Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… i
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang……………………………………………………….1
1.2. Permasalahan……………………………………………………….. 2 1.3.
Tujuan Penelitian…………………………………………………… 2 1.4. Urgensi
(Keutamaan) Penelitian………………………………….....2 1.5. Luaran yang
Diharapkan…………………………………………… 2 1.6. Manfaat dari
Kegiatan……………………………………………… 2 BAB 2 TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Sabun ……………………………………………………………3 2.2.
Kolagen ……………………………………………………………3 2.3. Ikan Mas
…………………………………………………………... 4 2.4. Ekstraksi
Enzimatis………………………………………………… 4 BAB 3 METODE
PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat…………………………………………………..5
3.2. Pembuatan Nanokolagen dari Sisik Ikan…………………………… 5 3.3.
Pembuatan Garam Asam Lemak…………………………………… 6 3.4.
Pembuatan Sabun Cair………………………………………………6 3.5. Uji
Hedonik………………………………………………………… 6 3.6. Uji pH
……………………………………………………………7 3.7. Uji Alkali
Bebas……………………………………………………..7 3.8. Uji Kestabilan
Busa………………………………………………… 7 3.9. Uji
Viskositas………………………………………………………..7 4.0. Uji Iritasi
Kulit………………………………………………………7 BAB 4 BIAYA DAN
JADWAL PENELITIAN
4.1. Anggaran Biaya…………………………………………………….. 9
4.2. Jadwal Kegiatan Penelitian………………………………………….9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 10
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota, Biodata Dosen Pendamping…11
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran………………………………………..16
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas ...18
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksanaan……………………….19

i
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia mempunyai jumlah pulau yang sangat banyak dengan lautan yang
luas, ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman hayati laut
(megabiodeversity) tertinggi di dunia. Kelimpahan sumber daya hayati sebanding
dengan kelimpahan kimia bahan alam yang dikandungnya. Kelimpahan dan
keanekaragaman kimia bahan alam dengan berbagai bioaktivitas potensial
kemudian dapat dikembangkan ke berbagai bidang, seperti obat, makanan hingga
kosmetik. Hingga saat ini, kegiatan bioprospeksi senyawa bahan alam baru dari
lingkungan laut telah menghasilkan ribuan senyawa baru (Leal, 2012). Hal
tersebut menegaskan bahwa organisme laut merupakan sumber penting untuk
kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi (William, 2006). Ikan merupakan
salah satu komoditas unggulan hasil perairan Indonesia yang memiliki prospek
sangat besar untuk dikembangkan. Salah satunya adalah ikan mas (Cyprinus
carpio) yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia khususnya di
Sumatera Utara. Rata-rata bagian daging ikan yang dapat dimakan (edible portion)
sebanyak 40-50 % Pemanfaatan ikan yang hanya dari edible portion tersebut
menghasilkan limbah dari proses pengolahannya. Bagian tubuh ikan mas yang
biasanya menjadi limbah yaitu sisik, kulit, tulang, insang dan semua organ dalam
seperti pankreas, hati, jantung, gonad, gelembung renang dan usus
(Yogaswari,2009). Limbah tersebut umumnya dibuang oleh masyarakat tanpa ada
pengolahan lebih lanjut. Sisik ikan yang kaya akan protein mampu di manfaatkan
menjadi sumber kolagen. Kolagen mengandung asam amino yang penting bagi
tubuh khusunya kulit yaitu asam aspartat, asam glutamat, glisin, lisin serta prolin.
Kolagen bekerja efektif di lapisan epidermis kulit, membantu tumbuhnya lapisan
kulit baru yang memiliki daya renggang/elastisitas yang lebih baik dari kulit
sebelumnya, dimana kerja kolagen dengan masuk ke pori-pori kulit (Nurhayati,
2013). Secara umum kolagen sudah banyak dihasilkan dari sisik ikan mas, tetapi
tidak dalam ukuran nanopartikel, partikel dengan ukuran nano akan lebih mudah
untuk diserap dan terdifusi dalam kulit daripada partikel yang memiliki ukuran
lebih besar (Hoet, 2004). Hal ini yang mendasari untuk dikembangkannya
nanokolagen dari limbah sisik ikan mas yang berbasis produk kosmetik seperti
sabun merupakan inovasi yang cukup digemari masyarakat. Nauli (2015), telah
melakukan penelitian mengenai karakteristik sabun cair dengan penambahan
kolagen ikan air laut yang berbeda. Pada penelitian tersebut di dapatkan bahwa nilai
hedonik sabun cair dengan penambahan kolagen tulang ikan Kurisi mempunyai
pengaruh nyata (p<0,05) terhadap sabun cair dengan penambahan kolagen tulang
ikan Tenggiri dan sabun cair dengan penambahan kolagen tulang ikan Kakap. Salah
satu aplikasi sabun berbasis cair adalah sabun pembersih wajah. Sabun pembersih
wajah berfungsi untuk membersihkan,
2

