Anda di halaman 1dari 12

ANALISA KADAR VITAMIN C PADA EKSTRAK BUAH KEDONDONG

BANGKOK (Spondias dulcis Parkinson) MENGGUNAKAN METODE TITRASI


2,6 DIKLOROFENOLINDOFENOL DAN METODE SPEKTROFOTOMETRI
UV-VIS

TUGAS METODE PENELITIAN

Dosen Pengampu :Dr. Mulyati Effendi, M.Si

Penyusun:
Lydia Evangelista (0661 19 199)

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Buah kedondong (Spondias dulcis) merupakan buah yang memiliki bentuk oval,
rasa manis sedikit asam, berbiji kecil dan tidak memiliki banyak serat. Buah ini
biasanya dapat dikonsumsi dalam keadaan segar, namun tidak sedikit pula yang
menjadikan buah kedondong sebagai suatu olahan makan seperti asinan dan manisan.
Tumbuhan ini memiliki banyak kandungan yang bermanfaat bagi tubuh, salah satunya
adalah vitamin C. Kedondong merupakah salah satu buah sebagai sumber vitamin C
terbesar.
Vitamin C merupakan suatu senyawa yang memiliki rasa asam dan bersifat sebagai
reduktor. Vitamin C memiliki kelarutan yang sangat baik dalam air. Salah satu manfaat
vitamin c bagi tubuh adalah sebagai antioksidan yang berfungsi menangkal radikal-
radikal bebas yang ada di dalam tubuh. Vitamin C biasanya terdapat dalam sayur-
sayuran berwarna hijau dan buah-buahan yang memiliki kandungan air cukup tinggi.
Kedondong dengan varietas yang sama biasanya juga memiliki kandungan vitamin C
yang berbeda tergantung dari bentuk dan umur buah kedondong.
Dalam penentuan kadar Vitamin C, dapat dilakukan beberapa metode seperti
metode titrasi volumetri, metode HPLC, ataupun metode Spektrofotometri-UV VIS.
Perbedaan metode dalam analisis juga mempengaruhi hasil kadar yang didapatkan
dalam percobaan. Oleh karena itu, dalam percobaan ini akan digunakan 2 metode yaitu
Metode Titrasi 2,6 Diklorofenolindofenol dengan Metode Spektrofotometri UV-VIS
untuk melihat perbedaan yang signifikan terhadap kadar yang dihasilkan pada buah
kedondong yang memiliki varietas yang sama.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar Vitamin C pada buah kedondong dengan varietas yang
sama yaitu Buah Kedondong Bangkok (Spondias dulcis Parkinson)
2. Untuk mengetahui perbedaan signifikan dari hasil kadar yang dihasilkan
berdasarkan perbedaan metode analisis yaitu Metode Titrasi 2,6
Diklorofenolindofenol dengan Metode Spektrofotometri UV-VIS.
1.3 Hipotesis
1. Terdapat kadar vitamin yang berbeda pada pada buah kedondong dengan
varietas yang sama yaitu Buah Kedondong Bangkok (Spondias dulcis
Parkinson)
2. Terdapat perbedaan kadar vitamin C yang signifikan pada yaitu Buah
Kedondong Bangkok (Spondias dulcis Parkinson) dengan Metode Titrasi 2,6
Diklorofenolindofenol dengan Metode Spektrofotometri UV-VIS, dan kadar
yang paling tinggi dihasilkan pada analisa menggunakan Metode
Spektrofotometri UV-VIS.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan


2.1.1 Buah Kedondong (Spondias dulcis) \
Tanaman ini termasuk dalam suku Anacardiaceae, merupakan
pohon yang dapat mencapai ketinggian 40 m. Pada umumnya tumbuhan
ini ditanam dengan menggunakan biji akan mencapai ketinggian 20 m.
Pada buah ini terdapat berbagai manfaat obat dari buah, daun dan kulit
batangnya (Hakimah, 2010). Tumbuhan ini termasuk ke dalam tanaman
berdaun majemuk, menyirip, anak daun lima sampai lima belas, pangkal
daun dan ujung daun meruncing, warna daun hijau, panjang daun 5-8 cm
dan lebar 3-6 cm, tepi daunnya rata, tata letak daun tersebar, permukaan
daun licin dan mengkilat. Tumbuhan ini mempunyai batang yang
berkayu yang biasanya keras dan kuat karena sebagian besar terdiri dari
kayu tumbuh tegak, dan bercabang, permukaan batang halus dan
berwarna putih kehijauan, tumbuhan ini memiliki akar tunggang dan
berwarna coklat tua.
Berbuah bulat, mempunyai dinding lapisan luar yang tipis seperti
kulit, lapisan dalam yang tebal, lunak, dan berair seringkali dimakan,
buah lonjong, berdaging dan berserat, warna buah hijau kekuningan
(Depkes RI, 1994). Menurut United States Department of Agriculture
(1994), klasifikasi lengkap tanaman kedondong adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Divisio : Magnoliophtya
Super divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledons
Sub class : Rosidae
Ordo : Sapindales
Kandungan utama yang terdapat dalam buah kedondong adalah
unsur gula dalam bentuk sukrosa yang penting sebagai penambahan
energi dan vitalitas tubuh. Begitu juga dengan kandungan serat dan
airnya yang cukup tinggi bermanfaat dalam melancarkan pencernaan
serta mencegah dehidrasi (Anonim, 2011).
2.1.2 Manfaat Buah Kedondong
Kedondong sangat berguna untuk memelihara kesehatan saluran
pencernaan dan dehidrasi. Selain itu, manfaat buah kedondong lainnya
adalah dari rendahnya kandungan lemak, sehingga buah ini cocok
sebagai makanan cemilan diet yang menyegarkan. Apalagi kandungan
karbohidrat maupun proteinnya juga termasuk rendah dan sebagian
masyarakat juga ada yang memanfaatkan buah kedondong untuk
mengobati luka bakar pada kulit (Hakimah, 2010). Manfaat buah
kedondong lainnya adalah dapat dimakan dalam keadaan segar, tetapi
sebagian buah matangnya bisa juga diolah menjadi selai, jeli dan sari
buah. Buah yang masih mentah dapat juga dibuat untuk rujak dan dibuat
acar.
2.2 Vitamin C
2.2.1 Definisi dan Struktur Vitamin C
Vitamin C termasuk golongan vitamin yang larut dalam air.
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan
rumus molekul C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk murni merupakan
kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau dan mencair pada suhu 190-
192°C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam.
Vitamin C mudah larut dalam air (1 g dapat larut sempurna dalam 3 ml
air), sedikit larut dalam alkohol (1 g larut dalam 50 ml alkohol absolut
atau 100 ml gliserin) dan tidak larut dalam benzena, eter, kloroform dan
minyak (Andarwulan dan Koswara, 1992).
Rumus bangun asam askorbat (berat molekul 176,13) atau
vitamin C dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur Vitamin C
Ada dua sifat yang penting dari vitamin C sebagai antioksidan.
Pertama, karena mempunyai potensial reduksi yang rendah, askorbat dan
radikal askorbil mampu bereaksi dengan radikal biologis dan mereduksi
oksidan-oksidan. Kedua, stabilitas dan reaktivitas yang rendah dari
radikal askorbil, yang terbentuk ketika askorbat menangkap SOR dan
senyawa nitrogen yang reaktif (Silalahi, 2006)
2.2.2 Fungsi Vitamin C
Asam askorbat sangat penting peranannya dalam proses
hidroksilasi dua asam amino prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan
hidroksilisin. Kedua senyawa ini merupakan komponen kolagen yang
penting. Penjagaan agar fungsi itu tetap mantap banyak dipengaruhi oleh
cukup tidaknya kandungan vitamin C dalam tubuh (Winarno, 1995).
