Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

KOSMETIKA BAHAN ALAM


“PAPER SOAP”
Tanggal Praktikum : 15- Maret- 2022
Tanggal penyerahan :
Dosen Pengampu : 1. Apt. Mindiya Fatmi., M.Farm
2. Apt. dra. Dwi Indriati., M.Farm
3. Apt. Wilda Nur Hikmah., M.Farm
4. Asri Wulandari., M.Farm
5. Chyntia Wulandari,. M.Farm
6. Apt. Cintya Wahyuningrum, M.Farm
Asisten Dosen : 1. Alya Savira Y
Disusun Oleh :
Nama : Siti Salwah
Npm : 066119169

LABORATORIUM FARMASI
PROGRM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAGU ALAM
UNIVESITAS PAKUAN
BOGOR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
1.2 Latar belakang
Kulit merupakan lapisan terluar tubuh manusia yang fungsinya sebagai
pelindung. Untuk menjaga pertahanannya maka hendaklah menjaga kebersihan kulit
dengan cara menggunakan sabun. Penggunaan sabun dalam kehidupan sehari-hari
ditujukan sesuai dengan fungsinya yakni membersihkan.
Pada kulit manusia terdapat banyak bakteri, salah satunya adalah bakteri
Staphylococcus aureus. Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang
paling sering ditemukan di kulit. Bakteri ini juga dapat kita temukan di udara dan
lingkungan sekitar. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus
ditandai dengan adanya kerusakan jaringan dan diikuti dengan abses bernanah.
Beberapa penyakit infeksi yang juga disebabkan oleh Staphylococcus aureus antara
lain bisul, impetigo, dan infeksi luka.
Sabun adalah garam natrium dan kalium dari asam lemak yang berasal dari
minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang digunakan sebagai pembersih dapat
berwujud padat (keras), lunak dan cair. Dewan Standarisasi Nasional menyatakan
bahwa sabun adalah bahan yang digunakan untuk tujuan mencuci dan mengemulsi,
terdiri dari asam lemak dengan rantai karbon C12-C18 dan sodium atau potassium.
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ion.
Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zatzat non
polar. Sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya
rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar
larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel
(micelles), yakni segerombol (50 - 150) molekul yang rantai hidrokarbonnya
mengelompok dengan ujung- ujung ionnya yang menghadap ke air.
Proses pembuaatan sabun dikenal dengan istilah saponifikasi. Saponifikasi
adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa (NaOH). Sabun terutama
mengandung C12 dan C16 selain itu juga mengandung asam karboksilat.
Saponifikasi merupakan reaksi antara asam atau lemak dengan basanya yang
menghasilkan sabun dan gliserol merupakan produk samping.
Terdapat berbagai macam jenis sabun salah satunya adalah sabun cuci tangan.
Sabun dalam kehidupan sehari-hari sering digunakan untuk membersihkan kotoran
pada kulit. Sabun memiliki sifat sebagai pengemulsi untuk mendispersikan minyak
dan lemak serta sabun dapat teradsorpsi pada butiran kotoran. Hal ini yang
menyebabkan sabun dapat menghilangkan kotoran (Sari, T. I., dkk., 2010). Sabun
memiliki berbagai macam bentuk diantaranya dalam bentuk batang, cair, dan bentuk
lembaran (paper soap) (Habibah dkk., 2017).
Dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan maka sabun banyak
dimodifikasi, salah satunya sediaan sabun yang berbentuk lembaran tipis
menyerupai kertas atau sering disebut paper soap. Paper soap adalah salah satu
inovasi produksediaan sabun yang unik berupa lembaran tipisyang menyerupai
kertas (Widyasanti et al, 2018). Pada penelitian ini dilakukan penelusuran
pustakadengan tujuan mengkaji formulasi dan teknikpembuatan sediaan paper soap
yang baik. Mengkaji evaluasi sediaan paper soap danmengkaji aplikasi sediaan
paper soap.
Banyak sekali bahan alam yang dapat digunakan sebagai antiseptic yang
berfungsi untuk menghilangkan bakteri atau mikroba yang terdapat di kulit tangan
salah satu tanaman yang berfungsi sebagai antiseptic yaitu buah pala. Tanaman pala
(Myristica fragrans Houtt.) merupakan tanaman rempah yang banyak ditemukan
pada kepulauan Maluku Utara. Nilai ekonomis tanaman ini terletak pada buahnya
terutama bagian fuli dan bijinya, sedangkan daging buahnya masih terbatas
pemafaatannnya dan banyak terbuang sebagai limbah. Adanya kandungan senyawa
