketinggian 100-800 m di atas permukaan laut. Selain itu kapuk
randu (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) dapat tumbuh di atas berbagai macam
tanah, dari tanah berpasir sampai tanah liat berdrainase baik, tanah aluvial,
sedikit asam sampai netral. Kapuk randu (Ceiba pentandra (L.) Gaertn)
dapat juga hidup pada daerah kering dan temperatur di bawah nol dalam
d. Asal Tanaman
merupakan salah satu tumbuhan tingkat tinggi yang telah diidentifikasi dan
pengobatan radang usus, demam, dan batuk berdahak. Selain itu, akar atau
darah, dan merangsang keluarnya air susu ibu (ASI) (Diana et al., 2013).
secara luas pada setiap tanaman, makanan dan memiliki berbagai efek
diabetes, anti kanker, anti penuaan, dan antioksidan (Arifin & Ibrahim,
2015).
3. Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen yang terdapat
dalam suatu bahan yang berupa padatan atau cairan dengan bantuan pelarut.
Pemisahan terjadi karena kemampuan dari pelarut untuk melarutkan salah satu
sekunder atau senyawa aktif yang terdapat didalam bahan alam tersebut. Prinsip
kerja ekstraksi yaitu pelarut akan masuk ke dalam sel dan melarutkan senyawa
aktif yang ada dalam sel sampel, sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara
senyawa terlarut didalam dan diluar sel. Proses tersebut merupakan proses difusi,
partikel dalam sampel tersebut bergerak dari area berkonsentrasi tinggi (sel) ke
area berkonsentrasi rendah (pelarut). Masuknya pelarut ke dalam sel akan semakin
memudahkan pelarut masuk kedalam sel. Proses difusi akan terjadi secara terus
ada di dalam dan diluar sel. Pelarut yang digunakan pada ekstraksi harus bersifat
selektif, yang hanya dapat menarik senyawa yang diinginkan (Nasyanka et al.,
2020).
1) Cara dingin
a) Maserasi
b) Perkolasi
bahan.
2) Cara panas
a) Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut tanpa temperatur titik
sempurna.
b) Soxhlet
pendingin balik.
c) Digesti
d) Infus
air ( bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih 96-980 C (15-
20 menit).
e) Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ≥ 30 menit dan
atau minyak atsiri dari bahan segar atau simplisia dengan uap air berdasarkan
peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase air dari
ketel secara sempurna dan diakhri kondesansi fase uap atau senyawa
1) Ekstraksi berkesinambungan
2) Superkritikal karbondioksida
tertentu.
3) Ekstrasi ultrasonik
listrik.
Beberapa jenis ekstrak yang umumnya diketahui antara lain: (Nasyanka et al.,
2020).
1. Ekstrak cair
2. Ekstrak kental
sudah diuapkan,
3. Ekstrak kering
pelarut/cairan penyari.
4. Tingtur (Tinctura)
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi suatu
Kingdom : Bacteria
Subkingdom : Posibacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacili
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
b. Morfologi
sebagai flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia. Infeksi yang
disebabkan oleh bakteri ini biasanya timbul dengan tanda-tanda khas yaitu
pembentukan abses. Bakteri S. epidermidis bertanggung jawab atas penyakit
yang
Bakteri yang mengakibatkan infeksi kulit, luka, bisul, dan infeksi peradangan
disertai rasa sakit terjadi pada proses pembentukan abses sehingga perlu adanya
yang berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam rangkaian yang tidak beraturan
seperti anggur dan bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini merupakan penyebab
di berbagai daerah tubuh manusia. Bakteri ini memiliki persentase yang berbeda-
keberadaannya sebanyak 85% – 100 %, pada daerah mulut (air liur dan
permukaan gigi) sebanyak 75% – 100 %, pada daerah hidung dan mesofaring
sebanyak 90%, pada bagian orofaring sebanyak 30% – 70 %, serta pada daerah
5. Antibakteri
Struktur sel dirusak dengan menghambat pada saat pembentukan atau setelah
dalam sel serta mengatur aktivitas difusi bahan-bahan penting, dan membentuk
dapat menghalangi sintesis asam folat yang merupakan asam amino essensial
DNA dan RNA yang mempunyai peran yang sangat penting sebagai bahan
keadaan ini dengan mendenaturasi protein dan asam nukleat sehingga merusak
1. Metode dilusi
Pada metode ini dibagi menjadi dua macam , yaitu dilusi cair dan
padat. Metode dilusi cair dapat digunakan untuk mengukur KHM (kadar
metode dilusi cair yaitu dengan cara membuat seri pengenceran agen
antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Metode
dilusi padat dilakukan yaitu dengan cara menginokulasi mikroba uji pada
ini yaitu satu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk
menguji beberapa mikroba uji (Fitriana et al., 2020). Pada metode ini media
2. Metode difusi
sesuai dengan kelompok perlakuan ) pada medium agar yang telah padat
oleh dosis senyawa antibiotik yang diuji terhadap zona hambatan oleh
al., 2020).
