ACARA VI
VITAMIN C
DISUSUN OLEH:
FITRIA KHOIROTUL LAILAH
H3117031
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Acara VI “Vitamin C” adalah:
1. Mahasiswa mampu memahami prinsip pengujian kadar vitamin C
menggunakan metode titrasi Iodometri
2. Mahasiswa mampu mengukur kadar vitamin C pada sampel dengan
menggunakan metode titrasi Iodometri
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Aquades merupakan pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan hampir
semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang segera melarut di dalam
aquades mencakup berbagai senyawa organik netral yang mempunyai gugus
fungsional polar seperti gula, alkohol, aldehida, dan keton. Kelarutannya
disebabkan oleh kecenderungan molekul aquades untuk membentuk ikatan
hidrogen dengan gugus hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil aldehida
dan keton (Lehninger, 1982).
Mangga adalah salah satu buah tropis dan sub tropis yang terkenal di
seluruh dunia karena rasanya enak dan segar. Buah mangga mengandung
banyak vitamin, salah satunya yaitu vitamin C. Mangga terdiri dari beberapa
varietas salah satunya adalah mangga manalagi. Kadar air buah segar relatif
tinggi sehingga dapat mempercepat terjadinya kerusakan, terutama akibat
pengaruh biologis (seperti jamur dan bakteri) yang mengakibatkan kebusukan.
Oleh karena itu pengolahan buah untuk memperpanjang masa simpan menjadi
sangat penting (Niswah dkk, 2016). Mangga merupakan tanaman buah tahunan
(parennial plants) berupa pohon berbatang keras yang tergolong kedalam
famili Anarcadiaceae. Mangga diperkirakan berasal dari negara India.
Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia
dan Indonesia. Kata mangga sendiri berasal dari bahasa Tamil, yaitu mangas
atau man-kay. Dalam bahasa botani, mangga disebut Mangifera indica L. yang
berarti tanaman mangga berasal dari India (Rohmaningtyas, 2010). Trivedi dkk
(2015) menyebutkan mangga (Mangifera indica L.) adalah buah-buahan tropis
paling populer di alam semesta yang termasuk keluarga Anacardiaceae. Ia
dikenal sebagai raja buah-buahan. Mangga kaya sumber serat prebiotik, folat,
dan vitamin seperti A, C, B6, dan B9. Buah mangga juga mengandung berbagai
antioksidan, vitamin, fitonutrien, karotenoid, omega 3 dan 6 asam lemak,
polifenol, asam amino, dan mineral makanan seperti kalium dan tembaga.
Buah jeruk adalah buah yang paling populer untuk konsumen di seluruh
dunia karena rasa yang menyenangkan dan nilai gizi baik. Pulp kaya gula larut,
sejumlah besar vitamin C, pektin, serat dan asam organik yang berbeda. Kulit
jeruk yang mengandung zat harum berlimpah banyak digunakan untuk diproses
menjadi minyak esensial yang digunakan secara komersial untuk penyedap
makanan, minuman, parfum, kosmetik, dan lain-lain (Qiao dkk, 2008). Jambu
biji merah adalah salah satu buah-buahan yang mengandung antioksidan tinggi
yaitu senyawa fitonutrien sebagai antioksidan diantaranya vitamin E, vitamin
C, selenium, zinc, asam elagik, lignin antocyanidin dan fenol flavonoid.
Kandungan antioksidan yang variatif ini merupakan potensi yang besar untuk
dapat menangkap radikal bebas, terutama radikal bebas dari asap rokok
(Febrianti dan Rita, 2014).
Jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu jenis hortikultura
kelompok komoditi buah-buahan yang banyak dijumpai di Indonesia. Jambu
biji memiliki buah yang berwarna hijau dengan daging buah berwarna putih
atau merah dan memiliki rasa asam-manis dan manis. Tanaman buah jenis
perdu ini berasal dari Brazilia, Amerika Tengah, yang menyebar ke Thailand
kemudian ke negara Asia lainnya, termasuk Indonesia. Jambu biji merupakan
tanaman tropis dan dapat tumbuh di daerah subtropis dengan intensitas curah
hujan berkisar antara 1.000-2.000 mm per tahun dan merata sepanjang tahun.