kimia terutama minyak atsiri pada buah pala ternyata memiliki potensi sebagai
antimikroba.
Tanaman mimba (Azadirachta indica A.Juss) merupakan salah satu tanaman
obat yang memiliki banyak khasiat. Bagian tanaman mimba (Azadirachta indica
A.Juss) yang paling banyak dimanfaatkan adalah bagian biji mimba. Minyak mimba
yang terkandung dalam biji mimba memiliki khasiat sebagai antibakteri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kosmetik
2.1.1 Pengertian kosmetik
Defenisi kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk
digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ
kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah
daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,
memperbaiki bau badan tetapi tidak dimasukkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit (Maknawi, 2018).
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 2 1,5
– 1,9 m (Kalangi, 2014). Kulit menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi
utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar.
Kulit merupakan pertahanan utama terhadap bakteri dan apabila kulit tidak lagi
utuh, maka menjadi sangat rentan terhadap infeksi. Infeksi disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, protozoa dan beberapa kelompok minor lain (Yahdian
Rasyadi, 2021)
2.2 Sabun
2.2.1 Pengertian sabun
Sabun adalah garam alkali dari asam lemak dan dihasilkan menurut reaksi
asam lemak. Basa alkali yang umum digunakan untuk membuat sabun adalah
natrium (NaOH) dan amonia (NH4OH) sehingga rumus molekul selalu
dinyatakan sebagai RCOONa, RCOOK atau RCOONH4. Proses pembuatan sabun
dikenal dengan istilah saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam
lemak oleh adanya basa lemah atau kuat. Berikut merupakan reksi saponifikasi:
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau
lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala bersifat
hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu
mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan atau pakaian . Lemak atau
minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani ataupun nabati, lilin, maupun
minyak ikan laut. Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat.
Terdapat berbagai macam jenis sabun salah satunya adalah sabun cuci tangan.
Sabun dalam kehidupan sehari-hari sering digunakan untuk membersihkan kotoran
pada kulit. Sabun memiliki sifat sebagai pengemulsi untuk mendispersikan minyak
dan lemak serta sabun dapat teradsorpsi pada butiran kotoran. Hal ini yang
menyebabkan sabun dapat menghilangkan kotoran (Sari, T. I., dkk., 2010). Sabun
memiliki berbagai macam bentuk diantaranya dalam bentuk batang, cair, dan bentuk
lembaran (paper soap) (Habibah dkk., 2017).
Berikut bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan sabun secara umum
diantaranya asam lemak, contoh asam lemak yang banyak digunakan yaitu
coconut oil, virgin coconut oil. Basa atau alkali, yang biasa digunakan untuk
pembuatan sabun yakni NaOH dan KOH. Antioksidan yang berfungsi untuk
menghambat reaksi oksidasi yang dapat menyebabkan kualitas minyak yang
digunakan menurun. Pelarut, jenis pelarut yang digunakan yaitu air. Zat aditif
sebagai penunjang kualitas sabun, contohnya pewangi (Sari, R & Ferdinan, A,
2017; Widyasanti dkk, 2017).
Proses pembuaatan sabun dikenal dengan istilah saponifikasi. Saponifikasi
adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa (NaOH). Sabun terutama
mengandung C12 dan C16 selain itu juga mengandung asam karboksilat.
Saponifikasi merupakan reaksi antara asam/lemak dengan basanya yang
menghasilkan sabun dan gliserol merupakan produk samping. Faktor – factor
yang mempengaruhi proses saponifikasi:
1. Suhu Operasi
Proses saponifikasi trigliserida dapat berlangsung pada suhu kamar dan
prosesnya sangat cepat berlangsung
2. Pengadukan
Trigliserida, asam lemak, metil ester dan minyak sangat sukar larut dalam air,
sedangkan larutan basa seperti NaOH sangat larut dalam air. Sehingga jika
kedua reaktan ini diiamkan akan terbentuk dua lapisan dan reaksinya akan
berlangsung lambat. Untuk menghindari hal tersebut maka pengadukan yang
cukup kuat perlu dilakukan agar seluruh partikel dari reaktan dapat terdispersi
