Anda di halaman 1dari 18

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan bertambahnya usia, kulit akan mengalami proses penuaan.


Penuaan disebabkan oleh berbagi faktor baik dari dalam maupun dari luar tubuh.
Faktor dari luar tubuh seperti paparan sinar matahari dapat menyebabkan kulit
rusak. Proses perusakan kulit ditnadai dengan munculnya keriput, sisik, kering
dan pecah-pecah. Selain tampak kusam, kulit menjadi lebih cepat tua
(Maysurhara, 2009). Gangguan kesehatan kulit dapat diatasi dengan cara
perawatan. Perawatan kulit dapat dilakukan dengan perawatan dari dalam dan
perawatan dari luar. Perawatan dari dalam dapat dilakukan dengan mengonsumsi
makanan dan suplemen yang sehat untuk kulit sedangkan perawatan dari luar
dapat dilakukan dengan menggunakan kosmetik perawatan kulit seperti
menggunakan milk cleanser, masker wajah dan lulur atau scrub.

Lulur merupakan salah satu produk kecantikan yang dapat menghaluskan,


melembabkan, serta memberi nutrisi pada kulit sehingga kulit tampak lebih cerah
dan noda hitam tersamarkan. Menurut Darwati (2003), lulur kering biasanya
dibuat dari campuran bahan alami yang diekstrak kemudian dikeringkan dibawah
sinar matahari. Lulur digolongkan menjadi dua yaitu lulur modern dan lulur
tradisional.

Masyarakat lebih memilih melakukan perawatan kulit badan dengan


menggunakan sediaan kosmetik lulur modern, berbahan kimia yang ada
dipasaran, namun sebagian masyarakat belum berani menggunakan kosmetik
berbahan kimia dikarenakan efek samping yang berbahaya. Menurut Suya
(2009), pemakaian lulur secara teratur dapat mencegah keriput, kulit menjadi
kencang, lebih harum, dan lebih bersih. Lulur itu dimaksudkan untuk
mempercepat regenerasi kulit mati dengan terlepasnya kulit mati yang kusam,
setelah memakai lulur kulit akan terlihat lebih cerah.
1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan


lulur dengan bahan dasar kopi, tepung beras, dan Vco serta mengetahui
karakteristik sabun cuci piring yang dihasilkan
BAB TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lulur

Lulur adalah kosmetika yang digunakan untuk merawat dan


membersihkan kulit dari kotoran dan sel kulit mati (Septiana Indratmoko, 2017).
Lulur adalah sediaan kosmetik tradisional yang diresepkan dari turun-temurun
digunakan untuk mengangkat sel kulit mati, kotoran, dan membuka pori-pori
sehingga pertukaran udara bebas dan kulit menjadi lebih cerah dan putih. Lulur
terbagi beberapa bentuk sediaan yaitu lulur bubuk, lulur krim, ataupun lulur
kocok/cair (Pramuditha, 2016). Lulur berbeda dengan scrub dapat dilihat dari
tekstur lulur yang berupa butiran halus dan mudah mengering (Putra, 2016).

Lulur merupakan bentuk sediaan cair maupun setengah padat yang berupa
emulsi untuk mengangkat kotoran sel kulit mati yang tidak terangkat sempurna
oleh sabun dan memberikan kelembaban serta mengembalikan kelembutan kulit,
seperti kelenjar rambut dan keringat, untuk mendapatkan efek maksimal lulur
digunakan selama 30 menit pada kulit tubuh agar dapat meresap dengan baik
kedalam kulit (Hari, 2015)

Luluran merupakan aktifitas menghilangkan kotoran, minyak, atau kulit


mati yang dilakukan dengan pijatan di seluruh badan (Septiana Indratmoko,
2017). Lulur atau luluran dikenal para wanita Indonesia sebagai salah satu proses
untuk membersihkan sekaligus menjaga kecantikan kulit. Tradisi membuat lulur
dengan meramu bahan alami seperti rempah-rempah, buah-buahan dan bahan
lainnya telah lama dikenal turun temurun dari berbagai generasi dan kini menjadi
lebih dikenal terutama oleh wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia.
Lulur atau body scrub bertujuan untuk mengangkat sel-sel kulit mati, kotoran dan
membuka pori-pori sehingga kulit dapat bernapas dan menjadi lebih cerah dan
putih (Putra, 2016).