Vitamin C meningkatkan daya tahan terhadap infeksi, kemungkinan
karena pemeliharaan terhadap membran mukosa atau pengaruh terhadap
fungsi kekebalan (Almatsier, 2002).
Fungsi vitamin C didalam tubuh bersangkutan dengan sifat
alamiahnya sebagai antioksidan yang berperan serta di dalam banyak
proses metabolisme yang berlangsung di dalam jaringan tubuh,
antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang
dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas tanpa
terganggu sama sekali dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal
bebas (Sediaoetama, 2008; Kumalaningsih, 2006).
2.3 Metode Penetapan Kadar Vitamin C
2.3.1 Metode Titrasi 2,6 diklorofenol indofenol
Pengukuran vitamin C dengan titrasi menggunakan 2,6-
diklorofenol indofenol pertama kali dilakukan oleh Tillmans pada tahun
1972. Metode ini pada saat sekarang merupakan cara yang paling banyak
digunakan untuk menentukan kadar vitamin C dalam bahan pangan
(Andarwulan dan Koswara, 1992). Menurut Rohman dan Sumantri
(2007), 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP) ini berdasarkan atas sifat
mereduksi asam askorbat terhadap zat warna 2,6- diklorofenolindofenol.
Asam askorbat akan mereduksi indikator warna 2,6-
diklorofenolindofenol membentuk larutan yang tidak berwarna. Pada
titik akhir titrasi, kelebihan zat warna yang tidak tereduksi akan berwarna
merah muda dalam larutan asam. Suatu cara untuk menghilangkan
pengaruh senyawa pengganggu adalah: a. Semua asam askorbat diubah
menjadi asam dehidroaskorbat dengan menambahkan norit ke dalam
larutan asam askorbat atau dengan menggunakan oksidase asam skorbat.
b. Jumlah senyawa mereduksi yang masih ada ditetapkan
c. Asam dehidroaskorbat direduksi menjadi asam askorbat dengan
penambahan hidrogen sulfida pada pH 4-7
d. Asam askorbat dititrasi dengan diklorofenol indofenol Dengan
menggunakan cara tersebut diatas maka metode DCIP menjadi lebih
spesifik. Asam dehidroaskorbat tidak bereaksi dengan diklorofenol
indofenol. Metode ini digunakan untuk penetapan kadar asam askorbat
dalam sediaan vitamin dan jus. Metode ini tidak dipakai untuk penetapan
kadar larutan jus yang sangat berwarna (Rohman dan Sumantri, 2007).
Mekanisme reaksi antara vitamin C dengan 2,6-diklorofenol indofenol
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Mekanisme reaksi antara vitamin C dengan 2,6 diklorofenol
indofenol
2.3.2 Metode Spektrofotometri UV-VIS
Spektrofotometer adalah alatyang terdiri dari spektrometer dan
fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan
panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi
spektrolblometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika
energi icrscbui ditransmisikan, dircfleksikan atau dicmisikan sebagai
fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrometer dibandingkan
Iblometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih
terselcksi dan ini di peroleh dengan alat pengurai sepcrti prisma, grating
ataupun celah optis. Pada lllter, sinar dengan panjang gelombang yang
diinginkan di peroleh dengan berbagai filler dan berbagai warna yang
mempunyai spcsilikasi melewatkan trayck panjang gelombang tertentu.
Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum.tampak yang
kontmue, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau
blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara
sampel dan blangko ataupun pembanding.
Metode ini berdasarkan kemampuan vitamin C yang terlarut
dalam air untuk menyerap sinar ultraviolet, dengan panjang gelombang
maksimum pada 265 nm. Oleh karena vitamin C dalam larutan mudah
sekali mengalami kerusakan maka pengukuran dengan cara ini harus
dilakukan secepat mungkin. Untuk memperbaiki hasil pengukuran,
sebaiknya ditambahkan senyawa pereduksi yang lebih kuat dari pada
vitamin C. Hasil terbaik diperoleh dengan menambahkan larutan KCN