satu sama lain dan dengan demikian laju reaksi akan semakin cepat.
3. Konsentrasi Reaktan
Dalam reaksi kimia, reaksi yang berlangsung cepat adalah pada saat awal
terjadinya reaksi, karena terdapat banyak reaktan dan produk yang masih
sedikit. Karena pada reaksi saponifikasi menghasilkan air sebagai produk
samping yang dapat membuat laju reaksi akan semakin kecil, maka untuk
menghindari hal tersebut dilakukan dengan cara melarutkan basa alkali
dengan air yang secukupnya sehingga menghasilkan larutan basa yang pekat.
2.3 Paper soap
2.3.1 Pengertian paper soap
Paper soap merupakan sabun berbentuk lembaran tipis yang berasal dari
komponen polimer larut air dan juga sabun. Paper soap digunakan sebagai solusi
praktis selama beraktivitas di luar rumah (Aldiana, Suhartadi, & Nugraha, 2021).
Selain praktis, paper soap memiliki karakteristik fleksibel, mudah larut dalam air,
dan sifatnya stabil dengan ketebalan 10- 500 µm. Paper soap berasal dari
komponen polimer larut air dan juga sabun. Proses pembuatan sabun terbagi
menjadi dua yakni proses panas dan dingin. Pada proses panas, suhu yang
digunakan untuk mencampurkan larutan basa dengan minyak/lemak adalah 70oC
sedangkan pada proses dingin, pencampuran dilakukan pada suhu 32-35oC.
Perbedaan suhu ini menyebabkan waktu curing (pengeringan sabun) pada proses
dingin lebih lama dibandingkan pada proses panas yaitu ±2-3 minggu
(Sastrawidana dkk., 2020).
2.3.2 Kelebihan dari paper soap
Kelebihan atau keuntungan dari sediaan paper soap yaitu dapat
membersihkan area tangan dari kuman noda, kotoran, lemak, minyak dan bau
tidak sedap, selain itu sediaan paper soap ini lebih nyaman dalam penggunaanya,
higienis, praktis untuk dibawa kemana saja. (Fatmawati, Dkk, 2020)
2.4 Buah pala (Myristica fragrans Houtt)
2.4.1 Pengrtian buah pala
Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt.) merupakan tanaman rempah yang
banyak ditemukan pada kepulauan Maluku Utara. Nilai ekonomis tanaman ini
terletak pada buahnya terutama bagian fuli dan bijinya, sedangkan daging
buahnya masih terbatas pemafaatannnya dan banyak terbuang sebagai limbah.
Adanya kandungan senyawa kimia terutama minyak atsiri pada buah pala ternyata
memiliki potensi sebagai antimikroba. (Ermalyanti Fiskia, Dkk, 2021)
2.4.2 Taksonomi Pala (Myristica fragrans Houtt)
 Kingdom : Plantae
 Filum : Tracheophyta
 Divisi : Magnoliophyta
 Kelas : Magnoliopsida
 Ordo : Magnoliales
 Famili : Myristicaceae
 Genus : Myristica
 Spesies : Myristica fragrans
(Phulsagar et al, 2014).
2.4.3 Morfologi tanaman pala
Tanaman berbentuk pohon yang tingginya mencapai 20 m dengan diameter
batang 30-45 cm berbentuk bulat tegak dan bergetah merah muda. Daun tunggal,
lonjong, panjang 8-10 cm, permukaan daun berwarna hijau mengilap. Bunga
majemuk berbentuk malai diketiak daun, berwarna kuning. Buah bulat bundar
menggantung, terbagi memanjang menjadi dua alur, dengan daging buah yang
tebal, keras, banyak getah encer dan sepat. Biji hitam kecoklatan dan fuli yang
berbentuk lonjong dengan warna kuning hingga merah (Hidayat dan Napitupulu,
2015). Buah pala terdiri atas daging buah (77,8%), fuli (4%), tempurung (5,1%),
dan biji (13,1%) (Rismunandar, 1990).
2.5 Minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss)
2.5.1 Pengertian buah pala
Tanaman mimba (Azadirachta indica A.Juss) merupakan salah satu tanaman
obat yang memiliki banyak khasiat. Bagian tanaman mimba (Azadirachta indica
A.Juss) yang paling banyak dimanfaatkan adalah bagian biji mimba. Minyak
mimba yang terkandung dalam biji mimba memiliki khasiat sebagai antibakteri.
Jenis bakteri yang dapat dihambat pertumbuhannya oleh minyak mimba,
diantaranya adalah Staphylococcus Minyak mimba mengandung beberapa
senyawa yang diduga memiliki aktivitas antibakteri, yaitu nimbin, nimbidin,
nimbolid dan mahmoodin serta sulphur. Lebih dari 135 senyawa yang telah
diisolasi dari bagian yang berbeda-beda dari mimba.
2.5.2 Taksonomi minyak mimba (Azadirachta indica A.Juss)
 Divisi : Spermatophyta.
 Subdivisi : Angiospermae.
 Kelas : Dicotyledonae.
 Subkelas : Dialypetaleae.
 Bangsa : Rutales.
 Suku : Meliaceae.
 Marga : Azadirachta.
 Jenis : Azadirachta indica A. Juss.
2.6 Data Preformulasi buah pala
2.6.1 Ekstrak etanol buah pala