.
2.2 Bpom Lulur (1994)

Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obat Dan Makanan


Departemen Kesehatan Republik Indonesia Nomor : HK.00.06.4.02894 mengenai
persyaratan cemaran mikroba pada kosmetika. Salah satu persyaratan cemaran
mikroba pada kosmetika jenis lulur antara lain (BPOM, 1994) :

a. Uji angka

lempeng total Angka lempeng total merupakan pengujian yang dilakukan


untuk menghitung jumlah bakteri yang terdapat dalam sediaan yang diperiksa.
Angka lempeng total dapat menggunakan dua metode yaitu pour plate dan spread
plate. Nilai angka.lempeng total yang telah ditetapkan untuk sediaan lulur adalah
105. Sediaan lulur yang telah memiliki angka lempeng total diatas 105, maka lulur
sudah tidak layak untuk pakai karena terlalu banyak mikroorganisme pathogen
yang ada pada sediaan (BPOM, 1994)

b. Staphylococcusaureus

Staphylococcus adalah bakteri Gram-positif berbentuk bulat. Menurut


Bahasa Yunani, Staphyle berarti anggur dan coccus berarti bulat atau bola. Salah
satu spesies menghasilkan pigmen berwarna kuning emas sehingga dinamakan
aureus (berarti emas, seperti matahari). Bakteri Staphylococcus aureus ini dapat
tumbuh dengan atau tanpa bantuan oksigen. Spesies ini pernah dianggap sebagai
satu-satunya patogen dari genusnya (Radji, 2010). Pembawa Staphylococcus
aureus yang asimtomatik sering ditemukan, dan organisme ini ditemukan pada
40% orang sehat, di bagian hidung, kulit, ketiak atau perineum (Jawetz, Melnick
and Adelberg, 2010). Pada cemaran mikroba pada kosmetika, persyaratan
maksimum lulur tidak diperbolehkan adanya bakteri Staphylococcus aureus atau
negatif Staphylococcus aureus karena dapat menyebabkan timbulnya penyakit
dengan tanda-tanda yang khas, seperti peradangan, nekrosis, dan pembentukan
abses (Waluyo, 2016).

c. Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa merupakan salah satu bakteri pathogen
nosokomial di dunia. Infeksi yang disebabkan oleh organisme ini sering sulit
diobati karena resisten intrinsik. Pada cemaran mikroba pada kosmetika,
persyaratan maksimum lulur tidak diperbolehkan adanya bakteri Pseudomonas
aeruginosa karena dapat menyebabkan beberapa penyakit infeksi yaitu dermatitis,
otitis eksterna, folikulitis, infeksi, dan infeksi pada luka bakar (Strateva and
Yordanov, 2009)

d. Candida albicans

Candida albicans adalah spesies jamur pathogen dari golongan


deuteromycota. Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi oportunistik.
Persyaratan maksimum lulur tidak diperbolehkan adanya bakteri Candida
albicans karena dapat menyebabkan kandidiasis/yeast infection merupakan jamur
yang terjadi karena adanya pembiakan jamur secara berlebihan. Keadaan lain
yang dapat menyebabkan kandidiasis adalah karena penyakit menahun, gangguan
imun yang berat, AIDS, diabetes dan gangguan tiroid (Molero, Navarro-garcía
and Sánchez-pérez, 1998)

2.3 Fungsi Bahan

a. Tepung beras

Beras memiliki bahan aktif yang berguna untuk meremajakan kulit.


Menurut Santoso (2008), struktur kimia beras yang memiliki struktur smiliar ke
ceramide mampu memberi kontribusi pada proses regenerasi sel baru dan
pertum1buhan. Beras juga memberikan efek kelembaban dan air yang signifikan.
Selain itu juga membantu meningkatkan produksi kolagen yang meningkatkan
elastisitas kulit dan membuat kulit cerah dan memberikan tampak lebih muda.

b. Kopi
berguna untuk mengangkat sel-sel kulit mati sehingga memperbaiki sel-sel
rusak, menetralkan kulit yang teriritasi sekaligus memberi nutrisi pada kulit,
menghilangkan bau badan, merevitalisasikan sel-sel kulit baru (Aak, 1980)

c. Vco

VCO memiliki banyak manfaat untuk kecantikan dan kesehatan antara lain
dapat mencegah radikal bebas karena mengandung antioksidan berupa vitamin E,
dapat meningkatkan metabolism tubuh, dapat meningkatkan daya tahan tubuh,
mempercepat penyembuhan dan menggantikan sel-sel yang rusak dengan cepat
(Hapsari, 2007).