melindungi dan merawat kulit agar tetap sehat dan bersih. Bahan baku sabun salah
satunya adalah minyak. Menurut Pane (2018), minyak sawit merah memiliki
kandungan nutrisi yang baik bagi kulit seperti kaya vitamin E dan karoten yang
tinggi sedangkan minyak inti sawit kaya akan asam laurat yang berperan melawan
bakteri gram positif seperti Propionibacterium acne dan Staphylococcus
epidermidis, dimana kombinasi kedua sumber ini mampu menghasilkan nilai
nutrisi dan aktivitas yang baik untuk dijadikan sediaan sabun cair. Berdasarkan hal
tersebut, maka dilakukan penelitian dengan membuat kombinasi garam asam lemak
yang berasal dari minyak merah sawit dan minyak inti sawit dengan penambahan
nanokolagen, sebagai inovasi produk baru bidang kosmetik berupa sabun
pembersih wajah yang anti jerawat dengan tambahan nanokolagen yang mampu
mengurangi keriput pada wajah.
1.2.Permasalahan
Salah satu upaya untuk pemanfaatan sumber daya hayati terhadap limbah
ikan adalah dengan memanfaatkan sisik ikan. dimana sisik ikan kaya akan protein
yang mampu menjadi sumber kolagen. Kolagen yang dihasilkan akan diubah
menjadi nanokolagen sehingga diharapkan menjadi inovasi limbah sisik ikan mas
yang berbasis produk kosmetik seperti sabun. Oleh karena itu, Bagaimana cara
pemanfaatan limbah perikanan berupa sisik ikan di Indonesia serta Bagaimana
karakteristik sabun cair pembersih wajah yang dihasilkan dengan penambahan
nanokolagen dari sisik ikan.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan kolagen menjadi nanokolagen
dengan memanfaatkan limbah sisik ikan sebagai sumber kolagen. Serta melihat
karakteristik dari sabun cair pembersih wajah yang dihasilkan.
1.4. Urgensi (Keutamaan) Penelitian
Urgensi (Keutamaan) dari penelitian ini adalah dapat membuat limbah sisik
ikan mempunyai nilai guna dan ekonomis. Sehingga dapat memberikan teknologi
alternatif dalam menghasilkan sabun cair pembersih wajah dengan kolagen yang
diubah menjadi nanokolagen.
1.5. Luaran Yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini laporan kemajuan,laporan akhir,
artikel ilmiah, produk sabun cair pembersih wajah dengan kolagen yang diubah
menjadi nanokolagen yang berpotensi menjadi inovasi kosmetik berbasis limbah
ikan.
1.6. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini adalah dapat menambah nilai ekonomis limbah sisik
ikan yang selama ini dibuang oleh masyarakat. Serta memberikan inovasi terbaru
sabun cair pembersih wajah dengan kandungan nanokolagen yang dituju kepada
masyarakat umum.
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sabun
Sabun adalah senyawa natrium dan kalium dengan asam lemak dari minyak
nabati dan atau lemak hewani berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa digunakan
sebagai pembersih, dengan menambahkan zat pewangi dan bahan lainnya yang
tidak membahayakan kesehatan (Badan Standardisasi Nasional, 1996).sabun
merupakan garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam lemak,
terutama mengandung garam C16 (asam palmitat) dan C18 (asam stearat) namun
dapat juga menagandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah.
Syarat mutu sabun yang ditetapkan SNI 06-3532-2016 dapat dilihat pada
tabel 2.1 di bawah ini
Tabel 2.1 Syarat Mutu Sabun
No Uraian Tipe I Tipe II
(Sabun Padat) (Sabun Cair)