2.6.2 VCO
 Pemerian : Cairan minyak tidak berwarna.
 Aroma : Ada sedikit berbau asam ditambah karamel.
 Kelarutan : Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol (1:1)
 Berat jenis : 0,883 g/ml pada suhu 20ºC
 Titik cair : 20-25ºC
 Titik didih : 225ºC
 Kerapatan uap : 6,91
 Tekanan uap : 1 mmHg pada suhu 121ºC
 Penguapan : Tidak menguap pada suhu 210C (0%)
 pH : Tidak terukur karena tidak larut dalam air. Namun karena
termasuk dalam senyawa asam maka dipastikan memiliki pH kurang dari 7
2.6.3 NaOH 30 %
 Warna : putih atau hampir putih
 Rasa :-
 Bau :-
 Pemerian : putih/hampir putih, tersedia dalam bentuk pelet kecil,serpihan,
stik, dll
 Kelarutan : etanol 1 : 7.2; eter praktis tidak larut; gliserin larut; methanol1 :
4.2; air 1 : 0.9
 Titik lebur/ : 318oC
 Bobot jenis : 40.00
 pH larutan : 12 (0,05%), 13 (0,5%), 14 (5%)
 Stabilitas : harus disimpan di wadah kedap udara non metal ditempat sejuk
dan kering
 Inkompatibilitas : NaOh adalah basa kuat dan inkompatibel dengan komponen
yang mudah terhidrolisis dan teroksidasi. Bereaksi denganeter, asam dan eter
2.6.4 Asam stearate