Jambu biji dapat tumbuh subur pada daerah dengan ketinggian antara 5-1.200
m dpl. Tanaman jambu biji dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan
optimal pada suhu sekitar 23-28o C di siang hari. Kelembaban udara yang
diperlukan tanaman ini cenderung rendah. Kondisi demikian cocok untuk
pertumbuhan tanaman jambu biji (Parimin, 2007). Jambu biji (Psidium guajava
L.) merupakan buah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan fungsional
karena memiliki fungsi untuk kesehatan. Sifat fungsional yang dimiliki jambu
biji disebabkan oleh terdapatnya vitamin C yang cukup tinggi. Dalam buah
jambu biji terdapat zat kimia lain yang dapat mempengaruhi aktivitas
antioksidan, seperti senyawa flavanoid, kombinasi saponin dengan asam
oleanolat, guaijavarin dan quercetin. Buah jambu biji kaya akan karbohidrat,
vitamin C, serta merupakan sumber zat besi yang baik dan sumber kalsium,
fosfor dan vitamin A. Komposisi senyawa-senyawa ini diduga dapat mencegah
terbentuknya radikal bebas dalam tubuh atau sebagai antioksidan serta diabetes
melitus, demam berdarah dan diare (Sutrisna, 2005).
Pati atau amilum adalah salah satu polisakarida yang paling penting dan
merupakan komponen utama dari banyak tanaman pangan seperti gandum,
barley, beras, jagung, kentang, ubi jalar dan ubi kayu. Pati digunakan dalam
makanan, kosmetik, kertas, tekstil, dan industri tertentu, sebagai zat perekat,
penebalan, penstabil, kaku, dan gelling (menempel). Pati terdiri dari molekul
amilosa dan amilopektin dalam rasio molar masing-masing 15% - 25% dan
85% - 75% (Tako dkk, 2014).
Vitamin C disebut juga asam askorbat, merupakan vitamin yang paling
sederhana, mudah berubah akibat oksidasi, tetapi amat berguna bagi manusia.
Struktur kimianya terdiri dari rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil
(C6H8O6), karena mudah bereaksi dengan O2 di udara menjadi asam
dehidroaskorbat. Vitamin ini merupakan fresh food vitamin karena sumber
utamanya adalah buah-buahan dan sayuran segar (Cresna dkk, 2014).
2. Tinjauan Teori
Vitamin C ditentukan oleh reaksi asam-basa atau reaksi oksidasi
reduksi. Vitamin C adalah asam lemah dan agen pereduksi yang baik. Yodium
adalah zat pengoksidasi lemah, sehingga tidak akan mengoksidasi zat selain
asam askorbat dalam sampel jus buah. Sebagai agen pereduksi yang kuat,
vitamin C akan mengurangi I2 menjadi sangat mudah. Kelebihan indikator
yodium untuk melakukan jumlah vitamin C adalah finishing dalam reaksi
redoks. Dalam reaksi ini, molekul asam askorbat memperoleh oksigen (dalam
bentuk gugus OH). Setiap atom iodin dalam molekul I2 menerima elektron dan
menjadi bermuatan negatif untuk membentuk ion iodida. Dengan demikian,
molekul asam askorbat dioksidasi dan molekul yodium berkurang
C6H8O6 + I2 + 2H2O → C6H10O8 + 2I - + 2H+
(Kashyap dan Mangla, 2012).
Penentuan vitamin C pada bahan makanan dan minuman kemasan dapat
dilakukan dengan metode spektrofotometri dan titrasi. Metode spektrofotometri
dapat dilakukan dengan metode oksidasi asam askorbat menjadi
dehydroascorbic acid dalam larutan brom yang mengandung asam asetat
kemudian dikomplekskan dengan 2,4-diitrofenilhidrazin (DNPH) dan diukur
absorbansinya pada 521 nm (Al Majidi dan Al Quruby, 2016). Pembentukan
senyawa kompleks dengan DNPH dilakukan pada suhu 37oC dan didinginkan
dengan penangas es yang ditetesi dengan H2SO4 85%. Selain itu, penentuan
vitamin C dapat dianalisis dengan menggunakan titrasi redoks berupa titrasi
balik iodometri. Prinsip analisis ini adalah mereaksikan asam askorbat dengan
iodin dan larutan iodin yang tersisa ditritrasi dengan larutan natrium tiosulfat.
Penentuan vitamin C juga dapat dilakukan dengan proses titrasi menggunakan
larutan indophenol dye ataupun melakukan titrasi vitamin C menggunakan 2,6-
dichlorophenolindophenol (DCIP) (Damayanti dan Puji, 2017). Menurut
Kardina dkk (2013) Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk penetapan
kadar campuran dengan spektrum yang tumpang tindih tanpa pemisahan
terlebih dahulu. Karena perangkat lunaknya mudah digunakan untuk
instrumentasi analisis dan mikrokomputer, spektrofotometri banyak digunakan
di berbagai bidang analisis kimia terutama farmasi. Sedangkan metode
iodimetri merupakan metode yang sederhana dan mudah diterapkan dalam
suatu penelitian.