(paper disc). Dapat dilakukan dengan cara yaitu ke dalam media agar
yang telah diinokulasi dengan bakteri dimasukkan kertas cakram dan diisi
dengan senyawa uji. Area jernih pada permukaan media agar
karena tidak memiliki alat khusus dan mencakup fleksibilitas yang lebih
besar dalam memilih obat yang akan diperiksa (Fitriana et al., 2020).
5 mm Lemah
6-10 mm Sedang
11-20 mm Kuat
≥ 21 mm Sangat kuat
pengganti sabun cuci tangan biasa. Nuvo hand sanitizer mengandung alkohol 70
% sebagai agen antiseptik yang efektif dalam membunuh bakteri atau kuman
secara cepat tanpa memerlukan air. Nuvo hand sanitizer berfungsi sebagai
antiseptik pada kulit tangan. Adapun komposisi dari Nuvo hand sanitizer alkohol
yang menjadi bahan aktif yaitu alkohol. Alkohol bersifat sebagai bakterisida,
dengan cara merusak membran sel dari bakteri, sehingga komponen intraseluler
akan keluar. Mekanisme kerja alkohol yaitu bekerja dengan cara mendenaturasi
protein-protein yang berada dalam sel, sehingga kinerja dari enzim bakteri akan
B. Kerangka Konsep
Judul Masalah
Formulasi Dan Uji Aktivitas Sedian Gel Kurangnya aplikasi
Hand Sanitizer Ekstrak Etanol Daun tanaman obat, khususnya
(Ceiba pentandra (L.) Gaertn ) tanaman Kapuk (Ceiba
Terhadap Bakteri pentandra (L.) Gaertn )
Staphylococcus Epidermidis. yang mudah dimanfaatkan
oleh masyarakat umum
salah satunya sebagai hand
sanitizer dengan cara
membuat dalam bentuk
sedian gel hand sanitizer
Tujuan Variabel
1. Variabel dependent
epidermidis
2. Variabel independent
independent dalam penelitian ini yaitu Formulasi sedian gel hand sanitizer dari
3. Variabel kontrol/pengganggu
Variable kontrol yaitu suatu variabel yang diduga sebagai variabel lain
etanol daun kapuk tidak menimbulkan efek antibakteri hanya mengacu pada
D. Defenisi Operasional
1. Ekstrak etanol daun kapuk (Ceiba pentandra (L.) Gaertn ) adalah sediaan pekat
yang diperoleh dari daun kapuk yang telah di ekstraksi dengan menggunakan
metode maserasi dari pelarut etanol 96% (L. Widyawati et al., 2017).
2. Aktivitas antibakteri merupakan kemampuan zat yaitu ekstrak daun kapuk dalam
dengan melihat adanya zona bening disekitar kertas cakram yang pada permukaan
media pertumbuhan bakteri. Amati pertumbuhan mikroba uji dan diukur diameter
E. Kriteria Objektif
manfaat, dengan demikian untuk mendapatkan simplisia yang mutu maka diperlukan
teraupetik yang baik atau diinginkan. Standardisasi yaitu serangkaian prosedur dan
cara pengukuran yang hasilnya yaitu unsur-unsur terkait paradigm kefarmasian, yaitu
proses pembuatan obat tradisional, simplisia yang digunakan sebagai bahan baku
harus memenuhi persyaratan mutu, yaitu parameter spesifik maupun non spesifik.
Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu suatu simplisia yaitu tempat tumbuh asal,
berarti faktor luar dari tanaman tersebut, yaitu lingkungan atau tanah dimana
tumbuhan berinteraksi berupa energi (cuaca, temperature, cahaya) dan materi (air,
senyawa organik dan anorganik) dan akan dilakukan pengambilan tanaman di dua
tempat yang berbeda, berdasarkan perbedaan tanah tempat tumbuh tanaman tersebut.
Standardisasi dilakukan untuk mendapatkan bahan baku yang seragam sehingga dapat
daun yaitu harus daun hampir tua atau masih muda dan berwarna hijau (Rosidah et
al., 2018).
F. Hipotesis Penelitian
1. H0 :
a. Sedian Gel Hand Sanitizer Dari Ekstrak Etanol Daun Kapuk (Ceiba
b. Formulasi Sedian Gel Hand Santizer Ekstrak etanol daun kapuk (Ceiba
2. H1 :
a. Sedian Gel Hand Sanitizer Dari Ekstrak Etanol Daun Kapuk (Ceiba
b. Formulasi Sedian Gel Hand Santizer Ekstrak etanol daun kapuk (Ceiba
staphylococcus epidermidis.
DAFTAR PUSTAKA
Afianti, H. P., & Murrukmihadi, M. (2015). Pengaruh Variasi Kadar Gelling Agent
Antibakteri Sediaan Gel Ekstrak Etanolik Kemangi ( Ocimum Basilicum L .
Forma Citratum Back .). Majalah Farmaseutik, 11(2), 307–315.
Apriliani, N., Ardiansyah, A., Siswanti, Undefined, & Sudarmi, S. (2016). Ekstraksi
Daun Kapuk Randu ( Ceiba Pentandra Gaertn) Dengan Pelarut Etanol. 1–7.
Arifin, B., & Ibrahim, S. (2018). Struktur, Bioaktivitas Dan Antioksidan Flavonoid.
Jurnal Zarah, 6(1), 21–29. Https://Doi.Org/10.31629/Zarah.V6i1.313
Aslamiah, S. (2014). No Title. Identifikasi Kandungan Kimia Golongan Senyawa
Daun Pohon Kapuk (Ceiba Pentandra L.) Sebagai Obat Tradisional Suaibatul,
14, 11–19.
Asngad, A., & R, A. B. (2018). Kualitas Gel Pembersih Tangan ( Handsanitizer )
Dari Ekstrak Batang Pisang Dengan Penambahan Alkohol , Triklosan Dan
Gliserin Yang Berbeda Dosisnya. 4(2), 61–70.
Dewi, C. C., & Saptarini, N. M. (2016). Hidroksi Propil Metil Selulosa Dan
Karbomer Serta Sifat Fisikokimianya Sebagai Gelling Agent. Farmaka, 14(3),
1–10.
Dapartemen Kesehatan. (2020). Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta.
Diana, P., Etika, S. B., Kimia, J., Matematika, F., & Alam, P. (2013). Isolasi Dan
Karakterisasi Flavonoid Dari Daun Kapuk ( Ceiba Pentandra L .). 2(2), 96–
100.
Fatimah, C., & Ardiani, R. (2018). Pembuatan Hand Sanitizer ( Pembersih Tangan
Tanpa Air ) Menggunakan Antiseptik Bahan Alami.
Fauziah, S., Sari, N. P., & Farmasi, P. S. (2020). Uji Aktivitas Antioksidan Dan
Penetapan Kadar Flavonoid Total Dari Ekstrak Etanol 70 % Daun Kapuk
Randu ( Ceiba Pentandra ( L .) Geartn ) Dengan Metode. 01(01), 10–16.
Fitriana, Y. A. N., Fatimah, V. A. N., & Fitri, A. S. (2020). Aktivitas Anti Bakteri
Daun Sirih: Uji Ekstrak Khm (Kadar Hambat Minimum) Dan Kbm (Kadar
Bakterisidal Minimum). Sainteks, 16(2), 101–108.
Haryati, N. A., C. Saleh, & Erwin. (2015). Uji Toksisitas Dan Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Daun Merah Tanaman Pucuk Merah (Syzygium Myrtifolium Walp.)
Terhadap Bakteri. Jurnal Kimia Mulawarman, 13(1), 35–40.