(sebagai stabilisator) ke dalam larutan vitamin (Andarwulan dan
Koswara, 1992). Menurut Rohman dan Sumantri (2007), asam askorbat
dalam larutan air netral menunjukkan absorbansi maksimum pada 264
nm. Panjang gelombang maksimum ini akan bergeser oleh adanya asam
mineral. Asam askorbat dalam asam sulfat 0,01 N mempunyai panjang
gelombang maksimal 245 nm.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah buret 25 ml,
mikroburet 10 ml, neraca analitik (Bueco Germany) , blender (National) , kertas
saring, statif dan klem, eksikator, oven (Memmert) , pipet ukur 10 ml, pipet
volum 1 ml, pipet volum 2 ml, pipet volum 5 ml, botol timbang (Pyrex), pH
indicator universal (E. Merck), spektrofotometer UV-VIS, dan alat-alat gelas.
3.1.2 Bahan-bahan
Bahan yang akan digunakan adalah Ekstrak buah kedondong, 2,6-
diklorofenol indofenol, asam metafosfat, asam asetat glasial 96%, natrium
bikarbonat, aquadest (PT. Rudang) dan asam askorbat (BPFI).
3.2 Metode Kerja
3.2.1 Metode Spektrofotometri
A. Pembuatan Larutan Standar
Ditimbang standar vitamin C sebanyak 0,10 gr dan dilarutkan dalam
buffer phospat sitrat sampaivolumenya 100 mL.
B. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Dipipet 1 mL larutan standar vitamin C 1 mg/mL ke dalam labu ukur 50
mL, kemudian encerkan dengan buffer phospat sitrat sampai batas dan kocok
hingga homogen. Dari larutan ini diambil 5 mL lalu dimasukkan kedalam
tabung reaksi. Diukur absorbansinya pada range panjang gelombang 400-700
run.
C. Pembuatan Larutan Sampel
Diencerkan 1 mL larutan sampel dengan buffer phospat-sitrat dalam labu
ukur 50 mL. Diambil 5 mL, diukur absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum.
D. Pembuatan Kurva Baku
Dipipet larutan standar vitamin C dalam buffer phospat-sitrat dengan
kadar bervariasi (0,004 ; 0,008 ; 0,012 ; 0,016 ; 0,02) sebanyak 5 mL,
dimasukkan dalam tabung reaksi, diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum. Dilakukan perhitungan kadar vitamin C
3.2.2 Metode Titrasi 2,6 diklorofenol indofenol
A. Pembakuan larutan 2,6 diklorofenol indofenol
Dilarutkan 0,025 gr vitamin Cbaku kedalam 60mL asam metaphospat
10 % dan diencerkan dengan akuades sampai 125 mL. Dipipet 10 mL dan
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, titrasi dengan larutan 2,6-
diklofenolindofenol hingga titik akhir titrasi yang ditandai dengan
terbentuknya wama merah muda mantap yang stabil selama 15 detik.
Dilakukan titrasi blangko dengan mengganti larutan baku vitamin C dengan
akuades. Cara ini dilakukan replikasi 3 kali untuk mengetahui ketelitian dan
ketepatan padapenentuan kadar vitamin C.
Menurut Horwitz (2002), perhitungan kesetaraan dapat dihitung
dengan rumus:
Va x W x %kadar
Kesetaraan (mg) :
Vc(Vt −Vb)
Keterangan:
Va = Volume aliquot (ml)
W = Berat vitamin C (mg)
Vt = Volume titrasi (ml)
Vb = Volume blanko (ml)
Vc = Volume labu tentukur (ml)
B. Penetapan kadar vitamin C dalam sampel
Sejumlah 25,0 mL ekstrak buah kedondong dimasukkan ke dalam labu
ukur 50,0 mL, kemudian ditambahkan asam metaphospat sampai tanda.
Dipipet 10,0 mL masukkan ke dalam Erlenmeyer, lalu ditambahkan 2,5 mL
aseton dan dititrasi dengan larutan 2,6-diklorofenolindofenol hingga
terbentuk titik akhir titrasi yang ditandai dengan terbentuknya wama muda
mantap yang stabil selama 15 detik. Dilakukan titrasi blangko dengan
menggantikan larutan sampel dengan akuades. Kesetaraan larutan 2,6-
diklorofenolindofenol dengan vitamin C diperoleh dari jumlah volume 2,6-
diklorofenolindofenol yang digunakan untuk titrasi sejumlah baku vitamin C.
C. Analisis
Dilakukan perhitungan kadar vitamin C menggunakan rumus
( Vt−Vb ) x kesetaraan x VI
Kadar vitamin C (mg/g) =
Vp x Bs
Keterangan:
Vt : Volume titrasi (ml)
Vb : Volume blanko (ml)
Vl : Volume labu tentukur (ml)
Vp : Volume pemipetan (ml)
Bs : Berat sampel (g)

Anda mungkin juga menyukai