Iodometri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif volumetri
secara oksidimetri dan reduksimetri melalui proses titrasi (W Haryadi, 1990).
Titrasi oksidimetri adalah titrasi terhadap larutan zat pereduksi (reduktor)
dengan larutan standar zat pengoksidasi (oksidator). Titrasi reduksimetri adalah
titrasi terhadap larutan zat pengoksidasi (oksidator) dengan larutan standar zat
pereduksi (reduktor). Oksidasi adalah suatu proses pelepasan satu elektron atau
lebih atau bertambahnya bilangan oksidasi suatu unsur. Reduksi adalah suatu
proses penangkapan sau elektron atau lebih atau berkurangnya bilangan
oksidasi dari suatu unsur. Reaksi oksidasi dan reduksi berlangsung serentak,
dalam reaksi ini oksidator akan direduksi dan reduktor akan dioksidasi sehingga
terjadilah suatu reaksi sempurna. Pada titrasi iodometri secara tidak langsung,
natrium tiosulfat digunakan sebagai titran dengan indikator larutan amilum.
Natrium tiosulfat akan bereaksi dengan larutan iodin yang dihasilkan oleh
reaksi antara analit dengan larutan KI berlebih. Sebaiknya indikator amilum
ditambahkan pada saat titrasi mendekati titik ekivalen karena amilum dapat
memebentuk kompleks yang stabil dengan iodin (Padmaningrum, 2008).
C. Metodologi
1. Alat
a. Buret 50 ml
b. Corong kaca
c. Erlenmeyer 250 ml
d. Gelas beker
e. Gelas ukur
f. Klem
g. Labu takar 100 ml
h. Pipet ukur 5 ml
i. Pipet volume 25 ml
j. Statif
k. Timbangan analitik
2. Bahan
a. Aquades
b. Buavita jambu
c. Buavita manga
d. Buavita orange
e. Indikator amilum 1% (2 ml)
f. Larutan iodin 0,01 N
3. Cara Kerja
30 gr sampel (Buavita mangga, Buavita orange,
Buavita jambu)
Pengambilan 25 ml larutan
Rerata Rerata
Volume Kadar Vitamin
Berat Volume Kadar
Kel Sampel Iodin C (%)
Sampel Iodin Vitamin
U1 U2 U1 U2 C
Buavita
1,2 30,1 gr 5,7 6,4 6,05 0,067 0,075 0,072
Mangga
Buavita
3,4 30 gr 4,6 3,3 3,95 0,055 0,039 0,047
Orange
5,6, Buavita
30 gr 14 15,5 14,75 0,166 0,184 0,175
7 Jambu
Rumus:
𝑚𝑙 𝑖𝑜𝑑𝑖𝑛×𝑁 𝐼𝑜𝑑𝑖𝑛×𝐵𝑀 𝑉𝑖𝑡 𝐶
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 = ( ) × 𝐹𝑃 × 100%
2×𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙×1000
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶
𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑚𝑙 = × 𝑚𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎𝑗𝑖𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛
100%
Diketahui:
𝐵𝑀 𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 = 178
100
𝐹𝑃 = =4
25
𝐵𝐽 𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 = 1,65
𝑁 𝑖𝑜𝑑𝑖𝑛 = 0,01 𝑁
Dijawab:
𝟏𝟒×𝟎,𝟎𝟏×𝟏𝟕𝟖
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑉𝑖𝑡. 𝐶1 = ( 𝟐×𝟑𝟎×𝟏𝟎𝟎𝟎 ) × 4 × 100% = 0,166%
𝟏𝟓,𝟓×𝟎,𝟎𝟏×𝟏𝟕𝟖
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑉𝑖𝑡. 𝐶2 = ( ) × 4 × 100% = 0,184%
𝟐×𝟑𝟎×𝟏𝟎𝟎𝟎
0,166+0,184
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑣𝑖𝑡. 𝐶 = = 0,175%
2
0,175%
𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑚𝑙 = ( 100% ) × 250𝑚𝑙 = 0,438 𝑚𝑙
𝑀𝑔 𝑉𝑖𝑡. 𝐶 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,438 × 1,65 = 0,723
90%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑔 𝑉𝑖𝑡. 𝐶 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑛 = (100%) × 90 = 81 𝑚𝑔