1 Kadar air (%) Maks. 15 Maks. 15

2 Jumlah asam lemak (%) >70 64-70

3 Alkali Bebas Maks. 0,1 Maks. 0,1


Maks. 0,14 Maks. 0,14
4 Asam Lemak Bebas atau <2.5 <2.5
Lemak Netral (%)

5 Bilangan Penyabunan 196-206 196-206

(Sumber : SNI 06-3532-2016)


Keterangan Tabel 2.1 :
- Tipe I ( Sabun padat) menggunakan NaOH
- Tipe II (Sabun Cair) menggunakan KOH

2.2. Kolagen
Kolagen merupakan salah satu protein yang banyak terdapat pada kulit,
tulang, dan gigi makhluk hidup. Kolagen merupakan protein struktural utama dari
jaringan ikat pada tubuh hewan vertebrata dengan kandungan mencapai 30% dari
total protein tubuh (Friess,1998).
Senyawa organik terdiri dari 40-90% pada sisik ikan dan selebihnya
merupakan kolagen. Komposisi pada tulang ikan yaitu kadar air sebesar 7,03 %,
kadar abu sebesar 0,93 %, kadar lemak sebesar 1,63 %, dan kadar protein sebesar
84,85 % (Hartati, 2010).
Produksi kolagen dalam tubuh akan menurun seiring dengan bertambahnya
usia sehingga menyebabkan kulit kering dan berkurangnya elastisitas kulit.
Dengan penggunaan sabun berkolagen, elastisitas kulit dapat terpelihara karena
kemampuan kolagen dalam mengikat air. Kolagen dapat masuk ke pori-pori kulit
dan bekerja efektif di lapisan epidermis kulit, membantu tumbuhnya lapisan kulit
4

baru yang memiliki daya renggang/elastisitas yang lebih baik dari kulit
sebelumnya (Nurhayati, 2013).

2.3. Ikan Mas


Ikan mas termasuk salah satu komuditas sektor perairan air tawar yang terus
berkembang dari waktu kewaktu. ikan ini banyak disukai masyarakat karena rasa
dagingnya enak dan gurih serta memiliki kandungan protein yang tinggi
(Khairuman, 2013).

Gambar 2.1 Ikan Mas


Berdasarkan ilmu taksonomi hewan ikan mas diklasifikasikan kedalam
(Khairuman, 2013).
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinopterygii
Famili : Cyprinidae
Subfamili : Cyprininae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
Ikan mas (cyprinus carpio) merupakan ikan tawar yang paling tinggi
produksinya dan sudah di budidayakan di seluruh provinsi di Indonesia. Ikan mas
merupakan salah satu sumber protein hewani untuk memenuhi gizi masyarakat
Indonesia, sehingga ikan mas ini mejadi salah satu komoditas ikan tawar yang
banyak dikembangkan di Indonesia (Alifah, 2017).

2.4. Ekstraksi Enzimatis


Proses produksi kolagen dari kulit dan sisik ikan dapat dilakukan melalui
proses ekstraksi secara konvensional dengan menggunakan solvent maupun
ekstraksi secara enzimatis.
Ekstraksi enzimatis pada prinsipnya sama dengan ekstraksi konvensional. Cara
ekstraksi enzimatis ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
ekstraksi konvensional, diantaranya adalah, Tidak menggunakan solvent organik,
sehingga dampaknya terhadap lingkungan minimal, Kolagen yang dihasilkan aman
untuk konsumsi manusia karena tidak mengandung bahan kimia, dan
Kualitas produk dan yield yang dihasilkan lebih tinggi.
Pada ekstraksi enzimatis, digunakan enzim yang berfungsi memecah protein.
Enzim protease adalah enzim yang berfungsi memecah protein dengan cara
menghidrolisa ikatan peptida yang menghubungkan asam-asam amino dalam
rantai polipeptida (Anonimous, 2004).
5

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1.Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan di Laboratorium Biokimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3.2.Pembuatan Nanokolagen dari Sisik Ikan


Pembuatan kolagen sisik ikan pada penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan
degeasing dan demineralisasi.