 Pemerian : Padatan Kristal, berwarna putih atau sedikit kuning, mengkilat


 Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air
 Penggunaan : Sebaga emulsifying agent
Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak
sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat, C18H36O2 dan asam
heksadekanoat, C16H32O2 (DepKes RI, 1995).
2.6.5 SLS
 Rumus molekul : C9H8O4
 Bobot molekul : 180,16
 Pemerian : berwarna putih/ kuning muda, Kristal, serbuknya
lembut, menyerupai sabun, rasanya pahit.
 Kelarutan : mudah larut dalam air, dapat membentuk utanopaselen,
hamper tidak dapat larut dalam kloroform dan eter
 Titik lebur : 141-1440C
 Susut pengeringan : tidak lebih dari 0,5 %
 Sisa pemijaran : tidak lebih dari 0,1 %
 Stabilitas : stabil diudara kering, didalan udara lembab secara
bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat.
 Kegunaan : sebagai pembersih, pengemulsi, penetrasi kulit.
 Khasiat : analgetikum dan antipiretikum
 Penyimpanan : dalam wadah tertutup

2.6.6 Gliserin
 Pemerian : cairan seperti sirup; jernih, tidak berwarna; tidakberbau;
manis diikuti rasa hangat, higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu
rendah dapat memadat membentuk massa hablur berwarna yang tidak melebur
hingga suhu mencapai lebih kurang 20 derajat.
 Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) ;
praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam minyak lemak.
 Khasiat : zat tambahan
 Rumus Molekul : C3H8O3.
 Berat Molekul : 92,09
 Titik Beku : -1,60 C.
 Khasiat : Pelarut.
 Konsentrasi : < 50 %
 Berat Jenis : Tidak kurang dari 1,249. 1,2620 g/cm3 pada suhu 250 C.
 OTT : Gliserin bisa meledak jika bercampur dengan oksidator
kuat seperti kromium trioksida, potasium klorat atau potasium permanganat.
Adanya kontaminan besi bisa menggelapkan warna dari campuran yang terdiri
dari fenol, salisilat dan tanin. Gliserin membentuk kompleks asam borat, asam
gliseroborat yang merupakan asam yang lebih kuat dari asam borat.
 Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis. Dapat terurai dengan
pemanasan yang bisa menghasilkan akrolein yang beracun. Campuran gliserin
dengan air, etanol 95 % dan propilena glikol secara kimiawi stabil. Gliserin
bisa mengkristal jika disimpan pada suhu rendah yang perlu dihangatkan
sampai suhu 200 C untuk mencairkannya.
 Penyimpanan : Wadah tertutup rapat.

2.6.7 Glukosa

 Bobot molekul : D glukosa monohidrat 198,17


 Rumus molekul : C6H12O16.H2O
 Pemerian : Hablur tidak berwarna serbuk hablur atau serbuk granul
putih, tidak berbau rasa manis.
 Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air
mendidih, larut dalam etanol mendidih, sedikit larut dalam alcohol
 Konsentrasi : 2,5-11,5%
 Khasiat : Sebagai sumber kalori dan zat pengisotonis
 Osmolaritas : 5,51% w/v larutan air sudah isotonis dengan serum
 Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan, dekstrosa stabil dalam
keadaan penyimpanan yang kering, dengan pemanasan tinggi dapat
menyebabkan reduksi pH dan karamelisasi dalam larutan
 OTT :Sianokobalamin, kanamisin SO4, novobiosin Na dan
wafarin Na,Eritromisin, Vit B komplek
 Sterilisasi : autoklaf
 PH : 3,5 – 6,5 (dalam 20%w/v larutan air)
 Efek samping : Larutan glukosa hipertonik dapat menyebabkan sakit
pada tempat pemberian (lokal), tromboklebitise, larutan glukose untuk infus
dapat menyebabkan gangguan cairan dan elektrolit termasuk edema,
hipokalemia, hipopostemia, hipomagnesia.
 Kontraindikasi : Pada pasien anuria, intrakranial atau intraspiral
hemorage
 Titik lebur : 83OC
2.6.8 Etanol 96 %
 Nama kimia : Etil alkohol
 Rumus kimia : C2H6O
 Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau
khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun
pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78°.Mudah terbakar.
 Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan
semua pelarut organik. Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan
dalam eter P.
 Berat molekul : 46,07
 Kemurnian : Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3 % b/b dan
tidak lebih dari 93,8 % b/b, setara dengan tidak kurang dari 94,9 % v/v dan
tidak lebih dari 96,0 % v/v C2H5OH, pada suhu 15,56°
 Kegunaan : Pelarut
 Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api