Hasan Et All., 2013. (2013). Evaluasi Kecernaan Pakan, Kandungan. 8 No.1, 97–
107.
Jati Et Al., 2019. (2019). Isolasi, Identifikasi, Dan Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa
Alkaloid Pada Daun Pepaya. Jurnal Mipa, 42(1), 1–6.
Kusuma Et Al., 2019. (2019). Efek Sinergis Kombinasi Chlorhexidine Dan Alkohol
Terhadap Daya Hambat Pertumbuhan Staphylococcus Aureus. 8(3), 4–8.
Nurjanah, S., Rokiban, A., & Irawan, E. (2018). Ekstrak Umbi Rumput Teki
(Cyperus Rotundus) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus Epidermidis
Dan Propionibacterium Acnes. Biosfer: Jurnal Tadris Biologi, 9(2), 165–175.
Pertiwi, D. V., Ikhsanudin, A., Ningsih, A. K., & Sugihartini, N. (N.D.). Formulasi
Dan Karakterisasi Sediaan Hidrogel Minyak Cengkeh ( Syzygium Aromaticum )
Berbasis Kitosan Formulation And Characterization Chitosan Based Hydrogel
Of Clove Oil ( Syzygium Aromaticum ). 17–28.
Prasanty, A. (2014). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Daun Randu (Ceiba
Pentandra, Gaertn.) Terhadap Staphylococcus Epidermidis Dan Shigella
Dysentriae.
Rosidah, M. S., Lambui, O., & Suwastika, I. N. (2018). Ekstrak Daun Tumbuhan
Macaranga Tanarius ( L .) M . A Menghambat Laju Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus Epidermidis Leaf Extract Of Macaranga Tanarius ( L .) M . A
Inhibit The Growth Rate Of Staphylococcus Epidermidis. 7(1), 64–70.
Sudarmi, K., Darmayasa, I. B. G., & Muksin, I. K. (2017). Uji Fitokimia Dan Daya
Hambat Ekstrak Daun Juwet (Syzygium Cumini) Terhadap Pertumbuhan
Escherichia Coli Dan Staphylococcus Aureus Atcc. Simbiosis Journal Of
Biological Sciences, 5(2), 47.
Syafriana, V., & Rusyita, R. (2017). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
Sirih Merah ( Piper Crocatum ) Terhadap Pertumbuhan Propionibacterium
Acnes Antibacterial Activity Of Ethanol Extract From Pipe R Crocatum Leaves
Against Propionibacterium Acnes. Sainstech Farma Vol, 10(2), 9–11.
Triklosan, A., & Wijaya, J. I. (2013). Formulasi Sediaan Gel. 2(1), 1–14.
Trirahayu, D. A. (N.D.). Pengaruh Gelling Agent Terhadap Pembentukan. 78–83.
Veronita, F., Wijayati, N., & Mursiti, S. (2017). Isolasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri
Daun Binahong Serta Aplikasinya Sebagai Hand Sanitizer. Indonesian Journal
Of Chemical Science, 6(2), 138–144.
Wahyuni, V. H., Khotimah, S., Liana.2017, Delima Fajar, Biologi, P. S., & Untan, F.
(N.D.). Perbandingan Efektivitas Antara Gel Hand Sanitizer Dan Tisu Basah
Antiseptik Terhadap Jumlah Koloni Kuman Di Tangan Latar Belakang Penyakit
Infeksi Adalah Penyakit Yang Disebabkan Oleh Mikroba Patogen Dan Bersifat
Sangat Dinamis . Mikroba Sebagai Mahluk H. 3, 808–819.
Widyawati, Et All. (2017). Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Etanol
Daun Sirsak ( Annona Muricata Linn ) Sebagai Antibakteri Formulation Of Gel
Hand Sanitizer Ethanol Extract Of Soursop Leaf ( Annona Muricata Linn ) As
Antibacterial To Staphylococcus. 6(2), 47–57.
Widyawati, L., Mustariani, Aprilia, B. A., & Purmafitriah, E. (2017). Formulasi
Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona Muricata
Linn) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus Aureus. Jurnal Farmasetis,
6(2), 47–57.
Yunikasari. (2016). Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Alpukat ( Persea
Americana Mill .) Terhadap Pertumbuhan Bakteristaphylococcus Epidermidis.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi Ii, 2, 106–112.