3.2.1.Degeasing
Pada tahap persiapan dilakukan pencucian pada sisik ikan. Proses
penghilangan lemak dari jaringan tulang yang biasa disebut degeasing, dilakukan
pada suhu antara titik cair lemak dan suhu koagulasi albumin tulang yaitu antara
32–80°C sehingga dihasilkan kelarutan lemak yang optimum (Ward,1977). Sisik
tersebut dibersihkan dari sisa-sisa daging dan lemak yang masih menempel
(degeasing) dengan direndam dalam air mendidih selama 10 menit. Selanjutnya
sisik ditiriskan dan dipotong kecil-kecil untuk memperluas permukaan.

3.2.2. Demineralisasi
Pada sisik, sebelum dilakukan pengembungan terlebih dahulu dilakukan
proses demineralisasi yang bertujuan untuk menghilangkan garam kalsium dan
garam lainnya dalam sisik, sehingga diperoleh sisik yang sudah lumer disebut
ossein (Utama, 1997). Pada penelitian ini, bahan baku yang telah bersih kemudian
direndam dengan larutan HCl 5% dalam gelas beaker dengan perbandingan 1:5
b/v selama 36 jam sehingga terbentuk ossein. Ossein dicuci dengan menggunakan
akuades sampai pH nya (4–5). Lalu tahap selanjutnya, ossein yang terbentuk
dicuci menggunakan air mengalir untuk menghilangkan material asam klorida dan
kemudian ditambahkan enzim protease. Sampel diekstraksi dalam waterbath pada
suhu 70°C selama 4 jam, kemudian disaring menggunakan kain blacu. Hasil
ekstraksi dikeringkan menggunakan oven pada suhu 70°C selama 24 jam.
Kemudian dilanjutkan dengan analisa Fourier Transform Infra Red (FTIR)
mengetahui gugus fungsi serta keberadaan kolagen yang dihasilkan.

3.2.3. Pembuatan Nanokolagen


Tahap selanjutnya adalah pembuatan nanokolagen dari hasil perlakuan terbaik
pada isolasi kolagen yang telah dihasilkan dan diuji sebelumnya. Pembuatan
nanokolagen dilakukan dengan melarutkan kolagen dengan akuades dengan rasio
perbandingan 1:2 dan dilakukan sizing selama 2-4 jam dengan magnetic stirrer
pada kecepatan ±3000 rpm, kemudian setelah 2-4 jam sampel ditetesi dengan
larutan etanol 96% dengan rasio perbandingan 1:1, hal ini bertujuan agar tidak
terjadi aglomerasi pada partikel kolagen yang sudah menjadi
6

nanokolagen. Kemudian dilanjutkan dengan analisis Particle Size Analyzer (PSA)


untuk pengukuran partikel dan sebaran pada nanokolagen.

3.3. Pembuatan Garam Asam Lemak


Pembuatan garam asam lemak Dicampurkan 250 g minyak sawit merah
(MSM) dan 250 g minyak inti sawit (MIS) untuk membuat kombinasi MSM dan
MIS dengan perbandingan (50:50)%. Kemudian, 500 g minyak tersebut
dipanaskan pada suhu 70°C. Lalu, ditimbang sebanyak 115,6 g KOH dan
dilarutkan dalam 385 ml akuades sehingga membentuk larutan KOH 30%.
Selanjutnya,minyak dan larutan KOH dicampur lalu diaduk menggunakan mixer
sampai campuran menjadi padat dan dipanaskan di atas penangas air sampai pH
netral. pH garam asam lemak kemudian diperiksa menggunakan indikator
phenolphthalein.