2.6.9 BHT
 Pemerian : Putih atau kuning pucat, kristal padat atau serbuk.
 Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen glikol, larutan alkali
hidroksida dan asam mineral, mudah larut dalam aseton, benzene, etanol, eter,
minyak, dan paraffin liq.
 Konsentrasi : 0,005-0,02% - Kegunaan : antioksidan
 OTT : enolik, zat pengoksidasi kuat, seperti peroksida dan permanganate.
 Stabilitas : terpapar cahaya, kelembaban, serta pemanasan menyebabkan
perubahan warna dan mengurangi aktivitas.
2.6.10 Dinatrium EDTA

 Pemerian : serbuk hablur, putih tidak berbau rasa agak asam


 Kelarutan : larut dalam 11 bagian air, larut dalam etanol 95 % praktis tidak
larut dalam kloroform p dan dalam eter p
 Stabilitas : Natrium EDTA bersifat higroskofik dan tidak stabil ketika
terkena kelembaban. Harus disimpan dalam wadah tertutup ditempat yang
sejuk dan kering
 Inkonpatibilitas : tidak kompatibel dengan oksidator kuat, ion logam, dan
panduan logam
 Kegunaan : disodium EDTA digunakan sebagai pengkhelat

2.6.11 Pengaroma lemon


Sifat fisika dan kimia minyak lemon (Anonim, 2013)

 Bentuk : cairan kental


 Warna : kuning pucat
 Bau : jeruk lemon
 Titik didih : 100,20C
 Tekanan uap apda 250C : 23,4 mmHg pH : 1,5-4
 Kelarutan : tidak larut dalam air

2.6.12 Aquadest
 Pemerian : cairah jernih, tidak berwarna, tidak berbau
 Stabilitas : lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar
 Inkompatibilitas : bahan yang mudah terhidrolisis, bereaksi dengan garam-
garam anhidrat menjadi bentuk hidrat, material-material organic dan kalsium
koloidal
 Kegunaan : aquadest digunakan sebagai pelarut dan pembawa.
2.7 Data preformulasi minyak mimba
2.7.1 Minyak mimba
2.7.2 Minyak almond
2.7.3 Fuller’s earth
2.7.4 SLS
2.7.5 Air mawar
2.7.6 Gliserin
2.7.7 Aloe vera gel
2.7.8 Jeli petroleum putih
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat yang digunakan
1. Batang pengaduk
2. Beaker glass
3. Gunting
4. Penangas
5. Silikon
6. Timbangan analitik
7. Wadah
3.1.2 bahan yang digunakan
1. Air mawar
2. Aloe vera gel
3. Aquadest
4. Asam stearate
5. BHT
6. Dinatrium EDTA
7. Ekstrak buah pala
8. Etanol 96 %
9. Fuller’s earth
10. Gliserin
11. Glukosa
12. Jeli petroleum putih
13. Minyak almond
14. Minyak mimba
15. NaOH 30 %
16. Pengaroma lemon
17. Pewarna hijau
18. SLS
19. VCO
3.2 Cara kerja
3.2.1 Cara kerja buah pala
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang masing-masing bahan
3. Dipanaskan VCO yang telah ditempatkan dalam beaker glass dengan
menggunakan waterbath
4. Dimasukkan asam stearat, aduk ad homogen
5. Dimasukkan larutan NaOH 30% dan ekstrak etanol fuli buah pala
6. Ditambahkan dengan etanol 96%, gliserin, SLS, glukosa, HCl 0,1%, EDTA,
BHT, dan pengaroma lemon, kemudian diaduk hingga larutan tercampur
sempurna
7. Dituangkan campuran larutan kedalam cetakan silikon dan diamkan selama
24 jam pada suhu ruang
8. Dipotong sediaan menyerupai kertas 9. Dimasukan paper soap kedalam
wadah dan dilakukan uji evaluasi
3.2.2 Cara kerja minyak mimba
1. Dicampurkan semua bahan (Minyak nimba, Minyak almond, Aloevera,
Fuller’searth, Gliserin dan Air mawar). Kemudian ditambahkan sodium lauril
sulfat dan parfum diaduk hingga homogen dan ditambahkan pewarna hijau,
aduk add homogen.
2. Di atas penanggas panaskan cairan semi padat dan tambahkan jeli petroleum
putih diaduk secara perlahan hingga homogen.
3. Disiapkan kertas mentega ukuran A4, kemudian bahan sabun yang sudah di
campurkan tadi dioleskan di atas kertas mentega A4.
4. Keringkan kertas beberapa saat, kemudian dipotong kertas sesuai ukuran. Dan
di kemas.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data formulasi
4.1.1 Formula buah pala