d. Propil Glikol

Propilen glikol sering digunakan sebagai solven dan pengawet dalam


formulasi sediaan parenteral dan non parenteral. Propilen glikol dapat digunakan
sebagai peningkat penetrasi pada konsentrasi 1% sampai 10% (Swarbrick dan
Boylan, 1995; Williams dan Barry, 2004). Propilen glikol sebesar 40% juga dapat
meningkatkan penetrasi pada cream aciklovir (Trottet dkk, 2005). Penggunaan
propilen glikol untuk sediaan topikal, memiliki efek iritasi yang kecil, tetapi
penggunaan pada membran mukosa dilaporkan dapat menyebabkan iritasi lokal
(Weller, 2006)

e. Asam Stearat

Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari
lemak. Merupakan zat padat, keras mengkilat, menunjukkan susunan hablur, putih
atau kuning pucat, mirip lemak lilin, praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20
bagian etanol (95%)P, dalam 2 bagian kloroform P, suhu lebur tidak kurang dari
54ºC. Asam stearat dalam sediaan topikal digunakan sebagai bahan pengemulsi.
Dalam pembuatan basis krim netral (nonionik) dinetralisasi dengan penambahan
alkali. Kombinasi agen pengemulsi digunakan untuk meningkatkan sifat fisik dan
stabilitas fisik suatu krim (Elfiyani dkk, 2013). Menurut Sharon penggunaan
kombinasi emulgator asam stearat dan TEA dengan konsentrasi 12%:3%. Asam
stearat digunakan umumnya karena tidak toksik dan tidak mengiritasi.
Konsentrasi asam stearat pada formulasi topikal 1-20% (Rowe, 2009: 697)

f. Metil Paraben

Merupakan serbuk putih, berbau, serbuk higroskopik, mudah larut dalam


air. Digunakan sebagai pengawet pada kosmetik, makanan, dan sediaan
farmasetik. Dapat digunakan sendiri, kombinasi dengan pengawet paraben lain
atau dengan antimikroba lainnya. Lebih efektif terhadap gram negatif daripada
gram positif. Aktif pada pH, mempunyai titik lebur 125-128 oC. Aktivitas
pengawet ini memiliki rentang pH 4-8 dalam sediaan topikal konsentrasi yang
umum digunakan 0,02-0,3% (DirjenPOM, 1979: 378; Rowe, 2009: 592).

2.4 Reaksi Yang Terjadi

Reaksi yang terjadi selama pembuatan lulur krim yang terbentuknya


lapisan monomolekuler karena penambahan bahan pengemulsi. Fase air yang
dimasukkan kedalam fase minyak dengan adanya pengadukan dapat memicu
terbentuknya emulsi (Sharon dkk, 2013). Salah satu syarat yang harus dipenuhi
suatu sediaan krim yang baik adalah stabil secara fisika karena tanpa hal ini suatu
emulsi akan segera kembali menjadi dua fase yang terpisah. Emulsi yang tidak
stabil dapat dibuktikan dengan terjadinya kriming, flokulasi dan penggumpalan
dimana dapat juga diamati secara visual adanya pemisahan fase, perubahan
kekentalan emulsi, serta terjadinya inversi fase (Aisyahni, 2012). Emulsi
terbentuk karena penambahan bahan dalam pembuatan lulur seperti asam stearat,
metil paraben, propilen glikol dan lain sebagainya
BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan

1.1Alat
a Spatula
b. Beaker glass
c. Hot Plate
d. Termometer
e. Pengaduk
1.2 Bahan
a Tepung beras (4 g)
b. Kopi (4 g)
c.VCO (2,5 g) (5 g)
d. Cetil alkohol (1 g) Fase Minyak
e. Propil paraben (0,1 g)
f. Asam stearat (3 g)
g. Propilen glikol (0,1 g)
h. Metil paraben (0,1 g) Fase Air
i. Aquadest (10 mL)
j. Plastik klip
k. Kertas label
2.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan

VCO, Asam stearate, Aquades


cetil alkohol

Pemanasan hingga suhu 700C


Pemanasan hingga suhu 700C

+ Propilen glikol
+ Propil paraben + Metil paraben

Pengadukan hingga homogen

Pendinginan hingga suhu 600C

Pencampuran (fase air dituang dalam fase minyak)

Pengadukan dengan kecepatan lambat


hingga terbentuk lulur krim

+ tepung beras dan kopi

Lulur

Langkah pertama menyiapkan bahan utama yang digunakan dalam


pembuatan lulur yaitu VCO, Asam stearate, cetil alkohol. Dalam pembuatan lulur
kakao bubuk terdiri atas dua fase yaitu fase minyak dan fase air. Pada fase minyak
terdiri atas vco (2,5g) (5g), Cetil alkohol (1 g), Propil paraben (0,1 g), Asam
stearat (3 g). Pada fase minyak (cetyl alcohol, dan asam stearat) dipanaskan
terlebih dahulu hingga suhu 700C berfungsi untuk melarutkan semua bahan yang
telah dicampurkan.Kemudian ditambahkan propil paraben dan didinginkan pada
suhu 600C. Kemudian ditambahkan nipasol pada tahap akhir karena nipagin
bersifat mudah larut.Penambahan nipagin dan nipasol sebagai pengawet sintesis
yang sering digunakan pada produk kosmetik. Selanjutnya pembuatan pada fase
air juga dipanaskan pada suhu 700C, kemudian ditambahkan propilen glikol dan
metal paraben.Kemudian dilakukan pencampuran antara fase minyak dan air
dengan kecepatan lambat sampai terbentuk lulur krim. Kemudian ditambahkan
tepung beras 4g, kopi g. Kemudian dilakukan pengadukan dan jadilah lulur.
BAB 4 PEMBAHASA

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Kekentalan
Kode Sampel
No. Nama Panelis
475 754
1. Zitni 3 3
2. Dini 3 5
3. Annisa 4 4
4. Fauziana 4 3
5. Dhea 4 3
6. Lingga 4 3
7. Zulvi 4 3
8. Jean 3 4
9. Iren 4 4
10. Zainab 4 4
11. Andini 3 4
Keterangan :
1 :Cair
2 : Agak cair
3 :Kental
4 :Agak kental
5 :Sangat kental

4.1.2 Daya Sebar

Kode Sampel
No. Nama Panelis
475 754
1. Zitni 3 4
2. Dini 4 5
3. Annisa 3 4
4. Fauziana 3 5
5. Dhea 2 4
6. Lingga 1 4
7. Zulvi 2 4
8. Jean 2 4
9. Iren 2 4
10. Zainab 3 4
11. Andini 3 4
Keterangan :
1 :Sangat sulit menyebar
2 :Sulit menyebar
3 :Agak sulit menyebar
4 :Mudah menyebar
5 :Sangat mudah menyebar
4.1.3 Daya Lekat

Kode Sampel
No. Nama Panelis
475 754
1. Zitni 2 2
2. Dini 3 4
3. Annisa 4 4
4. Fauziana 3 4
5. Dhea 1 4
6. Lingga 2 2
7. Zulvi 2 4
8. Jean 2 3
9. Iren 4 3
10. Zainab 2 3
11. Andini 4 3
Keterangan :
1 :Sangat sulit melekat
2 :Sulit melekat
3 :Agak sulit melekat
4 :Mudah melekat
5 :Sangat mudah melekat

4.2 Pembahasan

Lulur adalah jenis kosmetik tradisional yang dibuat dari bahan-bahan


buahbuahan dan remah-rempah yang sangat bermanfaat untuk menjaga
kecantikan dan kehalusan kulit. Manfaat yang diperoleh dari pemakaian lulur
adalah badan menjadi segar, kulit kencang, bersih, halus dan berseri-seri. Menurut
Surtiningsih (2005), menjelaskan luluran merupakan metode kecantikan terlama
dan terbukti untuk merawat tubuh kita. tidak hanya baik untuk kulit, bila rajin
melulur kulit kita akan awet muda dan tidak bau badan. Pada praktikum lulur
menggunakan bahan tepung beras, kopi, vco, cetil alkohol, propil paraben, asam
stearat, propilen glikol, metil paraben, aquades. Untuk pengujian lulur dapat
dilihat pada Gambar.1

Grafik Pengujian Lulur


4.5 4.18
4 3.64 3.64
3.5 3.27
3 2.63 475
2.54
2.5 754
2
1.5
1
0.5
0
Daya Sebar Kekentalan Daya Lekat

Gambar.1 Pengujian Lulur

Dapat dilihat dari grafik diatas dilakukan pengujian daya sebar,


kekentalan, dan daya lekat. Uji daya sebar digunakan untuk mengetahui seberapa
luas lulur dapat meyebar saat ditimpa dengan beban. Pada daya sebar panelis lebih
memilih sampel lulur 754 sebanyak 4.18. Lulur yang baik yaitu memiliki daya
sebar yang luas, karena semakin luas daya sebarnya berarti semakin luas kontak
antara obat dengan kulit sehingga absorbsi obatnya pun akan lebih cepat dan
memberikan kenyamanan penggunaan sediaan tersebut oleh konsumen.

Uji viskositas bertujuan untuk mengetahui konsistensi kekentalan suatu


sediaan, hasil uji viskositas lulur serbuk kopi, tepung beras dan vco. Berdasarkan
sampel 745 dan sampel 475 dapat disimpulkan bahwa memiliki viskositas yang
sama- sama besar, sesuai dengan standar viskositas menurut Gozali, Abdassah dan
Lathiefah (2009) yaitu standar viskositas krim yang ideal yaitu tidak kurang dari
5000 mPa.s, dikarenakan lulur yang dibuat oleh peneliti menggunakan serbuk
serbuk kopi, tepung beras, dan vco sehingga kekentalan yang dihasilkan sangat
besar.

Daya lekat merupakan kemampuan dari sediaan untuk melekat pada kulit
dalam jangka waktu lama saat dipakai. Semakin lama daya lekat suatu sediaan,
maka semakin lama waktu penetrasi obat ke kulit sehingga absorbsi obat akan
lebih maksimal. Tujuan uji daya lekat yaitu untuk mengetahui waktu yang
dibutuhkan oleh lulur untuk melekat di kulit Berdasarkan data di atas dapat
disimpulkan bahwa sampel 754 memiliki waktu daya lekat yang lebih lama
dibandingkan sampel 475. Berdasarkan pengamatan uji daya lekat pada sampel
754 lebih cepat daya lekatnya hal ini dikarenakan pada saat pembuatan basis lulur
tidak terlalu kental sehingga mempengaruhi daya lekat dan daya lekatnya pun
menjadi lebih besar.

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Adapun Kesimpulan pada praktikum ini adalah

1. pada proses pembuatan lulur dilakukan pencampuran fase air (Propilen,


metil paraben, aquades) dan fase mintak (vco, cetil alkohol, propil
paraben).
2. Karakteristik sabun ini dipengaruhi oleh jumlah bahan yang ditambahkan
dalam pembuatan sabun cair ini.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum pembuatan lulur adalah lebih teliti dalam proses
penimbangan bahan agar diperoleh data yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1980. Budidaya Tanaman Kopi. Yayasan Kanisius: Yogyakarta.

Darwati. 2003. Cantik dengan lulur herbal. Jakarta. Transmedia.

Gozali, D., Abdassah M., Subghan, A., & Lathiefah S.A., 2009, Formulasi Krim
Pelembab Wajah Yang Mengandung Tabir Surya Nanopartikel Zink
Oksida
Salut Silikon, Farmaka, 7 (1), 37-47.

Hari, S. N. 2015. ‘Pengaruh Penggunaan Lulur Zaitun Terhadap Perawatan Kulit


Tubuh’.

Hapsari, N. 2007, "Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan Metode


Sentrifugasi”, Jurnal, Teknik Kimia UPN Veteran, Surabaya

Maysuhara, S, 2009, Rahasia Cantik, Sehat dan Awet Muda. Edisi 1. Yogyakarta:
Pustaka Panacea.

Pramuditha, N. 2016. ‘Uji Stabilitas Fisik Lulur Krim Dari Ampas Kelapa (cococ
nucifera L.) dengan Menggunakan Emulgator dan Nonionik’.

Putra, A. A. M. M. 2016. ‘Bauran Pemasaran Lulur Di UD. Sekar Jagat


Denpasar’, Skripsi.

Santoso.B. 2008. Fisiologi dan Biokimia Pada Komoditi Panenan


Hortikultura.Yogyakarta:Kanisius

Septiana Indratmoko, M. W. 2017. Formulasi dan Uji Sifat Fisik Llulur Serbuk
Kulit Buah Manggis. (Garcinia Mangostana Linn) Dan Serbuk Kopi
(Coffea Arabica Linn) Untuk Perawatan Tubuh Formulation’, X(1), pp.
18–23.

Suya. 2009. Lulur Tradisional. Yogyakarta:Kanisius.


Swarbrick, J. dan Boylan, J., 1995, Percutaneous Absorption, in Encyclopedia of
Pharmaceutical Technology, Volume 11, Marcel Dekker Inc., New York,
413-445.

Williams, A. C., dan Barry, 2004, Penetration Enhancer, Advanced Drug Delivery
Review, No. 56, 603-618.

Anda mungkin juga menyukai