3.4. Pembuatan Sabun Cair


Sabun cair dibuat menurut formula yang dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1. Formula sabun cair


Bahan Fungsi Formula

F1 F2 F3

Garam Asam Lemak Surfaktan 30 g 30 g 30 g

Karbomer cair Pengental 5% 5% 5%

TEA Penetral Karbomer 0,2 0,2 0,2

EDTA Chelating agent 0,005 0,005 0,005

Nipagin Pengawet 0,1 0,1 0,1

Parfum Pewangi qs qs qs

Akuades - 100 100 100

Nanokolagen - 1% 3% 5%

Pearl concentrate - qs qs qs
EDTA dilarutkan ke dalam akuades, lalu ditambahkan garam asam
lemak dengan konsentrasi 30% dan dileburkan di atas penangas air sambil di aduk
hingga garam asam lemak melarut sempurna membentuk larutan sabun yang
homogen. Kemudian ditambahkan karbomer cair dan TEA ke dalam larutan sabun,
diaduk merata lalu ditambahkan nipagin. Larutan sabun dibiarkan hingga dingin
kemudian ditambahkan parfum dan kolagen. Selanjutnya tambahkan pearl
concentrate, aduk rata dan simpan dalam wadah tertutup.

3.5. Uji Hedonik


Pengujian hedonik terhadap sabun cair yang dihasilkan dilakukan melalui uji
mutu hedonik Panelis yang digunakan adalah panelis tidak terlatih sebanyak 30
7

orang. Panelis diminta penilaiannya terhadap penampakan, kekentalan, banyaknya


busa dan penilaian umum produk sabun cair yang dihasilkan.

3.6. Uji pH
Pengujian pH dilakukan dengan pH meter digital (SCHOTT). Elektroda yang
telah dibersihkan kemudian dicelupkan ke dalam sampel, nilai pH dibaca pada pH
meter setelah angka stabil dan dicatat.

3.7. Uji Alkali Bebas


Siapkan alkohol netral dengan 100 ml etanol ditambahkan 0,5 ml
phenolphthalein dan dianginkan sampai suhu 70ºC kemudian netralkan dengan
KOH-etanol 0,1 N. Masukkan 5 ml sampel ke dalam alkohol netral di atas,
tambahkan batu didih. Didihkan di atas penangas air selama 30 menit. Apabila
larutan tidak bersifat alkalis (tidak berwarna merah), dinginkan sampai suhu 70ºC
dan titrasi dengan KOH-etanol 0,1 N sampai timbul warna yang tahan selama 15
detik. Namun bila larutan tersebut bersifat alkalis (berwarna merah) maka yang
diperiksa bukan asam lemak bebas tetapi alkali bebas dengan mentitrasinya
menggunakan HCl-etanol 0,1 N sampai warna merah tepat hilang.

3.8. Uji Kestabilan Busa


Akuades dan sabun mandi cair dengan perbandingan 9:1 dimasukkan kedalam
tabung reaksi. Putar tabung reaksi selama 5 menit menggunakan vortex mixer.
Setelah pemutaran, tinggi busa yang terdapat di dalam tabung reaksi dihitung (a
cm). Lalu tabung reaksi didiamkan selama satu jam, kemudian hitung kembali
tinggi busa yang masih tertinggal di dalam tabung reaksi (b cm). Hitung persentase
kestabilan busa.

3.9. Uji Viskositas


Pengukuran dilakukan dengan alat viskometer. Kekentalan larutan diukur
pada kecepatan pengadukan 30 rpm dengan faktor koreksi adalah 200. Hasil yang
terbaca pada alat dikalikan dengan faktor koreksi. Sebagai pembanding adalah
standar sabun cair berdasarkan SNI 06-4085-1996 tentang Persyaratan Mutu
Sabun Mandi Cair.

4.0. Uji Iritasi Kulit


Uji iritasi mengikuti prosedur skin patch test (PT) adalah prosedur uji in vivo
yang penting untuk mengkonfirmasi kondisi alergi sensitisasi pada subjek yang
disebabkan dermatitis kontak alergi,eksim optik,serta alergi makanan dan obat
obatan.pengujian menggunakan 10 orang panelis,dilakukan langsung kekulit tubuh
manusia dikarenakan diharapkan sediaan sabun ini dapat diaplikasikan kepada
manusia jika sudah terbukti memiliki efek iritasi pada kulit manusia.
Pengolesan dilakukan 2 kali sehari,yaitu jam 07.00 pagi dan jam 16.00 sore
8

selama 3 hari berturut-turut olesan sabun cair dibiarkan terbuka selama 30 menit
serta diamati ada atau tidaknya gejala iritasi berupa kemerahan, rasa
gatal/alergi,bengkak dan rasa perih dibagian kulit yang dioleskan sediaan sabun
cair tersebut.
9