Bahan Quality (% b/b) Kegunaan


Ekstrak buah pala 5% Zat aktif
VCO 5% Pembentuk busa
NaOH 30 % 9% Basa alkali
Asam stearate 3,5 % Asam lemak
SLS 1% Surfaktan
Gliserin 6,5 % Humektan
Glukosa 3% Bahan transfaran
Etanol 96 % 7,5 % Basis
BHT 0,1 % Antioksidan
Dinatrium EDTA 1% Penghelat
Lemon essensial oil Qs Pewangi
Aquadest 100 ml Pelarut

4.1.2 Formula minyak mimba


Bahan Quantity
Minyak mimba 4 ml
Minyak almond 10 ml
Fuller’s eart 10 g
Sodium lauryl sulfat 10 g
Air mawar 20 ml
Gliserin 15 ml
Aloe vera gel 18 ml
Parfum 3 ml
Pewarna hijau 2g
Jeli petroleum putih 8 ml

4.1.2 Perhitungan buah pala


 Ekstrak etanol fuli buah pala = 5 /100 x 100 =5g
 VCO = 5 / 100 x 100 =5g
 NaOH 30% = 9 /100 x 100 =9g
 Asam Stearat = 3,5 /100 x 100 = 3,5 g
 SLS = 1 /100 x 100 =1g
 Gliserin = 6,5 /100 x 100 = 6,5 g
 Glukosa = 3 /100 x 100 =3g
 Etanol 96% = 7,5 /100 x 100 = 7,5 g
 BHT = 0,1/ 100 x 100 = 0,1 g
 Dinatrium EDTA = 1 /100 x 100 =1g
 Pengaroma lemon = qs
 Aquadest ad = 100 – (5 + 5 + 9 + 3,5 + 1 + 6,5 + 3 + 7,5
+ 0,1 + 1) = 100 – 41,6 = 58,4 ml
4.1.3 Perhitungan minyak mimba
 Minyak mimba = 4 ml
 Minyak almond = 100 ml
 Fuller’s earth = 10 g
 Sodium Lauryl Sulfat = 10 g
 Air mawar = 20 ml
 Gliserin = 15 ml
 Aloe vera gel = 18 ml
 Parfum = 3 ml
 Pewarna hijau =2 g
 Jeli petrolium putih = 8 ml
 Jumlah = 100 ml
4.2 Data pengamatan
4.2.1 Data pengamatan buah pala

Uji evaluasi Hasil uji evaluasi


Organoleptic
- Bentuk - Papper soal roll
- Tekstur - Padat
- Bau - Bau khas buah lemon
- Warna - Hijau, pink, putih, orange
pH 8,2 (SNI 8-11)
Stabilitas Stabil pada suhu kamar 300C
Ketinggian busa 18 nm (SNI 13-220 nm)
Kadar air 56,13 % (SNI 60 %)
Iritasi Semua relawan tidak menunjukan
reaksi iritasi pada paper soap

4.2.2 Data pengamatan minyak mimba

Uji evaluasi Hasil uji evaluasi


Warna Hijau muda
Bau Baik
Bentuk Sangat lembut
pH 7,1
Tinggi busa 27

4.3 Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai