PENDAHULUAN
Menurut Qisti (2009) sabun padat yang beredar di pasaran saat ini dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu sabun opaque, translucent, dan transparan. Sabun padat
transparan merupakan salah satu inovasi sabun yang lebih menarik dan
mempunyai busa yang lebih halus dibandingkan dengan sabun yang tidak
transparan (Qisti 2009). Faktor yang dapat mempengaruhi transparansi sabun
adalah kandungan alkohol, gula, dan gliserin dalam sabun.
Dalam memformulasi sabun perlu diperhatikan pula after feel yang
ditimbulkan dari penggunaan sabun. After feel yang diharapkan adalah adanya
sensasi lembab di kulit, dan tidak mengakibatkan kulit kering, salah satunya
dengan menggunakan humektan sebagai moisturizer (pelembab). Salah satu
contoh humektan yang digunakan dalam sabun transparan adalah gliserin. Gliserin
diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik sabun transparan (Budianto
2010), sehingga perlu dilakukan optimasi formula untuk memperoleh sabun
transparan yang sesuai dengan sifat fisik yang dikehendaki. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi optimum dari gliserin dan mengetahui
karakteristik sabun padat transparan rumput laut yang dihasilkan.
II METODE
METODE
Preparasi dan Karakterisasi Tepung Rumput Laut
Rumput laut E. cottonii dilakukan preparasi awal pembersihan dari kotoran halus dan
pengecilan ukuran. Pengeringan rumput laut E. cottonii dilakukan selanjutnya dengan
menggunakan pengering dehydrator suhu 40°C selama tujuh jam. Rumput laut E. Cottonii
yang telah dikeringkan selanjutnya melalui proses penepungan menggunakan disc mill.
Pengayakan tepung rumput laut E. Cottonii dilakukan dengan menggunakan saringan
berbentuk ayakan plastik berukuran 40 mesh.
Prosedur Analisis
Prosedur analisis yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari yaitu uji kadar air, analisis
pH,
Keterangan:
B = Berat sampel (g)
B1 = Berat (sampel+cawan) sebelum dikeringkan (g)
B2 = Berat (sampel+cawan) setelah dikeringkan
Kadar pH
Analisis pH dilakukan untuk sampel sabun padat dengan menggunakan pH meter. Analisis
pH menggunakan sampel sebanyak 2g yang kemudian dilarutkan dengan 20 mL akuades.
Nilai pH selanjutnya dihitung dengan pH meter yang telah melalui proses kalibrasi pada pH
7.
Uji flavonoid
Uji flavonoid dilakukan menggunakan sampel sebanyak 0,05 g yang ditambahkan dengan 0,1
mg serbuk magnesium, 0,4 mL amil alkohol, dan 4 mL etanol. Campuran tersebut kemudian
divortex hingga homogen. Hasil positif pada uji flavonoid ditunjukan dari terbentuknya
warna merah, kuning dan jingga pada lapisan amil alkohol.
Uji saponin
Uji saponin dilakukan menggunakan sampel sebanyak 0,05 g yang ditambahkan akuades
panas. Campuran tersebut selanjutnya dimasukan ke dalam gelas piala dan dipanaskan hingga
mendidih dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditambahkan HCl 2 N kemudian dikocok dan
dibiarkan selama sepuluh menit. Hasil positif pada uji saponin ditunjukan dari terbentuknya
buih yang stabil.
DAFTAR PUSTAKA
(AOAC) Association of Official Analytical Chemist.2005.Official Method of Analysis of The
Assosiation of the official Analytical of chemist. Airlington (US): The assosiation of official
Analytical chemist, Inc.
Afifah RMP.2020.Karakteristik kombinasi karaginan dan tepung rumput laut sargasum sp.
Sebagai jelly soap non gelatin [Skripsi]. Bogor (ID):Institut pertanian Bogor.
Agusman, Ariani SNK, Murdina. 2014. Penggunaan tepung rumput laut Euchuma cottonii
pada pembuatan berasa analog dari tepung modified cassava flour (mocaf). Jurnal pascapanen
dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. 9(1):1-10.
Agustini NWS, Winami AH. 2017_ Karateristik dan aktivitas antioksi dan