BAB 4
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran Biaya
Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya
No Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan (Rp)

1 Perlengkapan yang diperlukan 1.085.000

2 Bahan habis pakai 7.320.000

3 Perjalanan 200.000

4 Lain-lain 3.870.000

Jumlah 12.475.000

4.2. Jadwal Kegitan


Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5

1 1
1

1. Pengambilan Sampel

2. Pembuatan kolagen
dan nanokolagen
dari sisik ikan,

3. Pembuatan Garam
Asam Lemak dan
Formulasi Sabun
Cair

4. Karakterisasi
5. Laporan Akhir dan
Publikasi Ilmiah

10

DAFTAR PUSTAKA

Alifah, R. 2017. Efektivitas Gel Sisik Ikan Mas (Cyprinus carpio) dalam Mem
percepat Proses Penyembuhan Luka Insisi Pada kelinci (oryctolagus cunic
ulus) . Skripsi. Makasar.
Anonimous. 2004. Potensi Perikanan dan Kelautan Indonesia, Tempo Interaktif.
Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 1996. Standar Nasional Indonesia Tentang Sabun
Mandi Cair. SNI 06-4085-1996. Jakarta.
Friess, W. 1998. Collagen-biomaterial for drug delivery. European Journal of
Pharmaceutics and Biopharmaceutics. 45: 113-136
Hartati,I. 2010. Kajian Produksi Kolagen Dari Limbah Sisik Ikan Secara Enzima
tis. Teknik Kimia Universitas Wahid Hasyim, Semarang
Hoet PHM, Salata OV. 2004. Nanoparticles known and unknown health Bruske
Hohlfeld I, risks. J Nanotechnol 2(12): 1-5.
Khairuman, H. 2013. Budidaya Ikan Mas. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta Selatan
Leal, M C . Puga , J. Serodio , J. Gomes, N C M . Calado , R. 2012., Trends in the
discovery of new Marine Natural Products From Invertebrates Over the last
two Decades ? Where And What Are We bioprospecting Plos One. 1 (1)
Nauli, A P, Darmanto, Y, dan Susanto E. 2015. Karakteristik Sabun Cair dengan
Penambahan Kolagen Ikan Air Laut yang Berbeda. Jurnal Peng. & Biotek
Nurhayati dan Murniyati. 2013. Pengaruh Penambahan Kolagen Kulit Ikan Nila
(Oreochromis spp) Terhadap Karakteristik Sabun Cair. Prosiding Seminar
Nasional Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia V. Universi tas
Diponegoro,Semarang.
Pane,M L. 2018, Uji Aktivitas Antibakteri Garam Asam Lemak Berbasis Kom
binasi Minyak (Red Plam Oil) dan Minyak Inti Sawit (Palm Kernel Oil)
Serta Formulasinya sebagai Sabun Cair Pembersih Wajah. Skripsi. Univer
sitas Sumatera Utara.
Utama, H. 1997. Gelatin yang Bikin Heboh. Jurnal Halal LPPOM-MUI, 18: 10-
12.
Ward, A.G. & Courts, A. 1977. The Science and Technology of Gelatin. New
York: Academic Press.
Wiliiam,D E dan Andersen, R J,2006, Coral Reefs to Clinical Trials : Bio Pro
specting for drugs from the sea. Proceeding International Seminar and
Workshop on Marine Biodiversity and Their Potential for Developing Bio
Pharmaceutical Industry Indonesia. Jakarta.
Yogaswari V. 2009. karakteristik kimia dan fisik sisik ikan gurami (Osphronemus
gouramy).skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
11
12
13
14

1.4. Daftar Riwayat Hidup Dosen Pendamping


A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap (Dengan Gelar) Muhammad Zulham Efendi Sinaga,
S.Si., M.Si

2. Jenis Kelamin Laki-laki

3. Program Studi Departemen Kimia FMIPA USU

4. NIP/NIDN 198507182015041002/0018078505

5. Tempat dan Tanggal Lahir Berebes, 18 Juli 1985

6. Alamat Email zulham.sinaga@gmail.com


m.zulham.effendi@usu.ac.id

7. Nomor Telepon/HP 081361622477

B. Riwayat Pendidikan
Gelar Akademik S1/Sarjana S2/Magister

Nama Institusi USU USU

Jurusan Kimia Kimia

Tahun Masuk-Lulus 2004-2008 2009-2011

C. Rekam Jejak Tri Dharma PT


C.1. Pendidikan/Pengajaran
No. Nama Matakuliah Wajib/Pilihan SKS

1. Biokimia I Wajib 2

2. Biokimia II Wajib 2

3. Kimia Dasar I Wajib 3

4. Bioteknologi Wajib 2

5. Bioteknologi Hormon Pilihan 2

C.2. Penelitian
No. Judul Penelitian Penyandang Dana Tahun

1. Pembuatan Nanokomposit Talenta USU 2016


All-Cellulose dari Selulosa
Limbah Tongkol Jagung
sebagai Bahan Pengemas
Makanan
2. Karakterisasi Ekologi, DRPM Kemen 2017
Morfoge netik dan Kimia Raru ristekdikti
(Cotylelo bium melanoxylon)
Asal Su matera Utara dan
Potensi Pem anfaatannya
Untuk Obat-Obatan

3. Karakterisasi Bahan Kemasan Talenta USU 2018 2018


Berbasis Rumput Laut
(Gacillar ia sp) Menggunakan
Kitosan Se bagai Antimikroba

15
16

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran


1.Perlengkapan yang Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
diperlukan

Wadah Tahan Panas 2 Buah 50.000 100.000

Kain Kasa 1 Buah 25.000 25.000

Pipet Tetes 8 Buah 5.000 40.000

pH Meter 1 Buah 120.000 120.000

Beaker Glass 500 ml 2 Buah 250.000 500.000

Gelas ukur 100 ml 1 Buah 100.000 100.000

Magnetic Bar 2 Buah 100.000 200.000

SUB TOTAL (Rp) 1.085.000

2. Bahan Habis Pakai Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)

HCl 2,5 L 220.000 550.000

Minyak Sawit Merah 1 kg 1.000.000 1.000.000

Minyak Inti Sawit 1 kg 100.000 100.000

Enzim Protease 200 g 6.000 1.200.000

KOH 500 g 1.950 975.000

Akuadest 10 L 20.000 200.000

Nipagin 1 kg 200.000 200.000

1 kg 200.000 200.000

Karbomer Cair 500 g 4.00 200.000

KCl 1 kg 590.000 590.000


Parfum 300 ml 3.000 900.000

Pearl concentrate 1L 100.000 100.000

Etanol 1L 455.000 455.000

Indikator PP 100 ml 4.000 400.000

TEA 500 ml 5.00 250.000

SUB TOTAL (Rp) 7.320.000

3. Perjalanan Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)

Beli Alat dan Bahan 1 Kali 50.000 50.000


Penelitian

Pengambilan sampel 2 Kali 75.000 150.000

SUB TOTAL (Rp) 200.000

4. Lain-lain Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)

Publikasi Ilmiah 1 Kali 2.000.000 2.000.000

Uji visikositas 3 Kali 200.000 600.000

Uji Kestabilan Busa 3 Kali 300.000 900.000

Analisa FTIR 2 Kali 100.000 200.000

Analisa PSA 2 Kali 85.000 170.000

17
SUB TOTAL (Rp) 3.870.000

TOTAL 1+2+3+4 (Rp) 12.475.000

Terbilang dua belas juta empat ratus tujuh puluh lima ribu rupiah

18

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas


No Nama / NIM Progr Bidang Alokasi Uraian Tugas
am Ilmu Waktu
Studi (jam/
minggu)

1. Asri Alfiyah Kimia Kimia 8 - Pengambilan


Ningsih sampel -
Nasution/ Pembuatan kolagen
160802042 dari sisik ikan mas
- Pembuatan garam
asam lemak
2. Nia Kimia Kimia 6 -Pembuatan Nano
Rahmadhani Kolagen dari Sisik
Putri Lubis/ Ikan -Pembuatan
160802003 Formulasi Sabun
Cair

3. Ainna Farmasi Farmasi 6 - karakterisasi


Nursyururi - Pembuatan
Qutb/ laporan akhir dan
171501078 publikasi
ilmiah.
19

Anda mungkin juga menyukai